Polisi punya teori kenapa Solo jadi sasaran teroris dengan serangan terhadap polisi yang sedang bertugas saat mudik. "Mereka menguasai karakteristik masyarakat Solo," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar, dalam jumpa persnya di kantor Humas Polri, Rabu, 5 September 2012.
Empat tersangka yang sudah ditangkap memang diketahui lama tinggal di Solo, meskipun mereka bukan warga Solo asli. Firman, Muhsin, dan Farhan lama belajar di pondok pesantren Al-Mukmin Ngruki, Sukoharjo. Sedangkan Bayu tak pernah mondok di Ngruki, tapi dia warga asli Solo.
Kemudian, kata Boy, di Solo juga terdapat banyak anggota polisi yang tersebar bertugas menjaga Kota Solo. "Intinya, kan, mereka cari polis. Kebetulan Solo jadi tujuan mudik saat itu. Jadi, jumlah polisi yang bertugas diperbanyak," kata Boy.
Menurut Boy menyatakan Polisi akan terus mendalami segala informasi terkait aksi teror ini. Termasuk mendalami siapa pemipin dan penggalang dana aksi teror ini.
Sebelumnya, tim Densus 88 telah meringkus Bayu di Karang Anyar, Jawa Tengah. Muhsin dan Farhan disergap dan ditembak mati oleh tim Densus. Namun, dalam penyergapan ini, satu anggota Densus, Bripda Suherman, tewas dalam baku tembak.
Keempat tersangka pada melakukan aksi penembakan terhadap pos pengamanan polisi di Gemblekan dan Pasar Singosaren, Solo, pada tanggal 17 dan 30 Agustus lalu. Mereka juga melakukan pelemparan granat di pos pengamanan polisi Gladak, Solo, pada 18 Agustus lalu.