Yang Paling berharga

01 March 2013 15:36:29 Dibaca : 1202 Kategori : kajian hati

Apa yang akan kita jawab bila ada yang bertanya "hal apakah yang paling berharga dalam hidupmu?" Ada yang memilih mengatakan hartalah yang paling berharga dalam hidupnya. Karena menurutnya, dengan harta semua hal bisa dibeli. Realisitis memang jika kita mengatakan harta sebagai hal yang berharga. Karena dijaman serba susah ini, apa-apa harus mengandalkan uang. Namun ironisnya sekarang ini, tidak hanya yang kasat mata saja, tetapi hal yang tak kasat pun bisa dibeli. Cinta, hukum, keadilan, bahkan agama pun semua bisa menjadi komoditas perdagangan yang bisa dibayar dengan uang.

Maka saya pun teringat dengan kisah Harun ar Rasyid dengan Syaqiq al Balkhi. Ketika Syaqiq tiba di Baghdad dalam perjalanannya menuju Makkah untuk berhaji, Harun ar Rasyid memanggilnya untuk menghadap. “Nasihati aku,” perintah Harun. Syaqiq al Balkhi mengatakan, “Ketika engkau kehausan di tengah padang pasir hingga engkau hampir mati, lalu datanglah seseorang dengan membawa air, berapa yang engkau rela bayarkan untuk seteguk air itu?” “Berapapun yang diminta orang itu,” jawab Harun. “Jika orang itu meminta separo kerajaanmu?” tanya Syaqiq. “Aku akan berikan,” jawab Harun. Syaqiq bertanya lagi, “Misalkan air yang engkau minum itu tidak mau keluar dari tubuhmu, membuat mu sakit hingga hampir mati, lalu datanglah seseorang yang mengatakan, ‘Aku akan menyembuhkanmu dengan imbalan separo kerajaanmu,’ apa yang akan engkau lakukan? “ “Tentu aku akan memberikannya,” jawab Harun. “Lalu, untuk apa engkau menyombongkan kerajaanmu, yang nilainya tidak lebih dari seteguk air yang engkau minum dan keluarnya ia dari tubuhmu?” tukas Syaqiq. Harun pun menangis dan melepaskan kepergian Syaqiq dengan penuh penghormatan. Yah.. ternyata nilai sebuah kerajaan tidak lebih berarti dari seteguk air.

Banyak hal yang sebenarnya berharga dalam hidup kita namun jarang kita sadari. Kesehatan misalnya. Kelihatannya sepele, namun saat kita sakit dan tak kunjung sembuh baru kita sadari betapa mahalnya harga kesehatan. Apapun akan kita lakukan untuk sembuh. Sebenarnya Rasulllah sudah memperingatkan: "Ada dua ni'mat yang dilalaikan oleh manusia, manusia tertipu dengan nikmat tersebut: yaitu nikmat sehat dan waktu kosong." (HR. al-Hakim yang telah dishahihkan Syaikh al-Albani dalam kitab Al-Jami'), namun memang begitulah watak manusia. Senada dengan lirik nasyid milik Saujana “apa yang ada jarang disyukuri.”

Ataupun ilmu misalnya. Berbahagialah orang yang mengatakan ilmulah yang berharga dalam hidupnya karena ilmu adalah sarana yang sangat penting bagi manusia untuk beraktifitas hidup di dunia. Ada pepatah yang mengatakan “People without science is like body without skeleteon, and mind without soul.” Oleh karena itu ilmu adalah sebuah keniscayaan bagi manusia.

Begitu pun halnya bagi setiap muslim. Ilmu adalah sesuatu yang sangat berharga. Di dalam Al Muwaththo -karya Imam Malik- disebutkan : Lukman berkata kepada anaknya : "Wahai anakku duduklah kamu bersama para ulama dan dekatilah mereka dengan kedua lututmu (bergaul dengan mereka), maka sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala menghidupkan hati-hati yang mati dengan cahaya hikmah sebagaimana menghidupkan (menyuburkan) bumi dengan hujan yang deras." (Kitab Al Ilmu Fadluhu wa Syarfuhu hal 228). Ada pula orang-orang arif yang mengatakan "Bukankah orang yang sakit akan mati tatkala tercegah dari makanan , minuman dan obat-obatan?" Maka dijawab: "Tentu saja," Mereka mengatakan: "Demikian pula halnya dengan hati jika terhalang dari ilmu dan hikmah maka akan mati."Demikianlah kedudukan ilmu bagi setiap muslim. Dengan ilmu jiwa-jiwanya akan hidup dan sebaliknya jiwa-jiwa mereka akan mati apabila tidak dibekali dengan ilmu.

Kemudian jika ada yang mengatakan bahwa waktu adalah hal berharga dalam hidupnya, maka patut pulalah mereka berbahagia. Karena waktu adalah nikmat sekaligus harta paling berharga yang dititipkan Allah SWT kepada manusia. Demikian berharganya waktu, hingga ada yang mengatakan waktu adalah kehidupan.
Berkenaan dengan masalah waktu, Imam Hasan Al-Basri mengatakan, "Berhati-hatilah kamu dari menunda pekerjaan, karena kamu berada pada hari ini bukan pada esok hari. Kalaulah esok hari menjadi milikmu, maka jadilah kamu seperti pada hari ini. Kalau esok tidak menjadi milikmu, niscaya kamu tidak akan menyesali apa yang telah berlalu dari hari-harimu". Kemudian ada juga kisah berharga dari seseorang yang meminta nasihat tentang waktu kepada seorang laki-laki dari Bani Abdi Al-Qais. Beliau hanya mengatakan dengan singkat, "Waspadalah dari menyebut kata 'nanti', karena ia adalah salah satu dari tentara iblis."

Begitupentingnya waktu, sehingga Allah SWT pun sering bersumpah dengan waktu, seperti waktu malam, waktu Dhuha, waktu Ashar. Bahkan di dalam Surat al-Ashr, Allah SWT menyebutkan sifat-sifat orang yang beruntung, yaitu mereka yang mampu menjaga waktunya dengan beriman dan beramal shaleh.

Jika ada pula yang mengatakan cinta dan kasih sayang adalah sesuatu yang berharga dalam hidupnya, maka ia pun patut berbahagia. Terlebih lagi jika cintanya bermuara hanya kepada Maha Pemilik Cinta Sejati. Seperti yang dikatakan Rabiah al Adawiyah, “kasih sayang itu adalah mutiara paling berharga bagi manusia, jika saja manusia itu mengetahui rahasia di baliknya. Bila cinta didasarkan pada iman kepada Rabb sang Pemilik Cinta Hakiki, maka ketenteraman jiwa dan kemuliaan akan hadir dalam relung dan tiap nafas kita."

Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Pada hari kiamat Allah berfirman: Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari yang tiada naungan selain naungan-Ku ini, Aku menaungi mereka dengan naungan-Ku.” (HR. Muslim). Bahkan Allah memuliakan mereka yang saling mencintai dan bersahabat karena Allah, yang membuat para nabi dan syuhada merasa iri terhadap mereka mereka. Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah ra pula, Rasulullah bersabda: “Di sekeliling Arsy, terdapat mimbar-mimbar dari cahaya yang ditempati oleh suatu kaum yang berpakaian dan berwajah cahaya pula. Mereka bukanlah para nabi atau syuhada, tetapi para nabi dan syuhada merasa iri terhadap mereka. Para sahabat bertanya, wahai Rasulullah, beritahulah kami tentang mereka! Beliau bersabda, Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai, bersahabat, dan saling mengunjungi karena Allah