Penting Kesehatan Mental Mahasiswa Saat Pembelajaran Daring
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa 1 miliar orang di dunia hidup dengan gangguan mental. Dengan segala perubahan yang terjadi karena pandemi virus corona, masyarakat dunia perlu menyesuaikan diri. Kesehatan mental mengacu pada kesejahteraan kognitif, perilaku, dan emosional. Hal inilah yang mengatur bagaimana cara orang berpikir, merasakan, dan berperilaku. Selain itu, kesehatan mental juga dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari, hubungan atau relasi, dan kesehatan fisik.
Masalah kesehatan mental di Indonesia bisa dibilang masih tergolong tinggi, terutama pada kalangan remaja karena mereka masih memiliki emosi yang tidak stabil dan belum memiliki kemampuan yang baik untuk memecahkan masalah yang ada. Oleh karena itu, remaja perlu untuk mendapatkan perhatian lebih karena remaja merupakan aset negara dan generasi penerus bangsa. Kesehatan mental pada mahasiswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu faktor genetika, keluarga, pertemanan, gaya hidup, sosial, dan berbagai faktor lainnya. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi mahasiswa secara positif maupun negatif. Akan tetapi, masih banyak mahasiswa yang tidak menyadari dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari faktor-faktor tersebut sehingga mereka lupa akan kesehatan mental mereka. Mereka lupa untuk berfokus pada kesehatan mental mereka karena mereka hanya berfokus pada tugas, organisasi, jadwal kuliah, serta tuntutan-tuntutan yang ia terima dari orang-orang di sekitarnya.
Perubahan sistem belajar yang mendadak ini ditanggapi dengan beragam oleh mahasiswa, sebagian mahasiswa mengatakan sistem perkuliahan di masa pandemi ini memberatkan mereka. Hal ini memunculkan spekulasi bahwa perkuliahan daring karena pendemi ini berpengaruh buruk terhadap kesehatan mental mereka. Regulasi diri dalam belajar yang baik akan membantu mahasiswa untuk memenuhi tuntutan-tuntutan yang dihadapinya. Regulasi diri adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kontrol terhadap emosi dan perilakunya di situasi apapun secara mandiri.
Gejala-gejalanya biasanya akan dimunculkan dari fisik maupun psikologis. Berdasarkan survei yang dilakukan APPI (Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia), masalah-masalah fisik yang dialami mahasiswa selama kuliah daring antara lain mata lelah, perih, tegang otot, sulit istirahat, nafsu makan terganggu, dan makan juga terlambat. Masalah psikis yang sering dikeluhkan selama daring, stres banyak tugas, sulit menyesuaikan diri, cognitive overload, tidak berdaya, dan lain sebagainya. Ketika itu bercampur jadi satu, itu membuat tekanan yang sangat besar untuk dihadapi seseorang, sehingga seseorang itu merasa stres, takut, dan cemas.
Kenapa seseorang bisa mengalami gangguan kesehatan mental? Karena dia stuck di zona ketakutan, ia tidak mau beralih ke zona belajar atau bertumbuh. Secara umum sebenarnya jika kita bersama-sama melakukannya, pasti bisa menghadapi ini.
Ada juga tips secara umum yang bisa dilakukan, yaitu saling memberi dukungan dengan menyebar energi positif dan menguatkan bahwa kita tidak sendiri menghadapi kuliah daring ini. Selain itu kita dapat mencari dukungan profesional jika diperlukan, misal psikolog atau psikiater kalau memang perasaan tertekan itu sudah parah. Posting hal positif, menyenangkan, dan memberikan harapan agar kita tidak terlalu dibombardir dengan hal-hal negatif serta gunakan medsos dengan bijak.