tokoh pemimpin dan gaya kepemimpinannya

03 October 2022 23:32:32 Dibaca : 6391

Pemimpin secara singkat berarti orang yang memimpin suatu kelompok seperti keluarga, komunitas masyarakat, suku, lembaga hingga negara. Setidaknya, seorang pemimpin harus memiliki sesuatu atau minimal seorang yang dipimpinnya.

Ada banyak gaya kepemimpinan, tergantung dari pribadi pemimpin yang bersangkutan dan juga pengaruh dari masyarakat yang dipimpin. Beberapa gaya kepemimpinan antara lain adalah otokratis, demokratis, simbolik, kharismatis, bebas kendali, dan masih banyak yang lainnya.

Kepemimpinan otokratis menggunakan pendekatan kekuasaan dalam memutuskan dan mengembangkan organisasinya. Pemimpin membuat semua keputusan dan bawahan cukup mengikuti perintah tanpa ada penyimpangan sedikit pun. Gaya kepemimpinan ini dipakai apabila gaya yang lain ternyata tidak mempan. Jadi pakai pendekatan kekuasaan.

Kepemimpinan demokratis ditandai dengan struktur yang menggunakan pendekatan kooperatif. Kepemimpinan ini memberi ruang bagi bawahan untuk ikut berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Kepemimpinan gaya ini cenderung bermoral tinggi, bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri. Kepemimpinan demokratis juga disebut kepemimpinan partisipatif.

Kepemimpinan simbolik memiliki ciri bawahan memiliki kebebasan untuk mengambil keputusan. Pemimpin memberikan saran hanya kalau diminta, tidak ada upaya untuk memuji atau mengkritik bawahan.

Pada kepemimpinan kharismatis umumnya pemimpin memiliki visi yang kuat, bertanggungjawab secara pribadi atas tindakannya, memiliki arah, ulet dan percaya kepada bawahan.

Kepemimpinan kendali bebas. Pemimpin memberikan kekuasaan penuh kepada bawahan untuk mengambil keputusan, struktur organisasi longgar dan pemimpin bersikap pasif. Gaya ini berlawanan dengan keyakinan yang umum. Konon ini hanya dilakukan oleh pemimpin yang ingin meraih jabatan paling tinggi.

Pada hakikatnya kepemimpinan adalah proses memengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi pengikut untuk mencapai tujuan organisasi, memengaruhi untuk memperbaiki kelompok atau budayanya. Kepemimpinan memiliki kaitan erat dengan motivasi. Keberhasilan seorang pemimpin akan sangat tergantung pada kewibawaan dan penciptaan motivasi pada bawahan, kolega dan atasan – apabila pimpinan masih memiliki atasan lagi.

Lantas bagaimana mantan Presiden Barack Obama mempraktikkan gaya kepemimpinannya ? Kebanyakan tulisan di media AS menyatakan bahwa selama delapan tahun kepemimpinannya Obama menerapkan tiga jenis gaya kepemimpinan : transformational-charismatic, cross-cultural, dan contingency-situasional leadership.

Transformational-Charismatic

Sebelum terpilih, Obama menyedot perhatian rakyat Amerika dan dunia sebagai orang yang memiliki kharisma alamiah. Seorang pemimpin kharismatis umumnya mampu menarik perhatian masyarakat dengan cara aneh yang sulit untuk dijelaskan tetapi ia mampu membawa pendukungnya untuk menyelesaikan suatu misi yang besar. Seorang kharismatis dapat menjadi transformational leader jika dapat melegalisasikan suatu perubahan permanen pada masyarakat yang mengikuti visinya.

Pada periode pertama kepemimpinannya, Obama meminta dukungan terhadap visinya dengan menunjukkan potensi untuk membuat perubahan besar baik pada urusan dalam negeri maupun luar negeri. Pada jabatan kedua, ia lebih cuek dan kurang dapat menarik perhatian orang pada rencana-rencana besarnya. Beberapa analis bahkan mengatakan ia tidak mampu memenuhi sesuai yang diharapkan.

Namun demikian menurut Lisa Calhoun, General Partner Valor Ventures ada beberapa keberhasilan yang dilakukan oleh Obama. Paling tidak pada tiga isu: program kesejahteraan sosial, soal kaum homo dan impor minyak. Program reformasi kesehatan telah disahkan oleh pengadilan tinggi, kaum homo memiliki hak menikah secara sah di semua negara bagian, dan AS tidak lagi tergantung pada impor minyak dibandingkan dengan pada saat sebelum dia menjadi presiden.

Cara paling cepat untuk menilai keberhasilan seorang pemimpin menurut Lisa, adalah ini: getting things done. Mantan presiden Barack Obama telah memperlihatkan kepiawaiannya dalam menghadapi berbagai kontroversi namun berhasil mengatasi masalah-masalah yang ada.

Cross- Cultural-Global Leadership

Sebelum Obama, di bawah pemerintahan mantan presiden George Bush, citra Amerika memang kurang bagus. Hal ini terjadi karena kebijakan luar negeri sepihak, yang diterapkan oleh mantan presiden Bush. Tanpa mengorbankan keselamatan Amerika, Obama memformulasikan (membuat dengan hati-hati) pendekatan lintas-budaya kepada dunia, memikirkan tidak hanya kepentingan AS tapi juga kepentingan bangsa-bangsa lain juga. Enam bulan pertama memegang jabatan, Obama pergi ke luar negeri lebih banyak dibandingkan dengan mantan-mantan presiden AS sebelumnya dan memberi perhatian pada aturan atau budaya di mana dia berada.

Setelah tahun pertama, upaya Presiden Obama untuk membangun hubungan lebih menyenangkan dengan Timur Tengah, Cina, dan Rusia, disambut dunia dengan pemberian Hadiah Nobel Perdamaian. Dalam lawatan tahun berikutnya, Obama sering menegur pejabat departemen luar negeri yang tidak patuh pada kebijakannya. Namun Obama masih tetap memperlihatkan perhatian pada budaya negara lain, semisal bagaimana ia mengucapkan salam di negara kecil seperti Kamboja, untuk memperlihatkan rasa hormatnya pada kepala negara setempat. Di akhir masa jabatannya, ia berkunjung ke Vietnam di mana ia menyempatkan makan di restaurant di pinggir jalan kecil, untuk memperlihatkan sikap bersahaja.

Namun, beberapa analis berpendapat bahwa kebijakannya terhadap Timur Tengah telah menyebabkan lahirnya Musim Semi Arab (gerakan pro-demokrasi) yang kemudian menjatuhkan beberapa pemerintahan pro-Amerika. Akibatnya setelah delapan tahun memimpin AS, ada sejumlah titik panas di seluruh dunia akibat kurangnya kepemimpinan Obama. Tempat bergejolak itu adalah Suriah, Irak Utara, ancaman invasi Rusia ke Ukraina bagian timur, dan perselisihan di Laut Cina Selatan. Menariknya adalah, di akhir masa jabatannya Obama berkunjung ke Vietnam membicarakan kemungkinan pasokan senjata ke Vietnam untuk membantu mengawasi jalur pelayaran kapal-kapal dagang di Laut Cina Selatan.

Contingency Leadership

Selama empat tahun pertama jabatannya, Obama tidak hanya mempertontonkan kepekaan budaya dan kepemimpinan transformasional , ia menanggapi berbagai situasi dengan menggunakan berbagai tipe model kepemimpinan. Pada situasi lain ia mempraktikkan contingency leadership. Ketika berkunjung ke luar negeri ia bersikap ingin memperbaiki hubungan yang pernah memburuk, merendah, dan mau mendengarkan sebelum berbicara.

Tapi ketika melihat jatuhnya industri mobil AS, ia tidak basa-basi lagi dan segera memerintahkan perubahan yang diperlukan. Ia memaksa General Motors (GM) dan Chrysler, dua produsen otomotif besar, untuk menerima standar baru Miles Per Gallon (MPG) – konsumsi bahan bakar per mil km, dan secara bertahap memenuhi komitmen jangka panjang kepada National Association for Stock Car Auto Racing (NASCAR). Ketika Kongres menolak bekerjasama, ia memilih jalan sendiri dengan mengeluarkan peraturan presiden.

Kalau sudah menyangkut nilai-nilai dan prinsip, ia tidak takut pada impeachment (pemecatan) dan menyelesaikan apa yang harus diselesaikan meskipun banyak orang berpikir hal itu salah. Di tengah membaranya masalah ekonomi dan luar negeri, Obama bekerja keras merampungkan apa yang ia janjikan. Ia paham bahwa satu detik saja ia lengah, maka itu akan berarti hilangnya pekerjaan atau bahkan hilangnya rumah bagi sekelompok masyarakat yang tidak mampu. Terlepas apakah seseorang setuju atau tidak yang ia lakukan, Obama tidak malu menghadapi tantangan yang menghadangnya selama menjabat sebagai presiden

Pendekatan Kepemimpinan

27 September 2022 00:17:42 Dibaca : 39

Pendekatan Kepemimpinan

1.pendekatan sifat

Dalam pendekatan sifat timbul pemikiran bahwa pemimpin iti dilahirkan, pemimpin bukan dibuat. Pemikiran semacam itu dinamakan pemikiran “Hereditary” (turun temurun). Pendekatan secara turun temurun bahwa pemimpin dilahirkan bukan dibuat, pemimpin tidak dapat memperoleh kemampuan dengan belajar/latihan tetapi dari menerima warisan, sehingga menjamin kepemimpinan dalam garis turun temurun dilakukan antar anggota keluarga. Dengan demikian kekuasaan dan kesejahteraan dapat dilangsungkan pada generasi berikutnya yang termasuk dalam garis keturunan keluarga yang saat itu berkuasa.

Kemudian timbul teori baru yaitu “Physical Characteristic Theory” (teori dari Fisik). Kemudian timbul lagibahwa pemimpin itu dapat diciptakan melalui latihan sehingga setiap orang mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin. Para ahli umumnya memiliki pandangan perlunya seorang pemimpin mempunyai sifat-sifat yang baik. Pandangan semacam ini dinamakan pendekatan sifat. Adapun sifat-sifat yang baik yang harus dimiliki seorang pemimpin yaitu:

a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b. Cakap, cerdik dan jujur

c. Sehat jasmani dan rohani

d. Tegas, berani, disiplin dan efisien

e. Bijaksana dan manusiawi

f. Berilmu

g. Bersemangat tinggi

h. Berjiwa matang dan berkemauan keras

i. mempunyai motivasi kerja tinggi

j. Mampu berbuat adil

k. Mampu membuat rencana dan keputusan

l. Memiliki rasa tanggung jawab yang besar

m. Mendahulukan kepentingan orang lain.

2.Pendekatan Perilaku

Pendekatan perilaku adalah keberhasilan dan kegagalan seorang pemimpin itu dilakukan oleh gaya bersikap dan bertindak pemimpin yang bersangkutan. Gaya bersikap dan bertindak akan tampak dari cara memberi perintah, memberi tugas, cara berkomunikasi, cara membuat keputusan, cara mendorong semangat kerja bawahan, cara menegakkan disiplin, cara pengawasan dan lain-lain.

Bila dalam melakukan tindakan dengan cara lugas, keras, sepihak yang penting tugas selesai dengan baik, dan yang bersalah langsung dihukum, gaya kepemimpinan itu cenderung bergaya otoriter.

 Sebaliknya jika dalam melakukan kegiatan tersebut pemimpin dengan cara halus, simpatik, interaksi timbal balik, menghargai pendapat dan lain-lalin. Maka gaya kepemimpinan ini bergaya kepemimpinan demokratis.

Pandangan kllasik menganggap sikap pegawai itu pasif dalam arti enggan bekerja, malas, takut memikul tanggung jawab, bekerja berdasarkan perintah. Sebaliknya pandangan modern pegawai itu manusia yang memiliki perasaan, emosi, kehendak aktif dan tanggung jawab. Pandangan klasik menimbulkan gaya kepemimpinan otoriter sedangkan pandangan modern menimbulkan gaya kepemimpinan demokratis. Dari dua pandangan di atas menimbulkan gaya kepemimpinan yang berbeda.

2.      Pendekatan Kontingensi

 Dalam pandangan ini dikenal dengan sebutan “One Best Way” (Satu yang terbaik), artinya untuk mengurus suatu organisasi dapat dilakukan dengan paralek tunggal untuk segala situasi. Padahal kenyataannya tiap-tiap organisasi memiliki cirri khusus bahkan organisasi yang sejenis akan menghadapi masalah berbeda lingkungan yang berbeda, pejabat dengan watak dan perilaku yang berbeda. Oleh karena itu tidak dapat dipimpin dengan perilaku tunggal untuk segala situasi. Situasi yang berbeda harus dihadapi dengan perilaku kepepimpinan yang berbeda.

Fromont E. Kast, mengatakan bahwa organisasi adalah suatu system yang terdiri dari sub sisteem dengan batas lingkungan supra system. Pandangan kontingensi menunjukkan pendekatan dalam organisasi adanya natar hubungan dalam sub system yang terdiri daari sub sistem maupun organisasi dengan lingkungannya. Kontingensi berpandangan bahwa azas-azsa organisasi bersifat universal. Apabila dikaitkan dengan kepemimpinan maka dapat dikatakan bahwa tiap-tiap organisasi adalah unik dan tiap situsi harus dihadapi dengan gaya kepemimpinan tersendiri. 11

3.Pendekatan Terpadu

Sersley dan Blanchard, memadukan berbagai teori kedalam pendekatan kepemimpinan situasional dengan maksud menunjukkan kesamaan dari pada perbedaan diantara teori-teori tersebut. Teori-teori yang dipadukan adalah:

a. Perpeduan antara teori motivasi jenjang kebutuhan teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional.

b. Perpaduan teori motivasi 2 faktor teori tingkat kematangan bawahan, dengan pendekatan situasional.

c. Perpaduan antar 4 sistem manajemen, teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan situasional

d. Perpaduan antara teori x dan y, teori tingkat kematangan bawahan dengan kematangan situasional

e. Perpaduan antara pola perilaku A dan B, tori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional

f. Perpaduan antara 4 anggapan tentang orang, teori kematangan bawahan dengan kepemimpinan situasional

g. Perpaduan antara teori “Ego State”, teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional

h. Perpaduan antara teori”Life Position” , teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional

i. Perpaduan antara teori system control, teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional.

j. Perpaduan antara teori dasar daya, teori tingkat kamatangan bawahan dengan pendekatan kepemikmpinan situasional.

k. Perpaduan antara teori “Parent effektiviness training”, teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional

l. Perpaduan antara teori pertumbuhan organisasi dengan pendekatan kepemimpinan situasional. 12

m. Perpaduan antara teori proses pertumbuhan organisasi, teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional.

n. Perpaduan antara teori siklus perubahan, teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional.

o. Perpaduan antara teori modivikasi perilaku, teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional

p. Perpaduan antara teori “Force field analysis”, teori tingkat kematangan bawahan dengan pendekatan kepemimpinan situasional.

Fungsi dan Peran kepemimpinan

18 September 2022 20:53:09 Dibaca : 148

Kepemimpinan

Kepemimpinan Merupakan suatu cara seseorang yang bisa mempengaruhi dan mengarahkan suatu kelompok untuk mencapai suatu tujuan.

A. Fungsi Kepemimpinan:

1. Fungsi Instruktif maksudnya adalah pemimpin sebagai komunikator yang menentukan seluruh aspek didalam ruang lingkup organisasi

2. Fungsi Konsultatif digunakan sebagai komunikasi dua arah. Bentuk ini dibutuhkan saat pemimpin akan mengambil suatu keputusan

3. Fungsi partisipasi, pada bagian ini melibatkan anggota untukk turut serta dalam setiap pengambilan kebijakan.

4. Fungsi delegasi, dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin harus memberikan kepercayaan kepada orang yang dipimpinnya, seperti pelimpahan wewenang 

    dan turut andil dalam penetuan keputusan.

5.Fungsi Pengendalian adalah suatu fungsi untuk mengontrol segala aktivitas anggotanya.

B. Peran Kepemimpinan

1. Peran mencari dan memberi informasi

2. Peran mempengaruhi orang lain

3. Peran Membangun Hubungan

4. Peran Membuat Keputusan

#Pemimpin_itu_melindungi_bukan_dilindungi

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong