ARSIP BULANAN : September 2022

SEJARAH FILSAFAT DAN RINCIAN HASTRABRATA

26 September 2022 21:34:21 Dibaca : 52

filsafat dalam pengertian yang sederhana sudah berkembang jauh sebelum para filosof klasik Yunani menekuni dan mengembangkannya. Filsafat di tangan mereka menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada generasi-generasi setelahnya. Ia ibarat pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu yang pengaruhnya terasahingga sekarang. Menurut Bertrand Russel, diantara semua sejarah, tak ada yang begitu mencengangkan atau begitu sulit diterangkan selain lahirnya peradaban di Yunani secara mendadak. Memang banyak unsur peradaban yang telah ada ribuan tahun di Mesir dan Mesopotamia. Namun unsur-unsur tertentu belum utuh sampai kemudian bangsa Yunanilah yang menyempurnakannya.Pada zaman ini banyak bermunculan ilmuwan yang terkemuka. Di antaranya adalah :

a. Thales (624-545 SM)

Kurang lebih enam ratus tahun sebelum Nabi Isa (Yesus) terlahir, muncul sosok pertama dari tridente Miletus yaitu Thales yang menggebrak cara berfikir mitologis masyarakat Yunani dalam menjelaskan segala sesuatu. Sebagai Saudagar-Filosof, Thales amat gemar melakukan rihlah. Ia bahkan pernah melakukan lawatan ke Mesir. Thales adalah filsuf pertama sebelum masa Socrates. Menurutnya zat utama yang menjadi dasar segala materi adalah air. Pada masanya, ia menjadi filsuf yang mempertanyakan isi dasar alam.

b. Phytagoras (580 SM-500 SM)

Pythagoras lahir di Samos (daerah Ioni), tetapi kemudian berada di Kroton (Italia Selatan). Ia adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya. Dikenal sebagai Bapak Bilangan, dan salah satu peninggalan Phytagoras yang terkenal adalah teorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatusegitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan kepada Pythagoras karena ia yang pertama kali membuktikan pengamatan ini secara matematis. Selain itu, Pythagoras berhasil membuat lembaga pendidikan yang disebut Pythagoras Society.

c. Socrates (469 SM- 399 SM)

Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates adalah yang mengajar Plato, dan Plato pada gilirannya juga mengajar Aristoteles. sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum.12 Periode setelah Socrates ini disebut dengan zaman keemasan kelimuan bangsa Yunani, karena pada zaman ini kajian-kajian kelimuan yang muncul adalah perpaduan antara filsafat alam dan filsafat tentang manusia. Tokoh yang sangat menonjol adalah Plato (429-347 SM), yang sekaligus murid Socrates.

d. Plato (427 SM- 347 SM)

Ia adalah murid Socrates dan guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (Politeia) di mana ia menguraikan garis besar pandangannya pada keadaan ideal. Selain itu, ia juga menulis tentang Hukum dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama. Sumbangsih Plato yang terpenting tentu saja adalah ilmunya mengenai ide. Dunia fana ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Di dunia ideal semuanya sangat sempurna. Plato, yang hidup di awal abad ke-4 S.M., adalah seorang filsuf earliest (paling tua) yang tulisan-tulisannya masih menghiasi dunia akademisi hingga saat ini. Karyanya Timaeus merupakan karya yang sangat berpengaruh di zaman sebelumnya; dalam karya ini ia membuat garis besar suatu kosmogoni yang meliputi teori musik yang ditinjau dari sudut perimbangan dan teori-teori fisika dan fisiologi yang diterima pada saat itu.

e. Aristoteles (384 SM - 322 SM)

Aristoteles adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander yang Agung. Ia memberikan kontribusi di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, dan Ilmu Alam. Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Sementara itu, di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki. Dari kontribusinya, yang paling penting adalah masalah logika dan Teologi (Metefisika). Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking). Logika yang digunakan untuk menjelaskan cara menarik kesimpulan yang dikemukakan oleh Aristoteles didasarkan pada susunan pikir. Masa keemasan kelimuan bangsa Yunani terjadi pada masa Aristoteles (384-322 SM). Ia berhasil menemukan pemecahan persoalan-persoalan besar filsafat yang dipersatukannya dalam satu sistem: logika, matematika, fisika, dan metafisika. Logika Aristoteles berdasarkan pada analisis bahasa yang disebut silogisme (syllogisme).Hasta Brata sebagai Falsafah Kepemimpinan Jawa dan Relevansinya dengan Pendidikan Pembahasan tentang falsafah hampir tidak terdengar kembali dalam dunia administrasi, tak terkecuali dalam administrasi pendidikan. Pembahasan falsafah kepemimpinan nampaknya kurang menarik untuk diperbincangkan, dibandingkan dengan hal yang berkaitan dengan keuntungan atau laba. Dalam praktik kepemimpinan sekarang ini, pendekatan pragmatis-kapitalis seolah lebih membumi dan dianggap lebih utama dibandingkan filosofis-utopis. Utopis disini bukan berarti khayalan semu, tetapi lebih kepada pandangan ke arah masa depan tanpa meninggalkan falsafah-falsafah yang ada sejak dahulu. Kata astha/hastaberasal dari bahasa Jawa kuno atau Sanskerta yang berarti delapan, dan bratalaku, sikap, tindakan atau sejenisnya. Kata “laku” dapat pula disetarakan dengan sifat atau watak. Secara etimologi Hasta Bratadapat dimaknai sebagai delapan laku atau sifat atau watak. Jadi Hasta Bratadapat diartikan sebagai delapan syarat yang harus dipegang oleh seorang pemimpin.Wayang bagi masyarakat Jawa memiliki makna yang cukup penting. Selain sebagai ciri khas peradaban kebudayaan Jawa dimana kesenian ini menjadi media dakwah yang cukup efektif, pewayangan juga merupakan replika kehidupan sehari-hari masyarakat jawa. Hasta Brata sebagaimana disimbolkan dalam pewayangan yang menceritakan Sri Bathara Kresna yang sukses memipin negaranya, ajaran ini kemudian diwejangkan kepada Arjuna, yang kelak oleh Arjuna diwejangkan kepada putranya Abimanyu. Wahyu dalam cerita pewayangan ini merupakan “sabda jati”, jadi wahyu disini tidak berwujud benda tetapi bentuk ajaran atau petunjuk dari sang hyang wisesa jagad (Tuhan Yang Maha Esa). Dalam lakon ini diceritakan bahwa siapapun yang memperoleh wahyu tersebut akan menjadi satria pilih tanding (bangsawan yang terpilih) yaitu Arjuna. Hasta Bratadi Indonesia bukan hanya sebagai cerita pewayangan semata. Lebih dari itu, Hasta Brata juga digunakan sebagai pegangan dalam bertindak oleh seorang pemimpin, bukan hanya raja, tetapi juga pemimpin lembaga pendidikan.Delapan sifat/watak dewa ini dijadikan pedoman bagi seorang pemimpin. Ajaran Hasta Bratamemang berasal dari kebudayaan Jawa yang menjadi sebuah pedoman dalam bertindak, namun ajaran ini seringkali hanya menjadi sebuah pajangan. Hasta Bratadipercaya sebagai sebuah ajaran kode etik kepemimpinan dari zaman dahulu hingga sekarang yang populer di kalangan masyarakat Jawa. Hasta Brata dapat ditemukan dalam bantuk naskah seperti Kakawin Ramayanamaupun seni pertunjukan seperti Babad Sangkala. Dalam Babad Sangkalawatak kepemimpinan tidak diambil dari watak Dewa, melainkan dari watak alam.Definisi di atas menunjukan banyaknya rujukan yang diambil dalam menginterpretasikan Hasta Bratasebagai pedoman pemimpin. Pada satu literatur ajaran ini terdapat dalam naskah Kakawin Ramayanayang mengibaratkan sebagai watak Dewa. Namun pada literatur lain yakni dalam lakon pewayangan Babad Sangkala, diibaratkan sebagai watak alam. Terlepas dari perbedaan prespektif ajaran ini, keduanya memiliki tendensi yang sama yakni prilaku atau perbuatan baik.Banyak argumen yang menyatakan bahwa falsafah kepemimpinan Jawa yang terkandung dalam Hasta Brata lebih ideal dibandingkan yang lain. Karena begitu idealnya, tidak sedikit pemimpin yang tidak mampu menerapkan ajaran Hasta Bratadalam menjalakan tugasnya. Namun meskipun ajaran ini sulit untuk di aplikasikan secara tuntas, bukan berarti ajaran ini hanya cukup dipahami secara parsial. Hasta Bratamerupakan ilmu delapan perwatakan alam yang menjadi dasar laku seorang pemimpin. Delapan perwatakan alam tersebut yaitu; Hambeging Kisma (Watak Bumi)Hambeging Tirta (Watak Air)Hambeging Samirana (Watak Angin)Hambeging Samodra (Watak Lautan)Hambeging Chandra (Watak Bulan)Hambeging Surya (Watak Matahari)Hambeging Dahana (Watak Api)Hambeging Kartika (Watak Bintang)Delapan perwatakan alam yang diajrakan di atas memang merupakan ajaran yang dimiliki Raja-raja pada jaman dahulu. Namun ajaran tersebut merupakan ajaran yang kompatibel. Ajaran ini menjadi idealisme para pemimpin, penguasaan karakter delapan alam ini mengantarkannya sukses dalam memimpin sebuah organisasi/lembaga pendidikan. Sakaralitas yang menganggap seorang Raja/pemimpin sebagai wakil Tuhan semakin menguatkan legitimasi yang mengangkat kewibawaan seorang pemimpin. Hasta Bratamerupakan satu filosofi kepemimpinan yang kompleks diantara filosofi-filosofi yang lain. Hasta Brata sebagai filosofi kepemimpinan jawa mengangkat kembali eksistensi kearifan lokal budaya jawa yang pernah mendominasi kepemimpinan di Indonesia, yang pada perkembangan selanjutnya mulaidigeser secara perlahan oleh kepeimimpinan gaya Barat. Pembahasan ini bukan berarti ingin menghilangkan kepemimpinan gaya Barat yang berkembang, tetapi akan lebih baik lagi jika kepemimpinan yang berkembang pesat tersebut dikombinasikan dengan kepemimpinan yang dimiliki budaya kita sendiri, sebagai wujud kecintaan budaya Nasional. Penguasaan delapan karakteristik alam merupakan ciri kepemimpinan yang paling ideal.Hasta Bratamengajarkan perlunya fleksibilitas kepala sekolah dalam kepemimpinannya. Terkaitdengan kematangan anggota, kepala sekolah harus fleksibel menggunakan gaya suportif, delegatif, konsultatif atau direktif dalam kepemimpinannya. Berkaitan dengan pekerjaan, kepala sekolah harus menyesuaikan dengan struktur pekerjaan. Terkait kebijakan atau pengambilan keputusan, kepala sekolah harus fleksibel dalam menentukan tingkat partisipasi dan delegasi. Hasta Bratajuga mengajarkan penguasaan kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah, yakni kompetensi Intrapersonal, kompetensi Human Relation, kompetensi Working Relationdan kompetensi Job Relation.

PERAN KEPEMIMPINAN

26 September 2022 21:28:18 Dibaca : 35

A. Pengertian Peran KepemimpinanSebelum membahas tentang macam-macam peran kepemimpinan terlebih dahulu kita akan memaparkan tentang pengertian peran kepemimpinan itu sendiri. Kepemimpinan adalah adalah proses mempengaruhi aktivitas aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan. Dalam pengertian lain kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki Jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi orang lain, terutama bawahannya, untuk berfikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan penertian manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya dari anggota organsasi serta penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujaun organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam kerangka manajemen, kepemimpinan merupakan sub sistem dari pada manajemen. Karena mengingat peranan vital seorang pemimpin dalam menggerakan bawahan, maka timbul pemikiran di antara para ahli untuk bisa jauh lebih mengungkapakan peranan apa saja yang menjadi beban dan tanggung jawab pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya. Pengertian peran itu sendiri adalah adalah perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu. Jadi dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan kepemimpinan adalah seperangkat perilaku yang diharapkan dilakukan oleh seseorang sesuai kedudukannya sebagai seorang pemimpin.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kepemimpinan dapat berperan dengan baik, antara lain:

a.  Yang menjadi dasar utama dalam efektivitas kepemimpinan bukan pengangkatan atau penunjukannya, melainkan penerimaan orang lain terhadap kepemimpinan yang bersangkutan.

b.  Efektivitas kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang

c.Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk “membaca” situasi

d.   Perilaku seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui pertumbuhan dan perkembangan

e.  Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta bila setiap anggota mau menyesuaikan cara berfikir dan bertindaknya untuk mencapai tujuan organisasi.

 

PENDEKATAN KEPEMIMPINAN

26 September 2022 21:00:53 Dibaca : 31

A. Pendekatan pada Sifat Kepemimpinan

Pendekatan sifat merupakan salah satu pendekatan lama dalammempelajari tentang kepemimpinan. Dalam bukunya pak Wukir disebutkan bahwa pendekatan ini berkembang dari teori “Great Man” yang merupakanmteori awal mengenai sifat-sifat pemimpin di zaman Yunani kuno dan Roma.Teori ini menegaskan bahwa kualitas kepemimpinan diwariskan, terutama oleh orang-orang dari kelas atas. Orang-orang pada zaman itu percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan, tidak diciptakan (leaders are born,not made). Ada pula yang berpendapat bahwa seseorang menjadi pemimpin karenasifat-sifatnya yang dibawa sejak lahir, bukan karena dibuat atau dilatih.Pendekatan sifat menekankan kualitas pribadi pemimpin dan fokusterhadap atribut yang membedakan pemimpin dari yang bukan pemimpin.Karena bagaimanapun, keberhasilan suatu organisasi tergantung dari bagaimana sifat pemimpinnya. Selama ini, berbagai penelitian telah dilakukan namun para penelitihingga sekarang belum menemukan sifat yang konsisten membedakan pemimpin dengan bukan pemimpin. Selain itu, pada dasarnya pemimpin yangefektif tidak didasarkan pada sifat manusia tertentu tetapi terletak seberapa jauh sifat seorang pemimpin dapat mengatasi keadaan yang dihadapinya.

B. Pendekatan Tingkah Laku pada Kepemimpinan

Dari akhir tahun 1940-an, fokus penelitian mulai berubah menjaditingkah laku kepemimpinan. Para peneliti tertarik untuk mengidentifikasi perilaku pemimpin yang meningkatkan keefektifan bawahannya. Dengan adanya perubahan fokus penelitian ini, opini awal mengenai pemimpi dengan kualitas yang baik harus dipilih berubah menjadi opini bahwa dengan mengetahui perilaku kepemimpinan yang efektif, seorang pemimpin dapat dilatih agar sukses (Bryman, 1992). Perilaku kepemimpinan merupakan usaha mempengaruhi yang teramati secara empiris yang bervariasi tergantung situasi, dimana gaya kepemimpinan menunjukkan jangka panjang, pola perilaku situasional invariant (Staehle,1999).Adapun beberapa gaya kepemimpinan, diantaranya:

Kepemimpinan OtoriterYakni jika kekuasaan atau wewenang, sebagian besar mutlak tetap berada pada pemimpin atau kalau pemimpin itu menganut system sentralisasi wewenang. Orientasinya difokuskan hanya untuk peningkatan produktivitas kerja karyawan dengan kurang memperhatikan perasaan dan kesejahteraan bawahan. Selain itu menurut Tannenbaum dan Schmid, kepemimpinan iniorientasinya juga hanya diarahkan kepada tugas dan tercapainya tujuan organisasi atau lembaga.

Kepemimpinan PartisipatifYakni apabila dalam kepemimpinannya dilakukan dengan cara persuasif, menciptakan kerjasama yang serasi, menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para bawahan. Pemimpin dengan gaya partisipatif akan mendorong kemampuan bawahan mengambil keputusan. Dengan demikian, pimpinan akan selalu membina bawahan untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar.

Kepemimpinan DelegatifYakni apabila seorang pemimpin mendelegasikan wewenang kepada bawahan dengan agak lengkap. Dengan demikian, bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa. Dalam hal ini, bawahan dituntut memiliki kematangan dalam pekerjaan(kemampuan) dan kematangan psikologis (kemauan).Menurut Blake dan Mouton, ada lima perilaku kepemimpinan:

mpoverished ManagementCountry Club ManagementTask or Authoritarian ManagementMiddle-Road ManagemetTeam or Democratic Managemet

C. Pendekatan Kontingensi pada Kepemimpinan

Pendekatan kontingensi merupakan sebuah cara berfikir yang komparatif(berdasarkan perbandingan) baru diantara teori-teori manajemen yang telahdikenal. Manajemen kontingensi berupaya untuk melangkah, keluar dari prinsip-prinsip manajemen yang dapat diterapkan dan menuju kondisisituasional. Apabila dirumuskan secara formal, pendekatan kontingensi adalahmerupakan suatu upaya untuk menentukan melalui kegiatan riset, praktik, danteknik manajerial mana yang paling cocok dan tepat dalam situasi tertentu.Maka menurut pendekatan kontingensi, situasi-situasi yang berbedamengharuskan adanya reaksi manajerial yang berbeda pula.

D. Masa Depan Teori Kepemimpinan

Fokus konsep kepemimpinan telah banyak berubah selama beberapa periode peneltian. Namun, beberapa tendensi tertentu masih dapat diidentifikasi. Meskipun tren penelitian telah berubah selama beberapa tahun ini, setiap tahapan baru tidak meberikan informasi mengenai kematian pendahulunya melainkan memberikan indikasi adanya perubahan dalam penekanan dan pandangan. Pendekatan kepemimpinan yang baru, sebagai contoh merujuk karisma dan perilaku kepemimpinan dan oleh karena itu menggabungkan pandangan dua dekade pertama dengan teori yang baru. Menurut literatur, usaha untuk mengorganisasikan pendekatan utama mengenai kepemimpinanhanya setengah sukses. (Yulk, 2002).Dalam kondisi tersebut, tentulah seorang pemimpin yang akan memainkan peranan pentingnya. Dan menarik untuk dicermati bahwa hampir setiap aspek kerja dipengaruhi dan tergantung pada kepemimpinan (Overton, 2002). Artinya, kepemimpinan sangat menentukan keberhasilan sebua horganisasi dalam membangun kapabilitas dan kompetensinya untuk memenangkan persaingan secara berkelanjutan.Adapun tipe kepemimpinan yang sekiranya dibutuhkan untuk mengawal sebuah organisasi dalam menghadapi era masa depan yang tentunya penuh peluang dan juga tantangan, diantaranya:

Pemimpin yang memiliki visi jauh kedepanPemimpin yang memiliki sense of change yang tinggiPemimpin yang sadar akan posisinya di tengah-tengah lingkungan yang terus berubahPemimpi yang tidak hanya menjadi agen perubahan tetapi sekaligus memimpin perubahan itu sendiriPemimpin strategis yang memiliki sense of business yang tinggi, mampu bertindak proaktif, kreatif dan inovatifPemimpin yang mampu menumbuhkan motivasi seluruh elemen organisasiPemimpin yang mampu mendesain tata kelola organisasi yang baru untuk dapat memuaskan seluruh stake holdernyaPemimpin yang mampu keluar dari tradisi organisasi yang memang sudah tidak relevanPemimpin yang berani berfikir beda untuk menciptakan peluang dan mewujudkan mimpi organisasiPemimpin yang memiliki mindset yang holistik (lintas budaya, lintasfu

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong