Wirausahawan Petani
Sebelumnya perkenankan saya mengucapkan Selamat Idul Fitri 1432 H. Saya mohon maaf jika ada tulisan dan komentar saya dalam blog ini yang kurang berkenan di hati teman-teman blogger sekalian.
Saya membawa oleh-oleh dari perjalanan mudik tahun ini. Oleh-olehnya bukan berupa makanan, melainkan sebuah cerita. Ya, saya akan menceritakan dua orang sepupu saya yang berwirausaha. Bidang wirausaha yang mereka geluti mungkin agak jarang ditemui, yaitu bertani.
Sepupu petani saya yang pertama adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Ia mengaku tidak mau disuruh-suruh oleh orang lain, sehingga ia memutuskan untuk menjalani hidup sebagai petani. Ia menggarap lahan pertanian milik keluarga dan telah berhasil beberapa kali panen. Berikut adalah cuplikan wawancara saya dengannya.
Saya (A) : Sekarang sedang menanam apa mas?
Sepupu 1 (S1): Sekarang sedang menanam ketimun. Tadi sebelum berangkat ke sini (tempat pertemuan keluarga .red) sempet panen dulu.
A: Biasanya kalau panen seberapa banyak mas?
S1: Beberapa kuintal biasanya.
A: Yang mengerjakan lahannya ada berapa orang?
S1: Ada 4 orang termasuk saya.
A: Mas juga ikut kerja?
S1: Iya lah. Kalau prinsip saya tidak ada majikan dan bawahan. Semua kerja bersama-sama. Toh, saya juga dapat penghasilan dari kerja mereka.
A: Terus pembagian keuntungannya bagaimana? Bagi hasil?
S1: Enggak. Mereka dapat gaji. Kalau di sana (tempat dia tinggal .red) biaya tenaga kerja terhitung murah. Mereka saya kasih Rp. 10.000,- untuk kerja mulai dari jam 8 pagi sampai jam 12 siang, dan masih saya tambahin jajan dan rokok. Kalau misalkan mau kerja sorenya, saya tambahi lagi Rp. 10.000,- dari jam 1 siang sampai jam 5 sore, tapi kalau yang sore tidak dikasih tambahan lagi.
A: Terus soal hama gitu ada ga?
S1: Ada lah. Biasanya disemprot rutin.
A: Kalau soal pupuk gimana?
S1: Kalau pupuk pakai campuran pupuk kandang dan pupuk kimia.
A: Kalau musim kemarau sekarang biasanya nanam ketimun ya mas?
S1: iya. Tapi biasanya berganti-ganti. Yang pasti ga boleh berhenti nanam. Harus nanam terus.
A: Kalau musim penghujan nanam padi ga?
S1: Wah, kalau nanam padi sekarang sering ruginya. Musim penghujan lebih menguntungkan nanam cabe. Sekitar 90 hari sudah bisa panen.
Begitu kurang lebih wawancara singkat saya dengan sepupu petani saya yang pertama. Pertanian yang sesungguhnya ternyata jauh lebih kompleks daripada pertanian dalam Farmville. Hehe.. Mari kita lanjutkan. Sepupu saya yang kedua baru lulus sarjana perikanan di tempat kuliah saya dulu. Saat ini ia sedang menunggu wisuda. Bersama teman-temannya ia juga bertani, namun bukan bertani tanaman melainkan ikan. Berikut wawancara saya dengannya.
A: Gimana tuh dik ceritanya bisa bertani ikan?
Sepupu 2 (S2): Iya dulu ada program pengembangan wirausaha dari salah satu bank di Indonesia yang bekerja sama dengan himpunan alumni universitas. Saya dan teman-teman membuat proposal untuk diajukan ke program tersebut. Dari 30 juta dana yang diusulkan, alhamdulillah kami mendapat 18 juta. Uang tersebut kami gunakan untuk menyewa kolam dan mulai melakukan pembibitan ikan. Kebetulan yang dipilih ikan Nila Merah.
A: Terus nanti hasilnya dijual ke siapa?
S2: Hasilnya nanti dijual ke petani ikan mas. Yang kami lakukan adalah pembibitan ikan. Jadi kami merawat mulai dari telur sampai anakan ikan untuk dijual ke para petani ikan.
A: Terus telur ikannya dapat dari mana?
S2: Ya kami beli indukan ikan. Dari indukan tersebut kami lakukan proses pemijahan hingga menghasilkan telur. Kemudian telur tersebut kami tetaskan dan dibesarkan.
A: Berapa kolam yang dipakai?
S2: Sementara ini baru memakai 4 kolam. Ikan-ikan dikelompokkan berdasarkan ukurannya pada kolam-kolam tersebut.
A: Terus sekarang bagaimana?
S2: Sudah dua kali panen. Sekarang program wirausaha tersebut sudah selesai dan teman-teman sudah mulai bubar. Tapi sekarang saya lanjutkan dengan satu teman saya dan seorang pegawai. Kemarin coba masukin ke program wirausaha yang lain dan rencananya dananya akan cair bulan depan.
Demikian kira-kira wawancara saya dengan sepupu saya yang kedua. Menarik, saat ini banyak muda-mudi yang telah mulai terjun dalam wirausaha, namun tidak banyak yang melakukan wirausaha di bidang pertanian dan pengolahan sumber daya alam. Cerita ini semoga dapat menjadi inspirasi bagi teman-teman yang ingin melakukan wirausaha. Bukankah negara kita ini negara agraris yang gemah ripah loh jinawi? Mari kita berwirausaha dengan mengembangkan bidang pertanian negeri kita.