makalah kanker serviks

09 December 2014 20:46:58 Dibaca : 44798

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. Karsinoma serviks biasanya timbul pada zona transisional yang terletak antara epitel sel skuamosa dan epitel sel kolumnar.
Kanker serviks merupakan jenis kanker yang paling banyak nomor tiga di dunia. Kanker servik disebut juga "silent killer" karena perkembangan kanker ini sangat sulit dideteksi. Perjalanan dari infeksi virus menjadi kanker membutuhkan waktu cukup lama, sekitar 10-20 tahun. Proses ini seringkali tidak disadari hingga kemudian sampai pada tahap pra-kanker tanpa gejala. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, saat ini penyakit kanker serviks menempati peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian pada perempuan di dunia. Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker serviks dan setiap satu jam seorang wanita meninggal karena kanker ini
Sekitar 8000 kasus di antaranya berakhir dengan kematian. Menurut WHO, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita kanker serviks yang tertinggi di dunia. Pasalnya, kanker serviks muncul seperti musuh dalam selimut. Sulit sekali dideteksi hingga penyakit telah mencapai stadium lanjut. Oleh karena itu pengertian kanker serviks mutlak dipahami oleh kaum wanita di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Gambaran Umum Kanker leher rahim ( Kanker serviks)?
2. Bagaimana Epidemiologi Kanker leher rahim?
3. Bagaimana patofisologi Kanker leher rahim?
4. Bagaimana faktor resiko dari Kanker leher rahim?
5. Bagaimana Gejala Kanker leher rahim?
6. Bagaimana upaya pencegahan dan pengobatan penyakit kanker leher rahim?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Gambaran Umum Kanker leher rahim ( Kanker serviks)
2. Mengetahui Epidemiologi Kanker leher rahim
3. Mengetahui patofisologi Kanker leher rahim
4. Mengetahui faktor resiko dari Kanker leher rahim
5. Mengetahui tanda dan Gejala Kanker leher rahim
6. Mengetahui upaya pencegahan dan pengobatan penyakit kanker leher rahim

BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Gambaran Umum Kanker leher rahim ( Kanker Serviks)
Kanker leher rahim merupakan jenis keganasan yang paling sering di temukan dikalangan wanita indonesia. Kanker serviks mempunyai frekuensi relatif tertinggi (25,6%) di Indonesia. Menurut perkiraan Departemen kesehatan, terdapat sekitar 100 kasus per 100 ribu penduduk atau 200 ribu kasus setiap tahunnya. Biasanya tanpa gejala pada stadium dini, tetapi jika ditemukan pada stadium dini, kanker leher rahim dapat disembuhkan dengan baik. lebih dari 70% kasus yang datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut.
Memiliki perjalanan penyakit ini, hampir 90 % kasus berasal dari epitel permukaan (epitel skuamosa). Didapatkan suatu keadaan yang disebut pembangkal kanker atau prakanker. Keadaan tersebut dimulai dari yang bersifat ringan sampai menjadi karsinoma in situ yang semuanya dapat di diagnosis dengan scrining atau penapisan.
Dalam proses perkembangannya, dapat terjadi perubahan atau perpindahan dari satu tingkat ke tingkat yang lain. Untuk terjadinya perubahan tersebut diperlukan keadaan yang “cocok” sehingga untuk menjadi kanker diperlukn waktu 10-20 tahun. Namun jika sudah menjadi kanker stadium awal, penyakit ini dapat menyebar ke daerah di sekitar mulut rahim.
2.2. Epidemiologi Kanker leher rahim ( Kanker Serviks)
Kanker serviks atau kanker leher rahim atau disebut juga kanker mulut rahim merupakan salah satu penyakit keganasan dan penyakit kandungan yang masih menempati posisi tertinggi sebagai penyakit kanker yang menyerang kaum perempuan. Kanker serviks adalah kanker leher rahim / kanker mulut rahim yang di sebabkan oleh virus Human Papiloma Virus (HPV). Hanya beberapa saja dari ratusan varian HPV yang dapat menyebabkan kanker.
Penularan virus HPV yang dapat menyebabkan Kanker leher rahim ini dapat menular melalui seorang penderita kepada orang lain dan menginfeksi orang tersebut. Penularannya dapat melalui kontak langsung dan karena hubungan seks. Gejala yang mungkin timbul (Umumnya pada stadium lanjut) adalah perdarahan di luarmasa haid, jumlah darah haid tidak normal, perdarahan pada masa menopause(setelah berhenti haid), keputihan yang bercampur darah atau nanah serta berbau, perdarahan sesudah senggama, rasa nyeri dan sakit di panggul, gangguan buang air kecil sampai tidak bisa buang air kecil.
Berdasarkan hasil survey kesehatan oleh Word Health Organitation (WHO), (2010) dilaporkan kejadian kanker serviks sebesar 500.000 kasus baru di Dunia. Kejadian kanker servik di Indonesia, dilaporkan sebesar 20-248 kasus kanker serviks baru setiap harinya. Kejadian kanker servik di Bali dilaporkan telah menyerang sebesar 553.000 wanita usia subur pada tahun 2010 atau 43/100.000 penduduk WUS.
2.3 Patofisiologi Kanker leher rahim ( Kanker serviks)
Karsinoma serviks timbul dibatas antara epitel yang melapisi ektoserviks (parsial) dan endoserviks kanalik serviks yang disebut Squamo Columnar Junction (SCJ). Pada wanita muda SCJ ini berada di luar ostium uteri eksterneum, sedang wanita berumur > 35 tahun SCJ berada didalam kanalis serviks. Pada awal perkembangannya kanker serviks tak memberi tanda-tanda atau keluhan. Pada pemeriksaan dengan spekulum tampak sebagai porsio yang erosif (Metaplasia Skuamosa) yang fisiologi/patologik.
Tumor dapat tumbuh eksofitik mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa proliferasi mengalami infeksi sekunder dan nekrosis, endofitik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam serviks dan cenderung utuh mengadakan infiltrasi menjadi ulkus, ulseratif cenderung merusak jarinan serviks dengan melibatkan awal farniase vagina menjadi ulkus yang luas.
Serviks yang normal, secara alami mengalami proses metaplasi (erasio) akibat saling desak mendesaknya kedua jenis epital yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yang erosif (metaplasia skuamosa) yang semula faali/fisiologik dapat berubah menjadi patologik (displatik-diskariotik) melalui tingkatan NIS-I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasif. Sekali menjadi mikro invasif atau invasif, proses keganasan akan berjalan terus. Periode laten (dari NIS-I s/d KIS) tergantung dari daya tahan tubuh penderita. Umumnya fase prainvasif berkisar antara 3-10 tahun (rata-rata 5-10 tahun). Perubahan epitel displatik serviks secara kontinu yang masih memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan pengobatan/tanpa diobati itu dikenal dengan unitarian concept dari Richart. Histopatologik sebagian terbesar (95-97%) berupa epidermoid atau squamous cell carcinoma, sisanya adenokarsinoma, clearcell carcinoma/mesonephroid carcinoma, dan yang paling jarang adalah sarkoma.
2.4 Faktor penyebab dan faktor resiko Kanker leher rahim
a. Faktor penyebab
HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak. Sebagai tambahan perokok sigaret telah ditemukan sebagai penyebab juga. Wanita perokok mengandung konsentrat nikotin dan kotinin didalam serviks mereka yang merusak sel. Laki-laki perokok juga terdapat konsetrat bahan ini pada sekret genitalnya, dan dapat memenuhi servik selama intercourse.
Defisiensi beberapa nutrisional dapat juga menyebabkan servikal displasia.National Cancer Institute merekomendasikan bahwa wanita sebaiknya mengkonsumsi lima kali buah-buahan segar dan sayuran setiap hari. Jika anda tidak dapat melakukan ini, pertimbangkan konsumsi multivitamin dengan antioksidan seperti vitamin E atau beta karoten setiap hari.
b. Faktor Resiko
1). Pola hubungan seksual
Studi epidemiologi mengungkapkan bahwa resiko terjangkit kanker serviks meningkat seiring meningkatnya jumlah pasangan.aktifitas seksual yang dimulai pada usia dini, yaitu kurang dari 20 tahun,juga dapat dijadkan sebagai faktr resko terjadinya kanke servks. Hal ini diuga ada hubungannya dengan belum matannya derah transformas pada sia tesebut bila serin terekspos. Frekuensi hubungna seksual juga berpengaruh pada lebi tingginya resiko pada usia tersebut, yeyapitidak pada kelompok usia lebih tua.
2). Paritas
Kanker serviks sering dijumpai pada wanita yan sering melahirkan. Semakin sering melahirkan,maka semain besar resiko terjamgkit kanker serviks. Pemelitian di Amerika Latin menunjukkan hubungan antara resiko dengan multiparitas setelah dikontrol dengan infeksi HPV.
3). Merokok
Beberapa peneitian menunukan hubungan yang kuat antara merokok dengan kanker serviks, bahkan setelah dikontrol dengan variabel konfounding sepert pola hubungna seksual. Penemuan lain mempekhatkan ditemkanna nikotin paa cairan serviks wanita perokok bahan ini bersifata sebaai kokassnoen dan bersama-sma dengan kasinoge yan elah ada selanjutnya mendoron pertumbuhan ke arah kanker.
4). Kontrasepsi oral
Penelitian secara perspektif yang dilakukan oleh Vessey dkk tahun 1983 mendapatkan bahwa peningkatan insiden kanker serviks dipengaruhi oleh lama pemakaian kontrasepsi oral. Penelitian tersebut juga mendapatkan bahwa semua kejadian kanker serviks invasive terdapat pada pengguna kontrasepsi oral. Penelitian lain mendapatkan bahwa insiden kanker setelah 10 tahun pemakaian 4 kali lebih tinggi daripada bukan pengguna kontrasepsi oral. Namun penelitian serupa yang dilakukan oleh peritz dkk menyimpulkan bahwa aktifitas seksual merupakan confounding yang erat kaitannya dengan hal tersebut.
WHO mereview berbagai peneltian yang menghubungkan penggunaan kontrasepsi oral dengan risko terjadinya kanker serviks, menyimpulkan bahwa sulit untuk menginterpretasikan hubungan tersebut mengingat bahwa lama penggunaan kontraseps oral berinteraksi dengan factor lain khususnya pola kebiasaan seksual dalam mempengaruhi resiko kanker serviks.
Selain itu, adanya kemungkinan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral lain lebih sering melakukan pemeriksaan smera serviks,sehingga displasia dan karsinoma in situ nampak lebih frekuen pada kelompok tersebut. Diperlukan kehati-hatian dalam menginterpretasikan asosiasi antara lama penggunaan kontrasepsi oral dengan resiko kanker serviks karena adanya bias dan faktor confounding.
5). Defisiensi gizi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi zat gizi tertentu seperti betakaroten dan vitamin A serta asam folat, berhubungan dengan peningkatan resiko terhadap displasia ringan dan sedang. Namun sampasaat ini tdak ada indikasi bahwa perbaikan defisensi gizi tersebut akan menurunkan resiko.
6). Sosial ekonomi
Studi secara deskrptif maupun analitik menunjukkan hubungan yang kuat antara kejadian kanker serviks dengan tingkat social ekonomi yang rendah. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang menunjukkan bahwa infeksi HPV lebih prevalen pada wanita dengan tingkat pendidikan dan pendapatan rendah. Faktor defisiensi nutrisi, multilaritas dan kebersihan genitalia juga dduga berhubungan dengan masalah tersebut.
7). Pasangan seksual
Peranan pasangan seksual dari penderita kanker serviks mulai menjadi bahan yang menarik untuk diteliti. Penggunaan kondom yang frekuen ternyata memberi resiko yang rendah terhadap terjadinya kanker serviks. Rendahnya kebersihan genetalia yang dikaitkan dengan sirkumsisi juga menjadi pembahasan panjang terhadap kejadian kanker serviks. Jumlah pasangan ganda selain istri juga merupakan factor resiko yang lain.

2.5 Tanda dan Gejala Kanker leher rahim
Kanker leher rahim pada stadium dini sering tidak menunjukkan gejala atau tanda-tanda yang khas, bahkan kadang-kadang tidak ada gejala sama sekali.
Gejala yang mungkin timbul antara lain :
a. munculnya rasa sakit dan perdarahan saat berhubungan intim
b. Keluar keputihan atau cairan encer dari vagina
c. Pendarahan sesudah mati haid
d. Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kakuning kuningan, berbau dan dapat bercampur dengan darah.
e. hambatan dalam berkemih, serta pembesaran ginjal
f. penurunan berat badan drastis.
Apabila gejala-gejala tersebut sudah muncul, biasanya kanker sudah dalam setadium lanjut. Untuk itu perlu segera diperiksakan ke dokter karena makin dini penyakit didiagnosis dan diobati, makin besar kemungkinan untuk disembuhkan.
2.6 Upaya pencegahan dan pengoabatan Kanker leher rahim
1. Upaya Pencegahan
a. Pemberian vaksin kanker serviks
Keganasan kanker serviks dapat menyerang wanita tanpa melihat kelompok umur. Vaksin dapat diberikan pada kelompok umur 11-26. Vaksin diberikan pada bulan 0,1 dan bulan ke 6. Adapula untuk anda yang memiliki riwayat terinfesi virus papiloma manusia dapat diberikan vaksinasi dengan efektifias yang kurang. Vaksinasi dapat dilakukan di dokter kandungan. Vaksinasi hanya dilakukan untuk pencegahan bukan untuk pengobatan.
Vaksin yang dimaksud adalah vaksin HPV untuk dapat mencegah human papiloma virus (HPV) yang dapat menyebabkan kanker serviks. Diharapakan vaksin ini akan mencegah sedikitnya 70% (7 dari 10) jenis kanker serviks (squamous cell) yang paling sering terjadi.

Vaksin diberikan melalui suntikan ke dalam otot (lengan atas atau paha). Penyuntikan vaksin sebanyak 3 (tiga) dosis yang terpisah. Setelah dosis pertama, dosis kedua kedua dan ketiga diberikan 2 bulan dan 6 bulan kemudian. Dari fakta bahwa HPV ditularkan melalui hubungan seks, maka vaksin ini paling efektif apabila di berikian kepada anak perempuan sebelum mereka mulai melakukan hubungan seks. Sementara ini diperkirakan bahwa vaksin akan di berikan pada perempuan berusia 11 tahun, karena semua jenis vaksin bekerja paling baik apabila diberikan pada anak-anak sebelum mencapai usia remaja.
b. Deteksi dengan Pap Smear
Pap smear atau tes papaniculou merupakan metode skrining untuk dapat mendeteksi kanker serviks. Test ini telah terbukti dapat mendeteksi dini terjadinya infeksi virus penyebab kanker serviks, sehingga mampu menurunkan resiko terkena kanker serviks dan memperbaiki prognosis. Adapun anjuran untuk anda yang ingin mencegah sejak dini dapat melakukan pap smear setahun sekali untuk wanita yang telah menginjak usia 35 tahun, wanita yang pernah menderita infeksi HPV, wanita pengguna pil kontrasepsi. Lakukan sesering mungkin jika hasil pap smear anda menunjukan tidak normal atau setelah pengobatan pre kanker.
Untuk anda yang akan melakukan pap smear perhatikan ketentuannya agar hasil akurat :
1. Melakukan pap smear pada dua minggu setelah hari pertama haid.
2. Sebelum pemeriksaan sebaiknya tidak menggunakan obat atau bahan herbal pencuci alat kewanitaan.
3. Penderita paska persalinan dianjurkan datang 6-8 minggu untuk melakukan pap smear.
4. Selama 24 jam sebelum pemeriksaan tidak dianjurkan untuk berhubungan seksual.

c. Hindari hubungan seks bebas
Human papiloma virus (HPV) yaitu virus penyebab kanker serviks dapat menular melalui hubungan seksual. Fakta menunjukan hubungan seksual dengan menggonta-ganti pasangan menjadi penyebab utama penularan HVS.
d. Hindari rokok
Banyak pesan dan peringatan yang menyatakan bahwa rokok sangat membahayakan dan memicu timbulnya penyakit ringan atau berbahaya akan tetapi untuk sebagian orang (perokok) masih menganggap remeh pesan itu. Untuk anda wanita, penderita kanker serviks diantaranya adalah 30 persen dari wanita perokok aktif. Penyebabnya adalah kandungan zat kimia yang terdapat di dalam rokok memicu infeksi virus penyebab kanker serviks.
e. Menghindari diet tidak seimbang
Diet sudah menjadi kebiasaan wanita yang bersifat penting untuk menjaga bentuk tubuh dan kesehatan. Jika anda sering melakukan diet dan menghindari asupan buah dan sayur , itu merupakan diet salah . Diet yang salah dapat memicu perkembangan virus penyebab kanker serviks. Kandungan yang terdapat dalam sayur dan buah justru dapat membantu untuk melindungi anda dari serangan kanker serviks. Perhatikan pula makanan dan minuman anda jangan sampai mengandung zat kimia berbahaya seperti pengawet , pewarna dan penyedao rasa.
f. Produk kimia berbahaya
Kehidupan modern yang bersifat instans justru memicu timbulnya kanker. Kandungan berbahaya yang terdapat di dalam pembungkus dan bahan plastik yang terkena panas memicu timbulnya kanker. Minimalisir penggunaan sterofom, bahan plastik yang dipanaskan atau terkena plastik.
2. Pengobatan
a. Stadium prakanker (stadium 1)
Stadium prakanker hingga stadium 1 awal biasanya diobati dengan histerektomi. Apabila pasien massih ingin memiliki anak biasanya dilakukan metode LEEP atau cone biopsy.

b. Stadium awal (stadium 1 dan II)
Apabila ukuran tumor kurang dari 4 cm biasanya dilakukan radikal histerektomi atau radioterapi dengan atau tampa kometerapi. Apabila ukuran tumor lebih dari 4 cm biasanya dilakukan radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin, histerektomi, atau kemoterapi berbasis cisplatin yang dilanjutkan dengan histerektomi.
c. Stadium lanjut(stadium akhir II Akhir-IV awal)
Kanker serviks pada stadium ini dapat diobati dengan radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin. Pada stadium sangat lanjut(stadium IV akhir),dokter dapat mempertimbangkan kometerapi dengan kombinasi obat, misalnya hycamtin dan cisplatin. Jika kesembuhan tidak dimungkinkan, tujuan pengobatan selanjutnya adalah mengangkat atau menganjurkan sebanyak mungkin sel-sel kanker. Biasanya dilakukan pengobatan yang bersifat paliatif-ditujukan untuk mengurangi gejala-gejala.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kanker serviks adalah kanker leher rahim / kanker mulut rahim yang di sebabkan oleh virus Human Papiloma Virus (HPV). Penularan virus HPV yang dapat menyebabkan Kanker leher rahim ini dapat menular melalui seorang penderita kepada orang lain dan menginfeksi orang tersebut. Penularannya dapat melalui kontak langsung dan karena hubungan seks.
Beberapa Faktor Resiko diantaranya Pola hubungan seksual, Paritas, Merokok, Kontrasepsi oral, Defisiensi gizi, Sosial ekonomi, dan Pasangan seksual. Kanker serviks memiliki tanda dan gejala berupa munculnya rasa sakit dan perdarahan saat berhubungan intim, Keluar keputihan atau cairan encer dari vagina, Pendarahan sesudah mati haid, Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kakuning kuningan, berbau dan dapat bercampur dengan darah., juga hambatan dalam berkemih, serta pembesaran ginjal, penurunan berat badan drastis.
Beberapa Upaya Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu Pemberian vaksin kanker serviks, Deteksi dengan Pap Smear, Hindari hubungan seks bebas Hindari rokok, Menghindari diet tidak seimbang, serta Produk kimia berbahaya.
3.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan adalah bagi wanita sebaiknya jangan melakukan hubungan seksual dengan usia < 16 tahun, jangan sering berganti-ganti pasangan. Dikarenakan kanker serviks dini tidak menimbulkan gejala oleh karena itu deteksi dini dapat melakukan pemeriksaan pap smear bagi wanita yang telah menikah setidaknya 6 bulan sekali. Dan bagi penderita kanker serviks jangan berputus asa, berusaha dan berdoa agar penyakitnya sembuh. Untuk mencegah jangan gonta-ganti pasangan, jangan menikah terlalu muda, jangan merokok. Lakukan aktivitas fisik serta makan-makanan yang bergizi dan seimbang, tetap positif thinking hindari pergaulan bebas, free sex, dan say no to drugs.