ARSIP BULANAN : October 2022

Teori Kepemimpinan Dan Tokoh Pemimpin (Ir. Seokarno)

03 October 2022 23:38:22 Dibaca : 7013

Pengertian “Teori Kepemimpinan

Kita semua tahu bahwa setiap pemimpin memiliki jenis kepemimpinan dan gaya kepemimpinannya masing-masing, sehingga kita tidak bisa menyamaratakan seorang pemimpin dengan pemimpin lainnya. Bagaimana tidak, setiap pemimpin pasti akan menghadapi situasi yang berbeda, sehingga tujuan kepemimpinan yang mereka buat tentunya tidak akan sama. Banyak dari kita yang berusaha untuk memahami bagaimana caranya menjalankan kepemimpinan yang baik dengan membaca beberapa artikel atau materi-materi kepemimpinan. Tentunya, kita mencari gaya kepemimpinan yang bermanfaat bagi organisasi atau perusahaan yang sedang kita jalankan sekarang. Kepemimpinan dalam organisasi atau perusahaan benar-benar memerlukan gaya kepemimpinan yang tepat, sehingga fungsi kepemimpinannya bisa diterima dan dirasakan dengan baik oleh seluruh lapisan organisasi. Untuk memaksimalkan fungsi kepemimpinan yang kita dapat, maka para pemimpin perlu memilih teori kepemimpinan yang tepat untuk diaplikasikan dalam organisasinya, yang tentunya pemimpin tersebut harus sangat memahami kepribadian dirinya sendiri dan juga kondisi lingkungan yang dirinya pimpin. Sebenarnya, apa yang dimaksud dengan teori kepemimpinan? Teori kepemimpinan menurut para ahli adalah suatu penggeneralisasian dari perilaku seorang pemimpin dan juga konsep kepemimpinan yang dianut olehnya. Apa Saja Teori Kepemimpinan yang Perlu Kita Ketahui?

Berdasarkan researchgate dot net, ada 6 teori kepemimpinan yang perlu kita ketahui mulai dari sekarang, sehingga ketika kita menjadi pemimpin di masa mendatang, kita akan memahami teori-teori kepemimpinan dalam organisasi dengan sangat baik. Langsung saja yuk kita simak penjelasannya berikut ini. 1. Teori Orang Hebat (Great-Man Theory).Mungkin sebelumnya rekan-rekan pembaca mendengar pernyataan bahwa seorang pemimpin yang hebat adalah mereka yang memang terlahir sebagai pemimpin hebat, bukan mereka yang dibentuk menjadi pemimpin hebat. Pernyataan ini menggunakan “Teori Orang Hebat atau Great-Man Theory”, yang mana usaha orang-orang di zaman dahulu kala dalam pencarian sifat-sifat umum terhadap kepemimpinan membawa mereka kepada kesimpulan bahwa pemimpin yang hebat adalah orang-orang hebat yang dilahirkan ke dunia, bukan orang-orang hebat yang dibentuk menjadi pemimpin hebat. Pada tahun 1847, Thomas Carlyle menyatakan bahwa sejarah adalah sesuatu yang universal, sejarah merupakan apa yang telah dicapai manusia di dunia ini dan sejarah berada di dasar orang-orang hebat yang telah bekerja keras di dunia. Dalam pernyataannya ini, Carlyle setuju bahwa pemimpin hebat adalah mereka yang sudah diberkahi potensi heroik, kecerdasan dan mental yang lebih kuat dari Tuhan. Akan tetapi, teori kepemimpinan ini sempat terbantahkan setelah manusia melihat peristiwa kehebatan Adolf Hitler. Hitler bukanlah seorang pemimpin yang sudah kentara jiwa kepemimpinannya dia kecil. Hitler harus memiliki banyak cobaan dalam hidupnya, penolakan, pengasingan dan semacamnya. Sampai akhirnya dia bisa menjadi seorang pemimpin besar bagi rakyat Jerman, itu semua hasil pembentukan karakter kepemimpinannya, bukan anugerah langsung dari Tuhan. 2. Teori Sifat (Trait Theory). Pada Teori Sifat atau Trait Theory ini, para ahli mengemukakan bahwa setiap pemimpin memiliki mental, fisik dan kepribadian tertentu yang sangat berbeda dengan mereka yang bukan pemimpin. Tidak seperti teori kepemimpinan yang sebelumnya, yaitu Teori Great-Man, yang mana banyak para ahli berpendapat seorang pemimpin adalah mereka yang terlahir dengan genetik kepemimpinan di dalam dirinya masing-masing, sehingga semua karakteristik kepemimpinan sudah melekat semenjak lahir. Nah, teori sifat atau trait theory ini mengabaikan faktor genetik kepemimpinan tersebut. Tidak hanya itu, teori sifat ini juga tidak begitu yakin bahwa seorang pemimpin dapat dibentuk atau dilatih. Lantas, bagaimana dengan pandangan umum terhadap pemimpin yang dikatakan oleh teori sifat ini? Seorang ahli bernama Jenkins mengidentifikasikan sifat-sifat kepemimpinan dari teori ini. Beberapa sifat yang secara garis keturunan menurun kepada orang tersebut seperti, kecerdasan, tinggi badan, ketampanan dan kecantikan (daya tarik), kepribadian dan juga karisma. Bahkan, seorang filsuf terkenal bernama Max Weber mengatakan bahwa karisma adalah suatu kekuatan revolusioner terbesar yang mampu mengajak orang lain untuk melakukan pengabdian dan mengikuti arahan pemimpin berkarismatik tersebut. 3. Teori Kepemimpinan Situasional (Situational Theories). Teori Kepemimpinan Situasional ini merekomendasikan kepada kita bahwa tidak ada gaya kepemimpinan yang paling tepat dalam kehidupan ini. Dalam hal ini, gaya kepemimpinan yang perlu kita terapkan tergantung dengan suatu keadaan tertentu. Lantas, situasi seperti apa yang dimaksud dalam teori ini? Teori Kepemimpinan Situasional menyampaikan kepada kita bahwa gaya kepemimpinan yang tepat itu bergantung pada faktor-faktor tertentu seperti, kualitas dan situasi para pengikut kita (anggota tim). Teori kepemimpinan ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1969 yang mengungkapkan bahwa tidak ada cara yang paling tepat untuk memimpin, yang ada hanyalah para pemimpin harus mampu beradaptasi dengan segala situasi dan mengubah gaya kepemimpinan berdasarkan situasi yang dirinya hadapi. Jadi, setiap gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan berbeda-beda, karena semuanya tergantung dari tingkat kesiapan para pengikut atau anggota timnya. 4. Teori Gaya dan Perilaku (Style and Behavior Theory).Dalam teori gaya dan perilaku ini, kita bisa melihat bahwa kesuksesan dan keberhasilan yang diraih oleh seorang pemimpin semuanya tergantung dengan perilaku, sikap, dan karakteristik yang dirinya miliki. Dengan kata lain, keberhasilan kepemimpinan tergantung pada sikap dan perilaku pemimpin dalam memenuhi fungsi-fungsi kepemimpinannya. Seperti apa saja contohnya? Misalnya, kita perlu melihat bagaimana cara seorang pemimpin mengambil keputusan dengan tepat, bagaimana cara seorang pemimpin memotivasi karyawannya, bagaimana cara pemimpin tersebut memberikan perintah atau instruksi, berkomunikasi dengan sesama pemimpin maupun dengan seluruh anggota timnya. 5. Teori Transaksional (Transactional Theory). Ini adalah teori kepemimpinan yang hadir pada akhir tahun 1970-an dan awal 1980-an. Dalam teori kepemimpinan ini, baik seorang pemimpin dan pengikut terlibat dalam praktik yang memungkinkan adanya pertukaran antara pengikut dan pemimpin. Dengan kata lain, teori ini digambarkan sebagai suatu asosiasi yang melibatkan pemimpin dan pengikut terjadi karena adanya serangkaian perjanjian antara pemimpin tersebut dengan para pengikutnya. 6. Teori Transformasional (Transformational Theory). Kepemimpinan transformasional adalah sebuah teori yang relevan dengan kehidupan modern saat ini. Dalam hal ini, teori kepemimpinan transformasional mencakup dua elemen yang sangat penting. Apa sajakah elemen tersebut? Kedua elemen yang dimaksud adalah relasional dan hal-hal yang berurusan dengan perubahan riil. Teori kepemimpinan ini terjadi ketika satu orang atau sekelompok orang berhubungan dengan orang banyak dengan upaya untuk mengangkat posisi atau pencapaian para pemimpin dan pengikut (anggota tim). Dengan kata lain, antara pemimpin dan pengikut saling mengangkat pencapaian mereka sampai kepada tingkat motivasi dan moralitas (semangat) yang lebih tinggi.

Kepemimpinan Soekarno

Nama Presiden Soekarno tentunya bukan nama yang asing lagi di telinga seluruh masyarakat Indonesia, pasalnya selain ia menjadi presiden pertama Republik Indonesia.

Soekarno juga memiliki begitu banyak jasa yang sangat berarti bagi semua masyarakat Indonesia, termasuk buat generasi sekarang.

Terlebih lagi, Soekarno memiliki gaya kepemimpinan yang dikenal cukup sulit untuk ditemui saat ini.

Sebagai pemimpin, ia adalah sosok yang sangat kharismatik, mampu menggerakkan banyak orang, mempengaruhi dan bahkan dapat berdiplomasi dengan baik.

Tidak heran mengapa akhirnya Soekarno mampu mempersatukan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari beraga suku, golongan,budaya dan bahkan beragam kepercayaan.

Hal ini membuat nama Soekarno menjadi semakin terkenal, bahkan bukan hanya di Indonesia saja tetapi juga di negara-negara lain, khususnya negara Asia. Di luar sana Soekarno dikenal sebagai sosok yang nasionalis dan anti-kolonialis. Namun yang menjadi pertanyaannya, “apa yang dilakukan oleh Soekarno sehingga menjadi sosok yang seperti demikian?”

Untuk menjawabnya, mari kita sedikit melihat seperti apa sosok Presiden Soekarno ini.

Sosok Presiden Soekarno

Soekarno lahir pada 6 Juni 1902 di Jawa Timur, dari Raden Sukemi Sosrodihardjo dan R.A Ida Nyoman Rai, yang saat itu termasuk dalam keluarga bangsawan dan merupakan keluarga terhormat jika dilihat secara struktur sosial.

Hanya saja hidup yang dijalani oleh Soekarno saat kecil tidaklah sama seperti kehidupan seorang anak bangsawan yang kita bayangkan. Beliau menjalani hidup yang pas-pasan dan bahkan cenderung kekurangan.

Maka tidak heran jika Soekarno akhirnya menjadi paham betul dengan apa yang dirasakan oleh masyarakat dengan ekonomi yang rendah.

Beliau tumbuh besar dengan kakeknya yang kala itu adalah seorang yang dihormati dan disegani oleh masyarakat, karena begitu peduli dengan sesamanya dan bersahaja.

Sang kakek ini lah yang kemudian mendidik Soekarno untuk menjadi orang yang tegas, tidak cengeng, pemberani dan tetap ramah serta penuh perhatian kepada teman dan orang lain.

Banyak yang mengatakan bahwa Soekarno begitu banyak terinspirasi dari kehidupan sang kakek, baik dalam prinsip hidup maupun caranya berperilaku.

Dari segi pendidikan, Soekarno pernah menganyam pendidikan di daerah Tulungagung, di Eerste Inlandse School yang ada di Mojokerto, Europeesche Lagere School, Hoogere Burger School di Surabaya hingga tahun 1920, kemudian lanjut ke Technische Hoogeschool di Bandung hingga mendapat gelar Insinyur pada 5 Mei 1926.

Gaya Kepemimpinan Soekarno

Sebagai seorang pemimpin, Soekarno disebut sebagai sosok yang sempurna, terlebih dalam memimpin negara Indonesia yang sangat luas dan beragam ini.

Soekarno tidak hanya berkharisma dan berwibawa, tetapi ia juga seorang cendekiawan dan ideolog.

Jika melihat dari gaya kepemimpinannya, tidak diragukan lagi kalau Soekarno masuk dalam golongan pemimpin bergaya kharismatik, yang mana dirinya memiliki daya tarik, berwibawa serta energi yang luar biasa sehingga mampu mempengaruhi orang lain untuk menjadi pengikutnya.

Soekarno sangat ahli dalam mengubah presepsi orang lain sehingga menjadi sama dengannya, serta mampu membuat mereka agar mau mengikuti perintah dan keinginannya dengan senang hati.

Presiden Pertama Indonesia ini juga dikenal sebagai seorang dengan temperamen yang meledak-ledak, tetapi mampu menularkan semangatnya yang besar ini kepada orang lain.

Ia mampu membakar semangat seluruh rakyat dan menginspirasi mereka semua untuk berani melakukan hal yang diinginkan. 

Ivancevich, dkk, (2007:209) mengatakan bahwa pemimpin karismatik adalah pemimpin yang mewujudkan atmosfer motivasi atas dasar komitmen dan identitas emosional pada visi, filosofi, dan gaya mereka dalam diri bawahannya.

Setiap orang yang mengikuti pemimpin dengan gaya yang sama dengan Presiden Soekarno biasanya memiliki keyakinan yang kuat bahwa pemimpinnya selalu benar, merasa sayang dan bangga dengan pemimpinnya, memiliki motivasi yang kuat untuk terlibat dalam misi kelompoknya, mau mematuhi pemimpin dan yakin bahwa mereka dapat berkontribusi bagi kelompoknya. Tentu saja menjadi hal yang sangat baik jika bawahannya memiliki cara berfikir yang seperti ini, karena dengan demikian maka visi yang telah ditetapkan oleh pemimpin akan menjadi lebih mungkin untuk direalisasikan, karena pemimpin mendapat dorongan yang kuat dari bawah. 

Gaya kepemimpinan kharismatik sendiri dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe kharismatik di masa krisis yang mana pemimpin ini akan menunjukan pengaruhnya di saat menghadapi situasi krisis seperti misalnya ketika informasi dan prosedur yang ada tidak mencukupi, serta saat tipe visioner yang mampu mengekspresikan visi bersama mengenai masa depan.

Pemimpin kharismatik dengan tipe visioner biasanya mampu melihat gambaran yang besar untuk masa yang akan datang, serta mampu melihat peluang yang ada dalam gambaran besar tersebut, serta memiliki kemampuan komunikasi yang sangat baik.

Prestasi Kepemimpinan Soekarno 

Untuk Indonesia, Soekarno memiliki pengorbanan yang sangat besar, khususnya di mana ia mampu membawa Indonesia untuk keluar dari belenggu penjajahan dan mencapai kemerdekaannya.

Selama masa perjuangannya, Soekarno sudah mengalami banyak hal yang menyakitkan dan tidak jarang mendapat perlakuan yang tidak baik. Ia pernah dibuang, pernah ditendang, dicampakkan, dan bahkan diperas oleh orang-orang yang tidak setuju dengannya.

Namun dibalik semua pengorbanan yang telah ia berikan, ada banyak keberhasilan besar Soekarno yang tidak akan pernah dapat dilupakan oleh Indonesia. Berikut diantaranya, 

1. Semangat Revolusi yang Membuahkan KemerdekaanKeberhasilan pertama yang tidak akan pernah dilupakan dari Soekarno ialah bagaimana ia mampu mengobarkan semangat revolusi di tengah-tengah masyarakat Indonesia, yang mana hal tersebut akhirnya membawa Indonesia kepada kemerdekaan di tahun 1945. Finalnya adalah ketika Soekarno membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia, hingga Indonesia akhirnya mendapat pengakuan di mata dunia. Selain itu, proklamasi yang dilakukan oleh Soekarno juga semakin mengobarkan semangat seluruh masyarakat Indonesia untuk merdeka.

2. Gerakan Non-blok

Di bawah kepemimpinannya, Soekarno tercatat berhasil membentuk Gerakan Non-Blok (GNB) pada konferensi Asia-Afrika yang dilaksanakan di Kota Bandung pada tahun 1955.

Gerakan yang dibentuk oleh Soekarno ini kemudian diikuti dan didukung oleh beberapa pemimpin besar lainnya, seperti misalnya Josip Broz Tito yang menjabat sebagai Presiden Yugoslavia, Pandit Jawaharlal Nehru selaku Perdana Menteri India, Kwame Nkrumah selaku Presiden Ghana, dan Gamal Abdul Nasser yang menjabat sebagai Presiden Mesir.

3. Menyatukan Papua Barat ke NKRI

Pada 1 Mei 1963, Papua Barat akhirnya berhasil bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, namun hal ini merupakan hasil dari serentetan perjuangan yang dilakukan oleh Soekarno selaku pemimpin Indonesia. Pasalnya meskipun Indonesia telah mengklaim Papua Barat sebagai wilayahnya ketika telah merdeka, namun pihak Belanda masih belum setuju dan menyebut wilayah Papua Barat ini sebagai salah satu provinsi dari Kerajaan Belanda yang kemudian akan dipersiapkan sehingga menjadi suatu negara yang merdeka.

Hal ini menimbulkan masalah yang baru lagi antara Belanda dan Indonesia, sehingga sempat hendak diselesaikan melalui jalur diskusi, tepatnya dengan Konferensi Meja Bundar di tahun 1949.

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong