praktikum tekban
B A B I
P E N D A H U L U A N
1.1 Latar Belakang
Beton adalah campuran antara agregat kasar, agregat halus, semen dan air serta kadang ditambahkan zat aditif (admixture) sebagai bahan tambahan. Beton merupakan bahan struktur bangunan yang sangat populer dalam abad ini karena penggunaannya yang sangat luas dalam bidang konstruksi bangunan sipil.
Dipilihnya beton dalam struktur didorong oleh beberapa faktor diantaranya :
Dapat dibentuk sesuai dengan selera kitaBahan dasarnya banyak tersedia dipermukaan bumiAwet dan tahan terhadap cuaca serta apiEkonomis
Beton dalam penggunaannya dalam bidang konstruksi tidak berdiri sendiri, sering digabungkan dengan bahan lain seperti baja yang sering disebut dengan beton bertulang.
Beberapa aspek yang dibahas dalam teknologi beton adalah :
Komponen-komponen utama pembentuk beton yang terdiri dari :
- Semen (Portland cemen)
- Bahan isian (agregat kasar dan halus)
- Air
Rencana campuran (Mix Design)Cara mencampur, menuang dan memelihara betonPengujian kualitas beton
Dari uraian diatas jelaslah bahwa perlu diadakan Praktikum Teknologi Beton agar mahasiswa dapat mengetahui, memahami, dan merencanakan beton sesuai dengan teori dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Dosen Pengajar mata kuliah yang bersangkutan.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan Praktikum Ilmu Teknologi Beton adalah :
ü Sebagai penerapan teori yang telah diberikan dalam kuliah tatap muka
ü Untuk mengetahui tata cara dalam menentukan rencana campuran beton
ü Agar mampu membuat beton sesuai dengan rencana campuran beton yang telah ditetapkan.
1.3 Ruang Lingkup
Pelaksanaan “Praktikum Teknologi Beton” ini meliputi berbagai jenis kegiatan yang harus dilaksanakan, antara lain :
ü Pemeriksaan kadar air agregat
ü Pemeriksaan kadar lumpur agregat
ü Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat
ü Pemeriksaan gradasi agregat
ü Penentuan bobot isi agregat
ü Pemeriksaan abrasi agregat
ü Perencanaan campuran beton
ü Proses pencampuran beton
ü Penyimpanan dan perawatan benda uji
ü Pengukuran nilai slump
ü Pengujian kuat tekan dan lentur beton
Tujuan pembuatan beton dalam Praktikum ini, agar beton yang dibuat memiliki kekuatan 25 MPa dengan nilai slump 60-180 mm.
B A B I I
T I N J A U A N P U S T A K A
2.1 Air
Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, zat organik atau bahan lainnya yang dapat merusak beton atau tulangan. Sebaiknya dipakai air tawar yang dapat diminum. Air yang digunakan dalam pembuatan beton pra-tekan dan beton yang akan ditanami logam aluminium (termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat) tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan (ACI 318 - 89 : 2 - 2). Untuk perlindungan terhadap korasi, konsentrasi ion klorida maksimum yang terdapat dalam beton yang telah mengeras pada umur 28 hari yang dihasilkan dari bahan campuran termasuk air, agregat, bahan bersemen dan bahan campuran tambahan tidak boleh melampaui nilai batas diberikan pada tabel berikut :
TABEL BATAS MAKSIMUM ION KLORIDA
Jenis Beton
Batas (%)
Beton Pra-Tekan
0,06
Beton bertulang yang selamanya berhubungan dengan klorida
0,15
Beton bertulang yang selamanya kering atau terlindung dari basah
1,00
Konstruksi beton bertulang lainnya
0,30
2.2 Semen
Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam pembangunan fisik disektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan menjadi pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar yang jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras (concrete). Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus disesuaikan dengan rencana kekuatan dan spesifikasi teknik yang diberikan.
Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah berhubungan dengan air. Agregat tidak memainkan peranan yang penting dalam reaksi kimia tersebut, tetapi berfungsi sebagai bahan pengisi mineral yang dapat mencegah perubahan-perubahan volume beton setelah pengadukan selesai dan memperbaiki keawetan beton yang dihasilkan.
Pada umumnya, beton mengandung rongga udara sekitar 1 % - 2 % pasta semen (semen dan air) sekitar 25 % - 40 %, dan agregat (agregat halus dan agregat kasar) sekitar 60 % - 75 %. Untuk mendapatkan kekuatan yang baik, sifat dan karakteristik dari masing-masing bahan penyusun tersebut perlu dipelajari.
2.2.1 Jenis semen
Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campuran dan susunan yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu :
Semen non-hidrolik
Semen non-hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras dalam air, akan tetapi dapat mengeras diudara. Contoh utama dari semen non-hidrolik adalah kapur.
Semen hidrolik
Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras dalam air. Contoh semen hidrolik adalah semen pozollan, semen terak, semen alam, semen portland, semen portland-pozollan, dan lain-lain.
2.3 Agregat
Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi. Berdasarkan pengalaman, komposisi agregat tersebut berkisar antara 60 % - 70 % dari berat campuran beton. Walaupun fungsinya hanya sebagai pengisi, tetapi karena komposisinya yang cukup besar, agregat inipun menjadi penting. Oleh karena itu perlu dipelajari karakteristik agregat yang akan menentukan sifat mortar atau beton yang akan dihasilkan.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau agregat buatan (artificial aggregates). Secara umum agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu agregat kasar dan agregat halus. Batasan antara agregat halus dan agregat kasar berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian, dapat diberikan batasan ukuran antara agregat halus dengan agregat kasar yaitu 4,80 mm (British Standart) atau 4,75 mm (standar ASTM). Agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirnya lebih besar dari 4,80 mm (4,75 mm) dan agregat halus adalah batuan yang lebih kecil dari 4,80 mm (4,75 mm).
Agregat dengan ukuran yang lebih besar dari 4,80 mm dibagi lagi menjadi 2, yaitu yang berdiameter antara 4,80 mm – 40 mm disebut kerikil beton, sedangkan yang lebih dari 40 mm disebut kerikil kasar.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih kecil dari 40 mm. Agregat yang ukuranyya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk pekerjaan sipil lainnya misalnya untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan tanah, bronjong, atau bendungan dan lainnya. Agregat halus biasanya dinamakan pasir. Sedangkan agregat kasar biasa disebut dengan kerikil, spilit, batu pecah, kricak, dan lainnya.
2.3.1 Pemeriksaan Mutu Agregat Syarat Mutu Agregat
Pemeriksaan mutu agregat dimaksudkan untuk mendapatkan bahan-bahan campuran beton yang memenuhi syarat, sehingga beton yang dihasilkan nantinya sesuai dengan yang diharapkan. Agregat yang digunakan harus memenuhi spesifikasi teknik yang telah ditetapkan dalam kontrak kerja. Jika dilihat dari volume agregat dalam campuran beton, agregat memberikan kontribusi yang besar terhadap campuran.
Agregat normal harus memenuhi syarat mutu sesuai dengan SII 00S2-80 “mutu dan cara uji agregat beton”. Apabila tidak tercantum dalam syarat ini maka harus memenuhi syarat ASTM C.33 – 82 “Standart Spesification For Concrete Aggregates”. Agregat ringan harus memenuhi syarat yang diberikan oleh ASTM C.330 – 80 “Spesification For Lightweight For Structural Concrete”.
2.3.1.1 Agregat Normal Menurut SII. 00S2
Agregat HalusModulus halus butir 1,5 sampai 3,8Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm) maksimum 5 %.Kadar zat organik yang terkandung ditentukan dengan mencampur agregat halus dengan larutan natrium sulfat (NaSO4) 3 %. Jika dibandingkan dengan warna standar atau pembanding tidak lebih tua daripada warna standar.Kekerasan butiran jika dibandingkan dengan kekerasan butir pasir pembanding yang berasal dari pasir kwarsa bangka memberikan angka tidak lebih dari 2,20.Kekekalan (jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 10 %, dan jika dipakai magnesium sulfat maksimum 15 %).
Agregat KasarModulus halus butir 6,0 sampai 7,1.Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm) maksimum 1 %.Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang tembaga maksimum 5 %.Kekekalan jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 12 % dan jika dipakai magnesium sulfat bagian yang hancur maksimum 18 %.Tidak bersifat reaktif terhadap alkali jika kadar alkali dalam semen sebagai Na2O lebih besar dari 0,6 %.Tidak mengandung butiran yang panjang dan pipih labih dari 20 %.Kekerasan agregat harus memenuhi syarat seperti tabel 4.4 diatas.
2.3.1.2 Agregat Normal Menurut ASTM C.33
Agregat normal yang dipakai dalam campuran beton sesuai dengan ASTM berat isinya tidak boleh kurang dari 1200 kg/m3.
Agregat HalusModulus halus butir 2,3 sampai 3,1.Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm atau No. 200) dalam persen berat maksimum :
Untuk beton yang mengalami abrasi sebesar 3,0 %Untuk beton jenis lainnya sebesar 5 %
Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah dirapikan maksimum 3 %.Kandungan arang dan lignit :
Bila tampak permukaan beton dipandang penting (beton akan diekspos) maksimum 0,5 %Beton jenis lainnya maksimum 1,0 %
Kadar zat organik yang ditentukan dengan mencampur agregat halus dengan larutan Natrium Sulfat (NaSO4) 3 %, tidak menghasilkan warna yang lebih tua dibanding warna standar. Jika warnanya lebih tua, maka ditolak kecuali :
Warna lebih tua timbul karena sedikit adanya arang lignit atau yang sejenisKetika diuji dengan uji perbandingan kuat tekan beton yang dibuat dengan pasir standar silika hasilnya menunjukkan nilai lebih besar dari 95 %, up kuat tekan sesuai dengan cara ASTM C.87
Tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali jika dipakai untuk beton yang berhubungan dangan basah dan lembab atau yang berhubungan dengan bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali semen, dimana penggunaan semen yang mengandung Natrium Oksida tidak lebih dari 0,6 %.Kekekalan jika diuji dengan Natrium Sulfat bagian yang hancur maksimum 10 %, dan jika dipakai Magnesium Sulfat maksimum 15 %.
Agregat KasarTidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali jika dipakai untuk beton yang berhubungan dengan basah dan lembab atau yang berhubungan dengan bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali semen, dimana penggunaan semen yang mengandung Natrium Oksida tidak lebih dari 0,6 %.Sifat Fisika yang mencakup kekerasan agregat diuji dengan bejana Los Angeles. Batas izin partikel yang berpengaruh buruk terhadap beton dan sifat Fisika yang diijinkan untuk agregat kasar (Limits For Agregat Deleterious Substances and Physical Requirement Of Coarse Aggregates For Concrete).
BAB III
PEMERIKSAAN BAHAN
3.1 PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT
Tujuan Praktikum
Menentukan kadar air agregat dengan cara pengeringan. Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam agergat dengan berat agregat dalam keadaan kering. Nilai kadar air ini digunakan untuk koreksi takaran air pada adukan beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat di lapangan.
Peralatan
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh.
2. Oven yang suhunya dapat diatur sampai (110+5)oC.
3. Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tempat pengeringan
contoh benda uji.
Bahan
Berat minimum contoh agregat tergantung pada ukuran maksimum, dengan batasan sebagai berikut :
Ukuran maksimum :
1. 6.30 mm (1/4”) = 0.50 kg
2. 9.50 mm (3/8”) = 1.50 kg
3. 12.70 mm (0.5”) = 2.00 kg
4. 19.10 mm (3/4”) = 3.00 kg
5. 25.40 mm (1,0”) = 4.00 kg
6. 38.10 mm (1.5”) = 6.00 kg
7. 50.80 mm(2.0”) = 8.00 kg
8. 63.50 mm(2.5) = 10.00kg
9. 76.20 mm (3.00”) = 13.00kg
10. 88.90 mm(3.5”) = 16.00kg
11. 101.60 mm(4.0”) = 25.00kg
12. 152.40 mm(6.0”) = 50.00kg
Prosedur Praktikum
Timbang dan catat berat talam (W1).Masukkan benda uji kedalam talam, dan kemudian berat talam + benda uji ditimbang. Catatlah beratnya (W2).Hitung berat benda uji : W3 = W2 – W1.Keringkan benda uji bersama talam dalam oven pada suhu (110+5)oC sampai mencapai berat tetap.Setelah kering, contoh ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam (W4).Hitunglah berat benda uji kering : W5 = W4 – W1
Perhitungan :
W3 = berat contoh semula (gram)
W5 = berat contoh kering (gram)
DATA HASIL PEMERIKSAAN KADAR AIR
a) Agregat Halus
No
Benda Uji
Sampel 1
Sampel 2
1.
Berat talam (W1)
81,94 gr
48,91 gr
2.
Berat talam + benda uji (W2)
198,34 gr
203,34 gr
3.
Berat benda uji (W3 = W2 – W1)
116,40 gr
154,43 gr
4.
Berat benda uji + talam setelah dioven (W4)
190,16 gr
193,17 gr
5.
Berat benda uji kering (W5 = W4 – W1)
108,22 gr
144,26 gr
6.
Presentasi =
7,56 %
7,05 %
7.
Rata-rata
7,31 %
b) Agregat Kasar
No
Benda Uji
Sampel 1
Sampel 2
1.
Berat talam (W1)
72,12 gr
74,18 gr
2.
Berat talam + benda uji (W2)
273,66 gr
278,81 gr
3.
Berat benda uji (W3 = W2 – W1)
201,54 gr
204,63 gr
4.
Berat benda uji + talam setelah dioven (W4)
263,92 gr
272,36 gr
5.
Berat benda uji kering (W5 = W4 – W1)
191,80 gr
198,18 gr
6.
Presentasi =
5,08 %
3,25 %
7.
Rata-rata
4,17 %
3.2 PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR DALAM AGREGAT HALUS
3.2.1 Dengan Cara Pengendapan
Tujuan Percobaan
Menentukan persentase lumpur dalam agregat halus. Kandungan lumpur <5%, merupakan ketentuan dalam peraturan bagi penggunaan agregat untuk pembuatan beton.
Peralatan
1) Gelas ukur
2) Alat pengaduk
Bahan
Contoh pasir secukupnya dalam kondisi lapangan dengan bahan pelarut air biasa.
Prosedur Praktikum
1. Contoh banda uji dimasukkan kedalam gelas ukur.
2. Tambahkan air kedalam gelas ukur guna melarutkan lumpur.
3. Gelas dikocok untuk memisahkan pasir dari lumpur.
4. Simpan gelas pada tempat yang datar dan biarkan lumpur mengendap
setelah 24 jam.
5. Ukur tinggi pasir (V1) dan tinggi lumpur (V2).
Perhitungan
DATA HASIL PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR
No
Benda Uji
Sampel 1
Sampel 2
1.
Tinggi pasir (V1)
9 cm
8 cm
2.
Tinggi lumpur (V2)
6,8 cm
0,9 cm
3.
Presentasi =
43,0 %
10,1 %
4.
Rata-rata
26,6 %
3.2.2 Menggunakan Saringan No. 200 Dengan Cara Pencucian
Tujuan
Tujuandaripercobaaniniadalahuntukmenentukankadarlumpur yang terdapatdalamagregathaluslewatsaringan No.200 dengancarapencucian.
Bahan
Pasirsebanyak 1000 gr.Air secukupnya.
Peralatan
Timbangandenganketelitian 0,01 gram.Saringan No.200.Wadahpencuci.Oven yang dilengkapidenganpengatursuhu.Container.Peralatanlainnya.
ProsedurPercobaan
Menyiapkansampelujisebanyak 3000 gr untuk 2 kali percobaan.Mengovensampelujitersebutselama 24 jam padasuhu 105 – 110 oC agar
masing-masingbutiranlepas.
Mengangkatsampelujidari oven, mendinginkandanmenimbangnya (Wd1).Memasukkansampelkedalamwadahpencuci, kemudianmenambahkan air
danmencucisampellaludituangkankeatassaringan No.200 dan yang
tertahandikembalikankedalam container untukdiadukdengan air bersih
kembali. Hal inidiulangkembaliberkali-kali sampai air yang keluardari
saringanbersih.
Mengeringkansampeluji yang masihtertinggal di atassaringandalam oven
dengansuhu 105 – 110 oCselam 24 jam.
Menimbangberatsampelujitersebut (Wd2).
DataHasilPercobaan
Keterangan
Sampel I
Sampel II
Beratsampelsebelumdicuci (Wd1)
Beratsampeldisaring (Wd2)
1244 gr
1153 gr
1115 gr
1027 gr
PerhitunganDataHasilPercobaan
MenghitungKadar Lumpur Pasir (Kl)
Kl = ( (Wd1 – Wd2) : Wd1) x 100%
Kl1 = ( (1224 – 1153) : 1224) x 100%
= 5,08%
Kl2 = (1115– 1027) :1115) x 100%
= 7,89%
DATA HASIL PENGAMATAN
No
Benda Uji
Sampel I
Sampel II
1.
Berat sampel sebelum dicuci (Wd1)
1224 gr
1115 gr
2.
Berat sampel disaring (Wd2)
1153 gr
1027 gr
3.
Kadar lumpur
5,80 %
7,89 %
4.
Rata-rata
6,84 %
Kesimpulan
Dari hasil percobaan didapat nilai kadar lumpur pasir , yaitu:
ü Sampel I = 5,80 %
ü Sampel II = 7,89 %
Dari hasil pemeriksaan kandungan lumpur agregat halus sampel 1 dan sampel 2 didapatkan bahwa kandungan lumpur pasir masing-masing adalah sebesar 5.80% dan 7,89 %. Hal tersebut menyatakan bahwa kandungan lumpur lebih tinggi dari kadar lumpur maksimum 5% (SNI 03 – 2461 – 1991 atau ASTM C 33), jadi pasir tersebut tidak layak digunakan untuk bahan campuran beton.
3.3 PENENTUAN KADAR BUTIR HALUS LOLOS SARINGAN NO. 200 UNTUK AGREGAT KASAR
Tujuan
Setelah praktikum ini dilakukan diharapkan mahasiswa dapat menentukan kadar persentase lumpur dari agregat kasar.
PeralatanDanBahan
Peralatan : 1. Saringan no. 16 dan no. 200
2. Oven
3. Cawan / pan
4. Timbangan
5. Penjepit
Bahan : 1. Air bersih
2. Agregat kasar (kerikil)
ProsedurPelaksanaan
Menimbang agregat kasar dalam keadaan lapangan seberat W1 gram.Oven agregat kasar selama 24 jam dengan suhu 110 ± 5º C kemudian
dinginkan sampai beratnya tetap dan timbang sebagai W2 gram.
Tuangkan agregat kasar tersebut ke saringan no. 16 dan dibawahnya
saringan no. 200. Bilas agregat tersebut dengan air bersih sampai air
pembilasan di kedua saringan tersebut bersih (bening).
Tampung kembali agregat pada masing-masing ayakan tadi ke dalam
cawan/pan dan kemudian dioven selama 24 jam dengan suhu 110 ± 5º C.
Timbang kembali berat agregat tersebut sebagai W3 gram
PengamatanData
Berat agregat lapangan (W1) = …… gr
Berat agregat kering oven (W2) = …… gr
Berat agregat kering oven setelah dicuci (W3) = …… gr
Analisa / PengolahanData
Kadar lumpur =
Kadar air =
DATA HASIL PERHITUNGAN
No
Benda uji
Sampel I
Sampel II
1.
Kerikil dalam keadaan lapangan (W1)
1000 gr
1000 gr
2.
Kerikil setelah dioven (W2)
985gr
987 gr
3.
Kerikil setelah disaring dengan saringan No 16 dan No 200 (W3)
904 gr
908 gr
4.
Kadar lumpur =
8,22%
8,00 %
5.
Kadar air =
1,5 %
1,3 %
6.
Rata-rata
Kadar lumpur = 8,11 %
Kadar air = 1,4 %
3.4 PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT
Tujuan
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk menentukan berat janis curah, berat jenis jenuh permukaan, berat jenis semu serta penyerapan dari agregat kasar dan agregat halus.
Peralatan
Peralatan Umum :
a) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
suhu 100° C
b) Saringan No. 4 (4,75 mm)
c) Talam
Untuk agregat kasar :
a) Keranjang kawat 3,35 mm (No.6) atau 2,38 mm (no.8) dengan kapasitas
kira-kira 5 Kg.
b) Tempat air dengan bentuk dan kapasitas sesuai dengan pemeriksaan.
c) Timbangan dengan kapasitas 10 Kg dengan ketelitian 1 Kg yang
dilengkapidengan alat penggantung keranjang.
Untuk agregat halus :
a) Piknometer dengan kapasitas 500 ml.
b) Kerucut terpancung, berdiameter bagian atas (40 - 43) mm, diameter
bagian bawah (90 - 93) mm, dan tinggi 75 - 78 mm dan dibuat dari
logam tebal minimum 0,8 mm.
c) Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat
(340 - 355) gram.
d) Pengukur suhu (termometer), dengan ketelitian 1° C.
Benda Uji
a) Aggregat kasar tertahan saringan No.4 (4,75 mm).
b) Aggregat halus lolos saringan No.4 (4,75 mm).
Prosedur Pemeriksaan
Untuk Agregat kasar :
a) Mengambil sampel 5 kg agregat dan merendamnya dalam air selama 24
jam pada suhu ruangan.
b) Mengeluarkan sampel dari air, dan kemudain melapnya dengan kain
penyerap sampai pada konsi kering permukaan jenuh atau saturated
surface dry (SSD).
c) Menimbang keranjang kosong di udara.
d) Memasukkan sampel ke dalam keranjang dan menimbang serta mencatat
berat keranjang + sampel diudar.
e) Menyelupkan keranjang + sampel ke dalam air pada suhu 25° C dan
menggoyang-goyangkan keranjang agar bebas dari gelembung udara.
f) Menimbang dan mencatat berat keranjang dalam air.
g) Mengeluarkan sampel dari oven dan membiarkannya sejenak hingga
dingin dan kemudian menimbang serta mencatat berat sampel kering
oven.
Untuk agregat halus :
a) Mengambil sampel sebanyak 500 gram dan merendamnya ke dalam air
selama 24 jam.
b) Mengeluarkan air rendaman secara hati-hati, kemudian menebarkan
sampel keatas karung nilon yang telah dilapisi kertas koran. Sampel
tersebut dikeringkan di udara panas dengan panas dengan cara
membolak-balikkan sampel sampai tercapai keadaan SSD.
c) Memeriksa keadaan SSD dengan mengisi sampel ke dalam kerucut
terpancung, kemudian memadatkannya dengan batang penumbuk
sebanyak 25 kali dan membaginya menjadi 3 lapisan sebagai berikut :
a) Lapisan pertamam ditumbuk 8 kali.
b) Lapisan kedua ditumbuk 8 kali.
c) Lapisan ketiga ditumbuk 9 kali.
Keadaan SSD tercapai apabila kerucut terpancung diangkat, sampel akan
runtuh akan tetapi masih dalam keadaan tercetak.
d) Setelah keadaan SSD tercapai, masukkan sampel ke dalam piknometer,
sebelumnya piknometer tersebut ditimbang dan dicatat beratnya dalam
keadaan kosong. Kemudian masukkan air suling kedalam piknometer
sampai 500 cc.
e) Mengocok piknometer secara hati-hati sambil dibolak-balikkan untuk
mengeluarkan gelembung udara.
f) Mendinginkan sampel dengan merendamnya dalam air dengan suhu 25°
C selama beberapa menit.
g) Setelah air ditambahkan sampai tanda batas, kemudian timbang dan catat
berat piknometer + air + sampel.
h) Air dibuang secara hati-hati, kemudian sampel ditempatkan di talam
sebelumnya talam tersebut ditimbang dan dicatat beratnya. Kemudian
sampel dimasukkan kedalam oven selama 24 jam dengan suhu 100° C.
i) Mengeluarkan sampel dari oven dan membiarkannya sejenak hingga
dingin, kemudian ditimbang dan dicatat beratnya.
Data – data yang diperoleh dari percobaan diatas dapat dihitung dengan
rumus-rumus dibawah ini :
- Untuk agregat kasar
Berat jenis curah ( bulk specific gravity )Berat jenis kering permukaan jenuh (Sturated surface dry )Berat jenis semu ( apparent spcific gravity ) =Penyerapan X 100 %
dimana :
A = Berat agregat kasar SSD diudara
B = Berat agregat kasar SSD diair
C = Berat agregat kasar kering oven.
- Untuk agregat halus
1. Berat Jenis Curah ( Bulk Specific Gravity )
2. Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh ( Sturated Surface Dry )
3. Berat Jenis Semu ( Apparent Specific Gravity )
4. Penyerapan X 100 %
Dimana :
A = Berat picnometer kosong
B = Berat agregat halus SSD diudara
C = Berat picnometer + air + agregat halus kering jenuh permukaan
D = Berat picnometer + air
E = Berat kering oven agregat halus.
DATA HASIL PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN
PENYERAPAN AGREGAT
Agregat Kasar
No
Benda Uji
Sampel I
1.
Berat keranjang kosong diudara
523 gr
2.
Berat keranjang + sampel diudara
5387 gr
3.
Berat keranjang dalam air
485 gr
4.
Berat sampel diudara (A)
5023 gr
5.
Berat keranjang + sampel dalam air (B)
3285 gr
6.
Berat sampel kering oven (C)
4924 gr
7.
Berat jenis curah
2,83gr
8.
Berat jenis SSD
2,89 gr
9.
Berat jenis semu =
3,00 gr
10.
Penyerapan X 100 %
2,01 %
Agregat Halus
No
Benda Uji
Sampel I
1.
Berat picnometer kosong (A)
180,70 gr
2.
Berat agregat halus SSD diudara (B)
500 gr
3.
Berat picnometer + air + agregat halus SSD (C)
985,42 gr
4.
Berat picnometer + air (D)
680,70 gr
5.
Berat sampel kering oven (E)
460,82 gr
6.
Berat jenis curah
2,36 gr
7.
Berat jenis SSD
2,56 gr
8.
Berat jenis semu =
2,95 gr
9.
Penyerapan X 100 %
8,50 %
3.5 PEMERIKSAAN GRADASI AGREGAT
Tujuan
Tujuan dari pemeriksaan adalah untuk menentukan modulus halus butir
dari agregat kasar dan agregat halus.
Peralatan
a) Sieve Shaker
b) Saringan : - Untuk agregat kasar
Saringan 1,5”, ¾”, 3/8”, No.4, Pan
- Untuk agregat halus :
Saringan No.4, No.8, No.16, No.30, No.50, No.100, Pan
c) Timbangan kapasitas 10 kg dengan ketelitian 1 kg
d) Talam
Benda Uji
a) Agregat kasar sebanyak 5000 gram
b) Agregat halus sebanyak 3000 gram
Prosedur pemeriksaan
a) Letakkan saringan yang akan digunakan pada Sieve Shaker menurut susunan pada modulus halus butir agregat.
b) Masukkan sampel kedalam saringan tersebut.
c) Ayak sampel sampai beberapa menit atau sampai sampel sudah tidak berpindah/jatuh dari saringan ukuran besar ke ukuran kecil.
d) Timbang sampel yang tertahan pada masing-masing saringan.
DATA HASIL PEMERIKSAAN GRADASI AGREGAT
AgregatHalus
Beratsampel : 3000 gram
NOMOR SARINGAN
BERAT TERTAHAN
BERAT KOMULATIF TERTAHAN
PERSEN TERTAHAN
PERSEN LOLOS
4
24.57
24.57
0.82
99.18
8
424.63
449.20
15.03
99.85
16
601.78
1,050.98
35.16
64.84
30
831.76
1,882.74
62.99
37.01
50
770.02
2,652.76
88.75
11.25
100
253.17
2,905.93
97.22
2.78
200
49.13
2,955.06
98.86
1.14
pan
33.98
2,989.04
100.00
0.00
JUMLAH
2,989.04
AgregatKasar
Beratsampel : 5000 gram
NOMOR SARINGAN
BERAT TERTAHAN
BERAT KOMULATIF TERTAHAN
PERSEN TERTAHAN
PERSEN LOLOS
1 1/2
933.72
933.72
18.68
81.32
3/4
1,144.40
2,078.12
41.57
58.43
3/8
2,669.51
4,747.63
94.97
5.03
4
232.73
4,980.36
99.63
0.37
8
10.97
4,991.33
99.85
0.15
16
1.14
4,992.47
99.87
0.13
30
1.20
4,993.67
99.89
0.11
50
1.35
4,995.02
99.92
0.08
100
1.50
4,996.52
99.95
0.05
200
0.98
4,997.50
99.97
0.03
pan
1.56
4,999.06
100.00
0.00
JUMLAH
4,999.06
3.6 PENENTUAN BOBOT ISI AGREGAT HALUS
Tujuan
Setelah selesai praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
Menerangkan prosedur pelaksanaan penentuan bobot isi agregat halus (pasir).Menentukan bobot dalam volume guna penakaran di lapangan (dari berat menjadi volume).Menentukan bobot isi dari agregat halus dalam keadaan gembur dan padat.
PeralatanDanBahan
Peralatan : 1. Mold takar agregat kasar
Mold takar agregat halus
2. Timbangan
3. Tongkat pemadat
4. Sendok semen
5. Palu kayu / palu karet.
Bahan : 1. Agregat halus (pasir)
Agregat kasar
ProsedurPelaksanaan
Timbang berat masing-masing mold sebagai W1 gr.Mengisikan agregat pada masing takaran tanpa dipadatkan dan ratakan
permukaannya. Timbang sebagai W2 gr.
Mengisikan agregat ke dalam mold dalam 3 lapisan dan kemudian dipadatkan dengan menusukkan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan.Ketuk sisi luar takaran dengan palu kayu atau palu karet lalu isikan
kembali pasir ke dalam takaran sampai penuh.
Ratakan permukaan agregat , timbang masing-masing takaran sebagai
W3 gr.
Analisa / PengolahanData
DATA HASIL PENENTUAN BOBOT ISI
No
Benda Uji
Agregat Kasar
Agregat Halus
1
Berat mold (W1)
7179 gr
7179 gr
2
Berat sampel gembur (W2)
12061 gr
11937 gr
3
Berat sampel padat (W3)
12552 gr
12574 gr
4
Volume mold (V)
211,95 cm3
211,95 cm3
5
Berat isi gembur
23,03 gr/cm3
22,45 gr/cm3
6
Berat isi padat
25,35 gr/cm3
25,45 gr/cm3
3.5 PEMERIKSAAN TINGKAT KEAUSAN (ABRASI) AGREGAT KASAR DENGAN MESIN LOS ANGELES
Tujuan
Untukmengetahuitingkatkeausan yang dinyatakandenganperbandinganantaraberatbahanausterhadapberatsemuladalampersen.
PeralatanDanBahan
Peralatan : 1. Mesinabrasi Los Angeles
2. SaringanNo.1 ; No. ¾ ; No. ½ ; No. 3/8 ; No. 12
3. Bola bajadengan diameter 4,68 cm (1 27/32 inci) danberat
Antara 390 gram sampai 445 gram.
4. Timbangan.
Bahan : 1. Agregatkasar (kerikil)
ProsedurPelaksanaan
Menyaringagregatpadasaringan No.1 ; No. ¾ ; No. ½ ; No. 3/8.Menimbangsebanyak 5000 gram (W1) agregat yang tertahan, yaitu 2500 g gram yang tertahan di saringan No ½ dan 2500 gram yang tertahan di saringanNo. 3/8.Masukkanbendaujikedalammesin Los Angeles.Putarmesindengankecepatan 30 rpm sampaidengan 33 rpm, mesindiputarsebanyak 500 kali putarandenganjumlah 11 bola baja (SNI 2417 : 2008).Setelahselesaipemutaran, keluarkanbendaujidarimesinkemudiansaring di saringan No. 12 (1,70 mm), timbangberat yang tertahantersebut sebagai W3 gram.
DATA HASIL PEMERIKSAAN ABRASI
GradasiPemeriksaan
500 putaran
UkuranSaringan
Sampel 1
Lolos
Tertahan
Berat (a)
(3’’)
(2 ½’’)
(2 1/2’’)
(2’’)
(2’’)
(1 ½)
(1 ½’’)
(1’’)
(1’’)
(3/4’’)
(3/4’’)
(1/2’’)
2500
(1/2’’)
(3/8’’)
2500
(3/8’’)
(1/4’’)
(1/4’’)
(No.4)
(No.4)
(No.8)
JumlahBerat
5000
Berattertahansaringan No 12 sesudahpercobaan(b)
3608
A= 5000 gram
B = 3608
Keausan = A-B / A X 100 %
= 5000 – 3608 / 5000 X 100 %
= 27,
v DATA GRADASI GABUNGAN AGREGAT
NO. SARINGAN
LOLOS PASIR
LOLOS KERIKIL
PASIR
KERIKIL
KOMBINASI
BATAS GRADASI
34,00%
66,00%
1 ½
100,00
81,32
34,00
53,67
87,67
100
¾
100,00
58,43
34,00
38,56
72,56
50-75
3/8
100,00
5,03
34,00
3,32
37,32
35-68
4
99,18
0,37
33,72
0,24
33,97
23-47
8
99,85
0,15
33,95
0,10
34,05
18-37
16
64,84
0,13
22,05
0,09
22,13
12-30
30
37,01
0,11
12,58
0,07
12,66
7-23
50
11,25
0,08
3,83
0,05
3,88
3-15
100
2,78
0,05
0,95
0,03
0,98
0-6
200
1,14
0,03
0,39
0,02
0,41
0
MIX DESIGN DENGAN METODE SNI
Mutu yang direncanakanSilinder Kecil
f’c = 35 : 0,962 = 36,38 MPa
Standardeviasi (S) = 5 MpaNilaitambah (m) = 8,15MpaKuattekan yang disyaratkanpadaumur28 harif’c = 35 MpaKuattekan rata-rata f’cr = m + f’c
= 8,15 + 35
= 43,5MPa
Jenis semen Portland : Type IJenisagregat :Agregatkasar : alamiAgregathalus : alami7. Faktor Air Semen (FAS) = 0,378. Nilai slump = 7,5 cm ( 75 mm )9. Ukuranmaksimumbutiragregat = 40 mmKebutuhan air per meter kubikbeton = 175 LKebutuhan semen : FAS = A i r → Semen = A i r
Semen FAS
= 175 = 472,97 Kg
0,37
Proporsiagregathalusterhadapcampuran = 34 %Beratjenisagregatcampuran
= ( BeratjenisAgregathalus X Persenpasir ) + ( BeratjenisagregatKasar X Persenkerikil)
= ( 2,56 X 0,34 ) + ( 0,66 + 2,89 )
= 0,8704 + 1,9074
= 2,7778
14. Berat jenis beton = 2400Kg/m3
Volume Silinder ¼ ∏ x d2 x t
= ¼ x 3,14 x (0,1)2 x 0,2
= -0,00157
1 buahsilinder = -0,00157
6 buahsilinder = 6 x -0,00157
= 0,00942
Untukmenambah 1,5 liter air sebagaipersediaanmaka
= 0,00942 X 1,5
= 0,01413
Kebutuhan agregat campuran = 2400 – 175 – 472,97
= 1752,03 Kg/m3
Kebutuhanagregathalus (pasir) = 595,7 x 0,01413
= 8,41 Kg/m3
Kebutuhanagregatkasar (kerikil) = 1156,33 x 0,01413
= 16,33 Kg/m3
Kebutuhan semen = 472,97 x 0,01413
= 6,68
Perbandingan = Semen : Pasir : Kerikil
472,97 : 595,7 : 1156,33
1 : 2 : 1
Kesimpulan
Rencana Pembuatan Beton
Kebutuhan Bahan Dasar Beton
Volume
Berat
Air
Semen
Ag.halus
Ag.kasar
1 m3
2400 kg
175 L
472,97 Kg
595,17 Kg
1156,33Kg
1 Adukan
33,89 Kg
2,47 L
6,68 Kg
8,41 Kg
16,33 Kg