Masa Pubertas
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja dan pada masa ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organ- organ seksual serta organ-organ reproduksi remaja.[1]
Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi seksual.[2] Pada masa ini memang pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dengan cepat. Pada wanita pubertas ditandai dengan menstruasi pertama (menarche), sedangkan pada laki-laki ditandai dengan mimpi basah.
Pubertas berasal dari kata bubescere artinya mendapatkan pubes atau rambut kemaluan yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menampakkan perkembangan seksual.[3]
Pubertas adalah perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal yang terutama terjadi selama masa remaja awal.[4]
Dari beberapa pengertian yang telah dijelaskan di atas dapat kita simpulkan bahwa, masa pubertas adalah masa dimana anak mengalami perkembangan yang sangat cepat pada kematangan fisik, hormone seksualitas, dan perkembangan organ – organ seksual serta organ – organ reproduksi remaja.
B. Perkembangan – perkembangan pada Masa Puber
Perkembangan pada masa pubertas meliputi hal sebagai berikut, antara lain:
a. Perkembangan Fisik
Perubahan tubuh pada remaja melingkupi perubahan tinggi, berat, penyebaran lemak dan otot, sekresi kelenjar dan karakteristik seksual yang akan berlangsung terus hingga masuk ke masa dewasa. Pada masa pubertas biasanya cewek mengalami menstruasi (menarche) pertamanya dan cowok mengalami ejakulasi pertamanya.[1]
b. Perkembangan Emosi
Masa puber merupakan masa emosi yang bergejolak. Remaja sangat peka dan menunjukkan reaksi yang kuat pada berbagai peristiwa dan situasi sosial. Dan bila sedang meledak, emosinya sering tidak proporsional.Ciri emosi lain pada remaja; ambivalensi dalam perasaan. Acapkali mengalami perasaan yang saling bertentangan –sayang dan benci, perhatian tapi juga apatis pada berbagi orang/peristiwa. Ketidak stabilan perasaan ini seringkali menimbulkan kebingungan, frustasi dan kejengkelan dalam diri remaja, dan makin membuatnya meledakledak.
c. Perkembangan Sosial
Masa Puber adalah masa mencari jati diri untuk menghadapi kedewasaan kelak. Terlihat; secara bertahap melepaskan ketergantungannya pada orang tua, namun untuk mendapatkan rasa aman biasanya dengan cara membuat kelompok dengan teman sebaya.[2] Itu sebabnya pada masa remaja teman sebaya menjadi sangat penting dalam kehidupan anak. Kelompoklah yang memegang peranan apakah si remaja dapat diterima atau disisihkan.Dalam kelompok inilah mereka belajar bergaul dengan lawan jenis, dengan dukungan teman-teman sejenisnya. Baru pada tahapan-tahapan remaja berikutnya mereka mulai tertarik untuk bergaul dengan lawan jenis secara individual.
d. Perkembangan Intelektual
Pada masa pubertas telah mencapai perkembangan mental yang memungkinkan mereka untuk berpikir dengan cara berpikir orang dewasa. Mereka tidak lagi terikat pada hal-hal konkrit dan nyata semata. Mereka mulai mampu memahami relativitas; belum tentu; tergantung; seandainya…dan sebagainya..
e. Perkembangan Moral
Masa pubertas biasanya mulai sering mempertanyakan banyak hal tentang nilai-nilai dalam kehidupan, terutama saat orang dewasa dianggap tidak memberikan jawaban jujur. Pada dasarnya dalam usia ini, cenderung idealis dan memiliki perasaan keadilan tinggi dalam hubungannya antar manusia.
f. Perkembangan Biologis dan Psikologis
Adapun pada perkembangan Biologis dan Psikologis ini dibedakan menjadi 2 antara, antara lain:
1. Ciri-ciri seks primer
Perkembangan organ-organ seks wanita ditandai dengan adanya haid pertama atau “menarche” yang disertai dengan berbagai perasaan tidak enak bagi yang mengalaminya.
Haid (menstruasi) yang pertama kali dia alami pada usia 9 tahun. Jika dilihat dari usianya saat ia mengalami menstruasi, ia masih dalam masa kanak-kanak akhir. Cukup mengejutkan dirinya saat ia mengalami menstruasi pertama, karena usia dan sifatnya yang masih kekanak-kanakan.
Setelah menstruasi itu ia alami beberapa kali, ia mulai bisa dan mengerti bahwa dirinya telah tumbuh menjadi seorang remaja. Sedikit demi sedikit dan perlahan demi perlahan ia mulai bisa meninggalkan kebiasaan sifat kekanak-kanakannya.
2. Ciri-ciri seks sekunder
Gejala yang mulai ditunjukkan dari dirinya yaitu :
a) Pinggul yang membesar dan membulat
b) Dada yang semakin nampak menonjol
c) Tumbuhnya rambuh di daerah kelamin, ketiak, lengan dan kaki
d) Perubahan suara dari suara kanak-kanak menjadi lebih merdu (melodius)
e) Kelenjar keringat lebih aktif dan sering tumbuh jerawat
f) Kulit menjadi lebih besar dibanding kulit anak-anak.
C. Tugas Perkembangan Masa Pubertas
Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu adalah masa (fase) remaja. Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat (Konopka, dalam Pikunas, 1976; Kaczman & Riva, 1996). Masa remaja ditandai dengan cirri – ciri sebagai berikut, antara lain:
- berkembangnya sikap dependen kepada orangtua ke arah independent
- minat seksualitas;
- kecenderungan untuk merenung atau memperhatikan diri sendiri, nilai-nilai etika, dan isu-isu moral (Salzman dan Pikunas, 1976).[1]
Erikson (Adams & Gullota, 1983:36-37; Conger, 1977: 92-93) berpendapat bahwa remaja merupakan masa remaja merupakan masa berkembangnya identity. Identity merupakan vocal point dari pengalaman remaja, karena semua krisis normatif yang sebelumnya telah memberikan kontribusi kepada perkembangan identitas ini.[2] Erikson memandang pengalaman hidup remaja berada dalam keadaan moratorium, yaitu suatu periode saat remaja diharapkan mampu mempersiapkan dirinya untuk masa depan, dan mampu menjawab pertanyaan ‘siapa saya?’.[3] Dia mengingatkan bahwa kegagalan remaja untuk mengisi atau menuntaskan tugas ini akan berdampak tidak baik bagi perkembangan dirinya.
Apabila remaja gagal dalam mengembangkan rasa identitasnya, maka remaja akan kehilangan arah, bagaikan kapal yang kehilangan kompas. Dampaknya, mereka mungkin akan mengembangkan perilaku yang menyimpang (delinquent), melakukan kriminalitas, atau menutup diri (mengisolasi diri) dari masyarakat.
Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada pusaka penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Menurut Hurlock (1991) tugas perkembangan pada masa remaja adalah sebagai berikut:
1) Berusaha mampu menerima keadaan fisiknya.
2) Berusaha mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.
3) Berusaha mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis.
4) Berusaha mencapai kemandirian emosional
5) Berusaha mencapai kemandirian ekonomi.
6) Berusaha mengembangkan konsep dan keterampilan-keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melukukan peran sebagai anggota masyarakat.
7) Berusaha memahami dan mengintemalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua.
8) Berusaha mengembangkan perilaku tanggungjawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.
9) Berusaha mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
10) Berusaha memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.[4]
Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku anak. Pada dasarnya, pentingnya menguasai tugas-tugas perkembangan dalam waktu yang relatif singkat akan megakibatkan perubahan usia kematangan yang sah menjadi delapan belas tahun, menyebabkan banyak tekanan yang mengganggu para remaja.
Tugas-tugas perkembangan fase remaja ini sangat berkaitan dengan perkembangan kognitifnya, yakni fase operasional formal. Kematangan pencapaian fase kognitif tingkat ini akan sangat membantu kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya itu dengan baik. Agar dapat memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan ini, remaja memeriukan kemampuan kreatif. Kemampuan kreatif ini banyak diwamai oleh perkembangan kognitifhya
PERKEMBANGAN MANUSIA MENURUT ALIRAN ALIRAN
Rinny Soegiyoharto, Psikologi
Dalam pengalaman melakukan konseling selama belasan tahun, ada hal menarik yang saya dapati. Kenyataannya tidak cukup banyak orang mengenal diri sendiri dan orang lain sesuai dengan fase perkembangan psikologisnya.
Bukan sekadar sadar akan usia kronologis diri sendiri, namun juga memahami kematangan dan tugas-tugas yang berkenaan dengan fase perkembangan usia tersebut. Sama halnya dapat diterapkan dalam mengenal dan memahami orang lain. Begitu banyak orang lain di seputar kehidupan manusia; pasangan hidup, anak, orangtua, rekan, atasan, bawahan, dan sebagainya.
Berbicara tentang Psikologi Perkembangan, khususnya membahas fase perkembangan manusia, artinya kita menelusuri hasil penelitian longitudinal (panjang, lama dan tanpa henti) yang telah dilakukan banyak ahli. Perlu dicatat, penelitian-penelitian tersebut masih terus dilakukan hingga saat ini. Selama manusia dan lingkungan hidupnya berkembang, selama itu pula selalu ada perubahan yang menandai perkembangan tersebut.
Perlu diingat, fase perkembangan merupakan pengelompokan ciri-ciri, analisis dan kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang teruji secara signifikan. Artinya, keunikan pribadi yang sifatnya individual, seperti karakter, intelektual, kepribadian, harus digali dan dibahas secara individual pula. Tulisan ini tidak membahas hal-hal itu. Secara umum perkembangan manusia dibagi dalam enam fase, yakni: Prenatal, Bayi, Anak Usia Pra-sekolah, Anak Usia Sekolah, Remaja, dan Dewasa.
Prenatal
Perkembangan awal manusia dari proses konsepsi atau pembuahan hingga masa kelahiran. Umumnya ibu mengandung selama sembilan bulan sepuluh hari. Berbagai peristiwa dan kasus yang muncul pada masa ini ditengarai memiliki pengaruh cukup besar terhadap perkembangan janin. Sebagai contoh, seorang ibu yang mengalami depresi atau tekanan mental cukup berat saat mengandung berpengaruh terhadap kondisi emosi sang janin pada saat ia dilahirkan dan tumbuh kemudian. Penelitian-penelitian berkaitan dengan fase prenatal masih terus dilakukan untuk memperoleh gambaran lebih tepat seberapa besar pengaruhnya secara langsung.
Bayi
Terhitung sejak usia nol tahun saat bayi dilahirkan, sampai ia memasuki usia 2 tahun. Pada fase ini bayi ber-respons secara refleks. Seperti halnya ketika kita mengatupkan kelopak mata saat ada benda mendekat. Eksplorasi bayi untuk mengenal dunia dan lingkungan sekitarnya adalah dengan alat indera dan aktivitas motorik. Satu alasan di atas pembaringan bayi diletakkan benda atau mainan yang berputar, misalnya. Cara ini dapat menjadi indikator bagi orangtua untuk mengetahui dengan cepat apakah fungsi indera penglihatan bayi cukup baik.
Bayi berkomunikasi dengan senyum dan tangisannya, yang memiliki arti khusus bagi setiap orangtua. Kelekatan orangtua dengan bayi merupakan faktor penting pada fase bayi. Dilakukan dengan banyak sentuhan, pelukan, dekapan, usapan, elusan, tepukan ringan, yang akan menciptakan perasaan aman dan nyaman pada bayi, hingga ia “lulus” untuk memasuki fase selanjutnya.
Anak Pra-Sekolah
Saat anak berusia 2 hingga 5 tahun. Disebut juga sebagai usia emas, sebab perlakuan orangtua dan orang dewasa lain di sekitarnya sangat menentukan proses perkembangan anak untuk fase-fase berikut. Pada usia ini anak sudah lebih matang secara fisik, emosi dan kognitif. Perkembangan otonomi cukup pesat yang ditandai dengan munculnya kemauan sendiri, tidak lagi melulu mengikuti kemauan orangtua. Juga tertampil kecenderungan yang seringkali membuat orangtua gusar, yakni negativisme. Hampir segala sesuatu yang diminta atau dikatakan orangtua dijawabnya dengan kata “tidak” atau gelengan yang bersifat menolak.
Anak senang menjelajah, mencari tahu berbagai hal yang ditemuinya atau mulai dipikirkannya, bahkan dikhayalkan. Karena pada fase ini anak mulai suka berfantasi, ia kadangkala “menemukan teman khayalan”. Saat perkembangan otonomi ini pulalah seorang anak mulai belajar mengenai perilaku-perilaku yang disetujui. Artinya, proses pembelajaran tentang yang baik dan buruk dimulai pada usia ini. Perkembangan berbahasanya pesat sehingga berbagai perilaku dapat dipahami melalui komunikasi. Hal wajib bagi orangtua adalah siap mendengarkan, memberi jawab dan membuka kesempatan anak berperan serta dalam berbagai aktivitas keluarga.
Anak Usia Sekolah
Saat memasuki usia 5/6 tahun hingga 12 tahun merupakan masa perkembangan intelektual. Keterampilan motorik terutama motorik halus seperti menulis, jauh lebih baik dari fase sebelumnya. Cara berpikir anak berkembang namun lebih besar berorientasi pada hal-hal konkret, kini dan di sini. Contohnya, pada usia ini cita-cita anak belum dapat ditampilkan dengan pasti, orientasi akan masa depan belum jelas.
Berdasarkan teori perkembangan Psikososial dari Erickson, pada fase ini penting dicermati proses pembentukan rasa percaya diri. Di sekolah anak memiliki pergaulan yang luas dan mulai muncul rasa bersaing antar teman sebaya. Apabila ia memiliki pengalaman berhasil atas karya atau prestasinya di bidang tertentu, maka muncul rasa percaya diri. Namun perasaan gagal akan membuat anak minder alias “nggak PeDe”. Maka orangtua perlu mendukung anak agar ia sering “merasa berhasil”.
Remaja
Secara umum masa remaja dilalui dalam kurun usia 11/12 tahun hingga 20/21 tahun. Fase ini dimulai saat seseorang memasuki pubertas. Gejala yang umumnya tertangkap yakni saat anak perempuan mengalami menstruasi dan anak lak-laki mimpi basah. Remaja adalah fase yang sulit dengan status interim atau peralihan. Fase anak-anak sudah lewat, namun fase dewasa belum tiba. Seringkali fase ini disebut juga fase pergolakan, fluktuasi terjadi sesering perubahan emosi remaja.
Selain perubahan-perubahan fisik, remaja juga mengalami perubahan pada banyak aspek lain. Apabila tadinya ia sepenuhnya bergantung pada orangtua, maka kini ia mulai mandiri. Namun kemandirian yang dimiliki belum penuh, misalnya secara finansial kebanyakan remaja masih tergantung pada orangtua. Kondisi ini membuatnya tak nyaman dan konflik.
Proses pencarian identitas diri berlangsung pada fase remaja. Konformitas terhadap teman sebaya cukup tinggi, sehingga ia cenderung mengikuti kata teman demi diterima oleh kelompok. Penerimaan lingkungan pergaulan sangat penting bagi remaja. Oleh sebab itu orangtua adalah teman dan konselor baginya, bukan lagi perawat atau pengasuh seperti pada fase anak. Komunikasi yang kurang baik antara orangtua dengan remaja dapat berakibat buruk, misalnya ia lebih senang bersama teman-teman di luar rumah dan dapat saja terjerumus pergaulan yang keliru.
Dewasa
Fase dewasa terdiri atas dewasa muda, yakni 21-40 tahun, dewasa madya, 40-64 tahun, dan lanjut usia, di atas 64 tahun. Setiap pembagian fase memiliki ciri-ciri khusus yang unik. Dewasa muda biasanya orang membuka pergaulan, mencari teman intim dan meniti karier. Kegagalan dalam berteman intim akan membuat orang dewasa muda ini mengisolasi diri selama beberapa waktu. Perasaan kosong dan tak bermakna juga muncul pada usia ini.
Memasuki dewasa madya orang mulai berminat membina generasi yang lebih muda. Kepedulian terhadap orang lain dan kelangsungan hidupnya adalah hal yang bermakna. Tanpa generasi muda hidup para dewasa madya dirasa tidak lengkap. Pada usia lanjut manusia hidup dari apa yang telah dibangunnya. Ia memahami sejarah hidupnya melibatkan generasi sebelumnya. Tak jarang muncul penyesalan tentang hal-hal yang tidak dilakukan pada usia muda. Ketidak-siapan menghadapi akhir kehidupan membuatnya takut akan kematian.
Memahami fase perkembangan manusia secara psikologis perlu dilengkapi dengan konsep berpikir bahwa setiap fase harus dilewati dengan baik dan tuntas. Stagnansi atau tidak selesainya tugas-tugas pada suatu fase cenderung mengembalikan orang pada fase tersebut meskipun ia sudah dewasa, bahkan lanjut usia. Tulisan ini hanya memaparkan sebagian kecil dari psikologi perkembangan manusia yang kompleks.
Perkembangan Menurut Konsep Aliran-Aliran Psikologi
- Dari lahir sampai dengan masa trotz pertama yang biasanya disebut masa kanak-kanak
- Dari masa trotz pertama sampai dengan trotz kedua, biasanya disebut masa keserasian bersekolah’
- Dari trotz kedua sampai dengan akhir remaja, biasanya disebut masa kematangan
- Masa perampokan/penggarongan dan masa perburuan, sampai kira-kira usia 8 tahun. Pada masa ini, anak-anak memperlihatkan kesukaan menangkap macam-macam binatang dan serangga, main panah-panahan dan ketapel-pelanting, membangun teratak, main selinap, megendap-ngendap, dan memburu kawan-kawannya.
- Masa Penggembalaan, 8-10 tahun. Pada usia ini anak suka sekali memelihara ternak dan binatang jinak. Misalnya memelihara kelinci, merpati, bajing, kucing, anjing, kambing, domba, ayam, dan lain-lain. Dengan penuh kasih sayang anak-anak menimang-nimang dan membelai binatang peliharaannya.
- Masa Pertanian, 11-12 tahun. Pada usia ini anak memperlihatkan kesukaan menanam macam-macam tetumbuhan dan kegiatan berkebun.
- Masa perdagangan, 13-14 tahun. Anak gemar sekali mengumpulkan macam-macam benda, serta bertukar/”jual-beli” perangko, uang receh, kartu pos bergambar, manik-manik, batu-batuan dan lain-lain.
- Memiliki kemampuan menerima diri sendiri, orang lain dan alam dunia ini tanpa perasaan malu atau bahkan suatu kebencian.
- Terdapat aktualisasi diri, dan kemampuan efesiensi dalam menerima realita yang ada.
- Memiliki kesanggupan untuk bebas dan berdiri sendiri.
- Memiliki rasa sosial yang mendalam, dan kesanggupan identifikasi.
- Memiliki banyak spontanitas dalam mengapresiasikan dunia dalam kebudayaannya.
- Memiliki kesegaran apresiasi yang terus menerus terhadap sesamanya dalam pengartian tidak kaku dan menoton, serta tidak bersikap stereotype.
- Ada ketabahan dan keuletan dalam menjalankan tugas-tugasnya.
- Ada keinginan untuk memiliki kebebasan dan otonomi diri.
- Cakrawala kehidupannya tidak terbatas.
- Cukup selektif dalam menjalin relasi-sosial.
- Ada kesadaran humor yang filsafi, tidak memiliki sikap bermusuhan terhadap orang lain.
- Memiliki keteguhan untuk berpegang pada tujuan akhir yang hendak dicapainya.
- Memilikin kretifitas.
- Di dalam struktur karakter, nilai-nilai dan sikapnya cukup demokratis.
Contoh Makalah
HAND OUT
MATA KULIAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK USIA 0-3 TAHUN
BAB I
PENDAHULUAN
A.Deskripsi Mata Kuliah
Melalui mata kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat menerapkan teori psikologi perkembangan anak usia 0-3 tahun dalam membantu tumbuh kembang anak secara optimal. Untuk mencapai kompetensi tersebut mahasiswa selain mempelajari materi pembelajaran, mahasiswa diharapkan juga berlatih mempraktekkan konsep-konsep dalam psikologi perkembangan anak usia 0-3 tahun. Mata kuliah ini membahas materi mengenai konsep dasar dalam psikologi perkembangan, tahapan dan karakteristik perkembangan anak usia 0-3 tahun, deteksi dini dan hambatan yang mungkin terjadi dalam perkembangan anak usia 0-3 tahun serta kasus-kasus yang terjadi dalam psikologi perkembangan anak usia 0-3 tahun.
B.Standar Kompetensi Mata Kuliah
Mampu mengidentifikasikan, menjelaskan serta menganalisis aspek-aspek dalam psikologi perkembangan anak usia 0-3 tahun untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal
C.Manfaat Mata Kuliah
Manfaat mata kuliah ini adalah memberikan wawasan baru kepada mahasiswa dalam hal pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini usia 0-3 tahun sehingga mereka mampu mengindentifikasi tahapan dan karakteristik dalam perkembangan anak secara mendalam. Berbekal wawasan tersebut, diharapkan mahasiswa dapat melakukan deteksi dini dalam perkembangan anak, mengenali hambatan yang terjadi dalam perkembangan anak serta mampu untuk melakukan analisis kasus yang terjadi dalam psikologi perkembangan anak usia 0-3 tahun.
D.Kegiatan belajar/pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui ceramah, diskusi dan presentasi
BAB II
MATERI
A.Pengertian, sejarah dan ruang lingkup psikologi perkembangan
1.Pertemuan ke-1 dan 2
2.Minggu ke-1 dan 2
3.Kompetensi dasar : Mengidentifikasikan pengertian, sejarah dan ruang lingkup psikologi perkembangan
4.Ringkasan Materi :
Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perkembangan manusia, sejak masa konsepsi sampai dengan akhir hayat manusia. Sejarah psikologi perkembangan dimulai ketika Dietrich Tiedmann pada tahun 1787 mempublikasikan hasil observasi tentang perkembangan awal anak dalam jurnal Baby Biographies. Ruang lingkup psikologi perkembangan anak meliputi perkembangan kognitif, sosial dan psikomotor.
5.Kegiatan Belajar : ceramah, diskusi dan presentasi
B.Isu teoritis dasar dalam psikologi perkembangan
1.Pertemuan ke-3
2.Minggu ke-3
3.Kompetensi dasar : Mengidentifikasikan isu teoritis dasar dalam psikologi perkembangan
4.Ringkasan Materi :
Terdapat tiga isu teoritis dasar dalam psikologi perkembangan yaitu (1) bobot relatif yang diberikan kepada faktor turunan dan lingkungan, (2) apakah manusia bersifat aktif atau pasif dalam perkembangannya sendiri, dan (3) atau apakah perkembangan terjadi secara berkesinambungan atau terjadi dalam tahapan-tahapan.
5.Kegiatan Belajar : ceramah, diskusi dan presentasi
C.Perspektif dalam psikologi perkembangan
1.Pertemuan ke-4
2.Minggu ke-4
3.Kompetensi dasar : Mengidentifikasikan perspektif dalam psikologi perkembangan
4.Ringkasan Materi
Terdapat berbagai perspektif/pandangan dalam psikologi perkembangan yang kesemuanya berusaha menjelaskan tentang perkembangan manusia. Perspektif dasar dalam teori psikologi perkembangan meliputi perspektif psikoanalisis, pembelajaran, kognitif dan evolusioner (sosiologis)
5.Kegiatan Belajar : ceramah, diskusi, presentasi
D.Metode penelitian dalam psikologi perkembangan
1.Pertemuan ke-5, 6, 7 dan 8
2.Minggu ke-5, 6, 7 dan 8
3.Kompetensi dasar : Mengidentifikasikan metode penelitian dalam psikologi perkembangan
4.Ringkasan Materi
Metode penelitian dalam psikologi untuk mendapatkan data data yang akurat dan reliabel. Metode penelitian dasar dalam psikologi perkembangan meliputi teknik pengambilan sampel, bentuk-bentuk pengumpulan data dan rancangan penelitian dasar
5.Kegiatan Belajar : ceramah, diskusi, presentasi
E.Tahapan dan karakteristik perkembangan anak usia 0-3 tahun
1.Pertemuan ke-9
2.Minggu ke-9
3.Kompetensi dasar : Menganalisis tahapan dalam perkembangan anak usia 0-3 tahun dan karakteristiknya, yang meliputi perkembangan fisik, kognitif, psikososial serta perkembangan yang berwawasan multikultural
4.Ringkasan Materi
Tahapan dalam psikologi perkembangan anakmeliputi perkembangan fisik, kognitif, psikososial serta perkembangan yang berwawasan multikultural
5.Kegiatan Belajar : ceramah, diskusi, presentasi
F.Deteksi dini dalam perkembangan anak usia 0-3 tahun
1.Pertemuan ke-10
2.Minggu ke-10
3.Kompetensi dasar : Menganalisis deteksi dini dalam perkembangan anak usia 0-3 tahun
4.Ringkasan Materi :
Deteksi dini dalam perkembangan anak adalah melakukan pengamatan sejak dini tentang perkembangan yang sedang terjadi pada anak, untuk mengetahui apakah anak sudah mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan usia nya. Deteksi dini perkembangan pada anak ini sangat diperlukan agar sesegera mungkin diketahui jika terjadi hal yang tidak sewajarnya pada perkembangan anak sehingga dapat diberikan intervensi sedini mungkin pada anak.
5.Kegiatan Belajar : ceramah, diskusi, analisis kasus, presentasi
G.Hambatan perkembangan anak usia 0-3 tahun
1.Pertemuan ke-11
2.Minggu ke-11
3.Kompetensi dasar : Menganalisis hambatan yang mungkin terjadi dalam perkembangan anak usia 0-3 tahun
4.Ringkasan Materi
Hambatan perkembangan anak adalah hambatan yang terjadi pada anak dimana anak mengalami perkembangan yang tidak sesuai dengan tahapan yang seharusnya terjadi pada usianya. Hambatan pada perkembangan anak harus segara dicarikan alternatif pemecahan masalahnya, agar hambatan tersebut tidak mengganggu perkembangan yang lainnya.
5.Kegiatan Belajar : ceramah, diskusi, analisis kasus, presentasi
H.Isu-isu dalam psikologi perkembangan anak usia 0-3 tahun
1.Pertemuan ke-12
2.Minggu ke-12
3.Kompetensi dasar : Menganalisis isu-isu yang terjadi dalam psikologi perkembangan anak usia 0-3 tahun
4.Ringkasan Materi
Terdapat banyak isu yang terjadi dalam psikologi perkembangan anak dalam masyarakat. Analisis kasus terhadap permasalahan tersebut sangat diperlukan agar kita dapat membantu penyelesaian kasus yang terjadi dalam masyarakat di sekitar kita.
5.Kegiatan Belajar : ceramah, diskusi, analisis kasus, presentasi
BAB III
PENUTUP
A. Daftar Rujukan
1.Haditono, S.R, Knoers, A.M.P., Mönks., F.J., 1999. Psikologi Perkembangan, Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
2.Hurlock, E. B., 1999. Psikologi Perkembangan (edisi terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
3.Papalia, D.E., Olds, S.W. & Feldman, R.D., 2008. Human Development (edisi terjemahan). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
B. Tugas Terstruktur
1.Makalah individu
2.Makalah kelompok
Perkembangan psikologi manusia dan faktor yang mempengaruhinya
Ø Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku
Kategori
Arsip
Blogroll
- Masih Kosong