ARSIP BULANAN : September 2022

PENDEKATAN KEPEMIMPINAN

26 September 2022 22:35:21 Dibaca : 9008

            Pada dasarnya manusia diciptakan mempunyai sifat pemimpin. Khususnya pemimpin bagi dirinya sendiri. Jika seorang mampu memimpin dirinya sendiri maka besar kemungkinan dapat juga menjadi pemimpin bagi orang lain atau organisasi.

            Suatu organisasi akan berhasil atau gagal itu pada dasarnya ditentukan oleh seorang pemimpin. Suatu ungkapan mulia yang mengatakan pelaksanaan suatu pekerjaan, merupakan ungkapan yang mendudukan posisi pemimpin dalam suatu organisasi pada posisi yang terpenting.

            Kepemimpinan merupakan suatu seni, kesanggupan, atau teknik untuk membuat sekelompok orang bawahan dalam organisasi formal atau para pengikut atau simpatisan dalam organisasi informal mengikuti atau menaati segala apa yang dikehendakinya, membuat mereka begitu antusias atau bersemangat untuk mengikutinya, bahkan berkorban untuknya.

            Oleh karena itu disini pemakalah akan memaparkan beberapa pendekatan kepemimpinan yang sekiranya sangat penting dibahas, karena dengan mengetahui pendekatan dalam kepemimpinan, maka seorang akan dapat mempelajari bagaimana menjadi pemimpin yang baik.

            Perilaku pemimpin secara eliditas harus dapat mendorong kinerja staf dan para bawahannya dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat, dan penuh pertimbangan terhadap semua pihak, baik sebagai individu maupun kelompok. Perilaku instrumental merupakan tugas-tugas yang diorientasikan dan secara langsung diklarifikasi dalam peranan dan tugas-tugas para staf.

            Dengan demikian, keberadaan seorang pemimpin dalam setiap lembaga termasuk di dalamnya lembaga pendidikan dalam tugas dan fungsinya dituntut untuk memiliki kebijaksanaan dan wawasan yang luas, terampil dalam berbagai disiplin ilmu. Pola kepemimpinan pun juga akan berpengaruh dan bahkan menentukan terhadap kemajuan sebuah lembaga. Menerut carrol dan Tosi ada tiga pendekatan atau teori kepemimpinan yaitu pendekatan sifat, pendekatan perilaku,dan pendekatan situasional.

A. Pendekatan Sifat

            Pada mulanya timbul suatu pemikiran bahwa pemimpin itu dilahirkan, pemimpin bukan di buat. Pemikiran ini disebut pemikiran “hereditary” atau turun menurun. Pendekatan sifat pada kepemimpinan artinya rupa dari keadaan pada suatu benda, tanda lahiriyah, ciri khas yang ada pada sesuatu untuk membedakan dari yang lain. Allah berfirman dalam QS AL-Nahl 67:78

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak menngetahui apapun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur.”

            Selanjutnya, Rasulullah bersabda bahwa” setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah, potensi), kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani, atau Majuzi” (HR. Muslim).

            Berdasarkan dalil diatas Islam memandang bahwa sifat kepemimpinan tidak dibawa sejak lahir, tetapi seorang pemimpin mempunyai potensi untuk menjadi seorang pemimpin.teori awal tentang sifat ini dapat ditelusuri kembali mulai dari zaman Yunani Kuno dan zaman Roma. Ketika itu semua orang yakin bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat. Teori Great Man mengatakan bahwa seseorang dilahirkan sebagai pemimpin, ia akan menjadi pemimpin, apakah ia mempunyai sifat atau tidak mempunyai sifat sebagai pemimpin. 

            Teori the great men dapat memberi arti lebih realistik terhadap pendekatan sifat dari pemimpin. Sifat sifat kepemimpinan itu tidak seluruhnya dilahirkan, tetapi dapat juga diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman seseorang. Dengan demikian, maka perhatian terhadap kepemimpinan dilahirkan kepada sifat-sifat umum yang dimiliki oleh pemimpin, tidak lagi menekankan apakah pemimpin itu dilahirkan atau dibuat.

            Para peneliti melakukan penelitian di tahun 1930-1950, hasil penelitian diperoleh bahwa kecerdasan selalu muncul dengan presentase yang tinggi, inisiatif rasa humor, antusiasme, kejujuran simpati, dan percaya pada diri sendiri.

Menyadari bahwa tidak ada korelasi sebab akibat dari sifat-sifat yang diamati dalam penelitian dengan keberhasilan seorang manajer, maka di simpulkan empat sifat umum yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi yaitu:

1. Kecerdasan 

       Pada umumnya pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin atau bawahannya.

2. Kedewasaan 

       Pemimpin cenderung menjadi sempurna dan mempunyai emosi yang stabil serta perhatian yang luas terhadap aktivitas sosial.

3. Motivasi diri dan dorongan berprestasi 

            Pemimpin cenderung mempunyai motivasi yang kuat untuk berprestasi.

4. Sikap hubungan kemanusiaan

       Pemimpin yang berhasil mau mengakui harga diri dan kehormatan yang dipimpin atau bawahannya.

            Dalam menentukan pendekatan sifat ini ada dua jenis pendekatan yaitu

1. Membandingkan sifat orang yang tampil sebagai pemimpin dengan orang yang tidak menjadi pemimpin.

            Pemimpin lebih percaya diri dan terbuka, mau menerima saran dari orang lain. Tetapi kadang banyak juga pemimpin yang tidak mempunyai sifat seperti itu, dan kadang ada juga orang yang tidak mempunyai sifat tersebut tetapi menjadi seorang pemimpin.

2. Membandingkan sifat pemimpin efektif dengan pemimpin yang tidak efektif.

            Inteligensi, inisiatif, dan kepercayaan diri berkaitan dengan tingkat manajerial dan prestasi kerja yang tinggi. Kepemimpinan yang efektif tidak tergantung pada sifat-sifat tertentu, melainkan lebih pada beberapa sifat-sifat pemimpin itu dengan kebutuhan dan situasi.

B. Pendekatan Tingkah Laku

            Pendekatan perilaku adalah keberhasilan dan kegagalan seorang pemimpin itu dilakukan oleh gaya bersikap dan bertindak pemimpin yang bersangkutan . Gaya bersikap dan bertindak akan tampak dari cara memberi perintah, memberi tugas, cara berkomunikasi, cara membuat keputusan,cara mendorong semangat kerja bawahan, cara menegakkan disiplin,carapengawasan dan lain-lain. Bila dalam melakukan tindakan dengan cara lugas, keras, sepihak yang penting tugas selesai dengan baik, dan yang bersalah langsung dihukum, gaya kepemimpinan itu cenderung bergaya otoriter. Sebaliknya jika dalam melakukan kegiatan tersebut pemimpin dengan cara halus, simpatik, interaksi timbal balik, menghargai pendapat dan lain-lalin. Maka gaya kepemimpinan ini bergaya kepemimpinan demokratis.

            Pandangan klasik menganggap sikap pegawai itu pasif dalam arti enggan bekerja, malas, takut memikul tanggung jawab, bekerja berdasarkan perintah. Sebaliknya pandangan modern pegawai itu manusia yang memiliki perasaan, emosi, kehendak aktif dan tanggung jawab. Pandangan klasik menimbulkan gaya kepemimpinan otoriter sedangkan pandangan modern menimbulkan gaya kepemimpinan demokratis. 

            Dari dua pandangan di atas menimbulkan gaya kepemimpinan yang berbeda. Dalam pendekatan perilaku kepemimpinan ada beberapa teori yang dapat dipakai sebagai acuan atau rumusan untuk mengukur kepemimpinan yang efektif yaitu:

1. Teori X dan Teori Y dari Douglas McGregor

a. Anggapan –anggapan teori X 

1.      Rata –rata manusia malas bekerja dan menghindari pekerjaan

2.      Perlu paksaan dalam menjalankan tugas untuk mencapai tujuan.

3.      Manusia lebih ingin diarahkan, menghindari tanggung jawab ambisi yang kecil, dan jaminan hidup atas segalanya.

b. Anggapan –anggapan teori Y

1.      Penggunaan usaha fisik dan mental dalam bekerja adalah kodrat manusia seperti beriman dan istirahat.

2.      Potensi intelektual hanya digunakan sebagian saja.

3.      Kapasitas besar untuk berimajinasi,kreatifitas kecerdasan dalam menyelesaikan masalah.

4.      Rata- rata manusia dalam keadaan yang layak, belajar tidak hanya untuk menerima, tetapi mencari tanggung jawab.

2. Teori Robert

            Teori ini menguraikan mengenai berbagai faktor yang memengaruhi pilihan manajer akan gaya kepemimpinanya bahwa seorang manajer kekuasaan.

C. Pendekatan Kontingensi

            Pendekatan kontingensi disebut juga pendekatan situasional, sebagai teknik manajemen yang paling baik dalam memberikan kontribusi untuk pencapaian sasaran organisasi dan mungkin bervariasi dalam situasi atauu lingkungan yang berbeda. Ada tiga pandangan tentang kepemimpinan situasional, yaitu:

1.      Teori yang dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard

2.      Teori yang dikembangkan oleh Fiedler

3.      Teori yang dikembangkan oleh Martin G.Evans dan RJ House

            Teori kepemimpinan situasional, yang dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard menguraikan bagaimana pemimpin harus menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka sebagai respons pada keinginan untuk berhasil dalam pekerjaanya, pengalaman, kemampuan dan kemauan dari bawahan mereka yang terus berubah.

            Selanjutnya dikatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling efektif bervariasi dengan kesiapan karyawan. Kesiapan adalah keinginan untuk berprestasi, kemauan untuk menerima tanggung jawab dan kemampuan yang berhubungan dengan tugas, ketrampilan dan pengalaman. Sasaran dan pengetahuan dari pengikut merupakan variabel penting dalam menentukan gaya yang efektif.

            Faktor – faktor dalam situasi yang mempengaruhi gaya kepemimpinan difokuskan pada:

1. Tuntutan tugas

2. Harapan dan tingkah laku rekan setingkat

3. Karakteristik, harapan dan tingkah laku karyawan

4. Budaya organisasi dan kebijakan

            Konsep kepemimpinan menurut Thierauf ada tiga kekuatan utama yang meliputi

1. Pimpinan

2. Bawahan

3. Situasi

            Daya setiap kekuatan itu akan berubah dari situasi kepada situasi lainya, akan tetapi manajer yang peka terhadap kekuatan-kekuatan itu akan lebih baik pada saat ia menilai masalah yang dihadapinya dan menentukan jenis perilaku kepemimpinan apakah yang paling cocok.

            Sedangkan Fiedler, mengemukakan bahwa cukup sulit bagi seorang manajer untuk mengubah gaya manajemenya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan dan budaya organisasinya, seorang manajer cenderung tidak fleksibel dan mengubah gaya manajerial tidak efisiensi dan tidak ada gunanya. Karena tidak ada satupun gaya yang paling cocok untuk segala situasi, maka akan lebih baik kalau memilihkan posisi yang cocok untuk seorang manajer yang mempunyai sifat tertentu. Sebagai contoh seorang manajer yang demokratis diberikan posisi pada organisasi yang memerlukan manajer yang cenderung demokratis. 

            Kemungkinan yang lain menurut Fiedler mengubah lingkungan organisasi tersebut agar cocok dengan manajer. Fiedler mengukur gaya kepemimpinan dengan skala yang menunjukan tingkat seseorang menguraikan secara menguntungkan atau merugikan rekan sekerjanya yang paling tidak disukai.

Fiedler mengidentifikasi tiga macam variabel yang membentuk gaya kepemimpinan yang efektif, yaitu :

1. Hubungan pemimpin dengan anggotanya

            Yakni bila hubungan antara pemimpin dan anggota baik, anggota telah menganggap pemimpinya mampu, berkepribadian dan berkarakter, maka pemimpin tidak perlu mengandalkan pangkat. Sebaliknya jika anggota tidak mempercayai dan tidak menyukai serta menilai manajer tidak mampu, maka manajer akan menggunakan powernya.

2. Struktur tugas

            Tugas yang terstruktur adalah tugas yang prosedurnya jelas dengan petunjuk-petunjuk pelaksanaan.

3. Posisi kekuatan pemimpin

            Yakni pemimpin perusahaan membawa kekuasaan dan wewenang yang sangat kuat.

            Pendekatan jalur sasaran pada kepemimpinan didasarkan pada motivasi harapan. Martin G.Evan dan Robert J. House menyatakan bahwa motivasiseseorang tergantung pada imbalan dan valensi atau daya tarik imbalan itu. Evan mengatakan bahwa gaya kepemimpinan manajer mempengaruhi imbalan yang tersedia bagi karyawan, juga persepsi karyawan mengenai jalur untuk mempengaruhinya.

            Seorang manajer yang berorientasi pada karyawan dia akan menawarkan tidak hanya gaji yang tinggi dan promosi, tetapi juga dukungan, dorongan rasa aman dan rasa hormat. Evan mengatakan bahwa gaya kepemimpinan yang efektif dalam memotivasi karyawan ialah tergantung pada tipe imbalan yang paling mereka inginkan dan memberi motivasi juga dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk memberikan fasilitas dan kondisi yang memungkinkan bagi pekerja untuk melaksanakan tugasnya dengan menyenangkan dan bermaksud baik.

 

PERAN DAN FUNGSI KEPEMIMPINAN

20 September 2022 01:52:48 Dibaca : 5548

Pengertian Peran Kepemimpinan

            Sebelum membahas tentang macam-macam peran kepemimpinan terlebih dahulu kita akan memaparkan tentang pengertian peran kepemimpinan itu sendiri. Kepemimpinan  adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan. Dalam pengertian lain kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi orang lain, terutama bawahannya, untuk berfikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan penertian manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya dari anggota organsasi serta penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujaun organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.       

            Dalam kerangka manajemen, kepemimpinan merupakan sub sistem dari pada manajemen. Karena mengingat peranan vital seorang pemimpin dalam menggerakan bawahan, maka timbul pemikiran di antara para ahli untuk bisa jauh lebih mengungkapakan peranan apa saja yang menjadi beban dan tanggung jawab pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya. Pengertian peran itu sendiri adalah adalah perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu. Jadi dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan kepemimpinan adalah seperangkat perilaku yang diharapkan dilakukan oleh seseorang sesuai kedudukannya sebagai seorang pemimpin.

            Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kepemimpinan dapat berperan dengan baik, antara lain:

a.     Yang menjadi dasar utama dalam efektivitas kepemimpinan bukan pengangkatan atau penunjukannya, melainkan penerimaan orang lain terhadap kepemimpinan yang bersangkutan

b.    Efektivitas kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang

c.     Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk “membaca” situasi

d.    Perilaku seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui pertumbuhan dan perkembangan

e.     Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta bila setiap anggota mau menyesuaikan cara berfikir dan bertindaknya untuk mencapai tujuan organisasi.

Peran Pemimpin dalam Manajemen Sumber Daya Manusia

            Mengapa sering terjadi keluhan dari para pelanggan tentang mutu produk dan pelayanannya di suatu perusahaan. Hal ini wajar terjadi sejalan dengan semakin tinggi dinamika preferensi dan kritisnya para pelanggan tentang mutu. Karena itu dibutuhkan peran utama manajemen (seorang manajer) yakni melaksanakan fungsi-fungsi manajemen untuk memperoleh hasil yang ditargetkan perusahaan atau yang diinginkan oleh pelanggan. Sementara peran pemimpin dengan kepemimpinan mutunya adalah mengembangkan dan memperbaiki sistem agar program pengembangan mutu SDM berhasil sesuai harapan. Dalam prakteknya, seorang manajer di samping melaksanakan fungsi-fungsi manajemen juga harus mampu menjalankan kepemimpinan mutu SDM dengan efektif secara bersinambung.

Peran Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan

            Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar perannya dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin. Sehingga jika seorang pemimpin tidak mampu membuat keputusan, seharusnya dia tidak dapat menjadi pemimpin.

            Dilain hal, pengambilan keputusan dalam tinjauan perilaku mencerminkan karakter bagi seorang pemimpin. Oleh sebab itu, untuk mengetahui baik tidaknya keputusan yang diambil bukan hanya dinilai dari konsekuensi yang ditimbulkannya, melainkan melalui berbagai pertimbangan dalam prosesnya. Kegiatan pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk kepemimpinan, sehingga:

1. Teori keputusan merupakan metodologi untuk menstrukturkan dan menganalisis situasi yang tidak pasti atau berisiko, dalam konteks ini keputusan lebih bersifat perspektif daripada deskriptif

2.    Pengambilan keputusan adalah proses mental dimana seorang manajermemperoleh dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser jawaban untuk menemukan informasi yang relevan dan menganalisis data; manajer, secara individual dan dalam tim, mengatur dan mengawasi informasi terutama informasi bisnisnya

3.    Pengambilan keputusan adalah proses memilih di antara alternatif-alternatif tindakan untuk mengatasi masalah.

            Dalam pelaksanaannya, pengambilan keputusan dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu: proses dan gaya pengambilan keputusan.

1. Proses pengambilan keputusan

Prosesnya dilakukan melalui beberapa tahapan seperti:

a. Identifikasi masalah

b. Mendefinisikan masalah

c. Memformulasikan dan mengembangkan alternative

d. Implementasi keputusan

e. Evaluasi keputusan

2. Gaya pengambilan keputusan

            Selain proses pengambilan keputusan, terdapat juga gaya pengambilan keputusan. Gaya adalah lear habit atau kebiasaan yang dipelajari.

            Gaya pengambilan keputusan merupakan kuadran yang dibatasi oleh dimensi:

1. Cara berpikir, terdiri dari:

a. Logis dan rasional; mengolah informasi secara serial

b. Intuitif dan kreatif; memahami sesuatu secara keseluruhan.

2. Toleransi terhadap ambiguitas

a.  Kebutuhan yang tinggi untuk menstruktur informasi dengan cara meminimalkan ambiguitas

b.  Kebutuhan yang rendah untuk menstruktur informasi, sehingga dapat memproses banyak pemikiran pada saat yang sama.

            Kombinasi dari kedua dimensi diatas menghasilkan gaya pengambilan keputusan seperti:

1.  Direktif = toleransi ambiguitas rendah dan mencari rasionalitas. Efisien, mengambil keputusan secara cepat dan berorientasi jangka pendek

2.  Analitik = toleransi ambiguitas tinggi dan mencari rasionalitas. Pengambil keputusan yang cermat, mampu menyesuaikan diri dengan situasi baru

3. Konseptual = toleransi ambiguitas tinggi dan intuitif. Berorientasi jangka panjang, seringkali menekan solusi kreatif atas masalah

4. Behavioral = toleransi ambiguitas rendah dan intuitif. Mencoba menghindari konflik dan mengupayakan penerimaan.

            Berdasarkan uraian di atas, maka berikut adalah upaya-upaya yang perlu ditempuh seperti:

1.      Cerna masalah

Sejalan dengan peran kepemimpinan, maka terdapat perbedaan antara permasalahan tentang tujuan dan metode. Dalam kondisi seperti ini peran pemimpin adalah mengambil inisiatif dalam hubungannya dengan tujuan dan arah daripada metode dan cara.

2.      Identifikasi alternativ

Kemampuan untuk memperoleh alternativ yang relevan sebanya bnyakny.

3.      Tentukan proritas

Memilih diantara banyak alternativ adalah esensi dari kegiatan pengambilan keputusan.

4.      Ambil langkah

Upaya pengambilan keputusan tidak berhenti pada tataran pilihan, melainkan berlanjut pada langkah implementasi dan evaluasi guna memberikan umpan balik.

PERAN KEPEMIMPINAN DALAM MEMBANGUN TIM

            Unit kerja yang solider yang mempunyai identifikasi keanggotaan maupun kerja sama yang kuat.

1.    Proses pembentukan Ruang lingkup

            Peran hubungan yang melekat pada pemimpin meliputi peran pemimpin dalam pembentukan dan pembinaan tim-tim kerja; pengelolaan tata kepegawaian yang berguna untuk pencapaian tujuan organisasi; pembukaan, pembinaan dan pengendalian hubungan eksternal dan internal organisasi serta perwakilan bagi organisasinya.

            Tim adalah kelompok kerja yang dibentuk dengan tujuan untuk menyukseskan tujuan bersama sebuah kelompok organisasi atau masyarakat. Tujuan dari pembentukan tim di sini adalah membangun

            Pedoman umum dalam membentuk atau membangun tim, yaitu:

a. Menanamkan pada kepentingan bersama

b. Menggunakan seremoni dan ritual-ritual \

c. Menggunakan simbol-simbol untuk mengembangkan identifikasi dengan unit kerja

d. Mendorong dan memudahkan interaksi sosial yang memuaskan

e. Mengadakan pertemuan-pertemuan membangun tim

f. Menggunakan jasa konsultan bila diperlukan.

2. Anggota tim

            Keberhasilan tugas dalam tim akan tercapai jika setiap orang bersedia untuk bekerja dan memberikan yang terbaik. Anggota tim yang baik harus:

a. Mengerti tujuan yang baik

b. Memiliki rasa saling ketergantungan dan saling memiliki

c. Menerapkan bakat dan pengetahuannya untuk sasaran tim

d. Dapat bekerja secara terbuka

e. Dapat mengekspresikan gagasan, opini, dan ketidaksepakatan

f. Mengerti sudut pandang satu dengan yang lain.

g. Mengembangkan keterampilan dan menerapkanya pada pekerjaan.

h. Mengakui bahwa konflik adalah hal yang normal.

i. Berpartisipasi dalam keputusan tim.

3. Peranan kepemimpinan dalam tim Kepemimpinan

            Didefinisikan sebagai proses untuk memberikan pengarahan dan pengaruh pada kegiatan yang berhubungan dengan tugas sekelompok anggotanya. Mereka yakin bahwa tim tidak akan sukses tanpa mengkombinasikan kontribusi setiap anggotanya untuk mencapai tujuan akhir yang sama.

            Adapun peranan pemimpin dalam tim adalah sebagai berikut:

a. Memperlihatkan gaya pribadi

b. Proaktif dalam sebagian hubungan

c. Mengilhami kerja tim

d. Memberikan dukungan timbal balik

e. Membuat orang terlibat dan terikat

f. Memudahkan orang lain melihat peluang dan prestasi

g. Mencari orang yang ingin unggul dan dapat bekerja secara kontruktif

h. Mendorong dan memudahkan anggota untuk bekerja

i. Mengakui prestasi anggota tim j. Berusaha mempertahankan komitmen

k. Menempatkan nilai tinggi pada kerja tim.

The Vision Role

            Sebuah visi adalah pernyataan yang secara relatif mendeskripsikan aspirasi atau arahan untuk masa depan organisasi. Dengan kata lain sebuah pernyataan visi harus dapat menarik perhatian tetapi tidak menimbulkan salah pemikiran. Agar visi sesuai dengan tujuan organisasi di masa mendatang, para pemimpin harus menyusun dan manafsirkan tujuan-tujuan bagi individu dan unit-unit kerja

Peran Pembangkit Semangat

            Salah satu peran kepemimpinan yang harus dijalankan oleh seorang pemimpin adalah peran membangkitkan semangat kerja. Peran ini dapat dijalankan dengan cara memberikan pujian dan dukungan. Pujian dapat diberikan dalam bentuk penghargaan dan insentif. Penghargaan adalah bentuk pujian yang tidak berbentuk uang, sementara insentif adalah pujian yang berbentuk uang atau benda yang dapat kuantifikasi. Pemberian insentif hendaknya didasarkan pada aturan yang sudah disepakati bersama dan transparan. Insentif akan efektif dalam peningkatan semangat kerja jika diberikan secara tepat, artinya sesuai dengan tingkat kebutuhan karyawan yang diberi insentif, dan disampaikan oleh pimpinan tertinggi dalam organisasi , serta diberikan dalam suatu ‘event’ khusus.

            Peran membangkitkan semangat kerja dalam bentuk memberikan dukungan, bisa dilakukan melalui kata-kata , baik langsung maupun tidak langsung, dalam kalimat-kalimat yang sugestif. Dukungan juga dapat diberikan dalam bentuk peningkatan atau penambahan sarana kerja, penambahan staf yag berkualitas, perbaikan lingkungan kerja, dan semacamnya.

Peran Menyampaikan Informasi

            Informasi merupakan jantung kualitas perusahaan atau organisasi; artinya walaupun produk dan layanan purna jual perusahaan tersebut bagus, tetapi jika komunikasi internal dan eksternalnya tidak bagus, maka perusahaan itu tidak akan bertahan lama karena tidak akan dikenal masyarakat dan koordinasi kerja di dalamnya jelek. Penyampaian atau penyebaran informasi harus dirancang sedemikian rupa sehingga informasi benar-benar sampai kepada komunikan yang dituju dan memberikan manfaat yang diharapkan. Informasi yang disebarkan harus secara terusmenerus dimonitor agar diketahui dampak internal maupun eksternalnya. Monitoring tidak dapat dilakukan asal-asalan saja, tetapi harus betul-betul dirancang secara efektif dan sistemik. Selain itu, seorang pemimpin juga harus menjalankan peran consulting baik ke ligkungan internal organisasi maupun ke luar organisasi secara baik, sehingga tercipta budaya organisasi yang baik pula. Sebagai orang yang berada di puncak dan dipandang memiliki pengetahuan yang lebih baik dibanding yang dipimpin, seorang pemimpin juga harus mampu memberikan bimbingan yang tepat dan simpatik kepada bawahannya yang mengalami masalah dalam melaksanakan pekerjaannya

Sejarah Filsafat dan Rincian Hastabrata

13 September 2022 02:35:12 Dibaca : 109

Seiring dengan menggelindingnya waktu, dunia keilmuan terus mengalami perkembangan yang cukup signifikan, terlebih dalam membersamai langkah kehidupan manusia. Salah satunya, ialah ilmu filsafat.

 

Mulanya, Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang tersusun  dari dua kata: philo dan shopia. Kalau kita tilik dari sisi bahasa, philo berarti pecinta, sedang shopia bisa kita artikan sebagai ilmu dan hikmah.

Sejatinya, kalau kita gabungkan dari dua kata di atas, maka artinya akan berubah menjadi ‘pecinta ilmu’. Setelah mengetahui filsafat dari sisi arti, maka kurang afdal rasanya bila tak mengetahui kejadian di balik lahirnya nama filsafat itu.

Konon, sebelum masa Socrates, ada sekelompk orang Yunani kuno yang medeklarasikan dirinya sebagai orang yang berilmu (Shopia), namun keilmuan yang mereka miliki tak mereka manfaatkan di jalur yang benar.

Mereka memafaatkan ilmunya untuk mengelabui orang-orang sekitar atau lebih tepatnya untuk menyesatkan pikiran mereka saat berargumen, sehingga makna asli dari ilmu yang sesungguhnya kabur akibat ulahnya. Dalam ilmu filsafat atau logika, hal itu memiliki istilah ‘kesesatan dalam berpikir’ (fallacy).

Kedatangan Socrates di dunia keilmuan berusaha menghapus orang-orang tersebut . Dengan kerendahan hatinya, Socrates yang kala itu memang dikenal sebagai orang yang berilmu, ia tak mau disebut sebagai orang berilmu, ia lebih suka apabila orang lain menyebutnya dengan sebutan ‘pecinta ilmu’.

Menurut beberapa catatan sejarah, alasan kenapa ia tak mau disebut sebagai orang berilmu, bahkan ia lebih sreg disebut pecinta ilmu, itu tak lain agar ia dapat menjauh dari kategori sekelompok orang yang menyalahgunakan ilmunya itu.

Seiring dengan bergulirnya masa, akhirnya kata Shopia berubah menjadi Philo-Shopia. Dengan mengubah nama menjadi Philo-Shopia, citra orang-orang berilmu yang masih berada di dalam koridornya yang lurus, itu masih bersih.

Begitulah kira-kira awal mucul penamaan dari ilmu filsafat. Kemudian, di berbagai negara—dengan bahasa yang pusparagam—yang di dalam bahasa Indonesia dikenal ilmu filsafat, atau dalam bahasa Persia disebut Falsafeh dan oleh orang-orang Arab disebutnya Falasifah dan seterusnya.

Menurut goresan sejarah, para filsuf meyakini, bahwa ilmu filsafat mucul pertama kali di bumi Yunani oleh para ilmuwannya. Adapaun siapa kali pertama yang mencetus ilmu ini, sayangnya masih belum jelas.

Namun, di antara para Ilmuwan yang masyhur hingga kini di dalam dunia filsafat adalah Plato dan Socrates. Menariknya semakin ke sini, ilmu-ilmu filsafat mengalami perkembangan yang cukup pesat.

Berkat para ilmuwan, ilmu filsafat telah mengepakkan sayapnya dan menjamah ke dalam disiplin filsafat moral, fisafat psikolog dan sebagainya. Selain itu, filsafat juga terbagi menjadi beberapa kutub, ada filsafat Timur, di sini dikenal sebagai filsafat Islam.

Seperti Suhrawardi atau yang dikenal Syaikh Isyroq, Mulla Shadra, Ibnu Sina yang dikenal Syaikh al-Rois dan sebagainya, ada juga filsafat Barat, yang digawangi para filsuf asal Barat semisal Thales, Socrates, Plato dan seterusnya dan seterusnya sesuai dengan zamannya masing-masing

Sebagai penutup, mungkin timbul sebuah tanya di benak pembaca, apa saja yang dipelajari di dalam filsafat, lalu apa manfaat seseorang mempelajari ilmu ini? Baiklah, secara singkat penulis hendak membeberkan jawaban dari pertanyaan barusan.

Mudahnya, secara umum, filsafat adalah ilmu yang berada di dalam wilayah akal. Artinya, posisi akal sangat berguna dalam menyingkap hakikat keberadaan. Dengan kata lain, pokok pembahsan dari ilmu filsafat adalah ‘hakikat keberadaan’ secara universal.

Selain itu, boleh dikata, filsafat adalah solusi atas pertanyaan-pertanyaan yang tak pernah absen dalam benak manusia, seperti dalam pembuktian keberadaan Tuhan, apakah Tuhan ada? Apakah keberadaan itu hanya terbatas di dalam alam materi atau ada juga di alam lain? Apakah dunia ini ada penciptanya? Dan sederet pertanyaan mendasar lainnya.

Sebagai penegasan, bahwa apa yang penulis goreskan dalam halaman yang terbatas ini, hanya sekadar pengetahuan singkat mengenai sejarah munculnya ilmu filsafat dan manfaat dari mempelajarinya.

Sudah barang tentu, untuk memantapkan pengetahuan kita tentang filsafat, kita tak cukup berhenti di sini. Ada banyak buku dan literatur terkait yang mesti kita baca juga telaah, dan para ahli yang harus kita tanyai. Dengan begitu, perlahan-lahan piramida keilmuan kita tentangnya akan makin paripurna.

Hasta Brata 8 Sifat Unggul Pemimpin

Dalam khasanah budaya Jawa kuno, sedikitnya ada empat ajaran filsafat kepemimpinan. Keempat ajaran tersebut adalah; Ilmu Hasta Brata, Wulang Reh, Tripama, dan Dasa Darma Raja. Ulasan mendalam tentang keempat ajaran tersebut dapat dibaca antara lain dalam buku yang ditulis oleh Pardi Suratno berjudul “Sang Pemimpin”. Dari keempat ajaran tersebut, Hasta Brata merupakan yang (relatif) paling lengkap dan sangat ideal sehingga menarik untuk dikaji menggunakan pendekatan konteks kekinian (kontemporer).

Ilmu Hasta Brata tergolong ajaran yang sangat tua, mulai diperkenalkan melalui lakon pewayangan Wahyu Makutharama. Wayan Susetya dalam bukunya “Kepemimpinan Jawa” melukiskan kehebatan ilmu Hasta Brata ini sedemikian rupa sehingga dua orang titisan Bathara Wisnu; Sri Rama WIjaya (Raja Ayodya) dan  Sri Bathara Kresna (Raja Dwarawati) menjadi raja yang besar. Sri Bathara Kresna kemudian menurunkan ilmu ini kepada  Arjuna. Dengan  Ilmu Hasta Brata ini pulalah Arjuna mampu melakukan koreksi terhadap kepemimpinan Dasa Muka yang dikenal arogan dan angkara murka.

Hasta Brata adalah ilmu tentang delapan (hasta) sifat alam yang agung. Pemimpin yang menguasai ilmu Hasta Brata ini akan mampu melakukan internalisasi diri (pengejawantnhan) kedalam delapan sifat agung tersebut. Dalam beberapa literatur juga disebutkan bahwa delapan sifat alam ini mewakili simbol kearifan dan kebesaran Sang Pencipta, yaitu; sifat Bumi, sifat Matahari, sifat Bulan, sifat Samudra, sifat Bintang, sifat Angin, sifat Api, dan sifat Air.

Sifat Bumi; adalah memberikan tempat hidup bagi manusia, hewan dan tumbuhan. Dalam konteks kekinian, sifat Bumi ini dapat diterjemahkan menjadi sifat seorang yang suka memberikan perhatian kepada fakir miskin, dan kaum lemah. Seorang pemimpin yang menguasai sifat Bumi akan mengarahkan kekuasaannya untuk mensejahterakan rakyat dan mengentaskan kemiskinan.

Sifat Matahari; adalah menjadi sumber energi yang memberi kekuatan untuk menyokong kehidupan. Matahari memberikan kekuatan pada makhluk hidup yang ada di bumi. Dalam konteks kekinian, seorang pemimpin yang menguasai sifat Matahari dapat memberikan inspirasi dan semangat kepada rakyatnya untuk menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi. Pemimpin yang menguasai sifat Matahari adalah ia yang siap membela rakyatnya yang tertindas. Sifat pemimpin seperti ini diilustrasikan dalam kisah Khalifah Umar bin Khatab yang “marah” ketika menemukan seorang warga yang tanahnya akan digusur Gubernur Mesir secara semena-mena. Seketika Khalifah Umar mengirimkan sepotong tulang yang digores pedangnya sebagai peringatan agar Gubernur Mesir tidak semena-mena terhadap rakyatnya.

Sifat Bulan; adalah menjadi sumber cahaya bila malam tiba. Dengan demikian, hakekatnya Bulan adalah sang penerang mahluk hidup dari kegelapan di bumi. Dalam konteks kekinian, seorang pemimpin yang menguasai sifat Bulan adalah ia yang mampu menjadi penuntun dan memberikan pencerahan kepada rakyatnya. Oleh karena itu pemimpin seperti ini memahami dan mengamalkan ajaran luhur yang terkandung dalam agama (religiusitas) dan menjunjung tinggi moralitas.

Sifat bulan ini diterapkan oleh raja-raja Mataram, salah satu tandanya adalah dengan memberikan status/posisi kepada Sultan Hamengku Buwono sebagai Senopati Ing Ngalogo Ngabdurohman Sayidi Panoto Gomo Kalifatullah. Dalam konsepsi Jawa, seorang pemimpin adalah sekaligus berfungsi sebagai ulama.

Sifat Samudra; adalah luas dan lapang sebagai simbol dari kelapangan dada dan keluasan hati. Dalam konteks kekinian seorang pemimpin yang menguasai sifat Samudra akan mampu menerima kritikan dengan lapang dada, siap diberi saran sekalipun itu oleh bawahannya. Ia tidak akan melihat siapa yang berbicara, tetapi apa yang dibicarakan. Ia akan menyediakan waktu dan selalu terbuka untuk menampung keluhan rakyatnya.

Sifat Samudra ini juga tercermin dalam praktek  kepemimpinan raja-raja Mataram dengan memberikan kesempatan kepada rakyatnya untuk mengajukan protes kepada Raja melalui budaya pepe, yaitu berjemur di alun-alun sampai Raja menemui dan mendengarkan keluhan mereka.

Sifat Bintang; adalah melukiskan posisi yang tinggi. Pemimpin yang menguasai sifat Bintang dalam konteks kekinian adalah pemimpin yang memiliki kepribadian mulia sehingga menempati posisi (maqam) yang terhormat dan dihormati. Singkat kata, rakyat mencintainya sedangkan lawan menyeganinya.

Sifat Angin; adalah dapat masuk (menyusup) ke segala tempat. Sifat Angin dalam khasanah filsafat Jawa ini diartikan sebagai suatu bentuk ketelitian dan kehati-hatian. Dan dalam konteks kekinian pemimpin yang menguasi sifat Angin adalah ia yang selalu terukur bicaranya (tidak asal ngomong), setiap perkataannya selalu disertai argumentasi serta dilengkapi data dan fakta. Dengan demikian pemimpin yang menguasai sifat Angin ini akan selalu melakukan check and recheck sebelum berbicara atau mengambil keputusan.

Sifat Api;  adalah membakar apa saja, tanpa pandang bulu. Besi sekalipun bisa leleh dengan Api. Dalam khasanah filsafat Jawa, Api dimaknai secara positif sebagai simbol dari sifat yang tegas dan lugas. Dalam konteks kekinian, seorang pemimpin yang menguasai sifat Api adalah ia yang cekatan dan tuntas dalam menyelesaikan persoalan. Juga selalu konsisten dan objektif dalam menegakkan aturan, tegas tidak pandang bulu dan objektif serta tidak memihak.

Secara ilustratif, pemimpin yang menguasai sifat Api ini digambarkan dalam kisah seorang Raja yang dengan tegas menghukum cungkil satu mata kepada anaknya sendiri, tetapi setelah itu ia menyerahkan satu matanya untuk mengganti mata anaknya yang sudah di cungkil tersebut. Demikianlah, seorang pemimpin yang menguasai sifat Api, ia dapat membedakan antara penegakkan hukum dan kasih sayang terhadap keluarga.

Sifat Air; Berbeda dengan Samudra yang lebih mewakili sifat luas (lapang) hati, Air memiliki sifat yang selalu mencari tempat yang rendah. Begitu pula pemimpin yang menguasai sifat Air, ia akan selalu rendah hati dan tidak sombong apalagi semena-mena kepada rakyatnya.

Meskipun tergolong tua, ilmu Hasta Brata adalah salah satu dari sekian banyak ajaran-ajaran filsafat kepemimpinan Jawa. Generasi selanjutnya juga mengajarkan filsafat kepemimpinan sebagai terjemahan lebih lanjut dari Ilmu Hasta Brata ini, misalkan ilmu Manunggaling Kawula Gusti yang mengajarkan bagaimana filsafat kepemimpinan yang menyatu dengan rakyat tetapi dekat dengan Tuhan. Ajaran Manunggaling Kawula Gusti ini mencoba mengambil ajaran Hasta Brata menjadi satu intisari ajaran filsafat kepemimpinan.

Selain itu juga terdapat generasi filsafat kepemimpinan Jawa yang tergolong baru, yaitu Trilogi Kepemimpinan-nya Ki Hajar Dewantara; Ing Ngarso Sungtulodo, Ing Madyo Mangunkarso dan Tut Wuri Handayani. Meskipun demikian, (hampir) semua ajaran filsafat kepemimpinan Jawa tersebut bersumber dari Ilmu Hasta Brata. Sebab ajaran Hasta Brata adalah (dapat dikatakan) satu visi kepemimpinan yang relatif paling ideal dalam konsepsi ajaran filsafat kepemimpinan Jawa. Saking idealnya sehingga seakan-akan tidak mungkin ada seorang pemimpin dapat menguasai kedelapan sifat alam tersebut. Oleh karena itulah kemudian para filsuf mencoba menurunkannya menjadi beberapa generasi ajaran filsafat kepemimpinan yang lebih spesifik.

Seperti umumnya filsafat, ajaran Hasta Brata sepatutnya menjadi landasan kebathinan yang memberi motivasi kepada kita, khususnya bagi mereka yang meyakini ajaran filsafat kepemimpinan Jawa dan ingin menjadi pemimpin yang berhasil menegakkan kebenaran untuk memerangi kebathilan. Bukankah Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa; "Setiap kamu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya”.

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong