Makam Aulia Raja Ilato Ramai Dikunjungi Peziarah
Dalam tata kehidupan masyarakat santri, para wali senantiasa menjadi salah satu rujukan spiritual. Meski para wali (aulia) ini telah wafar sejak beratus-ratus tahun lalu, namun mereka tetap senantiasa hidup dalam sanubari masyarakat.
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat santri tidak dapat menafikan faktor kewalian ini. salah satu bukti dari kenyataan ini adalah tradisi ziarah yangmerupakankebiasaan umat muslim di Gorontalo.
Bukan hanya pada hari-hari tertentu, seperti jum'at atau menjelang bulan suci Ramadhan, ada tradisi berziarah masyarakat Gorontalo yang cukup unik. Salah satu keunikan ziarah di gorontalo adalah tradisi menziarahkan jabang bayi.
Tradisi ini berupa acara mengiring seorang bayi yang masih berusia di bawah umur 40 hari ke makam wali, salah satunya adalah ke Makam Aulia Raja Ilato Jupanggola di Kota Barat Gorontalo. Bayi yang diiring ini didoakan di makam wali, kemudian dang bayi diusap-usap dengan air yang telah diberi doa-doa.
Makam Ju Panggola atau Aulia Raja Ilato yang berlokasi di Kelurahan Dembe, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo paling banyak dikunjungi masyarakat. Di sekitar makamnya pula terdapat makam-makam warga yang berdomisili di sekitar makam Ju Panggola. Oleh sebab itu tak heran makam ini banyak dikunjungi.
Kepada NU Online, Imam Ali Abu Bakar, salah seorang imam, pemuka agama lokal menuturkan, tradisi ini memang bukan suatu keharusan, namun banyak masyarakat menganggap penting untuk menzirahkan bayinya kepada para Aulia.
"Tujuan dari menziarahkan bayi ini adalah untuk mengenalkan sang bayi kepada para aulia sejak sedini mungkin. Dengan meminta doa dari para pemuka agama di makam para wali, orang tua sang bayi berharap kelak anak mereka tumbuh menjadi pribadi yang berbudi luhur dan selalu tertanam kecintaan kepada para ulama dan aulia," tutur Abu Bakar, Selasa (3/6).
Lebih lanjut Abu Bakar menjelaskan, masyarakat menganggap makam raja Ilato Ju Panggola keramat karena memiliki sejarah yang dramatis dan peninggalan yang dianggap istimewa. Di makam tersebut terdapat tanah putih yang berdasarkan keterangan warga hanya ada di lokasi makam Ju Panggola. Sehingga masyarakat menganggapnya keramat.
"Biasanya tanah putih di makamnya Ju Panggola diambil untuk ditabur disumur yang airnya bau, hasilnya pun jadi tidak bau lagi dan itu berdasarkan keterangan peziarah. Saya sendiri juga sebenarnya takut syirik tapi hal-hal seperti itu adalah bukti kekuasaan Allah," terangnya.
Konon, hanya tanah, di sekitar makam ju panggola pada hari-hari tertentu mengeluarkan percikan air dengan aroma wewangian.
Berdasarkan cerita sejarah konon ketika masa pemerintahan Ju Panggola, Ia menghilang dan tak tahu di mana rimbanya. Secara tiba-tiba sebuah batu nisan muncul dan telah menancap ditanah putih yang terletak di atas bukit yang merupakan wilayah kekuasaannya yang kini berseberangan dengan Danau Limboto.
Di sekitar batu nisan ada sebuah peninggalan dalam bentuk prasasti yang bertuliskan 1673 M bertepatan 1084 H. Di prasasti tersebut bertuliskan Taaloobayalipu yang hingga kini sebagian besar masyarakat Gorontalo tidak mengetahui artinya. Tahun tersebut diyakini warga sebagai tahun wafatnya pemilik makam yang diyakini Ju Panggola. Tapi kini prasasti tersebut telah dibongkar dan rencananya akan dibangun lagi dengan tulisan yang sama.
Sebagai seorang raja yang baik, bijak, dan sosial Ju Panggola pun di anggap memiliki keutamaan sebagaimana para Walisongo. Makamnya pun dianggap keramat sehingga banyak dikunjungi masyarakat.
Penulis : Syaifullah Amin