Menjadi Mahasiswa Baru Dimasa Pandemi

04 August 2021 16:24:22 Dibaca : 11

Pada faktanya, tidak semua harapan yang telah disimpan sejak jauh-jauh hari oleh para mahasiswa baru kini dapat direalisasikan dengan utuh. Beberapa harapan skala kecil terpaksa harus ditarik dan dipendam dalam-dalam untuk sementara waktu. Covid-19 dan adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Indonesia saat ini seolah meluluhlantakkan terealisasinya harapan-harapan tersebut.

 

Sebab, Menyikapi kondisi pandemi Covid-19 saat ini maka pembelajaran di tahun ajaran baru 2021/2022 bersifat dinamis mengacu pada kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di masing-masing daerah, dan Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19.

 

Hal tersebut diutarakan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, saat menghadiri gelar  wicara di televisi swasta, Selasa (27/7). Menurutnya, satuan pendidikan harus memperhatikan zona wilayahnya dalam menentukan aktivitas pembelajaran. Untuk Level 1 dan 2 dapat memulai pembelajaran tatap muka (PTM) Terbatas, dengan mengutamakan kehati-hatian, keselamatan, dan kesehatan warga sekolah. Sementara untuk daerah yang berada di Level 3 dan 4, masih harus menggelar pembelajaran secara jarak jauh (PJJ).Terutama aktivitas di perguruan tinggi.

 

Hal ini disusul dengan pernyataan resmi yang dipaparkan Nadiem, “Karena keselamatan adalah yang nomor satu, saat ini semua perguruan tinggi masih melakukan (aktivitas pembelajaran) secara online untuk sementara waktu sampai kebijakan akan berubah. Tapi untuk saat ini belum berubah, jadi masih melakukan (aktivitas pembelajaran) secara daring,”

 

Jadi mau tidak mau, mahasiswa baru tahun akademik 2021/2022 ini harus melalui kegiatan masa orientasi atau pengenalan kehidupan kampus seperti PKKMB, OSPEK, atau PBAK hingga kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan media daring seperti Zoom, YouTube, Google Meet, Microsoft Teams, atau media lain yang relevan. Ini menjadi pertama kalinya dalam sejarah bagi mahasiswa baru untuk mengikuti kegiatan masa orientasi dan pembelajaran secara daring atau online.

 

Tak hanya, keadaan tersebut membuat tak sedikit mahasiswa baru yang mengeluh. Mereka kecewa karena tidak  merasakan sensasi menginjakkan kaki di lantai kampus dan menatap wajah-wajah baru secara langsung untuk pertama kalinya pada awal semester satu.

 

Tak hanya itu, perkuliahan daring juga menuntut mahasiswa baik itu mahasiswa baru maupun mahasiswa senior untuk memiliki media penunjang pembelajaran yang lengkap dan sinyal yang kuat. Sebab, dua hal inilah yang dapat mengoptimalkan aktivitas pembelajaran daring. Akan tetapi, tidak semua mahasiswa berada dalam situasi dan kondisi yang sama serta memungkinkan untuk mengikuti pembelajaran dengan maksimal.

 

Dalam sebuah perguruan tinggi umumnya terdaftar ratusan hingga ribuan mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah yang berbeda kota, provinsi, bahkan berbeda pulau dengan jangkauan kualitas jaringan yang berbeda-beda pula. Ada banyak sekali mahasiswa yang berasal dari daerah pelosok yang umumnya belum mendapatkan jangkauan sinyal yang memadai. Kondisi ini memaksa mereka untuk mencari daerah dengan deteksi sinyal yang kuat supaya tetap dapat mengikuti aktivitas pembelajaran.

 

Ada lagi, banyak mahasiswa baru yang tak jarang menemui kesulitan dalam menggali dan mengenali karakter dosen yang mengajar di kelas virtualnya, hal ini pun berdampak pada komunikasi yang mereka jalin bersama. Umumnya adalah terjadi kasus salah tangkap informasi atau miskomunikasi antara mahasiswa dengan dosen yang bersangkutan hingga membuat keduanya menaruh pandangan yang negatif terhadap satu sama lain. Ini bisa berdampak pada sistem penilaian yang diberikan dosen kepada mahasiswa terkait, sehingga dapat mempengaruhi kelulusan mata kuliah yang diajarkan.

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong