ARSIP BULANAN : September 2013

praktikum tekban

03 September 2013 09:04:29 Dibaca : 481

B A B I

P E N D A H U L U A N

1.1 Latar Belakang

Beton adalah campuran antara agregat kasar, agregat halus, semen dan air serta kadang ditambahkan zat aditif (admixture) sebagai bahan tambahan. Beton merupakan bahan struktur bangunan yang sangat populer dalam abad ini karena penggunaannya yang sangat luas dalam bidang konstruksi bangunan sipil.

Dipilihnya beton dalam struktur didorong oleh beberapa faktor diantaranya :

Dapat dibentuk sesuai dengan selera kitaBahan dasarnya banyak tersedia dipermukaan bumiAwet dan tahan terhadap cuaca serta apiEkonomis

Beton dalam penggunaannya dalam bidang konstruksi tidak berdiri sendiri, sering digabungkan dengan bahan lain seperti baja yang sering disebut dengan beton bertulang.

Beberapa aspek yang dibahas dalam teknologi beton adalah :

Komponen-komponen utama pembentuk beton yang terdiri dari :

- Semen (Portland cemen)

- Bahan isian (agregat kasar dan halus)

- Air

Rencana campuran (Mix Design)Cara mencampur, menuang dan memelihara betonPengujian kualitas beton

Dari uraian diatas jelaslah bahwa perlu diadakan Praktikum Teknologi Beton agar mahasiswa dapat mengetahui, memahami, dan merencanakan beton sesuai dengan teori dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Dosen Pengajar mata kuliah yang bersangkutan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun tujuan dari pelaksanaan Praktikum Ilmu Teknologi Beton adalah :

ü Sebagai penerapan teori yang telah diberikan dalam kuliah tatap muka

ü Untuk mengetahui tata cara dalam menentukan rencana campuran beton

ü Agar mampu membuat beton sesuai dengan rencana campuran beton yang telah ditetapkan.

1.3 Ruang Lingkup

Pelaksanaan “Praktikum Teknologi Beton” ini meliputi berbagai jenis kegiatan yang harus dilaksanakan, antara lain :

ü Pemeriksaan kadar air agregat

ü Pemeriksaan kadar lumpur agregat

ü Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat

ü Pemeriksaan gradasi agregat

ü Penentuan bobot isi agregat

ü Pemeriksaan abrasi agregat

ü Perencanaan campuran beton

ü Proses pencampuran beton

ü Penyimpanan dan perawatan benda uji

ü Pengukuran nilai slump

ü Pengujian kuat tekan dan lentur beton

Tujuan pembuatan beton dalam Praktikum ini, agar beton yang dibuat memiliki kekuatan 25 MPa dengan nilai slump 60-180 mm.

B A B I I

T I N J A U A N P U S T A K A

2.1 Air

Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, zat organik atau bahan lainnya yang dapat merusak beton atau tulangan. Sebaiknya dipakai air tawar yang dapat diminum. Air yang digunakan dalam pembuatan beton pra-tekan dan beton yang akan ditanami logam aluminium (termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat) tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan (ACI 318 - 89 : 2 - 2). Untuk perlindungan terhadap korasi, konsentrasi ion klorida maksimum yang terdapat dalam beton yang telah mengeras pada umur 28 hari yang dihasilkan dari bahan campuran termasuk air, agregat, bahan bersemen dan bahan campuran tambahan tidak boleh melampaui nilai batas diberikan pada tabel berikut :

TABEL BATAS MAKSIMUM ION KLORIDA

Jenis Beton

Batas (%)

Beton Pra-Tekan

0,06

Beton bertulang yang selamanya berhubungan dengan klorida

0,15

Beton bertulang yang selamanya kering atau terlindung dari basah

1,00

Konstruksi beton bertulang lainnya

0,30

2.2 Semen

Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam pembangunan fisik disektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan menjadi pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar yang jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras (concrete). Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus disesuaikan dengan rencana kekuatan dan spesifikasi teknik yang diberikan.

Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah berhubungan dengan air. Agregat tidak memainkan peranan yang penting dalam reaksi kimia tersebut, tetapi berfungsi sebagai bahan pengisi mineral yang dapat mencegah perubahan-perubahan volume beton setelah pengadukan selesai dan memperbaiki keawetan beton yang dihasilkan.

Pada umumnya, beton mengandung rongga udara sekitar 1 % - 2 % pasta semen (semen dan air) sekitar 25 % - 40 %, dan agregat (agregat halus dan agregat kasar) sekitar 60 % - 75 %. Untuk mendapatkan kekuatan yang baik, sifat dan karakteristik dari masing-masing bahan penyusun tersebut perlu dipelajari.

2.2.1 Jenis semen

Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campuran dan susunan yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu :

Semen non-hidrolik

Semen non-hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras dalam air, akan tetapi dapat mengeras diudara. Contoh utama dari semen non-hidrolik adalah kapur.

Semen hidrolik

Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras dalam air. Contoh semen hidrolik adalah semen pozollan, semen terak, semen alam, semen portland, semen portland-pozollan, dan lain-lain.

2.3 Agregat

Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi. Berdasarkan pengalaman, komposisi agregat tersebut berkisar antara 60 % - 70 % dari berat campuran beton. Walaupun fungsinya hanya sebagai pengisi, tetapi karena komposisinya yang cukup besar, agregat inipun menjadi penting. Oleh karena itu perlu dipelajari karakteristik agregat yang akan menentukan sifat mortar atau beton yang akan dihasilkan.

Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau agregat buatan (artificial aggregates). Secara umum agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu agregat kasar dan agregat halus. Batasan antara agregat halus dan agregat kasar berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian, dapat diberikan batasan ukuran antara agregat halus dengan agregat kasar yaitu 4,80 mm (British Standart) atau 4,75 mm (standar ASTM). Agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirnya lebih besar dari 4,80 mm (4,75 mm) dan agregat halus adalah batuan yang lebih kecil dari 4,80 mm (4,75 mm).

Agregat dengan ukuran yang lebih besar dari 4,80 mm dibagi lagi menjadi 2, yaitu yang berdiameter antara 4,80 mm – 40 mm disebut kerikil beton, sedangkan yang lebih dari 40 mm disebut kerikil kasar.

Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih kecil dari 40 mm. Agregat yang ukuranyya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk pekerjaan sipil lainnya misalnya untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan tanah, bronjong, atau bendungan dan lainnya. Agregat halus biasanya dinamakan pasir. Sedangkan agregat kasar biasa disebut dengan kerikil, spilit, batu pecah, kricak, dan lainnya.

2.3.1 Pemeriksaan Mutu Agregat Syarat Mutu Agregat

Pemeriksaan mutu agregat dimaksudkan untuk mendapatkan bahan-bahan campuran beton yang memenuhi syarat, sehingga beton yang dihasilkan nantinya sesuai dengan yang diharapkan. Agregat yang digunakan harus memenuhi spesifikasi teknik yang telah ditetapkan dalam kontrak kerja. Jika dilihat dari volume agregat dalam campuran beton, agregat memberikan kontribusi yang besar terhadap campuran.

Agregat normal harus memenuhi syarat mutu sesuai dengan SII 00S2-80 “mutu dan cara uji agregat beton”. Apabila tidak tercantum dalam syarat ini maka harus memenuhi syarat ASTM C.33 – 82 “Standart Spesification For Concrete Aggregates”. Agregat ringan harus memenuhi syarat yang diberikan oleh ASTM C.330 – 80 “Spesification For Lightweight For Structural Concrete”.

2.3.1.1 Agregat Normal Menurut SII. 00S2

Agregat HalusModulus halus butir 1,5 sampai 3,8Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm) maksimum 5 %.Kadar zat organik yang terkandung ditentukan dengan mencampur agregat halus dengan larutan natrium sulfat (NaSO4) 3 %. Jika dibandingkan dengan warna standar atau pembanding tidak lebih tua daripada warna standar.Kekerasan butiran jika dibandingkan dengan kekerasan butir pasir pembanding yang berasal dari pasir kwarsa bangka memberikan angka tidak lebih dari 2,20.Kekekalan (jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 10 %, dan jika dipakai magnesium sulfat maksimum 15 %).

Agregat KasarModulus halus butir 6,0 sampai 7,1.Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm) maksimum 1 %.Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang tembaga maksimum 5 %.Kekekalan jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 12 % dan jika dipakai magnesium sulfat bagian yang hancur maksimum 18 %.Tidak bersifat reaktif terhadap alkali jika kadar alkali dalam semen sebagai Na2O lebih besar dari 0,6 %.Tidak mengandung butiran yang panjang dan pipih labih dari 20 %.Kekerasan agregat harus memenuhi syarat seperti tabel 4.4 diatas.

2.3.1.2 Agregat Normal Menurut ASTM C.33

Agregat normal yang dipakai dalam campuran beton sesuai dengan ASTM berat isinya tidak boleh kurang dari 1200 kg/m3.

Agregat HalusModulus halus butir 2,3 sampai 3,1.Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm atau No. 200) dalam persen berat maksimum :

Untuk beton yang mengalami abrasi sebesar 3,0 %Untuk beton jenis lainnya sebesar 5 %

Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah dirapikan maksimum 3 %.Kandungan arang dan lignit :

Bila tampak permukaan beton dipandang penting (beton akan diekspos) maksimum 0,5 %Beton jenis lainnya maksimum 1,0 %

Kadar zat organik yang ditentukan dengan mencampur agregat halus dengan larutan Natrium Sulfat (NaSO4) 3 %, tidak menghasilkan warna yang lebih tua dibanding warna standar. Jika warnanya lebih tua, maka ditolak kecuali :

Warna lebih tua timbul karena sedikit adanya arang lignit atau yang sejenisKetika diuji dengan uji perbandingan kuat tekan beton yang dibuat dengan pasir standar silika hasilnya menunjukkan nilai lebih besar dari 95 %, up kuat tekan sesuai dengan cara ASTM C.87

Tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali jika dipakai untuk beton yang berhubungan dangan basah dan lembab atau yang berhubungan dengan bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali semen, dimana penggunaan semen yang mengandung Natrium Oksida tidak lebih dari 0,6 %.Kekekalan jika diuji dengan Natrium Sulfat bagian yang hancur maksimum 10 %, dan jika dipakai Magnesium Sulfat maksimum 15 %.

Agregat KasarTidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali jika dipakai untuk beton yang berhubungan dengan basah dan lembab atau yang berhubungan dengan bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali semen, dimana penggunaan semen yang mengandung Natrium Oksida tidak lebih dari 0,6 %.Sifat Fisika yang mencakup kekerasan agregat diuji dengan bejana Los Angeles. Batas izin partikel yang berpengaruh buruk terhadap beton dan sifat Fisika yang diijinkan untuk agregat kasar (Limits For Agregat Deleterious Substances and Physical Requirement Of Coarse Aggregates For Concrete).

BAB III

PEMERIKSAAN BAHAN

3.1 PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT

Tujuan Praktikum

Menentukan kadar air agregat dengan cara pengeringan. Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam agergat dengan berat agregat dalam keadaan kering. Nilai kadar air ini digunakan untuk koreksi takaran air pada adukan beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat di lapangan.

Peralatan

1. Timbangan dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh.

2. Oven yang suhunya dapat diatur sampai (110+5)oC.

3. Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tempat pengeringan

contoh benda uji.

Bahan

Berat minimum contoh agregat tergantung pada ukuran maksimum, dengan batasan sebagai berikut :

Ukuran maksimum :

1. 6.30 mm (1/4”) = 0.50 kg

2. 9.50 mm (3/8”) = 1.50 kg

3. 12.70 mm (0.5”) = 2.00 kg

4. 19.10 mm (3/4”) = 3.00 kg

5. 25.40 mm (1,0”) = 4.00 kg

6. 38.10 mm (1.5”) = 6.00 kg

7. 50.80 mm(2.0”) = 8.00 kg

8. 63.50 mm(2.5) = 10.00kg

9. 76.20 mm (3.00”) = 13.00kg

10. 88.90 mm(3.5”) = 16.00kg

11. 101.60 mm(4.0”) = 25.00kg

12. 152.40 mm(6.0”) = 50.00kg

Prosedur Praktikum

Timbang dan catat berat talam (W1).Masukkan benda uji kedalam talam, dan kemudian berat talam + benda uji ditimbang. Catatlah beratnya (W2).Hitung berat benda uji : W3 = W2 – W1.Keringkan benda uji bersama talam dalam oven pada suhu (110+5)oC sampai mencapai berat tetap.Setelah kering, contoh ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam (W4).Hitunglah berat benda uji kering : W5 = W4 – W1

Perhitungan :

W3 = berat contoh semula (gram)

W5 = berat contoh kering (gram)

DATA HASIL PEMERIKSAAN KADAR AIR

a) Agregat Halus

No

Benda Uji

Sampel 1

Sampel 2

1.

Berat talam (W1)

81,94 gr

48,91 gr

2.

Berat talam + benda uji (W2)

198,34 gr

203,34 gr

3.

Berat benda uji (W3 = W2 – W1)

116,40 gr

154,43 gr

4.

Berat benda uji + talam setelah dioven (W4)

190,16 gr

193,17 gr

5.

Berat benda uji kering (W5 = W4 – W1)

108,22 gr

144,26 gr

6.

Presentasi =

7,56 %

7,05 %

7.

Rata-rata

7,31 %

b) Agregat Kasar

No

Benda Uji

Sampel 1

Sampel 2

1.

Berat talam (W1)

72,12 gr

74,18 gr

2.

Berat talam + benda uji (W2)

273,66 gr

278,81 gr

3.

Berat benda uji (W3 = W2 – W1)

201,54 gr

204,63 gr

4.

Berat benda uji + talam setelah dioven (W4)

263,92 gr

272,36 gr

5.

Berat benda uji kering (W5 = W4 – W1)

191,80 gr

198,18 gr

6.

Presentasi =

5,08 %

3,25 %

7.

Rata-rata

4,17 %

3.2 PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR DALAM AGREGAT HALUS

3.2.1 Dengan Cara Pengendapan

Tujuan Percobaan

Menentukan persentase lumpur dalam agregat halus. Kandungan lumpur <5%, merupakan ketentuan dalam peraturan bagi penggunaan agregat untuk pembuatan beton.

Peralatan

1) Gelas ukur

2) Alat pengaduk

Bahan

Contoh pasir secukupnya dalam kondisi lapangan dengan bahan pelarut air biasa.

Prosedur Praktikum

1. Contoh banda uji dimasukkan kedalam gelas ukur.

2. Tambahkan air kedalam gelas ukur guna melarutkan lumpur.

3. Gelas dikocok untuk memisahkan pasir dari lumpur.

4. Simpan gelas pada tempat yang datar dan biarkan lumpur mengendap

setelah 24 jam.

5. Ukur tinggi pasir (V1) dan tinggi lumpur (V2).

Perhitungan

DATA HASIL PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR

No

Benda Uji

Sampel 1

Sampel 2

1.

Tinggi pasir (V1)

9 cm

8 cm

2.

Tinggi lumpur (V2)

6,8 cm

0,9 cm

3.

Presentasi =

43,0 %

10,1 %

4.

Rata-rata

26,6 %

3.2.2 Menggunakan Saringan No. 200 Dengan Cara Pencucian

Tujuan

Tujuandaripercobaaniniadalahuntukmenentukankadarlumpur yang terdapatdalamagregathaluslewatsaringan No.200 dengancarapencucian.

Bahan

Pasirsebanyak 1000 gr.Air secukupnya.

Peralatan

Timbangandenganketelitian 0,01 gram.Saringan No.200.Wadahpencuci.Oven yang dilengkapidenganpengatursuhu.Container.Peralatanlainnya.

ProsedurPercobaan

Menyiapkansampelujisebanyak 3000 gr untuk 2 kali percobaan.Mengovensampelujitersebutselama 24 jam padasuhu 105 – 110 oC agar

masing-masingbutiranlepas.

Mengangkatsampelujidari oven, mendinginkandanmenimbangnya (Wd1).Memasukkansampelkedalamwadahpencuci, kemudianmenambahkan air

danmencucisampellaludituangkankeatassaringan No.200 dan yang

tertahandikembalikankedalam container untukdiadukdengan air bersih

kembali. Hal inidiulangkembaliberkali-kali sampai air yang keluardari

saringanbersih.

Mengeringkansampeluji yang masihtertinggal di atassaringandalam oven

dengansuhu 105 – 110 oCselam 24 jam.

Menimbangberatsampelujitersebut (Wd2).

DataHasilPercobaan

Keterangan

Sampel I

Sampel II

Beratsampelsebelumdicuci (Wd1)

Beratsampeldisaring (Wd2)

1244 gr

1153 gr

1115 gr

1027 gr

PerhitunganDataHasilPercobaan

MenghitungKadar Lumpur Pasir (Kl)

Kl = ( (Wd1 – Wd2) : Wd1) x 100%

Kl1 = ( (1224 – 1153) : 1224) x 100%

= 5,08%

Kl2 = (1115– 1027) :1115) x 100%

= 7,89%

DATA HASIL PENGAMATAN

No

Benda Uji

Sampel I

Sampel II

1.

Berat sampel sebelum dicuci (Wd1)

1224 gr

1115 gr

2.

Berat sampel disaring (Wd2)

1153 gr

1027 gr

3.

Kadar lumpur

5,80 %

7,89 %

4.

Rata-rata

6,84 %

Kesimpulan

Dari hasil percobaan didapat nilai kadar lumpur pasir , yaitu:

ü Sampel I = 5,80 %

ü Sampel II = 7,89 %

Dari hasil pemeriksaan kandungan lumpur agregat halus sampel 1 dan sampel 2 didapatkan bahwa kandungan lumpur pasir masing-masing adalah sebesar 5.80% dan 7,89 %. Hal tersebut menyatakan bahwa kandungan lumpur lebih tinggi dari kadar lumpur maksimum 5% (SNI 03 – 2461 – 1991 atau ASTM C 33), jadi pasir tersebut tidak layak digunakan untuk bahan campuran beton.

3.3 PENENTUAN KADAR BUTIR HALUS LOLOS SARINGAN NO. 200 UNTUK AGREGAT KASAR

Tujuan

Setelah praktikum ini dilakukan diharapkan mahasiswa dapat menentukan kadar persentase lumpur dari agregat kasar.

PeralatanDanBahan

Peralatan : 1. Saringan no. 16 dan no. 200

2. Oven

3. Cawan / pan

4. Timbangan

5. Penjepit

Bahan : 1. Air bersih

2. Agregat kasar (kerikil)

ProsedurPelaksanaan

Menimbang agregat kasar dalam keadaan lapangan seberat W1 gram.Oven agregat kasar selama 24 jam dengan suhu 110 ± 5º C kemudian

dinginkan sampai beratnya tetap dan timbang sebagai W2 gram.

Tuangkan agregat kasar tersebut ke saringan no. 16 dan dibawahnya

saringan no. 200. Bilas agregat tersebut dengan air bersih sampai air

pembilasan di kedua saringan tersebut bersih (bening).

Tampung kembali agregat pada masing-masing ayakan tadi ke dalam

cawan/pan dan kemudian dioven selama 24 jam dengan suhu 110 ± 5º C.

Timbang kembali berat agregat tersebut sebagai W3 gram

PengamatanData

Berat agregat lapangan (W1) = …… gr

Berat agregat kering oven (W2) = …… gr

Berat agregat kering oven setelah dicuci (W3) = …… gr

Analisa / PengolahanData

Kadar lumpur =

Kadar air =

DATA HASIL PERHITUNGAN

No

Benda uji

Sampel I

Sampel II

1.

Kerikil dalam keadaan lapangan (W1)

1000 gr

1000 gr

2.

Kerikil setelah dioven (W2)

985gr

987 gr

3.

Kerikil setelah disaring dengan saringan No 16 dan No 200 (W3)

904 gr

908 gr

4.

Kadar lumpur =

8,22%

8,00 %

5.

Kadar air =

1,5 %

1,3 %

6.

Rata-rata

Kadar lumpur = 8,11 %

Kadar air = 1,4 %

3.4 PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT

Tujuan

Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk menentukan berat janis curah, berat jenis jenuh permukaan, berat jenis semu serta penyerapan dari agregat kasar dan agregat halus.

Peralatan

Peralatan Umum :

a) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai

suhu 100° C

b) Saringan No. 4 (4,75 mm)

c) Talam

Untuk agregat kasar :

a) Keranjang kawat 3,35 mm (No.6) atau 2,38 mm (no.8) dengan kapasitas

kira-kira 5 Kg.

b) Tempat air dengan bentuk dan kapasitas sesuai dengan pemeriksaan.

c) Timbangan dengan kapasitas 10 Kg dengan ketelitian 1 Kg yang

dilengkapidengan alat penggantung keranjang.

Untuk agregat halus :

a) Piknometer dengan kapasitas 500 ml.

b) Kerucut terpancung, berdiameter bagian atas (40 - 43) mm, diameter

bagian bawah (90 - 93) mm, dan tinggi 75 - 78 mm dan dibuat dari

logam tebal minimum 0,8 mm.

c) Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat

(340 - 355) gram.

d) Pengukur suhu (termometer), dengan ketelitian 1° C.

Benda Uji

a) Aggregat kasar tertahan saringan No.4 (4,75 mm).

b) Aggregat halus lolos saringan No.4 (4,75 mm).

Prosedur Pemeriksaan

Untuk Agregat kasar :

a) Mengambil sampel 5 kg agregat dan merendamnya dalam air selama 24

jam pada suhu ruangan.

b) Mengeluarkan sampel dari air, dan kemudain melapnya dengan kain

penyerap sampai pada konsi kering permukaan jenuh atau saturated

surface dry (SSD).

c) Menimbang keranjang kosong di udara.

d) Memasukkan sampel ke dalam keranjang dan menimbang serta mencatat

berat keranjang + sampel diudar.

e) Menyelupkan keranjang + sampel ke dalam air pada suhu 25° C dan

menggoyang-goyangkan keranjang agar bebas dari gelembung udara.

f) Menimbang dan mencatat berat keranjang dalam air.

g) Mengeluarkan sampel dari oven dan membiarkannya sejenak hingga

dingin dan kemudian menimbang serta mencatat berat sampel kering

oven.

Untuk agregat halus :

a) Mengambil sampel sebanyak 500 gram dan merendamnya ke dalam air

selama 24 jam.

b) Mengeluarkan air rendaman secara hati-hati, kemudian menebarkan

sampel keatas karung nilon yang telah dilapisi kertas koran. Sampel

tersebut dikeringkan di udara panas dengan panas dengan cara

membolak-balikkan sampel sampai tercapai keadaan SSD.

c) Memeriksa keadaan SSD dengan mengisi sampel ke dalam kerucut

terpancung, kemudian memadatkannya dengan batang penumbuk

sebanyak 25 kali dan membaginya menjadi 3 lapisan sebagai berikut :

a) Lapisan pertamam ditumbuk 8 kali.

b) Lapisan kedua ditumbuk 8 kali.

c) Lapisan ketiga ditumbuk 9 kali.

Keadaan SSD tercapai apabila kerucut terpancung diangkat, sampel akan

runtuh akan tetapi masih dalam keadaan tercetak.

d) Setelah keadaan SSD tercapai, masukkan sampel ke dalam piknometer,

sebelumnya piknometer tersebut ditimbang dan dicatat beratnya dalam

keadaan kosong. Kemudian masukkan air suling kedalam piknometer

sampai 500 cc.

e) Mengocok piknometer secara hati-hati sambil dibolak-balikkan untuk

mengeluarkan gelembung udara.

f) Mendinginkan sampel dengan merendamnya dalam air dengan suhu 25°

C selama beberapa menit.

g) Setelah air ditambahkan sampai tanda batas, kemudian timbang dan catat

berat piknometer + air + sampel.

h) Air dibuang secara hati-hati, kemudian sampel ditempatkan di talam

sebelumnya talam tersebut ditimbang dan dicatat beratnya. Kemudian

sampel dimasukkan kedalam oven selama 24 jam dengan suhu 100° C.

i) Mengeluarkan sampel dari oven dan membiarkannya sejenak hingga

dingin, kemudian ditimbang dan dicatat beratnya.

Data – data yang diperoleh dari percobaan diatas dapat dihitung dengan

rumus-rumus dibawah ini :

- Untuk agregat kasar

Berat jenis curah ( bulk specific gravity )Berat jenis kering permukaan jenuh (Sturated surface dry )Berat jenis semu ( apparent spcific gravity ) =Penyerapan X 100 %

dimana :

A = Berat agregat kasar SSD diudara

B = Berat agregat kasar SSD diair

C = Berat agregat kasar kering oven.

- Untuk agregat halus

1. Berat Jenis Curah ( Bulk Specific Gravity )

2. Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh ( Sturated Surface Dry )

3. Berat Jenis Semu ( Apparent Specific Gravity )

4. Penyerapan X 100 %

Dimana :

A = Berat picnometer kosong

B = Berat agregat halus SSD diudara

C = Berat picnometer + air + agregat halus kering jenuh permukaan

D = Berat picnometer + air

E = Berat kering oven agregat halus.

DATA HASIL PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN

PENYERAPAN AGREGAT

Agregat Kasar

No

Benda Uji

Sampel I

1.

Berat keranjang kosong diudara

523 gr

2.

Berat keranjang + sampel diudara

5387 gr

3.

Berat keranjang dalam air

485 gr

4.

Berat sampel diudara (A)

5023 gr

5.

Berat keranjang + sampel dalam air (B)

3285 gr

6.

Berat sampel kering oven (C)

4924 gr

7.

Berat jenis curah

2,83gr

8.

Berat jenis SSD

2,89 gr

9.

Berat jenis semu =

3,00 gr

10.

Penyerapan X 100 %

2,01 %

Agregat Halus

No

Benda Uji

Sampel I

1.

Berat picnometer kosong (A)

180,70 gr

2.

Berat agregat halus SSD diudara (B)

500 gr

3.

Berat picnometer + air + agregat halus SSD (C)

985,42 gr

4.

Berat picnometer + air (D)

680,70 gr

5.

Berat sampel kering oven (E)

460,82 gr

6.

Berat jenis curah

2,36 gr

7.

Berat jenis SSD

2,56 gr

8.

Berat jenis semu =

2,95 gr

9.

Penyerapan X 100 %

8,50 %

3.5 PEMERIKSAAN GRADASI AGREGAT

Tujuan

Tujuan dari pemeriksaan adalah untuk menentukan modulus halus butir

dari agregat kasar dan agregat halus.

Peralatan

a) Sieve Shaker

b) Saringan : - Untuk agregat kasar

Saringan 1,5”, ¾”, 3/8”, No.4, Pan

- Untuk agregat halus :

Saringan No.4, No.8, No.16, No.30, No.50, No.100, Pan

c) Timbangan kapasitas 10 kg dengan ketelitian 1 kg

d) Talam

Benda Uji

a) Agregat kasar sebanyak 5000 gram

b) Agregat halus sebanyak 3000 gram

Prosedur pemeriksaan

a) Letakkan saringan yang akan digunakan pada Sieve Shaker menurut susunan pada modulus halus butir agregat.

b) Masukkan sampel kedalam saringan tersebut.

c) Ayak sampel sampai beberapa menit atau sampai sampel sudah tidak berpindah/jatuh dari saringan ukuran besar ke ukuran kecil.

d) Timbang sampel yang tertahan pada masing-masing saringan.

DATA HASIL PEMERIKSAAN GRADASI AGREGAT

AgregatHalus

Beratsampel : 3000 gram

NOMOR SARINGAN

BERAT TERTAHAN

BERAT KOMULATIF TERTAHAN

PERSEN TERTAHAN

PERSEN LOLOS

4

24.57

24.57

0.82

99.18

8

424.63

449.20

15.03

99.85

16

601.78

1,050.98

35.16

64.84

30

831.76

1,882.74

62.99

37.01

50

770.02

2,652.76

88.75

11.25

100

253.17

2,905.93

97.22

2.78

200

49.13

2,955.06

98.86

1.14

pan

33.98

2,989.04

100.00

0.00

JUMLAH

2,989.04

AgregatKasar

Beratsampel : 5000 gram

NOMOR SARINGAN

BERAT TERTAHAN

BERAT KOMULATIF TERTAHAN

PERSEN TERTAHAN

PERSEN LOLOS

1 1/2

933.72

933.72

18.68

81.32

3/4

1,144.40

2,078.12

41.57

58.43

3/8

2,669.51

4,747.63

94.97

5.03

4

232.73

4,980.36

99.63

0.37

8

10.97

4,991.33

99.85

0.15

16

1.14

4,992.47

99.87

0.13

30

1.20

4,993.67

99.89

0.11

50

1.35

4,995.02

99.92

0.08

100

1.50

4,996.52

99.95

0.05

200

0.98

4,997.50

99.97

0.03

pan

1.56

4,999.06

100.00

0.00

JUMLAH

4,999.06

3.6 PENENTUAN BOBOT ISI AGREGAT HALUS

Tujuan

Setelah selesai praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :

Menerangkan prosedur pelaksanaan penentuan bobot isi agregat halus (pasir).Menentukan bobot dalam volume guna penakaran di lapangan (dari berat menjadi volume).Menentukan bobot isi dari agregat halus dalam keadaan gembur dan padat.

PeralatanDanBahan

Peralatan : 1. Mold takar agregat kasar

Mold takar agregat halus

2. Timbangan

3. Tongkat pemadat

4. Sendok semen

5. Palu kayu / palu karet.

Bahan : 1. Agregat halus (pasir)

Agregat kasar

ProsedurPelaksanaan

Timbang berat masing-masing mold sebagai W1 gr.Mengisikan agregat pada masing takaran tanpa dipadatkan dan ratakan

permukaannya. Timbang sebagai W2 gr.

Mengisikan agregat ke dalam mold dalam 3 lapisan dan kemudian dipadatkan dengan menusukkan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan.Ketuk sisi luar takaran dengan palu kayu atau palu karet lalu isikan

kembali pasir ke dalam takaran sampai penuh.

Ratakan permukaan agregat , timbang masing-masing takaran sebagai

W3 gr.

Analisa / PengolahanData

DATA HASIL PENENTUAN BOBOT ISI

No

Benda Uji

Agregat Kasar

Agregat Halus

1

Berat mold (W1)

7179 gr

7179 gr

2

Berat sampel gembur (W2)

12061 gr

11937 gr

3

Berat sampel padat (W3)

12552 gr

12574 gr

4

Volume mold (V)

211,95 cm3

211,95 cm3

5

Berat isi gembur

23,03 gr/cm3

22,45 gr/cm3

6

Berat isi padat

25,35 gr/cm3

25,45 gr/cm3

3.5 PEMERIKSAAN TINGKAT KEAUSAN (ABRASI) AGREGAT KASAR DENGAN MESIN LOS ANGELES

Tujuan

Untukmengetahuitingkatkeausan yang dinyatakandenganperbandinganantaraberatbahanausterhadapberatsemuladalampersen.

PeralatanDanBahan

Peralatan : 1. Mesinabrasi Los Angeles

2. SaringanNo.1 ; No. ¾ ; No. ½ ; No. 3/8 ; No. 12

3. Bola bajadengan diameter 4,68 cm (1 27/32 inci) danberat

Antara 390 gram sampai 445 gram.

4. Timbangan.

Bahan : 1. Agregatkasar (kerikil)

ProsedurPelaksanaan

Menyaringagregatpadasaringan No.1 ; No. ¾ ; No. ½ ; No. 3/8.Menimbangsebanyak 5000 gram (W1) agregat yang tertahan, yaitu 2500 g gram yang tertahan di saringan No ½ dan 2500 gram yang tertahan di saringanNo. 3/8.Masukkanbendaujikedalammesin Los Angeles.Putarmesindengankecepatan 30 rpm sampaidengan 33 rpm, mesindiputarsebanyak 500 kali putarandenganjumlah 11 bola baja (SNI 2417 : 2008).Setelahselesaipemutaran, keluarkanbendaujidarimesinkemudiansaring di saringan No. 12 (1,70 mm), timbangberat yang tertahantersebut sebagai W3 gram.

DATA HASIL PEMERIKSAAN ABRASI

GradasiPemeriksaan

500 putaran

UkuranSaringan

Sampel 1

Lolos

Tertahan

Berat (a)

(3’’)

(2 ½’’)

(2 1/2’’)

(2’’)

(2’’)

(1 ½)

(1 ½’’)

(1’’)

(1’’)

(3/4’’)

(3/4’’)

(1/2’’)

2500

(1/2’’)

(3/8’’)

2500

(3/8’’)

(1/4’’)

(1/4’’)

(No.4)

(No.4)

(No.8)

JumlahBerat

5000

Berattertahansaringan No 12 sesudahpercobaan(b)

3608

A= 5000 gram

B = 3608

Keausan = A-B / A X 100 %

= 5000 – 3608 / 5000 X 100 %

= 27,

v DATA GRADASI GABUNGAN AGREGAT

NO. SARINGAN

LOLOS PASIR

LOLOS KERIKIL

PASIR

KERIKIL

KOMBINASI

BATAS GRADASI

34,00%

66,00%

1 ½

100,00

81,32

34,00

53,67

87,67

100

¾

100,00

58,43

34,00

38,56

72,56

50-75

3/8

100,00

5,03

34,00

3,32

37,32

35-68

4

99,18

0,37

33,72

0,24

33,97

23-47

8

99,85

0,15

33,95

0,10

34,05

18-37

16

64,84

0,13

22,05

0,09

22,13

12-30

30

37,01

0,11

12,58

0,07

12,66

7-23

50

11,25

0,08

3,83

0,05

3,88

3-15

100

2,78

0,05

0,95

0,03

0,98

0-6

200

1,14

0,03

0,39

0,02

0,41

0

MIX DESIGN DENGAN METODE SNI

Mutu yang direncanakanSilinder Kecil

f’c = 35 : 0,962 = 36,38 MPa

Standardeviasi (S) = 5 MpaNilaitambah (m) = 8,15MpaKuattekan yang disyaratkanpadaumur28 harif’c = 35 MpaKuattekan rata-rata f’cr = m + f’c

= 8,15 + 35

= 43,5MPa

Jenis semen Portland : Type IJenisagregat :Agregatkasar : alamiAgregathalus : alami7. Faktor Air Semen (FAS) = 0,378. Nilai slump = 7,5 cm ( 75 mm )9. Ukuranmaksimumbutiragregat = 40 mmKebutuhan air per meter kubikbeton = 175 LKebutuhan semen : FAS = A i r → Semen = A i r

Semen FAS

= 175 = 472,97 Kg

0,37

Proporsiagregathalusterhadapcampuran = 34 %Beratjenisagregatcampuran

= ( BeratjenisAgregathalus X Persenpasir ) + ( BeratjenisagregatKasar X Persenkerikil)

= ( 2,56 X 0,34 ) + ( 0,66 + 2,89 )

= 0,8704 + 1,9074

= 2,7778

14. Berat jenis beton = 2400Kg/m3

Volume Silinder ¼ ∏ x d2 x t

= ¼ x 3,14 x (0,1)2 x 0,2

= -0,00157

1 buahsilinder = -0,00157

6 buahsilinder = 6 x -0,00157

= 0,00942

Untukmenambah 1,5 liter air sebagaipersediaanmaka

= 0,00942 X 1,5

= 0,01413

Kebutuhan agregat campuran = 2400 – 175 – 472,97

= 1752,03 Kg/m3

Kebutuhanagregathalus (pasir) = 595,7 x 0,01413

= 8,41 Kg/m3

Kebutuhanagregatkasar (kerikil) = 1156,33 x 0,01413

= 16,33 Kg/m3

Kebutuhan semen = 472,97 x 0,01413

= 6,68

Perbandingan = Semen : Pasir : Kerikil

472,97 : 595,7 : 1156,33

1 : 2 : 1

Kesimpulan

Rencana Pembuatan Beton

Kebutuhan Bahan Dasar Beton

Volume

Berat

Air

Semen

Ag.halus

Ag.kasar

1 m3

2400 kg

175 L

472,97 Kg

595,17 Kg

1156,33Kg

1 Adukan

33,89 Kg

2,47 L

6,68 Kg

8,41 Kg

16,33 Kg

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong