Universitas Negeri Gorontalo; Kampus Kerakyatan
Pada tanggal 1 September 2020 Universitas Negeri Gorontalo (UNG) melaksanakan sidang senat terbuka untuk memperingati Dies Natalis ke 57. Usia yang telah memasuki kematangan, ibarat manusia ia sudah masuk kategori mapan, telah melahirkan puluhan ribu sarjana.
Dalam pidatonya, rektor UNG menyampaikan capaian yang telah diraih kampus merah maron, termasuk kekurangan yang perlu dibenahi. Hal menarik dalam pidato Dies Natalis, rektor mencanangkan –UNG: Kampus Kerakyatan–, lebih dari satu dekade sebelumnya dimasa kepemimpinan Prof. Nelson Pomalingo kampus yang telah 8 kali bertransformasi dinisbatkan sebagai –Kampus Peradaban–.
Saya mencoba menangkap apa makna kerakyatan yang disematkan kepada UNG, apakah sekedar mentradisikan kelaziman dari sebuah kepemimpinan organisasi hendak menghapus “artefak” kepemimpinan sebelumnya.
Tentu tidak sesederhana itu tafsirannya, setiap kepemimpinan memiliki tantangan yang berbeda maka orientasi dan penguatannya juga lain sesuai perkembangan zaman. Lebih penting perguruan tinggi harus menjadi solusi bagi realitas kehidupan masyarakat dan daerah, keberadaan perguruan tinggi tidak dapat melepaskan diri dari kondisi ril disekitarnya. Dari sana biasanya melekat julukan kampus, misalnya UI kampus metropolis karena berada di pusat ibukota, mereka membangun Pusat Studi Perkotaan hingga pendirian Program Studi Manajemen Perkotaan.
Makna Logo Dies Natalis ke 57 Universitas Negeri Gorontalo
Bentuk Logo ini merupakan gabungan beberapa unsur yang diambil dari logo Universitas Negeri Gorontalo (UNG) yaitu:
BENTUK
- Kurva segi lima sama sisi adalah ornamen khas daerah Gorontalo yang melambangkan lima sila dari dasar negara Pancasila yang menjadi azas UNG, serta lima sendi peradaban Gorontalo yang disebut (Payu Limo to Talu, Lipu Pei Hulalu).
- Sayap burung Maleo sebagai burung endemic Sulawesi melambangkan semangat juang yang tinggi serta gerakan dinamis dari seluruh civitas akademika dalam memajukan Universitas Negeri Gorontalo.Sayap burung Maleo tersebut juga melambangkan semangat dan daya juang pribadi-pribadi unggul dan memiliki daya saing di lingkungan Universitas Negeri Gorontalo.
WARNA
Warna yang digunakan pada logo ini adalah Merah, Kuning Emas, Hijau, Biru dan Ungu yang merupakan warna adat Gorontalo. Keseluruhan ragam warna ini juga mewakili warna masing-masing fakultas yang ada di UNG. Adapun makna dari warna tersebut adalah:
- Merah melambangkan keberanian dan tanggung jawab.
- Kuning emas melambangkan sikap setia dan kemuliaan.
- Hijau melambangkan kesuburan dan kesejahteraan.
- Biru melambangkan ketenangan, kesetiaan dan harapan.
- Ungu melambangkan keanggunan dan kewibawaan.
Selain itu, warna yang digunakan pada logo ini adalah warna-warna gradasi yang sering digunakan di dunia teknologi sekarang, sejalan dengan visi dan misi Universitas Negeri Gorontalo yang mengedepankan inovasi, digital based learning, teknologi terbarukan, jejaring, serta sains dan teknologi menuju good university governance.
TIPOGRAFI
Font yang digunakan pada logo ini adalah huruf sans serif yang memiliki keterbacaan yang tinggi, sehingga dapat terbaca meskipun logo dalam ukuran besar ataupun kecil.
Covid-19 Innovation Challenge, Inovasi UNG di Tengah Pandemi
Penyebaran pandemi Virus Corona (Covid-19) di Gorontalo semakin luas. Bahkan dalam tiga minggu terakhir kenaikannya sejumlah 800 kasus positif. Total kasus di Gorontalo telah mencapai 1875 orang per tanggal 20 Agustus 2020. Kenaikan pesat ini yang menjadi dasar Pusat Inovasi Universitas Negeri Gorontalo untuk memupuk semangat kolaboratif dalam menghadapi pandemi. Harapannya agar semua pihak baik dosen, mahasiswa, pegawai hingga seluruh masyarakat dapat memikirkan hingga menemukan inovasi terkait penanganan pandemi.
“Angka kasus positif Covid-19 di Gorontalo tidak saja telah menelan korban nyawa, tapi juga telah mengubah tatanan sosial masyarakat hingga telah memporak-porandakan ekokomi”. jelas Funco Tanipu selaku Direktur Pusat Inovasi UNG. Karena itu, PIU UNG menggelar Covid-19 Innovation Challenge dalam rangka membangun semangat masyarakat walaupun diterpa pandemi tapi tetap berupaya untuk terus berinovasi. Harapannya, ada ide dan gagasan baik untuk penanganan kesehatan, sosial, ekonomi dan budaya dalam mengendalikan pandemi, tatanan new normal life, hingga pemulihan ekonomi.
“Covid-19 Innovation Challenge diharapkan bisa diikuti semua pihak, bukan cuma dosen dan mahasiswa, tapi juga masyarakat. Semua harus terlibat dan berpartisipasi. Pendaftaran akan dimulai tanggal 20 Agustus – 20 September 2020. Lalu ada tahap penilaian dan verifikasi. Pengumuman pemenang tanggal 1 Oktober 2020. Bagi yang berkeinginan dapat melihat syarat dan ketentuan di website http://Bit.ly/DaftarCIC,” ujar Ketua Panitia Covid-19 Innovation Challenge, Jefriyanto Saud