Sesal & Air Mata
Aku Rindu Padamu
Duka & Air Mata Istri Sholehah
Dari Savitri di Sulawesi Tenggara
Asalamu ‘alaikum Wr. Wb
Pendengar Nurani yang budiman
Namaku Savitri, biasa dipanggil Vitri, aku bertutur dimalam lewat program ini, bukan karena sedang emosi atau sedang menyesali apa yg sedang terjadi menimpaku saat ini, apalagi sampai bermaksud mengumbar aib keluargaku sendiri, yah.., aku hanya ingin agar masalahku ini bias menjadi pelajaran dan dapat menjadi ibroh bagi yang lainnya..
Pendengar Nurani yang baik
Setiap wanita pasti menginginkan agar mendapatkan seorang pendamping hidup yang dapat memahaminya, mengayominya dan dapat menjadi imam baginya dan anak-anaknya kelak, seperti itupula halnya denganku, setelah mengenal dakwah bermanhaj salaf 2,5 tahun lamanya, dan mengikuti halaqah tarbiyah dan majelis ilmu lainnya dioranisasi islam yang menaungiku saat itu, Alhamdulillah banyak hal yang aku fahami, dan banyak hal pula yang mulai aku mengerti, terutama hal2 yang sacral dalam agama, sebab pemahaman itu aku dapati melalui proses yang intens selama 2.5 tahun itu, dan dari situlah impianku untuk bersuamkan pria sholeh, taat dan bertanggung jawab mulai muncul menggangu hatiku, dalam impian dan harapan itu aku begitu mendamba seorang lelaki yang telah tertarbiyah, faham ttg islam, bahkan berharap mendapatkan pria berilmu atau setara dengan kualitas para asatidzah..dan aku rasa tak ada salahnya aku berharap demikian meskipun dalam hati kecilku, aku sendiri tak mesti mematok bersuamikan ustadz, yaa paling gak agama dan aqidahnya bagus, itu sudah lebih dari cukup buat ana, dari pada harus jadi perawan tua sebab saking selekstifnya dalam memilih pasangan hidup, apalagi, Alhamdulillah dakwah fardiyah pada keluargaku telah kutanamkan sebelumnya, terutama ibu dan bapakku.., sehingga dukungan dari mereka begitu besarnya padaku, kadang malah mereka sesekali minta diadakan tarbiyah gabungan dirumah atau meminta agar tarbiyahku diadakan dirumah setiap pekannya, dan itu adalah hal sangat aku syukuri..
Pendengar Nurani yang budiman
Dalam organisasi dakwah itu pula aku termasuk dalam aktifis yang super sibuk, memegang sejumlah halaqah ta’rifiyah dan segudang aktifitas lainnya, aku sangat menikmati hal itu, dan Alhamdulillah tak sedikitpun aku merasakan ada keletihan dalam diriku dengan berjubelnya kegiatanku, aku selalu berusaha menjadi yang terbaik buat ummat, sehingga bila saja dating tawaran kegiatan atas nama ummat, maka aku tidak pernah menolaknya.., semua itu aku lakukan tentunya semata2 karena Allah, meskipun terselip sedikit harapan lain, bahwa aku akan dipertemukan dengan seorang pria yang baik, lebih2 baik agama dan akhlaknya.., bukankah wanita2 yg baik diperuntukkan untuk lelaki2 yg baik pula..?
Pendengar Nurani yang budiman
Waktu terus bergulir, dan akhirnya akupun telah menamatkan kuliahku dengan menggondol S1 Informatika, dan entah secara kebetulan atau tidak, tak lama bereslang setelah itu Akhirnya masa penantianku itu berujung juga, sebab aku dikabari oleh LEMBAGA PERNIKAHAN bahwa ada seorang ikhwah yang ingin menghitbah aku, ikhwah ini berasal dari jawa tengah, namun oleh LEMBAGA PERNIKAHANdisampaikan padaku bahwa ikhwah ini baru 3 bulan lamnya mengikuti tarbiyah, Mas Rommy namanya, beliau bekerja disalah satu perusahaan swasta didaerahnya, dan telah menyatakan keinginannya untuk menikah karena orang tuanya memaksanya untuk segera menikah, sebab mas rommy adalah anak sulung mereka dan saat itu telah berusia mapan untuk berkeluarga, dan LEMBAGA PERNIKAHAN memediasi keinginan mas rommy untuk mencarikan akhwat yang bersedia menerima mas rommy dengan kapasitas “ikhwah baru” saat itu, yang kudengar bahwa akhwat yg akan dicalonkan dengan ikhwah ini adalah akhwat yg sudah lama tarbiyah atau yang sudah menjadi murobbi, alasannya agar dapat mengimbangi sang suami, serta menjadi control baginya kelak, bila nanti sang ikhwah ini akan future dan kembali kemasa lalunya. Dan jujur, informasi ttg adanya seorang ikhwah yg sedang mencari pendamping ini sudah aku ketahui sebelumnya dari teman2 akhwatku, sebab telah ada beberapa akhwat yang dikhitbahnya tapi tak satupun yang menerima lamaran ikhwah ini dengan alasan yg variatif, ada yg menolak dengan alasan bahwa ortunya belum merestui, ada yg menolak dengan alasan tidak mau diboyong kedaerah sang ikhwah dijawa, ada yg menolak dengan alasan masih ingin melanjutkan kuliah, dan ada yg lebih ekstrim menolak ikhwah ini dengan alasan karena sang ikhwah baru 3 bulan ikut tarbiyah, hingga akhirnya pinangan itu tertuju padaku, saat pinangan itu dating aku tak lantas memberikan jawaban apapun pada ikhwah itu, kulalui berbagai proses untuk mendapatkan keputusan yang bulat dari pinangan tersebut, yaitu antara menerima atau menolak lamaran ikhwah ini, kucoba berkonsultasi kepada murobbiyahku, juga kumintai saran dari kedua orang tuaku, serta tak lupa mengadu dan curhat kepada allah lewat sholat lailku, dan hasil akhir dari semua itu ternyata dikembalikan padaku sebab mereka memberi alasan bahwa akulah yang akan menjalani biduk Rumah tangga itu.
Pendnegar Nurani yang budiman
Dengan memalui berbagai pertimbangan serta dengan memohon Ridho Ilahi, akhirnya lamaran mas rommy aku terima.., dan Alahmdulillah setelah melewati beberapa proses seperti mulai dari ta’aruf dan nadzor, acara walimah kami resmi digelar secara syar’I dirumahku sepekan setalah segala pengurusan berlangsung, dan seperti pasangan suami istri pada umumnya, kami melewati proses pacaran itu setelah menikah, segalanya begitu indahnya, mas rommy Alhamdulillah adalah ikhwah yang baik meskipun baru tertarbiyah selama 3 bulan, pakaiannya pun syar’I alias tidak isbal, dan seperti ikhwah pada umumnya mas rommy juga memelihara sunnah rosul dengan memanjangkan jenggotnya yang lebat, kadang aku sering tersenyum saat memandangnya, sebab bila dipandangi sepintas, penampilan mas rommy layaknya seorang ustd besar dengan kapasitas ilmu yang cukup tinggi, sebab dari caranya bersosialisasi serta caranya berpenampilan tak ubahnya seperti seorang ustadz, menyadari semua itu aku mulai berangan2 yang tak lupa kubarengi dengan doa semoga suamiku akan senantiasa istiqamah dan rajin mempelajari ilmu agama serta rajin ikut tarbiyah, sehingga pengetahuan agamanya kelak akan setara dengan penampilannya.
Pendengar Nurani yang budiman
Setelah pernikahan itu, kami masih tinggal dirumah orang tuaku, dan Alhamdulillah 2 pekan setelahnya telah tumbuh benih2 cinta kami berdua, kami sangat bahagia saat itu, dan kesyukuran pun tak pernah lepas kami lakukan, terutama meninghkatkan volume ibadah kami, mas rommy juga tak pernah meninggalkan solat lailnya, saat itu aku merasa sangat bahagia, hingga akhirnya masa cuti kerja mas rommy berakhir dan 3 hari sebelum masa cuti tugasnya berakhir, kami berangkat kejawa, kekampungnya mas rommy, sedih rasanya kirasakan, karena harus berpisah dengan akhwat2ku tercinta, meninggalkan jama’ah disana, meninggalkan kampong halaman, terutama meninggalkan orang tua tercinta, tapi itulah konsekuensi dari pernikahan, seorang istri yg taat harus rela kemana aja mengikuti dan mendampingi suami tercintanya bertugas, demikian pula dengan diriku, setelah tiba dikampungnya mas rommy, ternyata segalanya telah dipersiapkan, mas rommy ternyata memang pria mapan, sebab sebelum pernikahan tersebut, dia telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut keluarga barunya, mulai membeli rumah pribadi dan segala fasilitas didalamnya, jujur aku merasa bahagia dengan semua itu, bukan karena aku materialistis, tapi bukankah hidup sendiri dan mandiri jauh dari interfensi siapapun adalah dambaan setiap keluarga baru?, begitu pula denganku, hari-hari kami lalui dengan penuh bahagia, mas rommy adalah pria bertanggung jawab, dan taat dengan ibadahnya. waktu terus bergulir, hingga tiba juga puncak kebahagiaan kami, dimana jundi mungil.., calon mujahid sejati yang selama ini kami nantikan, lahir ditengah2 keluarga kami dan melengkapi kebahagiaan itu, terasa lengkap sudah kebahagiaan keluarga kami..
Pendnegar nurani yang budiman
Jujur.., semula kufikir keluarga kami akan bahagia selamanya layaknya impian dari setiap keluarga lainnya.., semula kufikir tidak akan ada kerikil tajam yang akan menghalau pernikahan kami, tapi ternyata aku salah.., ternyata aku yg berlebihan dalam berangan2, sebab kerikil itu justru lebih tajam dari yang aku duga sebelumnya, kuakui bahwa setiap keluarga pasti pernah bertengkar, namun pertengkaran itu pasti akan berujung..tapi dlam keluargaku..?, pertengkaran itu hamper tak pernah letih menghiasi biduk rumah tangga kami, semuanya berawal ketika aku melihat ada perubahan besar dalam diri mas rommy, kadang kulihat dia kekantor memakai celana yg isbal, padahal celana2nya itu telah disimpannya sejak dia mengenal dakwah ini, menyaksikan semua itu hatiku sedih..aku mencoba menasehati dia dengan hikmah, tapi tak pernah digubrisnya.., sebab mas rommy selalu menghindar dariku karena tidak ingin membahas masalah itu.., secara diam2 juga kuketahui mas rommy memotong jenggotnya meskipun tidak sampai gundul.., aku berusaha memahamkan padanya nilai2 agama yg mungkin dia telah melupakannya.., tentang hal2 yg terkait dengan apa yg sedang terjadi padanya, namun lagi-lagi hanya kebisuan yang aku dapat darinya.
Pendengar nurani yang budiman
Dadaku serasa sesak menyaksikan semua itu, apalagi mas rommy melakukannya seolah tanpa beban, dia bahkan menikmatinya, satu kali dia pernah memberikan alasan, dan alasan itu sangat tidak bias aku terima sama sekali, yah.., ternyata mas rommy melakukan inikarena mulai merasa malu dengan penampilannya setelah menjadi ikhwah, dan rasa malu itu katanya muncul setelah beberpa kali ditugaskan keberapa perusahaan lainnya..semua relasinya berpenampilan elegan setara dengan jabatannya sementara dia layaknya seorang ustd yang salah mengambil profesi.., mendengar semua itu mataku berkaca2..astagfirullah..ternyata syetan sudah mulai membisikan rayuan buruk pada suamiku.., dengan tidak mengurangi rasa hormatku padanya sebagai kepala rumah tangga, aku berusaha menasehati dia dari kekeliruannya.., aku bahkan kembali merivew materi2 tarbiyah yg telah dia dapatkan dulu yang mungkin telah dia lupakan.., tapi apa yang terjadi.., mas rommy malah membentakku dengan suara kerasnya.., bahwa aku tak perlu menceramahinya.., bahwa dia melakukan semua ini untuk kelangsungan hidup keluarga kami.., air mataku menetes saat itu.., aku tidak menyangka sama skelai kalau mas rommy yang dulu kukenal sangat istiqamah meskipun baru megenal tarbiyah, namun kini berubah 99 derajat..aku bahkan hampir2 tak mengenalnya.., ya Allah ada apa dengan suamiku..
“aby..afwan sebelumnya..bukan ana bermaksud menggurui aby.., tapi ana hanya ingin mengingatkan aby agar jangan sampai aby akan semakin jauh dari Allah.., ana juga sedih karena tak lagi melihat mas sholat berjamaah dimesjid, padahal mesjid hanya 50 meter jaraknya dari rumah kita.., ada apa denganmu aby..ada apa..?, ana ini istrimu aby..tolong terbukalah pada ana. insya Allah kita akan hadapi segala masalah yang dating menghalau rumah tangga kita dengan bersama2, asalkan aby jangan berubah seperti ini..?. ujarku dalam linangan air mata..
“umy..syukran atas segala perhatiannya..tapi percuma ana menjelaskan semua ini pada ummy, karena ummy tak akan pernah memahaminya.., sebab ummy hanya tinggal dan berdiam diri dalam rumah, sementara aby..aby harus berhadapan dan bertemu dengan banyak orang, khususnya relasi aby..semua mereka selalu membicarakan penampilan aby.., aby capek jadi bahan omongan orang.., dan mengenai aby yg gak lagi sholat dimesjid jujur semua itu aby lakukan karena aby sangat capek setiap pulang dari kerja.., tapi abykan tetap sholat ummy..” sela mas rommy dengan lantangnya
“astagfirullah.., kenapa aby berkata seperti itu?, mengapa aby jadikan pandangan manusia sebagai penghambat keistiqamahan aby, bukankah jauh lebih baik hina dalam pandangan manusia tetapi mulia dalam pandangan Allah, jujur umy sedih mendengar dan melihat kenyataan ini, padahal umy berharap apapun yang terjadi menimpa keluarga kita, kita akan bersama2 menghadapinya, tetapi mengapa semua harus terjadi seperti ini, bahkan umy hampir2 tak mengenal aby lagi, aby seperti orang asing dalam pandangan umy..” ujarku dalam tangis yang tak bias kubendung
“aaaakkkkkkkkkkkkkkkkhhh..sudahlah..gak usah dibahas lagi…pusing aby membahas semua ini, setiap hari ini saja topic yang selalu dibahas.., apakah tidak topic lainnya..?, apakah sikap aby seperti ini akan membuat aby keluar dari agama ini, gak kan..?, gak usah terlalu berlebihan memberi pandangan buruk terhadap aby, aby juga melakukan semua ini untuk kebahagiaan kita, mau makan apa kalau aby tidak melakukan semua ini..?, aby malu ummy..aby malu dengan teman2 kantornya aby” ujar mas rommy lagi padaku
Pendengar nurani yang baik
Hatiku miris mendengar semua itu, aku sangat kecewa, masih kuingat betul masa2 kami menjalani semuanya dengan proses yg begitu indahnya, aku tahu suamiku tidak seperti ini, meskipun dia baru mengenal dakwah dan baru mengenal tarbiyah.., ya Allah ada apa dengan suamiku..?, aku bahkan beberapa kali mendapati suamiku makan dan minum dengan posisi berdiri..padahal didepannya tersedia meja dan kursi makan, dan aku melihat seperti tidak ada beban didalam dirinya, bahkan aku melihat mas rommy begitu sangat menikmatinya, bahkan yang lebih mengejutkanku dan tak bias kuterima…entah sakit hatinya padaku karena sering mengungkit2 masalah ini, atau sengaja ingin menyakiti perasaanku, mas rommy tak lagi pernah sholat berjama’ah dimesjid kecuali sholat jum’at, dia juga tak pernah terlihat ikut tarbiyah dengan alasan bahwa murobbinya tak lagi pernah dating2 lagi karena kesibukan dakwah ditempat lain, bahkan yang lebih menyakitkan perasaanku, jenggotnya yg dulu hanya dicukurnya separuh..tapi kini telah digundulinya hingga tidak ada yang tersisa, Ya Allah aku sedih menyaksikan semua itu..apa yang harus aku lakukan..?, aku fikir semua akan baik2 saja, aku fikir aku akan berguna baginya.., tapi ternyata tidak..aku tidak tahu apakah aku menyesal dengan semua ini atau tidak, tapi aku berharap ada perubahan positif dari semua ini
Pendnegar Nurani yang budiman
Hingga pertengkaran diantara kami kembali terjadi, mana kala aku memprotes semua itu, mana kala aku menagih janjinya dulu saat ta’aruf pertama kalinya, bahwa dia akan tetap istiqamah setelah dia menikah aku, tapi semua tak pernah digubrisnya, aku sedih..sangat kecewa..bahkan dengan lantangnya dia berteriak..kalau seandainya dengan semua ini aku menyesal menikah dengannya dia memberikan segala keputusan padaku, kalau aku ingin berpisah dengannya, dia akan menerima dengan ikhlas dan akan melakukan apapun yang menjadi keinginanku asalakan dia tidak merasa diinterfensi seperti yg aku lakukan selama ini padanya, jujur aku tidak bermaksud menginterfensi suamiku.., sebagai seorang istri aku hanya ingin mengingatkan dia akan kekhilafan dan kekeliruannya selama ini.., salahkah bila aku melakukan semua ini..?, apakah aku harus membiarkan semua ini terjadi didepan mataku dan hanya menunggu hingga suamiku benar2 futur lalu aku baru bertindak mengingatkannya setelah segalanya terlambat..?, tidak..aku tidak ingin hal itu terjadi menimpa suamiku tercinta…, aku tidak ingin..
Pendegar nurani yang budiman
Menyaksikan semua itu, aku kembali teringat masa2 duluku bersama akhwat2ku tercinta dikampung.., aku terkenang akan ibu bapakku dan kampong halamanku..aku jadi merindukan mereka.., tetapi aku tidak dapat berbuat apa2, karena telah ada jundi mungil ditengah2 kami.., haruskah aku melepasakan suamiku sementara ada anakku yang masih sangat mengharapkan kasih sayangngnya..?, atau haruskah aku bertahan dengan segala sikap dan perubahannya selama ini.., hingga saat ini aku masih bingung dan tak tahu harus berbuat apa, aku berharap kebaikanlah yang akan menjadi akhir dari semua ini, dan aku berdoa kepada Allah Azza Wajallah..agar dia mengembalikan suamiku seperti dulu, dan kembali memberikan hidayah buat suamiku, agar dia menyadari segala kekhilafan dan kekeliruannya selama ini..amin ya rabbal ‘alamin
Wassalam
Antara Dakwah Dan Keluarga
Dari slamet di Kota Sigibiomaru Kab Sigi Sul-Teng
Assalamu ‘alaikum wr. Wb
Pendengar nurani yang baik
Ini adalah sekelumit kisahku, yang dengan ini semua aku sangat berharap dapat menggugagh hati-hati kita yang hingga hari ini tak mampu membagi waktu dengan baik, sehingga banyak hal yang kita abaikan yang konesuensinya besar akibat dari ketidak mampuan kita maemanaj waktu kita, aku adalah seorang suami dari seorang istri yg bernama salma, kami menikah 5 tahun silam, tepatnya pada tahun 2005..
Pendnegar nurani yang baik
Pernikahan kami seperti pada umumnya melalui proses yang syar’i sebagaimana anjuran islam, karena alhamdulillah kami berdua terlahir dari sebuah organisasi islam yang terkenal sangat eksis dengan dakwahnya, meskipun secara dzohirnya keterlibatanku dalam dakwah ini belum seberapa. Dalam keseharianku, aku menjalani rutinitas sebagai seorang pedagang kecil-kecilan, namun Alhamdulillah usaha itu sudah sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan keluargaku dan sedikitnya dapat memberi kontribusi pada dakwah dinullah.., sementara istriku “salma”, beliau dikenal sebagai aktifis tulen yang sejak masa gadisnya dia persembahkan hidupnya untuk dakwah ini, salma dalam tataran organisasi adalah seorang pengurus aktif organisasi sehingga seperti aktifis pada umumnya banyak kegiatan yg beliau ikuti, mulai dari mengisi liqo’, mengajar, dll yang seolah bila kita menyaksikannya mungkin kita akan merasa “mampukah aku seperti dia?, subhanallah”, seolah memiliki seribu nyawa yg tak pernah kenal letih mengusung dakwah ini. Bahkan banyak orang yg bangga pada kegigihan beliau. Itulah sosok istriku dimasa gadisnya
Pendengar nurani yang budiman
Semula aku mengira bahwa padatnya aktifitas salma akan berkurang setelah menikah denganku, apalagi setelah 3 pekan pasca walimah kami Alhamdulillah salma dinyatakan oleh dokter positif hamil, meskipun sebagai suami aku memberikan kebebasan sepenuhnya pada istriku untuk berkreasi apalagi untuk urusan ummat, Demi Allah aku selalu mendukungnya, bahkan tak jarang aku turut membiayai gerak langkahnya dalam dakwah bilkhusus pada kegiatan2 positif yg bersumber dari ide2nya. hidup sebagai sepasang suami – istri dengan kesibukan yg padat begitu sangat kami nikmati, volume berjumpa dan berkomunikasi antara kamipun terjadi hanya bias dihitung dengan jari, yaitu hanya pada pagi sebelum berangkat ketempat kerja masing2, kemudian menjemputnya lagii untuk selanjutnya mengantarnya ketempat yg lain dengan agenda yg lain dan begitu seterusnya hingga kujemput malam hari lagi setelah tuntas segala rutinitasnya, kami menikmati semua itu, hingga akhirnya ketika memasuki 3 bulan pasca penikahan kami, waktu jualah yg mengantarkan aku pada sebuah kenyataan, bahwa sebenarnya aku merindukan kebersamaan dengan istriku, makan bersamanya, ngobrol bersamanya dan menjalani kehidupan normal dimana meskipun ditengah kesibukkan yg padat tetapi masing2 masih dapat menyisihkan waktu untuk menjalani kebersamaan itu , walau hanya sebatas makan siang atau apa saja, dan untuk mewujudkan semua itu, aku mulai mengurangi aktifitas bisnisku dan mengamanahkan kepada orang lain yg tentunya orang kepercayaanku untuk mengelola bisnis kecil2an itu, dengan harapan agar salma juga dapat sedikit saja mengurangi aktifitasnya dan menyisihkan waktu untukku, tetapi kenyataan itu tak kunjung dating, diberbagai situasi khususnya pada saat ada waktu luang untuk bersamanya, aku selalu mengangkat masalah ini dengan gaya bahasa mesra dan romantis, hmmmm (sambil menarik nafas) tapi salma ternyata selalu punya alasan untuk berkilah yg membuat aku akhirnya hanya bias terpaku dalam diam, alasan2 yg cukup kuat dan masuk akal, yg isinya kurang lebih mengandung nilai2 motofasi untuk selalu giat berdakwah dan berjuang untuk agama ini, tapi meski demikian aku selalu tak bosan2nya untuk mengingatkan dia akan keinginaku tersebut. Jujur tidakada sedikitpun niatku untuk membatasi ruang lingkup salam dalam dakwah ini, aku bahkan bangga padanya karena memiliki ghirah yg besar untuk perjuangan ini.., tapi salahkah juga aku bila sebagai suami menginginkan sedikit waktu darinya untuk sekedar berbagi atau makan siang sekali aja.., sebab menanti waktu datangnya malampun salma sepertinya tak maksimal memberi waktu untukku, dan aku tak dapat memprotes hal itu sebab memang jelas Nampak keletihan diwajahnya bila sudah kembali kerumah pada malam hari, aku bahkan kadang merasa kasihan melihat istriku selalu pulang dalam keadaan letih, selain dirinya aku juga menghawatirkan janin yg ada dalam kandungannya yg baru memasuki usia 3 bulanan, janin yg kelahirnya sangat kami harapkan.
Pendengar nurani yang budiman
Jujur kadang aku merasa sedih sendiri bila menyadari kenyataan ini, bahkan aku merasa bahwa “Apakah perasaanku ini akibat dari tidak adanya kesibukanku dalam dakwah ini sehingga aku tidak bias merasai apa yg istriku rasakan..?”, Ya Allah ampuni aku bila sikapku ini berlebihan, aku hanya ingin merasai manisnya diperhatikan oleh istri tercinta, saat dimana sarapan pagi, siang dan malamku disiapkan, ketika aku membutuhkannya dia selau ada, tapi apa yg aku rasakan saat ini, setiap hari semenjak 2 pekan setelah menikah dan dia kembali terjun dalam aktifitasnya, kebiasaan2 itu tak pernah lagi aku rasakan, dimana sarapan pagiku harus kusiapkan sendiri bahkan kadang terpaksa sarapan pagi diluar sehabis mengantarnya ketempat aktifitasnya, begitu juga dengan makan siang dan malamku, aku sebetulnya berusaha untuk tidak memprotes akan semua ini, tapi hatiku merasa sangat hambar sekali, aku merasa seolah belum menikah dengan siapapun, aku juga merasa sepertinya aku tidak beristri, dan paling parah yg aku rasakan sepertinya aku hanyalah tukang ojek yg selalu siap siaga mengantarnya kemana saja yg dia mau, Oh..apakah ini sudah meruakan keluhan dan protes..?, ampuni aku ya allah bila tidak sabar menghadapi situasi ini.
Pendengar nurani yg budiman
Akhirnya disuatu sore yg cukup mendung, sebuah kejadian naas yg tak pernah aku harapkan menimpa istriku, tak kala aku sedang membenahi atap rumah bagian belakang yg sering bocor bila hujan tiba, aku tersentak dan sangat kaget saat mendapatkan kabar via telepon dari seorang akhwat teman istriku, yg mengabari bahwa istriku sedang dirawat di RS karena mengalami pendarahan hebat.., dan dokter tidak dapat menyelamatkan kandungannya, saat mendengar kabar itu aku sangat shock..tulang2ku kurasakan seolah tak nyambung lagi, meskipun belum lama hidup bersamaku sebagai seorang istri, meskipun waktunya hampir2 tak ada buatku setiap harinya tapi hatiku begitu sangat mencintainya.., dengan perasaan tak menentu aku berusaha menguatkan hatiku dan segera bergegas ke RS dimana istriku dirawat.., aku berusaha membuang jauh2 kesedihanku agar pada saat didepan istriku nanti, dia tidak akan bertambah sedih saat melihatku bersedih karena kejadian ini, Ya Allah aku tahu ini adalah ujian buat kami.., sabarkanlah kami ya Allah..
Pendengar Nurani yang baik
Dengan perasaan sedih yg aku sembunyikan dari wajahku, akhirnya aku tiba di RS dimana istriku dirawat, dokter melarangku untuk mengajaknya ngobrol banyak karena kondisinya masih lemah, namun saat itu istriku dalam keadaan sadar, perlahan kubuka pintu kamar dimana istriku diinapkan dan dirawat..kulihat ada ketegaran dimatanya meskipun dengan penuh tatapan sayu akibat kehilangan banyak darah..,saat itu niat hatiku ingin men”taziyah”inya agar tidak terbawah sedih dengan peristiwa itu, tapi belum sempat sekata aku ucapakan kalimat2ku untuk menghiburnya tiba2 suaranya dengan pelan justru mendahuluiku..
”Qadarullah kak.., insya Allah ia akan menjadi tabungan bagi kita diakhirat kelak, insya Allah, dan akan digantikan dengan yang lebih baik lagi.., sungguh saat ini Allah sedang menguji kita, dan insya Allah ini akan menjadi penyemangat buat ana untuk lebih giat lagi dalam menolong agama Allah..” ujarnya dalam kelemahannya
“Na’am dek.., kita harus pasrahkan segalanya kepada Allah, kk gak apa2 koq, insya Allah, Allah akan memberi kita lagi penggantinya dihari esok..”selaku mengomentari ungkapan istriku “tapi kk harap adek mengambil pelajaran dari perisitiwa ini.., agama memang membutuhkan orang2 sepertimu dek.., tapi.., afwan..kita juga harus memberi waktu buat diri kita sendiri, paling gak..pada saat-saat dalam kondisi kita yg tidak memungkinkan, sehingga kejadian ini tidak perlu terjadi, bu..bukan kk menyesali ini semua, tapi kk harap bila Allah memberi kita penggantinya, adek bias sediiiikiit saja mengurangi kegiatan adek, agar amanah yg diberikan pada kita kelak juga bias terjaga dengan baik insya Allah..” tambahku lagi.
“jadi kk menyalahkan ana dalam hal ini..?, kakak harus ingat bahwa segala sesuatu yg terjadi didunia ini sudah diatur oleh Allah azza wajallah, jadi kita tidak perlu menyalahkan keadaan, lagi pula kita sudah cukup berusaha untuk menjaga amanah ini.., tetapi ternyata Allah berkehendak lain yang tidak pernah kita harapakan kan?, jadi ana harap kita bias dengan lapang pula menerima semua ini..” tegas istriku dengan nada agak sedikit bergetar, dan aku tahu argument itu keluar bersama luapan emosinya, entahlah mungkin dia tersinggung dengan perkataanku, mendengar semua itu aku hanya bias mengangguk saja, agar masalahnya tidak panjang lagi, akupun tahu tabiat istriku yg tidak bias ditentang kalau urusan dakwah, aku berusaha menekan perasaanku, akupun menyadari bahwah kapasitas ilmu syar’I yang aku miliki tidak sebanding dengan istriku, sehingga kalau bicara soal agama, aku masih selalu kalah argument dengannya bila pada kondisi2 tertentu aku menasehatinya atas sesuatu yg aku rasakan mengganjal dihatiku.
Pendengar nurani yang baik
Waktu terus bergulir tanpa kompromi, dan perisitiwa yang menimpa keluargaku tersebut seolah tak memberi bekas pada istriku, semangatnya untuk berdakwah begitu gigihnya, semua berjalan seperti biasanya tanpa ada perbuahan sedikitpun, kesibukannya tetap masih sama begitu juga dengan volume perhatiannya padaku, semua masih sama, yang berubah hanyalah hari, bulan dan tahun terus berganti, aku sendiri mulai merasa jenuh dengan semua ini, apalagi berbagai argumenku, berbagai permintaanku tak satupun dipenuhi oleh istriku, bahkan yang membuat aku sangat kecewa, saking sibuknya dia dalam mengurus masalah ummat, 3x akhirnya kami harus kehilangan kesempatan untuk mendapatkan momongan, cabang bayi hasil cinta kami yang begitu aku harapakan, hanya bias bertahan seumur jagung dalam rahimnya, meskipun aku tahu ini adalah qadarullah, tapi aku sangat kecewa.., aku sangat kecewa..karena istriku tak pernah mau mengerti dengan segala harapan yang ada dalam hatiku, mungkin bila ia tak memasak dan menyiapkan makan untukku tak jadi soal bagiku, mungkin dia tidak pernah punya sedikit waktu untukku juga tidak masalah, tapi bila ia juga seolah tak menghiraukan kesehatannya dan cabang bayinya, inilah yg membuat aku sangat kecewa.., apalagi usia pernikahan kami telah memasuki tahun ke 5 dan tak ada sedikitpun perubahan yg aku lihat darinya, tangisan bayi mungil yg begitu aku sangat inginkan hadir meramaikan suasana keluarga kamipun hanya tinggal khayalan semata, sebab gugurnya janin ke tiga kalinya yang ada dirahimnya akhirnya membuat dokter memvonis bahwa istriku hanya memiliki kemungkinan kecil untuk hamil lagi, rasanya aku ingin menangis saat itu, tapi aku berusaha menguatkkan hatiku, sebab aku adalah lelaki, aku malu terlihat cengeng dihadapan istriku, tapi untuk menasehati dan mengingatkannya rasanya aku telah letih, sebab aku tahu persis istriku memiliki tabiatnya keras, aku juga jenuh beradu argument dengannya.
Pendengar Nurani yang baik
Hingga suatu hari tepatnya bulan januari 2010 kemarin, saat aku melebarkan sayap bisnisku kesebuah kota kecil dipalopo Sulawesi selatan, akhirnya kuputuskan untuk menikah lagi disana. Dengan tidak menyembunyikan identitas dan statusku yg masih beristri, dan dengan menyampaikan alasan2ku untuk menikah lagi, akhirnya ada seorang temanku dipalopo mencarikan aku seorang wanita yg bersedia menerimaku apa adanya, menerimaku dengan segala kekurangan yg aku miliki, Alhamdulillah gadis ini termasuk salah seorang kader sebuah organisasi islam juga yg ada didaerahnya, namun sebelum aku menghitbah gdis tersebut, aku menyurati istriku dan menyampaikan niatku untuk menikah lagi, surat itu kukirimkan melalui jasa pengiriman kilat, hingga hanya dalam hitungan hari saja, Alhamdulillah surat itu telah sampai pada istriku, dan inilah isi suratku itu :
Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu ‘alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Buatmu wahai aktifis dakwah sejati
Sebelumnya kk minta maaf dek.., apabila isi surat ini mengejutkanmu, tapi kk yakin bahwa kau adalah wanita tegar yang mampu menepis apapun dan pantang bersedih apalagi sampai mengeluarkan air mata, seperti ketegaranmu yang begitu tabah kehilangan 3x calon bayi kita, kk juga yakin bahwa isi surat ini tidak terlalu penting bagimu seperti halnya tidak pentingnya kehadiran kk dalam hidupmu, tapi satu hal yang ingin kk sampaikan padamu dek, bahwa semua ini berarti buat kk, dan bahwa semua ini teramat sangaat penting buat kk..karena isi surat ini menyangkut kebahagiaan kk, jujur, kk tidak mengkalim bahwa kk tidak bahagia denganmu dek, tapi kk hanya merasa bahwa kk tidak bias membahagiakanmu, sebab setiap hari kk selalu memportes aktifitasmu, kk selalu mempersoalkan perhatianmu yang kurang buat kk, dan kau tahu dek, jujur sedih rasanya hati ini saat harus selalu bertengkar denganmu, sebab saat tu terjadi kk merasa seolah seperti lelaki jahat yg selalu mengekang kebebasanmu.., olehnya.., untuk menghindari semua ini, kk hanya ingin menyampaikan padamu dek, bahwa insya Allah pada hari ahad 24 januari nanti, kk akan menikah lagi dek, Alhamdulillah ada seorang wanita yg juga seorang akhwat yg mau menerima kk apa adanya, insya Allah setelah ini semua kk tidak akan meminta apa2 lagi darimu dek, kk tidak akan mempersoalkan perhatianmu lagi..kk juga tidak akanmempersoalkan waktumu lagi..dan paling penting sudah ada seorang wanita yg mau memahami kk, yang mau menyiapkan sarapan pagikk, makan siang dan malam kk, dan mau memperhatikan keluarganya tanpa mengenyampingkan urusan ummat, insya Allah meskipun kk tidak mampu menyamai adilnya Rasulullah dalam memperlakukan istri2nya, tapi kk akan selalu berusaha untuk bersikap adil pada kalian berdua, kk yakin sebagai aktifis dakwah sejati kau memahami semua ini, bahkan semua ini insya Allah akan membantumu dek untuk lebih focus pada kegiatan2mu dan juga urusan2 dakwahmu..
Sekian dulu surat dari kk, semoga adek saying mau memahaminya dan bisa bijaksana dalam menyikapinya.
Wassalam
Suamimu
Slamet
Pendengar nurani yang budiman
Aku tak tahu bagaimana perasaannya saat itu, sebab sesampainya surat itu hingga hari H pernikahanku, salma tak menghubungiku sama sekali, dan mengenai hal pernikahanku yg kedua itupun kedua orang tuaku dan keluarga salma kukabari, kusampaikan dengan bijak segala penyebab dan alasan2ku, aku sampaikan pula pada mereka bahwa aku tidak berniat menceraikan salma, dan mereka memahaminya, dan Alhamdulillah saat ini dalam rahim istriku telah tumbuh benih2 cinta kami yang saat ini berusia 8 bulan, sebab 4 bulan setelah pernikahan kami itu, Allah mengaruniakan pada kami amanah besar yakni buah cinta kami berdua, sementara untuk urusan nafkah aku berusaha selalu memenuhi kebutuhan keduanya, baik nafkah lahir maupun bathinnya..
Wassalamu ‘alaikum wr wb