Pengantar Ergonomi Lingkungan (Rangkuman oleh Erhawati Djaafar)
RANGKUMAN MATERI DARI VIDEO
Penyusun : Erhawati DJ. Djaafar (561421026)
Judul Video : Environmental Ergonomics: an introduction
Oleh : Titis Wujayanto
Link : https://youtu.be/MUVQNBwUQCs?si=vQQcQapYHzbbk7S6
1. Definisi Environmental Ergonomics
Environmental Ergonomics adalah cabang dari ergonomi yang fokus pada interaksi antara manusia dengan lingkungan fisik mereka. Disiplin ini memperhatikan bagaimana faktor lingkungan seperti suhu, kebisingan, getaran, pencahayaan, dan tekanan udara memengaruhi kesejahteraan dan kinerja manusia.
2. Tujuan Environmental Ergonomics
a. Meningkatkan Kinerja Manusia dalam Lingkungan Fisik
Salah satu tujuan utama dari Environmental Ergonomics adalah meningkatkan kinerja manusia dalam berbagai kondisi lingkungan fisik. Ini mencakup peningkatan efisiensi kerja, pengurangan risiko cedera, dan peningkatan kenyamanan bagi individu yang beroperasi dalam lingkungan tersebut.
b. Memahami Respons Manusia terhadap Stimulus Lingkungan
Tujuan lainnya adalah memahami bagaimana manusia merespons stimulus lingkungan, seperti suhu, kebisingan, pencahayaan, dan tekanan udara. Dengan pemahaman yang mendalam tentang respons ini, dapat dikembangkan strategi dan desain lingkungan yang lebih sesuai dengan kebutuhan manusia.
c. Mengoptimalkan Desain Lingkungan untuk Kesejahteraan Manusia
Environmental Ergonomics bertujuan untuk mengoptimalkan desain lingkungan agar mendukung kesejahteraan fisik dan mental manusia. Ini mencakup desain ruang kerja, transportasi, rumah, dan lingkungan umum lainnya agar lebih ergonomis dan ramah manusia.
d. Meningkatkan Kualitas Hidup dan Produktivitas
Salah satu tujuan jangka panjang dari Environmental Ergonomics adalah meningkatkan kualitas hidup dan produktivitas manusia secara keseluruhan. Dengan menciptakan lingkungan yang lebih sesuai dengan kebutuhan manusia, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan efisiensi individu serta kelompok.
e. Mengurangi Dampak Negatif Lingkungan terhadap Manusia
Tujuan lainnya adalah untuk mengidentifikasi dan mengurangi dampak negatif lingkungan terhadap manusia. Hal ini mencakup penanganan masalah seperti kebisingan, polusi udara, panas ekstrem, dan faktor lingkungan lain yang dapat membahayakan kesehatan dan kesejahteraan manusia.
3. Faktor Lingkungan Yang Dipertimbangkan
Berikut adalah penjelasan rinci tentang faktor-faktor lingkungan yang dijelaskan dalam video:
a. Suhu : suhu lingkungan dalam mempengaruhi kenyamanan dan kinerja manusia. Suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin dapat mengganggu kesejahteraan dan produktivitas.
b. Kebisingan : Kebisingan lingkungan, seperti suara dari mesin, lalu lintas, atau aktivitas industri, dapat menyebabkan stres, gangguan tidur, dan penurunan konsentrasi.
c. Getaran : Getaran dari mesin atau peralatan dapat menyebabkan ketidaknyamanan, kelelahan, dan bahkan cedera pada sistem muskuloskeletal.
d. Pencahayaan : Pencahayaan lingkungan mempengaruhi kenyamanan visual dan psikologis manusia. Pencahayaan yang buruk dapat menyebabkan ketegangan mata dan penurunan produktivitas.
e. Tekanan Udara : Tekanan udara yang ekstrem, seperti pada ketinggian tinggi atau dalam ruang tekanan tinggi, dapat memengaruhi sistem pernapasan dan kesehatan manusia secara umum.
Tujuan utama mempertimbangkan faktor lingkungan dalam Environmental Ergonomics adalah untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan, kenyamanan, dan kinerja manusia. Dengan memahami dampak faktor lingkungan terhadap manusia, tujuannya adalah untuk merancang lingkungan yang lebih manusiawi, efisien, dan aman.
4. metode penilaian respon manusia
beberapa metode penilaian respon manusia terhadap lingkungan fisik. Berikut adalah uraian mengenai metode-metode tersebut:
a. Metode Subjektif
Metode ini melibatkan penggunaan kuesioner atau wawancara untuk mengumpulkan respons subjektif dari individu terkait dengan kenyamanan atau pengalaman mereka terhadap lingkungan fisik. Biasanya, responden diminta untuk memberikan penilaian atau skor terhadap berbagai aspek lingkungan, seperti suhu, kebisingan, pencahayaan, atau kelembaban. Metode ini membantu dalam memahami persepsi individu terhadap lingkungan dan memberikan wawasan tentang preferensi dan ketidaknyamanan yang mungkin mereka alami.
- Keunggulan:
Memberikan wawasan langsung tentang persepsi dan pengalaman individu terhadap lingkungan fisik.Mengidentifikasi preferensi dan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh individu secara langsung.Dapat digunakan untuk memahami faktor-faktor psikologis dan emosional yang memengaruhi respons terhadap lingkungan.
- Kelemahan:
Rentan terhadap bias subjektivitas, karena penilaian didasarkan pada persepsi dan pengalaman individual.Tidak selalu dapat memberikan gambaran lengkap tentang kondisi lingkungan fisik secara objektif.Tergantung pada kemampuan individu untuk menyampaikan pengalaman mereka dengan akurat.
b. Metode Objektif
Metode ini melibatkan penggunaan instrumen atau alat untuk melakukan pengukuran langsung terhadap variabel lingkungan dan respons fisik atau fisiologis manusia. Contohnya, penggunaan sensor suhu untuk mengukur suhu udara, penggunaan alat pemantau denyut jantung untuk mengukur tingkat stres, atau penggunaan alat pemantau aktivitas fisik untuk mengukur tingkat aktivitas. Data yang diperoleh dari metode ini lebih objektif dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi korelasi antara variabel lingkungan dengan respons manusia.
- Keunggulan:
Memberikan data yang lebih objektif dan terukur tentang kondisi lingkungan fisik.Memungkinkan identifikasi langsung terhadap pengaruh lingkungan fisik terhadap respons fisik atau fisiologis manusia.Dapat digunakan untuk memantau secara akurat perubahan dalam lingkungan fisik dari waktu ke waktu.
- Kelemahan:
Mungkin memerlukan alat atau peralatan yang mahal dan kompleks.Tidak selalu mencerminkan pengalaman subjektif individu terhadap lingkungan.Rentan terhadap gangguan teknis atau kesalahan pengukuran yang dapat memengaruhi validitas data.
c. Metode pemodelan
Beberapa studi menggunakan pendekatan campuran yang menggabungkan metode subjektif dan objektif. Pendekatan ini dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang interaksi manusia dengan lingkungannya dengan memadukan informasi subjektif dari individu dengan data objektif dari pengukuran langsung.
- Keunggulan:
Menggabungkan keunggulan kedua metode (subjektif dan objektif) untuk memberikan pemahaman yang lebih holistik.Memungkinkan triangulasi data dari berbagai sumber untuk memvalidasi temuan.Dapat mengkompensasi kelemahan satu metode dengan keunggulan metode lainnya.
- Kelemahan:
Memerlukan waktu dan sumber daya yang lebih besar untuk mengumpulkan dan menganalisis data dari berbagai metode.Memerlukan keterampilan analisis yang canggih untuk mengintegrasikan data yang berasal dari sumber yang berbeda.Dapat menjadi kompleks dan sulit diimplementasikan tergantung pada konteks penelitian.
d. Metode Observasi Perilaku
Metode ini melibatkan pengamatan langsung terhadap perilaku individu atau kelompok dalam respons terhadap lingkungan fisik. Observasi dapat mencakup perubahan postur, gerakan tubuh, atau interaksi dengan lingkungan, seperti menghidupkan lampu atau menggerakkan ventilator. Metode ini membantu dalam memahami respons non-verbal atau tindakan nyata individu terhadap lingkungan mereka.
- Keunggulan:
Memberikan wawasan tentang respons non-verbal individu terhadap lingkungan fisik.Memungkinkan pengamatan langsung terhadap tindakan nyata individu dalam lingkungan mereka.Dapat digunakan untuk memahami interaksi manusia dengan lingkungan secara lebih holistik.
- Kelemahan:
Rentan terhadap interpretasi subjektif terhadap perilaku yang diamati.Mungkin memerlukan observasi yang cermat dan waktu yang lama untuk mengumpulkan data yang relevan.Tidak selalu mencerminkan pengalaman subjektif individu terhadap lingkungan.
Setiap metode penilaian memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri, dan pemilihan metode yang tepat tergantung pada tujuan penelitian, sumber daya yang tersedia, dan konteks lingkungan yang diteliti. Dengan menggunakan berbagai metode tersebut, peneliti dapat mendapatkan pemahaman yang lebih holistik tentang respons manusia terhadap lingkungan fisik.
Antropometri Ergonomi
Antropometri, yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia untuk digunakan dalam perancangan peralatan dan fasilitas sehingga sesuai dengan pemakainya.
Antropometri juga adalah ilmu yang digunakan untuk mempertimbangkan ergonomi atau tidaknya pembuatan suatu produk ataupun sistem kerja. Pengaplikasian antropometri telah lama digunakan untuk menjadikan produk agar tetap memegang prinsip ergonomis dalam desain dan sistem kerja.
Data antropometri digunakan untuk berbagai keperluan, seperti perancangan stasiun kerja, fasilitas kerja, dan desain produk agar diperoleh ukuran-ukuran yang sesuai dengan dimensi anggota tubuh manusia yang akan menggunakannya.
- Ruang Lingkup dalam Data Pengukuran Antropometri
Alat yang digunakan untuk mengukur Antropometri tubuh manusia
1. Kursi Antropometri
Alat ukur lain yang biasanya digunakan dalam mengukur ruang lingkup dimensi tubuh manusia adalah Kursi Antropometri. Beberapa tahun yang lalu, kursi antropometri terbuat dari bahan kayu yang sangat konvensional. Sehingga terkadang bisa terjadi kesalahan dalam perhitungan. Kendati demikian, saat ini telah dibuat kursi antropometri yang lebih modern dengan menggabungkan teknologi listrik dalam perhitungannya. Sehingga meskipun pengukuran dilakukan secara manual. Namun, perhitungan yang dihasilkan akan sesuai dengan perhitungan yang dilakukan.
2. Portable Antropometri / Antropometer Kit
Selain kursi antropometri, dalam melakukan pengukuran antropometri tubuh manusia, kita juga bisa menggunakan alat antropometri portable. Biasanya alat portable antropometri atau yang dikenal pula dengan anthropometry measurement kit, merupakan alat alat yang terdiri dari antropometer, sliding caliper, spreading caliper dan juga jangka sorong. Alat ini sangat praktis untuk digunakan dan dapat digunakan kapanpun dan dimanapun. Portable Antropometri biasanya digunakan untuk kepentingan kesehatan dan keselamatan kerja. Perhitungan yang dilakukan menggunakan portable antropometri pun tak kalah baik dengan kursi antropometri yang ada di atas.
Pengertian dari ruang lingkup data antropometri
Ruang lingkup juga dapat diartikan sebagai bagian variabel-variabel yang diteliti, populasi atau subjek, dan lokasi. Namun, dalam hal ini, ruang lingkup yang dimaksud adalah beberapa hal yang dapat diukur atau diteliti menggunakan ilmu antropometri.
Ruang lingkup yang diukur oleh ilmu antropometri atau data dalam pengukuran adalah sebagai berikut:
1. Desain pakaian
Tahukah anda bahwa desain pakaian yang dikenakan menggunakan prinsip pengukuran antropometri didalamnya. Misalnya, bagaimana cara untuk merata-rata ukuran baju bagi laki-laki maupun perempuan. Prinsip ergonomi yang hendak dicapai dalam pembuatan produk pakaian adalah hasil produksi yang nyaman digunakan, pas ukurannya untuk dikenakan dan tahan lama. Nah, prinsip tersebut bisa dilakukan dengan menggunakan pengukuran antropometri. Misalkan berapa ukuran rata-rata wanita usia dua puluh tahun, atau model pakaian yang nyaman bagi pekerja pabrik. Contoh lain adalah baju seorang dokter yang disesuaikan dengan kebutuhan dokter tersebut. Hal ini yang dimaksud dengan menggunakan prinsip pengukuran dimensi tubuh demi menciptakan produk massa yang baik digunakan.
2. Desain tempat kerjaKedua, desain tempat kerja, konsep ergonometri jelas penting dan krusial digunakan dalam mendesain tempat kerja. Misalnya mendesain tempat kerja yang nyaman bagi pegawai pabrik, para perancang (engineer) diharapkan bisa mengukur ruang yang mampu memenuhi kebutuhan fisiologis/biologis pekerja dengan alat kerja mereka. Sehingga kemudian, untuk menyatukan kedua hal tersebut. Dibutuhkan perhitungan secara antropometri dan lokasi elemen mesin terhadap posisi kerja, ruang gerak, jangkauan dan interface antara tubuh operator dengan mesin.
Pertimbangan ini harus dibentuk karena
1. Ukuran tubuh manusia berbeda antar satu sama lain
2. Manusia memiliki keterbatasan baik fisik maupun mental
3. Manusia memiliki harapan dan prediksi tertentu berkaitan dengan hal-hal disekitarnya.
3. Desain Lingkungan UmumSelain desain tempat kerja, desain lingkungan juga merupakan sebuah hal yang penting untuk diperhatikan. Dalam hal ini, salah satu contoh yang akan diambil adalah ruang tunggu di Stasiun. Ruang tunggu stasiun merupakan ruang tunggu pemberangkatan yang sebisa mungkin mampu mengakomodasi kebutuhan pengguna dan menciptakan kenyamanan bagi pengguna. Tingkat kenyamanan ruang tunggu pada stasiun dapat dikaji melalui kajian ergonomi yang mencakup antropometri, sirkulasi, temperatur, pencahayaan, tingkat kebisingan, getaran mekanik, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, prinsip antropometri yang digunakan mencakup upaya yang diperhatikan dalam pembuatan kursi ruang tunggu dan fasilitas yang dapat dijangkau. Dalam hal ini, misalnya kursi bagi penderita difable juga bisa menjadi pertimbangan dalam mendesain produk yang sesuai dan mampu mengakomodasi kepentingan penderita difable tersebut.
4.
Desain peralatan umum, perkakas dan mesin-mesinRuang lingkup lain yang dapat diuji adalah desain peralatan umum, perkakas dan mesin-mesin. Dalam hal ini misalnya, penulis akan memberikan contoh sederhana mengenai menciptakan helm pekerja yang ergonomis. Seperti yang kita ketahui, helm merupakan sebuah peralatan yang digunakan untuk melindungi kepala ketika berkendara. Tentu saja, melihat pentingnya helm tersebut, pembuatannya harus didasarkan pada perhitungan yang tepat. Beberapa keluhan yang sering dirasakan oleh konsumen misalkan, ukuran helm yang kurang pas, tali pengikat terlalu panjang, kepala belakang atau bagian otak kecil belum tertutupi sepenuhnya.
Untuk menciptakan produk helm yang baik dan berkualitas, maka dibutuhkan perhitungan yang teliti menggunakan data antropometri. Pengukuran bisa dilakukan secara manual maupun menggunakan peralatan yang lebih canggih, misalnya menggunakan kursi antropometri. Karena kursi antropometri dapat digunakan untuk mengukur dimensi kepala. Dalam hal ini, beberapa perhitungan yang dibutuhkan dalam pembuatan helm adalah lingkar kepala, tinggi kepala, lebar kepala, panjang kepala, dan lain lain. Selain helm, beberapa peralatan umum yang lain, utamanya perkakas dan mesin menggunakan data antropometri.
5. Desain produk konsumen
Terakhir, hal lain yang biasanya menggunakan alat ukur antropometri dalam pembuatannya adalah pada desain produk konsumer. Beberapa atau banyak desain produk, yang harus disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia. Karena produk yang tidak ergonomis akan menciptakan kesulitan dalam penggunaan dan menyebabkan ketidaknyamanan penggunaan produk. Dalam hal ini, penting bagi para produsen untuk mementingkan penggunaan data antropometri yang sesuai untuk menciptakan produk yang sesuai.
Contoh sederhana misalnya, pembuatan telepon rumah, pasti penting untuk mengetahui apakah produk tersebut bisa digunakan dengan baik. Apakah kabel yang digunakan harus lebih panjang maupun pendek. Contoh yang lain, misalnya pel lantai, tentunya pel tersebut harus disesuaikan dengan tinggi seseorang yang akan memakai produk tersebut, sehingga produk yang diciptakan lebih efektif untuk digunakan.
Sejarah dan perkembangan Ergonomi
• Sejarah Ergonomi di Internasional
Ergonomi dipopulerkan pertama kali pada tahun 1949 sebagai judul buku yang dikarang oleh Prof. Murrel. Sedangkan kata ergonomi itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon (kerja) dan nomos (aturan/prinsip/kaidah). Istilah ergonomi digunakan secara luas di Eropa. Di Amerika Serikat dikenal istilah human factor atau human engineering. Kedua istilah tersebut (ergonomic dan human factor) hanya berbeda pada penekanannya. Intinya kedua kata tersebut sama-sama menekankan pada performansi dan perilaku manusia. Menurut Hawkins (1987), untuk mencapai tujuan praktisnya, keduanya dapat digunakan sebagai referensi untuk teknologi yang sama.
Ergonomi telah menjadi bagian dari perkembangan budaya manusia sejak 4000 tahun yang lalu (Dan Mac Leod, 1995). Perkembangan ilmu ergonomi dimulai saat manusia merancang benda-benda sederhana, seperti batu untuk membantu tangan dalam melakukan pekerjaannya, sampai dilakukannya perbaikan atau perubahan pada alat bantu tersebut untuk memudahkan penggunanya. Pada awalnya perkembangan tersebut masih tidak teratur dan tidak terarah, bahkan kadang-kadang terjadi secara kebetulan.
Perkembangan ergonomi modern dimulai kurang lebih seratus tahun yang lalu pada saat Taylor (1880-an) dan Gilberth (1890-an) secara terpisah melakukan studi tentang waktu dan gerakan. Penggunaan ergonomi secara nyata dimulai pada Perang Dunia I untuk mengoptimasikan interaksi antara produk dengan manusia.
• Sejarah Ergonomi di Indonesia
Sejarah ergonomi di Indonesia erat kaitannya dengan Bali. Kata Ergonomi di tingkat nasional mulai diperkenalkan sejak tahun 1969 melalui suatu pertemuan ilmiah dengan tema ”Kesehatan dan Produktivitas” dalam suatu judul makalah ”Approach Ergonomi dalam rangka Meningkatkan Produktivitas Tenaga Kerja Perusahaan” (Manuaba, 1987). Pada tahun ini juga untuk pertama kalinya di dalam dunia pendidikan ergonomi diberikan sebagai suatu mata kuliah. Di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ergonomi disinggung dalam kaitan dengan mata kuliah ilmu faal, untuk kemudian ditempatkan dalam mata kuliah kesehatan masyarakat, yang diikuti oleh Fakultas Teknik Unud 1971, Peternakan 1972, Asmi 1981 dan desain Interior 1983. Bersamaan dengan itu, lahir Lembaga daerah Hiperkes Bali-Nusra bersama-sama Bagian Ilmu faal FK Unud berkembang menjadi Pusat Ergonomi di kawasan Asia Tenggara, dengan makalah-makalahnya yang disampaikan ke dunia Internasional. Dan juga kursus ergonomi tingkat nasional dan tingkat daerah dimulai pada tahun ini juga.
Pada tahun 1970, kegiatan yang berkaitan dengan masalah ergonomi semakin meningkat ditandai dengan adanya ceramah, kursus, seminar dan penelitian-penelitian. Penelitian tentang Pacul di perdengarkan di forum internasional di Jepang, penelitian yang berkaitan dengan manusia dan lingkungan. Berikutnya penggarapan di sektor industri kecil mulai digalakan, seperti industri pembuat genteng di pejaten Tabanan Bali. Pada Tahun 1973 makalah penelitian disampaikan melalui forum ilmiah seperti seminar gabungan IAIFI-Puskes ABRI, konperensi Nasional Anatomi ke-3, dan 7th Asian Conference on Occupational Helth di Jakarta (Manubaba, 1987). Sampai dengan tahun 1978, hasil-hasil penelitian ergonomi terus diinformasikan di tingkat nasional maupun internasional, seperti pertemuan-pertemuan ilmiah Man and His Environment tahun 1974, Kongres Ikatan Hiperkes Indonesia ke-2 di Surabaya tahun 1975, kongres ke-3 IAIFI di semarang tahun 1976, Simposium Efisiensi Jam Kerja dan Waktu Kerja di Bali tahun 1976, dan juga banyak pertemuan lainnya. Penyebaran konsep dan prinsip ergonomi dimulai pada tahun ini juga, sehingga sampai dengan tahun 1986 pada TVRI Sto. Denpasar tidak kuarang dari 100 topik ergonomi telah disiarkan. Pada tahun 1978 terbit buku ”Pembangunan Bali sampai tahun 2000” di mana di dalam buku tersebut dengan jelas disebutkan ergonomi sebgai salah satu faktor yang sangat penting untuk diperhatikan demi berhasilnya pembangunan untuk daerah Bali. Pada tahun ini juga telah dikukuhkan Guru Besar Ilmu Faal KF Unud yaitu I B A Manuaba, yang pada pidato pengukuhan Guru Besar menekankan penting prinsip ergonomi sebagai bagian integral dari pembangunan dan mutlak diperlukan dalam perencanaan. Dengan pengukuhan I B A Manuaba ini, menjadi tokoh dan akan penguatan perkembangan ergonomi di Bali, Indonesia, Asia dan Dunia.
Kategori
- Masih Kosong
Blogroll
- Masih Kosong