Kisah-kisah Pemburuh Teraneh di Dunia
erikut adalah Pemburu-Pemburuh Teraneh didunia
2. Pemburu Petir
Seorang pemburu meteor menghabiskan 20 tahun mencari bongkahan batu antariksa. Kini ia berhasil menemukan mineral yang nilainya 10 kali lebih berharga dibanding emas.
Batu mungil ini ditemukan di utara California, Amerika Serikat (AS) di lembah Sierra. Batu antariksa ini merupakan serpihan dari bola api raksasa yang meledak dengan kekuatan sepertiga bom atom yang dijatuhkan ke Hiroshima, Jepang.
Menurut keterangan profesor dan ahli meteor John Wasson dari UCLA, batu temuan Robert Ward dari Arizona ini memiliki berat 10 gram. Menurut Gold Gram Bars, batu mungil ini diperkirakan bernilai lebih dari US$1.000 (Rp9,185 juta), seperti dikutip DM.
Membicarakan temuan ini, Ward mengaku ‘langsung sadar’ menemukan meteorit langka yang dikenal sebagai Carbonaceous Chondrite (CM) setelah melihat bentuk permukaan batu temuannya.
"Ini salah satu benda tertua dan terlangka yang pernah ditemukan," tutupnya.
5. Pemburu Gerhana Matahari
Wanita 27 tahun ini melesat 370 mil untuk menemukan tempat yang sempurna untuk melihatnya setelah sehari sebelumnya mengetahui bahwa peristiwa alam yang menakjubkan akan terjadi.
Dan foto ini menunjukkan usahanya yang berharga meskipun menghabiskan berjam-jam di mobilnya dari rumahnya di Colorado, Denver, ke Albuquerque, New Mexico.
Setelah Colleen menemukan lokasi yang sempurna ia masih harus menangkap gerhana dari 1.5 mil jauhnya. Gambar menakjubkan diatas menunjukkan upaya Colleen tidak sia-sia dengan foto yang sempurna dan indah dari seorang anak yang dibingkai oleh gerhana pada 20 Mei.
Colleen mengatakan ia hampir menyerah tetapi terus berusaha karena dia tahu itu akan menjadi kesempatan sekali dalam seumur hidup.
Dia berkata, "Suami saya dan saya menemukan sebuah toko di Denver yang dapat meminjamkan lensa foto super.. Kami juga menyewa sebuah cermin panas untuk melindungi sensor kamera dan beberapa filter ND."
"Kami berkendara ke Albuquerque, mengambil foto di sepanjang jalan. Gerhana tersebut terjadi pada pukul 7:36 waktu setempat dan kami tiba di sana pada pukul 5:45 dan menemukan lokasi tepat dan bisa langsung menyiapkan peralatan kami."
"Kami menemukan sebuah taman bagus yang kita bisa duduki rumputnya. Saya hanya melihat layar LCD pada kamera untuk melindungi mata dan tidak langsung ke matahari. Saya menggunakan Canon 7D."
"Pada saat gerhana sedang setengah terjadi seorang pria berjalan tepat di tengah dan terbingkai sempurna untuk diambil fotonya. Saya tidak tahu siapa dia atau apa yang sedang ia pegang, tapi saya pikir itu adalah kertas dengan lubang jarum sehingga ia bisa menonton gerhana."
6. Pemburu Letusan Gunung Berapi
Katia dan Maurice Krafft (foto: wikimedia)
Saat gunung berapi meletus, jangan coba-coba untuk mendekatinya. Bisa jadi, kita yang akan terkena abu vulkanik atau lava dari gunung berapi tersebut. Dan jika itu yang terjadi, akibatnya bisa fatal. Sebab, nyawalah yang menjadi taruhannya.
Buku yang ditulis Katia Krafft (foto : University of Hawaii at Hilo)
Itulah yang dialami Katia (lahir 17 April 1942) dan Maurice Krafft (25 Maret 1946). Pasangan suami istri ini bisa disebut sebagai pasangan yang ‘gila’ dengan letusan gunung berapi. Di mana mereka mendengar akan ada letusan gunung berapi, maka keduanya akan segera mendekatinya dan bahkan mengabadikannya. Satu, dua, tiga, bahkan puluhan kali, keduanya bisa selamat dari abu vulkanik. Namun, istilahnya, sepandai-pandainya tupai melompat, suatu saat akan jatuh juga.
Pada 3 Juni 1991, pasangan suami istri ini mencoba mengabadikan letusan gunung berapi Gunung Unzen, Jepang. Mereka awalnya bermaksud membuat sebuah film dokumenter di lokasi tersebut. Namun di saat itu pula, Gunung Unzen meletus dan akhirnya mengenai keduanya serta 41 orang lainnya, termasuk sejumlah wartawan. Keduanya pun tewas bersama yang lainnya.
Maurice Krafft (www.europeimages.com)
Maurice memang dikenal sebagai penikmat dan suka dengan tantangan. Maurice menyatakan, ia tak pernah takut akan letusan gunung berapi. "Saya tidak pernah takut (dengan letusan gunug berapi), karena saya telah melihat letusan itu begitu banyak selama 23 tahun. Bahkan jika saya mati besok, saya tidak peduli,” ujarnya ketika itu.
Dari mereka ini pula, banyak orang di seluruh dunia ini bisa menyaksikan rekaman atau foto-foto letusan gunung berapi tersebut.
Katia dan Maurice Krafft bertemu pertama kali bertemu di Universitas Strasbourg. Keduanya memiliki hobi yang sama, memotret. Berbagai obyek sudah mereka abadikan. Maka, ketika tercetus ide untuk mencari sebuah obyek yang penuh tantangan, maka muncullah gagasan untuk mengabadikan letusan gunung berapi. Sebab, memang tidak semua orang berani melakukannya.
Setelah keduanya sepakat, maka mereka mengumpulkan uang sedikit demi sedikit dan menabung. Dari uang tabungan inilah kemudian mereka melakukan perjalanan sekaligus mengabadikan letusan gunung berapi. Bahkan, hasil bidikan mereka, baik melalui kamera video maupun foto, mereka tunjukkan kepada sejumlah orang, termasuk Presiden Filipina di tahun 1991, Cory Aquino. Banyak orang yang terkagum-kagum. Dan dari foto itu pula, pemerintah setempat bisa melakukan evakuasi yang terbaik bagi warganya.
Erupsi Heimaey di Islandia tahun 1973. (foto : Science Photo Library)
Dari hasil memotret dan memfilmkan letusan gunung itu, keduanya sudah banyak menerbit buku. Kebanyakan bukunya tentang aktivitas gunung berapi. Mereka juga menulis tentang panduan bagi fotografer profesional maupun amatir dalam mengambil obyek yang tepat dan bagaimana berlindung saat letusan terjadi.