ARSIP BULANAN : August 2021

Jiwa Muda dan Pendidikan

04 August 2021 13:32:52 Dibaca : 41

Jiwa Muda dan Pendidikan

Jiwa muda-mudi selalu unik. Mereka memiliki ambisi yang kuat, intuisi yang tajam, dan mimpi yang besar. Hal-hal hebat rasanya dapat mereka miliki jika mereka mau. Tidak hanya mau, sebenarnya dunia juga mengharuskan mereka untuk “mampu”.

Menuju kata “mampu” itu sendiri mungkin perlu jatuh bangun yang tidak mudah. Masa-masa menyenangkan yang rasanya sayang untuk dilewatkan oleh jiwa-jiwa muda ini terkadang menjadi hal yang cukup mempengaruhi kualitas pendidikan dan karakter mereka. Padahal, di saat itu juga permintaan dunia dan penilaian sosial juga semakin berkembang.

Karena menjadi bagian dari jiwa-jiwa muda itu, rasanya penulis begitu dekat dengan topik ini. Kesulitan untuk menyeimbangkan kehidupan pribadi antara pendidikan, pertemanan, hingga hal-hal eksternal. Juga yang tidak bisa ditinggalkan, urusan yang ada dalam kehidupan keluarga. Namun, bukankah itu bagian dari semesta mendidik kita? Dengan begitu, akan terciptalah manusia-manusia tangguh yang dapat membaca pertanda semesta, menyeimbangkan kehidupan, hingga berdamai dengan segala tekanan yang disajikan.

Jiwa muda adalah jiwa yang bebas. Mereka adalah yang paling senang mengeksplorasi hal baru. Bagi mereka, pendidikan bukan hanya sekadar ilmu pasti yang diajarkan instansi formal. Untuk mereka, bertemu dengan orang baru adalah bagian dari belajar. Sekadar mengobrol bertukar pikiran yang tak jarang menimbulkan perdebatan sengit tapi berakhir begitu saja ketika mereka “menyeruput kopi” bersama juga merupakan cara yang begitu dinikmati untuk mendapatkan ilmu baru.

Penilaian tentang pendidikan lalu berkembang menjadi “tidak seformal itu”. Apalagi menjadi seorang pelajar atau mahasiswa di era pandemi. Terkadang kualitas mereka diragukan masyarakat yang sebenarnya juga diragukan kualitas cara berpikirnya. Padahal, sebenarnya kehidupan pendidikan tidak semudah itu.

Menghadapi tuntutan pendidikan di tengah pandemi seharusnya lebih menambah toleransi. Tentu tanpa melangkahi batasan yang telah disepakati. Menjadi lebih terbuka untuk menghindari kesalahpahaman antara yang tua dan yang muda terkadang menjadi penyelesaian terbaik. Tidak hanya terbuka, tetapi juga kemampuan untuk saling memahami dan menerima pada akhirnya. Namun, rasanya, begitu banyak masalah pendidikan yang dihadapi ketika semua sedang menderita karena pandemi di negeri ini.

Semangat ala muda-mudi dirasa sedang surut. Kesulitan dan tekanan pendidikan di masa pandemi yang semakin banyak sepertinya menjadi alasan yang kuat untuk mereka cepat merasa lelah hingga lupa dengan segala ambisi yang membara sebelumnya. Tidak jarang mereka lupa menyertakan hati ketika memenuhi kewajiban sebagai pelajar. Hal utama yang berada di pikiran adalah keinginan untuk segera menyelesaikan salah satu kesibukan yang menuntut.

Sebenarnya, menjadi tugas bersama untuk saling menjaga semangat satu dan yang lainnya. Semangat untuk mengabdi pada negeri, untuk berani bermimpi, dan untuk bertahan di tengah tekanan. Namun, banyak dari kita yang lupa. Lupa bahwa sebenarnya pendidikan tetap menjadi hal yang paling penting untuk para jiwa muda. Kita banyak terlena dengan segala toleransi yang diberikan hingga terkadang tanpa sadar justru menurunkan kualitas diri sendiri. Bukankah kita bisa saling hadir sebagai pengingat untuk tidak menurunkan standar pemuda Indonesia?

Sebagai pemuda-pemudi Indonesia, bukankah dengan segala fasilitas yang ada kita bisa menjadi seseorang dengan mimpi tanpa batas? Bahkan jika tidak memiliki banyak hal yang mendukung di belakang kita, sebenarnya kita mampu dengan hanya mengingat bahwa kita adalah jiwa muda. Jiwa muda yang selalu dapat melangkahkan kakinya menuju segala mimpi dan ambisi yang dimiliki. Jiwa muda yang bisa menghadirkan tulus hatinya untuk menjadi manusia yang lebih bermanfaat dan membawa berkat untuk semesta.

Dampak positif dan Negatif kuliah Online

04 August 2021 13:31:40 Dibaca : 249

Dampak Positif dan Negatif Perkuliahan Online

Pada tahun ini, di seluruh dunia mengalami pandemi Covid-19. Di Indonesia sendiri, pandemi mulai menyebar dan meningkat secara drastis. Yang dimana membuat pemerintah terus mengeluarkan kebijakan baru guna mempersempit penyebaran virus Covid-19 di Indonesia. Indonesia sendiri sudah melakukan berbagai macam upaya yang dikerahkan untuk mengembalikan rutinitas kembali normal seperti sedia kala. Namun, tetap saja seluruh aspek tersebut ikut terimbas. Para pekerja kantoran yang diharuskan untuk work from home, serta sekolah ataupun perkuliahan yang dilakukan dengan learning from home atau daring.

Kuliah daring atau online class menjadi pilihan alternatif kegiatan belajar mengajar perkuliahan di era pandemi ini. Semua kegiatan belajar mengajar seperti diskusi dan presentasi dilakukan dengan online atau daring guna mengupayakan tetap berjalannya aktifitas perkuliahan. Untuk kuliah daring atau online, dosen serta mahasiwa harus menyiapkan perangkat dan aplikasi guna untuk mendukung aktivitas belajar dan mengajar. Aplikasi yang biasanya digunakan adalah zoom, microsoft teams, ataupun google meets. Tetapi, perkuliahan lebih efektif untuk para mahasiswa jika tatap muka. Terutama untuk mahasiswa baru. Karena mahasiswa baru ini masih beradaptasi dari tingkat sekolah ke tingkat univeristas. Yang dimana perbedaan ini sedikit jauh berbeda antara sekolah dengan universitas. Hal ini menimbulkan efek pro dan kontra di kalangan mahasiswa untuk kelas daring ini.

Dampak positif atau pro dari pembelajaran online adalah bisa lebih bertanggung jawab dan menghargai waktu. Karena mahasiswa harus bisa mengatur jadwal dengan mandiri dan apabila kita tidak disiplin dengan jadwal yang sudah ditentukan, maka konsekuensinya mahasiswa akan tertinggal perkuliahan online tersebut. Dan Mahasiswa bisa melihat kembali materi-materi perkuliahan yang diajarkan karena dosen biasanya membagikan materi berupa modul atau power point yang dapat didownload. Selain itu, mahasiswa tidak dibuat terburu-buru menuju ke tempat perkuliahan karena hanya mengandalkan smarphone ataupun laptop saja sebagai perantaranya.

Tidak hanya dampak positif atau pro saja. Tetapi, ada dampak negatif juga dari pembelajaran online ini. Seperti, mahasiswa yang sedang kuliah daring ini banyak yang mengalami kurangnya kosentrasi belajar karena faktor dari lingkungan belajarnya yang berzona nyaman seperti di kamar kos atau rumah yang menciptakan atmosfer kenyamanan yang cenderung membuat mahasiswa lebih memilih untuk bersantai atau tidur, dan kurangnya kondusif keadaan rumah yang membuat kita tidak fokus belajar. Kedua adalah tugas kuliah daring atau online ini melebihi tugas kuliah offline dan sistem perkuliahan online ini mengacaukan penilaian yang telah ditetapkan sejak awal pertemuan sehingga beberapa dosen harus mengubah penilaian untuk menyesuaikan keadaan saat ini.

Dan permasalahan utama dari kuliah online ini adalah sangat bergantung pada internet dan kuota, bila jaringan lambat dan susah sinyal maka proses perkuliahan akan tertinggal dan terganggu saat melakukan pembelajaran atau perkuliahan daring. Seperti yang kita ketahui bahwa tidak semua kota atau pelosok di Indonesia mendapatkan jaringan internet yang bagus dan tentunya belum meratanya akses internet di seluruh indonesia. Dan juga, biaya kuota internet yang mahal membuat pengeluaran menjadi bertambah banyak.

Pembelajaran daring memiliki beberapa dampak terhadap mahasiswa yaitu pembelajaran daring yang masih membingungkan mahasiswa. Mahasiswa menjadi pasif, kurang kreatif dan produktif, serta penumpukan informasi/ konsep pada mahasiswa kurang bermanfaat. Selain itu, mahasiswa bisa mengalami stress yang cukup tinggi. Hal ini dapat menjadi evaluasi untuk Mentri Pendidikan supaya pembelajaran daring dapat diupayakan diterima dengan baik oleh mahasiswa tanpa mengurangi esensi pendidikan itu sendiri. Serta saat ini, pandemi di Indonesia masih menunjukkan grafik kenaikan yang drastis. Sehingga praktisi pendidikan perlu berinovasi lebih dalam melaksanakan pembelajaran agar dapat terus bertahan.

Mahasiswa Baru

04 August 2021 13:29:01 Dibaca : 25

Apa Sih Tugas Mahasiswa – Tanggung Jawab Mahasiswa

Pendidikan adalah hak semua orang, namun pendidikan tinggi adalah hak eksklusif yang hanya sebagian orang dapat menerimanya. Faktor yang pertama adalah tidak semua bisa memenuhi kualifikasi menjadi mahasiswa. Kita perlu melewati serangkaian proses untuk bisa menyandang gelar mahasiswa.

 

Seleksi SNMPTN atau SBMPTN yang acap kali membuat hati berdebar hingga mengecewakan menjadi salah satu tantangan terberat bagi calon mahasiswa. Mempelajari materi SBMPTN yang berkali-kali lipat susahnya dari soal UN menjadi sebuah iktiar dan ritual wajib para camaba. Berpikir positif saja tidak cukup, tapi juga harus punya tekad dan motivasi yang kuat untuk menggapai cita-cita. Faktor yang kedua, bukan rahasia umum lagi, ketika banyak universitas negeri berlomba-lomba menaikkan kuota mahasiswa mandiri di instansi mereka.

 

Salah satu narasumber kami mengatakan “sebagai seseorang yang hanya bisa mengenyam pendidikan tinggi melalui beasiswa saya ingin berteriak ini kampus negeri, tapi hampir setengah mahasiswanya adalah orang-orang berduit. Terus yang ngak berduit harus gimana?” Sebuah pertanyaan besar kemudian muncul “ketika tidak semua siswa berpeluang menjadi mahasiswa, apa sih tugas mahasiswa?”

 

Menjadi mahasiswa bukanlah hal yang main-main. Kata mahasiswa dibentuk dari dua kata yaitu ‘maha’ dan ‘siswa’. Maha artinya besar dan agung, sedangkan siswa berarti seseorang yang sedang menimba ilmu.

 

Ketika dua kata tersebut di kombinasikan, artinya menjadi sangat luar biasa. Ada keistimewaan sendiri dengan menyandang gelar mahasiswa. Namun, besarnya keistimewaan yang didapat, ada niat juga yang harus diluruskan bahwa pendidikan tinggi bukan semata untuk mengejar ijazah maupun keuntungan pribadi.

 

Mahasiswa merupakan agent of change suatu bangsa. Jika ada sesuatu yang salah dalam masyarakat, mahasiswa dituntut untuk menggunakan ilmunya agar bisa menuntun masyarakat ke arah yang lebih baik. Sudah selayaknya mahasiswa mampu memberi solusi terhadap permasalahan yang dihadapi bangsa bukan hanya sekedar memberi kritikan.

 

Bangsa ini butuh kontribusi nyata dari golongan mahasiswa untuk bisa menaikkan taraf kualitas Indonesia. Di sisi lain, mahasiswa juga sebagai penerus bangsa. Sebagai pilar bangsa di masa depan, mahasiswa diharapkan selalu mengupgrade atau mengembangkan dirinya sehingga menjadi individu yang tanggap dan mampu menghadapi tantangan dunia.

 

Menanamkan moral yang baik dalam sanubari juga menjadi hal yang perlu dilakukan. Penerus bangsa tidak hanya membutuhkan tingkat intelektual yang tinggi tapi juga moral untuk bisa menuntun seseorang di jalan yang benar.

 

Mahasiswa merupakan aset negara yang sangat berharga, bagaimana suatu Negara kedepannya tercermin dari bagaimana mahasiswanya saat ini. Ketika mahasiswa tetap diam melihat suatu permasalahan dalam pemerintahan maupun bangsa itu, maka demokrasi bisa saja mati suri. Akan banyak permasalahan dalam masyarakat yang sulit diselesaikan.

 

Sudah banyak sekali bukti dalam sejarah, bagaimana mahasiswa bisa merubah keadaan politik, ketika golongan tua sudah pasrah akan kondisi Indonesia. Idealisme yang tumbuh dalam pikiran mahasiswa sudah selayaknya bukan idealisme yang berasal dari kepentingan golongan, tapi idealisme yang mencerminkan kebaikan untuk Negara. Tugas mahasiswa adalah kerja nyata untuk membangun Indonesia ke arah kualitas yang lebih baik.

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong