Sepotong Cerita Mahasiswa Baru
Malam ini dibawah terpaan lampu jalan aku berjalan seorang diri dengan segunduk pikiran yang entah kemana. Aku menundukkan kepalaku mengamati derap langkah goyah kakiku. Perlahan ada sebuah perasaan sesak yang muncul dan semakin lama semakin mendesak untuk keluar. Perasaan yang tak bisa lagi ku tahan lebih lama. Harusakah aku menangis atau membiarkan diriku menahan sesak ini. Seribu satu masalah ku coba untuk tegar hingga pada mala mini semuanya menjadi satu dan perlahab detik mengubahnbya menjadi sesuatu yang benar-benar menyiksa. Perasaan sesak yang paling terasa adalah perasaan sesak karena rindu. Maklumlah aku mahasiswa rantau. Jauh dari kampung halaman. Aku banyak tertawa bersama teman baru, dikelilingi orang-orang yang berusaha untuk mendalami siapa aku. Tapi rasanya aku seperti sendiri, sedang berjuang sendiri, bertahan hidup sendiri bahkan berteman dengan diri sendiri. Entah karena aku tidak terlalu membuka hatiku atau aku yang terlalu rindu. Aku rindu orangtuaku, keluarga besarku, sahabat-sahabatku, teman-teman lamaku. Aku rindu hingga aku hanya bisa menangis seorang diri di kamar kos, yang bahkan suara jangkrikpun tak ada. Sepi sangatlah. Aku serasa ingin berteriak menangis dan mengatakan aku ingin pulang. Lalu apalah dayaku, ini pilihanku. Perasaan rindu ini sudah merasuk hingga ke tulang-tulangku, aku sungguh ingin pulang…..
Aku ingin pulang dan kembali mendapatkan semangatku. Dengan melihat senyum papa dan mama, gelak tawa adikku, nasehat bijak kakakku aku ingin semangat itu. SIksa aku hampir mati karena rindu. Ini adalah awal tapi sungguh aku tersiksa dan kesepian. Setiap malam aku bertemankan sepi, dan ketika ingin tidur sepi itu semakin menyayat hatiku, bahkan ketika bangun aku selalu terbangun dalam keadaan sadar dari bermimpi buruk atau bermimpi hal-hal tentang keluarga dan lingkungan kecil sebelum aku melangkah menjauh dari sana. Tuhan! Peluk dan genggam tanganku. Katakan padaku Tuhan bahwa aku tak apa-apa selama ada kau disisiku. Tuhan tepuk bahuku dan beri semangat itu padaku. Ku mohon jangan biarkan aku menjadi lemah seperti ini. Biarkan aku dan tolonglah aku agar bisa melewati ujian ini dengan sukses. Agar aku bisa membanggakan orangtuku, keluargaku, dan seluruh orang yang menyanyangiku.
Dalam sepenggal khayalan,
Gorontalo, 08 Oktober 2015