Pengelolaan Sumberdaya Alam
Pembangunan disuatu daerah selalu disasarkan pada pemanfaatan suatu sumberdaya alam. Makin banyan suatu daerah yang mempunyai sumberdaya alam dan makin efesien pemanfaatan sumberdaya alam tersebut, makin baiklah harapan akan tercapainya keadaan kehidupan ekonomi yang baik dalam jangka waktu yang panjang. Untuk menjamin kelangsungan pembangunan ekonomi, ,aka perencanaan pembangunan, pengelolaan, dan penyelamatan sumberdaya alam itu perlu dilakukan dengan lebih cermat, dengan memperhitungkan hubungn-hubungan ekologis yang berlaku untuk menguragi akibat-akibat yang merugikan kelangsungan pembangunan secara menyeluruh.
Sumberdaya alam yang pokok dalam kehidupan manusia harus dikelola dengan baik dan bijaksana diantaranya adalah bebagai berikut :
a. Air
Air adalah esensial bagi kehidupan makhluk hidup. Krbutuhan air tidak hanya menyangku kuantitas, melainkan juka menyangkut kualitas. Jumlah air yang tersedia sangat berkaitan dengan iklim, terutama dengan cuaca hujan. Air juga berkaitan erat dengan hutan, faktor penting yang mempunyai pengaruh besar pada ketersediaan air adalah kegiatan manusia. Kualitan air juga dipengaruhi oleh luas hutan yang kita miliki.
b. Tanah
Tanah adalah salahsatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia, akan tetapi dewasa ini diberbagai daerah di Indonesia sering terjadi bencana seperti tanah longsor. Hal ini disebabkan oleh penebangan pohon maupun hutan yang dilakukan oleh tangan manusia, terutama didaerah daerah yang tidak stabil. Selain itu, penyebab kerusakan lahan adalah pertambangan, baik pertambangan dengan skala besar maupun dengan skala kecil.
c. Udara
Manusia hidup sangat membutuhkan udara untuk kelangsungan hidupnya, udara merupakan campuran berbagai gas, uap air dan debu. Gas oksigen kita perlukan untuk bernafas dan pada umumnya kadarnya mencukupi. Karena itu kualitas udara lebih berkaitan dengan kadar gas yang mempunyai efek merugikan terhadap kesehatan manusia dan fungsi ekologi udara. Kebutuhan udara bersih adalah udara yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dimuka bumi, udara yang mengandung oksigen (O2) yang dibutuhkan untuk proses fisiologi dan bioligis secara ilmiah.
d. Hutan
Hutan merupakan bagian lingkungan hidup kita yang sangat vital, hutan merupakan sumberdaya ekonomi sebagai pemasok kayu dan nir-kayu, misalnya rotan dan berbagai jenis getah. Hutan sebagai sumberdaya ekonomi yang menonjol dalam kehidupan kita, terutama kayunya, sedangkan hasil nir-kayu masih disepelekan. Lahan hutan merupakan sumberdaya yang sangat dimanfaatkan, misalnya untuk transmigrasi dan pembangunan perkebunan. Demikian pula banyak terdapat pembangunan mineral dan nir-mineral didalam kawasan hutan.
e. Tumbuhan
Manusia sangat membutuhkan tumbuhan dalam kehidupannya, tumbuhan dimanfaatkan manusia dengan memanfaatkan bagian akar, batang, daun, buah, serta bijinya. Satuhal yang perlu diperhatikan yaitu pemanfaatan tumbuhan tersebut tidak boleh menggangu kelestarian tumbuhan ersebut. Karena tumbuhan sangat dibutuhkan bagi makhlik hidup lainnya dan lingkungan sekitarnya.
f. Hewan
Sebagaimana pengertian sumberdaya pada umumnya yang berarti segala unsur lingkungan yang memberikan kesejahteraan bagi kehidupan, maka sumberdaya bagi hewan akan berarti semua unsur lingkungan yang memberikan kasejahteraan bagi hewan tersebut. Jadi unsur-unsur lingkungan hewan belum tentu seluruhnya menjadi sumberdaya bagi hewan tersebut.
g. Minyak Bumi dan Gas Alam
Minyak bumi dan gas alam sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari manusia. Hasil pengolahan minyak bumi dapat digunakan sebagai bahan bakar, baik bahan bakar dirumah tangga, industri maupun bahan bakar kendaraan. Minyak bumi juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri petrokimoa. Apa itu petrokimia?, petrokimia adalah bahan-bahan atau produk yang dihasilkan dari minyak dan gas bumi.
Masalah Kependudukan dan Lingkunagn Hidup
Pertumbuhan peduduk dewasa ini mengalami pertumbuhan relatif cepat, pertumbuhan ini berimplikasi pada kondisi biofisik lingkungn, permasalahan ekonomi, kesenjangan sosial dan ketersediaan lahan yang cukup untuk menopang kesejahteraan hidup manusia.
Menurut Mantra (2001) masalah lingkungan bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan sangat erat kaitannya dengan masalah kependudukan dalam kontes penduduk dan pembangunan. Dalam hal ini kerusakan lingkungan tidak hanya sebagai akibat dari pertambahannya penduduk serta meningkatnya kebutuhan hidup.
Sensus penduduk yang dilakukan pada tahun 2010 di Indonesia menunjukan bahwa laju pertumbuhan penduduk melebihi program dan proyeksi Nasional yaitu sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) 1,49 per tahun. Jika laju pertumbuhan penduduk 1,49% per tahun maka setiap tahunnya akan terjadi pertumbuhan penduduk sekitar 3,5 juta lebih per tahun. Hasil ini memberikan gambaran bahwa, jika ditahun 2010 jumlah penduduk indonesia sebesar 237,6 juta jiwa maka ditahun 2011 bertambah 3,5 juta maka, juml;ah pendudu di Indonesia menjadi 241 juta jiwa.
Menurut Utina dan Baderan (2013), permasalahan akibat kepadatan penduduk terhadap lingkungan hidup mencangkup.
1. Berkurangnya Ketersediaan Lahan dan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Peningkatan populasi manusia atau meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan tingkat kepadatan semakin tinggi. Pada sisi lain, luas tanah atau laha tidak bertambah, kepadatan penduduk dapat menyebabkan tanah pertanian semakin berkurang, karena digunakan untuk pemukiman penduduk.
2. Kebutuhan Udara Bersih dan Pencemaran Udara
Setiap makhluk hidup membutuhkan oksigen untuk bernafas, demikian pula manusia sebagai makhluk hidup yang membutuhkan oksigen untuk kehidupannya. Manusia memperoleh oksigen yang dibutuhkannya melalui udara yang bersih, udara bersih berarti udara yang tidak tercemar, sehingga kualitas udara terjaga dengan baik.
3. Manajemen Keterpaduan Kawasan
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan yang membentuk dan berpengaruh terhadap tanah suatu lingkungan. Manajemen DAS lebih ditekankan pada pengelolaan kawasan Hulu dan Hilir daerah aliran sungai. Kawasan hulu identik dengan kawasan hutan, dan kawasan hilir identik dengan kawasan sengai.
4. Ketersediaan Air Bersih dan Pencemaran Air
Bersih merupakan air yang memenuhi syarat kualitas yang meliputi syarat fisika, kimia dan biologi. Syarat kimia yaitu air yang tidak mengandung zat-zat kimia yang dapat membahayakan kesehatan tubuh manusia, syarat fisika yaitu air tetap jernih (tidak berubah warna), tidak ada rasa serta tidak berbau, sedangkan syarat biologi yaitu air tidak mengandung mikrooganisme atau kuman-kuman penyakit.
5. Penyebab Banjir
Factor-faktor penyebab banjir yang diakibatkan oleh aktivitas manusia adalah penggundulan hutan, membuang sampah sembarangan, tertutupnya tanah perkotaan dengan beton dan aspal dan rusaknya tanggul sungai. Banjir sering terjadi saat curah hujan tinggi, serta dapat merusak aliran irigasi, jembatan, jalan, rumah penduduk serta are pertanian.
6. Penumpukan Sampah dan Limbah Rumah Tangga
Pengelolaan sampah 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sering menjadi salah satu cara untuk mengurangi debit sampah yang berlebihan. Konsep penanganan Reduce (mengurangi) adalah upaya mengurangi volume sampah dengan berbagai cara tanpa merusak lingkungan, konsep penaganan Reuse (menggunakan kembali) adalah upaya untuk menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan tanpa merubah bentuk untuk kegiatan lain yang bermanfaat. Recycle (mendaur ulang) adalah upaya untuk mendaur ulang sampah sehingga dapat dijadikan barang yang lebih bermanfaat bagi kahidupan manusia.
Klasifikasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Menurut Para Ahli
Para ahli dalam pakar Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup mengemukakan beberapa pendapat yang dapat kita simak bersama-sama sebagai berikut.
A. Klasifikasi Sumberdaya Alam Menurut Owen
Berdasarkan sifatnya Owen (1980) mengelompokan sumberdaya alam yang Inexhaustible dan Exhaustible. Sumberdaya Alam Inexhaustible adalah sumberdaya alam yang akan habis. Akan tetapi tidak berarti ketersediaannya tidak terbatas, bahkan apabila salah kelola maka sumberdaya alam tersebut dapat mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi secara optimal. Misalnya, jika terjadi kerusakan lahan didaerah aliran sungai (DAS) menyebabkan air tidak dapat meresap kedalam tanah, maka air akan lebih banyak mengalir sebagai aliran permukaan yang akan menimbulkan erosi, sedimentasi, banjir pada musim hujan, dan kurangnya air pada musim kemarau dan banyak lagi dampak terusannya.
Sumberdaya alam Exhaustible merupakan sumberdaya alam yang dapat habis, sekali kita gunakan habis maka sumberdaya alam tersebut maka tidak akan ada lagi (setidaknya butuh waktu ratusan bahkan ribuan tahun untuk membentuknya). Misalnya, pembentukan tanah membutuhkan waktu 500.000 tahun) (Alikorda 2000). Suatu sumberdaya alam Exhaustible dikemompokan menjadi sumberdaya alam Maintainuble dan Non Maintainuble.
B. Klasifikasi Sumberdaya Alam Menurut Barlow
Barlow (1972) mengelompokan sumberdaya alam menjadi tiga kelompok, yaitu:
1) Sumberdaya Alam Tidak Dapat Pulih
Sumberdaya alam yang tidak dapat pulih atau tidak dapat diperbaharui mempunyai sifat bahwa volume fisik yang tersedia tetap dan tidak dapat diperbaharui atau diolah kembali. Untuk terjadinya sumberdaya alam jenis ini diperlukan ribuan tahun. Metal, batu bara, minyak bumi, dan batu-batuan termasuk dalam kategori ini. Batu bara, minyak tenah dan gas alam dapat dicarikan penggantinya tetapi dalam jangka waktu yang lama, sehingga kita tidak dapat mengharapkan adanya tembahan volume secara fisik dalam jangka waktu tertentu. Sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaiki ini dapat digolongkan lagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Sumberdaya seperti batu bara dan mineral yang sifatnya dapat dipakai habis atau perubahan secara kimiawi melalui penggunaan.
2. Sumberdaya seperti logam dan batu-batuan yang mempunya umur penggunaan yang lama dan seringkali dapat dipakai ulang.
2) Sumberdaya Alam Yang Pulih
Sumberdaya alam yang pulih atau yang dapat diperbaharui ini mempunyai sifat terus menerus ada, dan dapat diperbaharui oleh alam sendiri maupun dengan bantuan manusia. Yang termasuk kelompok sumberdaya alam jenis ini adalah sumberdaya air (baik yang mengalir di sungai, maupun yang ridak mengalir seperti danau dan laut), angin, cuaca, gelombang laut, sunar matahari dan bulan.
3) Sumberdaya Alam Yang Mempunyai Sifat Gabungan
Sumberdaya alam yang ada dalam kelompok ini masih dapat dibedakan menjadi dua macan yaitu :
a. Sumberdaya Biologis
Yang termasuk sumberdaya biologis adalah hasil panen, hutan, margasatwa, padang rumput, perikanan dan peternakan. Sumberdaya alam jenis ini mempunyai ciri seperti sumerdaya alam yang dapat diperbaharui karena dapat diperbaiki setiap saat, asal ada perawatan untuk melindunginya dan pemakaiannya sesuai dengan persediaan sumberdaya alam tersebut serta sesuai dengan kebutuhan kita.
b. Sumberdaya Tanah
Sumberdaya tanah ini menggambarkan gabungan antara sifat sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, yang tidak dapat diperbaharui maupun sumberdaya biologis. Sebagai contoh adalah kesuburan tanah, kesuburan tanah dapat terjadi karena perubahan akar pada tanaman, dan adanya organisme-organisme yang mengeluarkan bermacam-macam nutrisi tanah untuk diserap oleh tanaman.
C. Klasifikasi Sumberdaya Alam Menurut Camp Dan Daugherty
Menurut Camp dan Daugherty (1991), sesuai dengan sifat-sifatnya, SDA dapat dikelompokan menjadi sumberdaya alam tidak terhabiskan (Non-Exhaustible Resources), SDA terbarukan (Renewable Resources) dan SDA terhabiskan (Exhaustible Resources) sebagai berikut :
1) SDA Tidak Terhabiskan (Non-Exhaustible Resources)
Kelompok SDA ini dapat memperbaharui dirinya secara terus menerus, namun tidak berarti tidak terbatas jumlahnya, karena jika salah menggunakannya dapa terjadi permasalahan lingkungan. Sebagai contoh yang paling tepat adalah air, jika kita mengambil satu galon dari sungai, akan segera diisi oleh satu galon air lainnya. Namun, jika vegetasi didaerah aliran sungai (DAS) tidak mencukupi, dapat menyebankan air tidak meresap kedalam tanah untuk menjadi sumber-sumber air, tetapi akan mengalir sebagai aliran permukaan yang dapat menyebebkan erosi dan berpotensai sebagai timbulnya tanah longsor ataupun banjir.
2) SDA Terbarukan (Renewable Resources)
SDA yang dapat berpotensi memperbaharui sendiri disebut Renewable Resources. Contoh yang sangat tepat adalah hutan, terumbu karang, termasuk juga flora dan fauna. Manusia telah menggunakan SDA ini lebih banyak dibandingkan dengan sebelumnya, lebih banyak pohon yang ditebang untuk memenuhi kebutuhan pembangunan, lebih banyak rumput laut yang dipanen, ataupun lebih banyak terumbu karang yang dimanfaatkan ataupun dihancurkan oleh tangan manusia. Akibat kerusakan tersebut dapat menyababkan produktivitas ekosistem tersebut merosot secara tajam.
3) SDA Terhabiskan (Exhaustible Resources)
Banyak diantara SDA yang jumlahnya terbatas, dan tidak dapat dipulihkan disebut Non-Exhaustible Resources atau Exhaustible Resources. Untuk kelompok SDA ini tidak dapat diperbaharui dirinya, sekali punah atau habis maka akan habis dan punah selamanya. Walaupun kita dapat mengkonservasikan SDA ini, dan menerapkan cara-cara penggunaan yang bijaksana, misalnya dengan cara mendaur ulang. Minyak merupaka salah satu sumberdaya alam yang terpenting digolongan Exhaustible.
Ada beberapa pengelompokan sumberdaya alam yang bertujuan untuk memudahkan kita dalam mengingatnya adalah sumberdaya alam berdasarkan jenisnya, sumberdaya alam berdasarkan perubahannya, sumberdaya alam berdasarkan kegunaannya. Ketiga sumberdaya alam tersebut dapat disimpulkan bahwa sumberdaya alam yang paling rawan habis dan harus kita pelihara dengan baik demi kelangsungan hidup manusia dan generasi yang akan datang. Beberapa sumberdaya alam yang sangat pokok dalam kehidupan manusia diantaranya adalah air, tanah, udara, hutan, tumbuhan, hewan, minyak bumi, batu bara, gas alam, matahari, pertanian, panasbumi.
Setrategi Pembelajaran dan Model Pembelajaran Dikjas Adaptif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus (ABK) ini ada dua kelompok, yaitu: ABK temporer (sementara) dan permanen (tetap). Adapun yang termasuk kategori ABK temporer meliputi: anak-anak yang berada di lapisan strata sosial ekonomi yang paling bawah, anak-anak jalanan (anjal), anak-anak korban bencana alam, anak-anak di daerah perbatasan dan di pulau terpencil, serta anak-anak yang menjadi korban HIV-AIDS. Sedangkan yang termasuk kategori ABK permanen adalah anak-anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, Autis, ADHD (Attention Deficiency and Hiperactivity Disorders), Anak Berkesulitan Belajar, Anak berbakat dan sangat cerdas (Gifted), dan lain-lain.
Untuk menangani ABK tersebut dalam setting pendidikan inklusif di Indonesia, tentu memerlukan strategi khusus. Pendidikan inklusi mempunyai pengertian yang beragam. Stainback (1990) mengemukakan bahwa: sekolah inklusi adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa, maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru agar anak-anak berhasil. Lebih dari itu, sekolah inklusi juga merupakan tempat setiap anak dapat diterima, menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling membantu dengan guru dan teman sebayanya, maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan individualnya dapat terpenuhi. Selanjutnya, Staub dan Peck (1995) menyatakan bahwa: pendidikan inklusi adalah penempatan anak berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas reguler. Hal ini menunjukkan bahwa kelas reguler merupakan tempat belajar yang relevan bagi anak berkelainan, apapun jenis kelainannya dan bagaimanapun gradasinya. Sementara itu, Sapon-Shevin (O’Neil, 1995) menyatakan bahwa pendidikan inklusi sebagai sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya. Oleh karena itu, ditekankan adanya perombakan sekolah, sehingga menjadi komunitas yang mendukung pemenuhan kebutuhan khusus setiap anak, sehingga sumber belajar menjadi memadai dan mendapat dukungan dari semua pihak, yaitu para siswa, guru, orang tua, dan masyarakat sekitarnya.
Dalam hal ini, ada empat strategi pokok yang diterapkan pemerintah, yaitu: peraturan perundang-undangan yang menyatakan jaminan kepada setiap warga negara Indonesia (termasuk ABK temporer dan permanen) untuk memperoleh pelayanan pendidikan, memasukkan aspek fleksibilitas dan aksesibilitas ke dalam sistem pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Selain itu, menerapkan pendidikan berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan mengoptimalkan peranan guru.
Di bawah ini beberapa strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus:
1. Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Strategi pembelajaran pada dasarnya adalah pendayagunaan secara tepat dan optimal dari semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran yang meliputi tujuan, materi pelajaran, media, metode, siswa, guru, lingkungan belajar dan evaluasi sehingga proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efesien. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus, antara lain :
- Berdasarkan pengolahan pesan terdapat dua strategi yaitu strategi pembelajaran deduktif dan induktf.
- Berdasarkan pihak pengolah pesan yaitu strategi pembelajaran ekspositorik dan heuristic.
- Berdasarkan pengaturan guru yaitu strategi pembelajaran dengan seorang guru dan beregu.
- Berdasarkan jumlah siswa yaitu strategi klasikal, kelompok kecil dan individual.
- Beradsarkan interaksi guru dan siswa yaitu strategi tatap muka, dan melalui media.
2. Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus yang Berbakat
Strategi pembelajaran yang sesuai denagan kebutuhan anak berbakat akan mendorong anak tersebut untuk berprestasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan strategi pembelajaran adalah :
- Pembelajaran harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat ketepatan yang baik.
- Tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual semata tetapi juga mengembangkan kecerdasan emosional.
- Melatih kreatifitas dari anak berkebutuhan khusus tersebut.
Model-model layanan yang biasa diberikan pada anak berbakat yaitu model layanan perkembangan moral, kreativitas dan bidang khusus.
Program Pendidikan Jasmani Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus
Program pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus tidaklah sama dengan siswa lainnya, karena setiap siswa memiliki karakteristik dan kebutuhan yang berbeda-beda. Sehingga dibutuhkan program pembelajaran yang lebih khusus disesuaikan dengan kebutuhan siswa tersebut. Walaupun saat pelaksanaan pembelajaran bersama-sama dengan siswa lain, tetapi program yang harus diterapkan berbeda dengan program pembelajaran bagi siswa lainnya. Untuk memperoleh hasil pembelajaran yang maksimal maka diperlukan pengembangan maupun modifikasi pembelajaran dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan setiap siswa.
Tarigan (2000) mengungkapkan bahwa ada beberapa tehnik modifikasi yang dapat dilakukan pada saat pembelajaran jasmani bagi siswa berkebutuhan khusus. diantaranya: modifikasi pembelajaran, dan ‘modifikasi lingkungan belajar’.
A. Modifikasi Proses Pembelajaran
Tarigan (2000) mengungkapkan bahwa “untuk memenuhi kebutuhan para siswa berkebutuhan khusus dalam pembelajaran pendidikan jasmani maka para guru sebaiknya melakukan modifikasi atau penyesuaian-penyesuaian dalam pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan siswa”.
Jenis modifikasi dalam pembelajaran ini berveriasi dan bermacam-macam disesuaikan dengan kebutuhan dan keterbatasan siswa berkebutuhan khusus, tetapi tetap memiliki tujuan untuk memaksimalkan proses pembelajaran. Ada beberapa hal menurut Tarigan (2000;50) yang dapat dimodifikasi untuk meningkatkan pembelajaran diantaranya:
1) Penggunaan Bahasa
Bahasa merupakan dasar dalam melakukan komunikasi. Sebelum pembelajaran dimulai, para siswa harus faham tentang apa yang harus dialakukan. Pemahaman berlangsung melalui jalinan komunikasi yang baik antara guru dengan siswa. Oleh karena itu, mutu komunikasai antara guru dan siswa perlu ditingkatkan melalui modifikasi bahasa yang dipergunakan dalam pembelajaran.
Sasaran dari modifikasi bahasa bukan hanya ditujukan bagi siswa yang mengalami hambatan berbahasa saja, tetapi bagi anak yang mengalami hambatan dalam memproses informasi, gangguan perilaku, mental, dan jenis hambatan-hambatan lainnya.
Contohnya pada siswa Autis, dia tidak bisa menerima dan merespon instruksi yang di berikan apabila instruksi yang diberikan terlalu panjang. Oleh karena itu instuksi yang diberikan kepada siswa autis harus singkat tetapi jelas, seperti yang diungkapkan oleh Auxter (2001:504) Begitupula dengan siswa yang memiliki hambatan mental dengan tingkat kecerdasan di bawah rata-rata, mereka tidak dapat memproses sebuah instruksi yang terlalu panjang sehingga instruksi yang diberikan kepada mereka haruslah singkat dan jelas.
Berbeda dengan contoh di atas penggunaan bahasa bagi siswa tunanetra dan siswa yang berkesulitan belajar harus lengkap dan jelas, karena siswa tunanetra memiliki keterbatasan dalam menggambarkan lingkungan yang ada disekitarnya sehingga mereka membutuhkan penjelasan yang jelas dan lengkap.
Sementara bagi beberapa siswa berkesulitan belajar, ada diantara mereka yang memiliki hambatan saat menerima instruksi yang diberikan, contohnya siswa berkesulitan belajar yang memiliki gangguan perkembangan motorik saat dia diberikan instruksi untuk menggerakan tangan kanan tetapi tanpa disadari dan disengaja tangan kiri yang dia gerakan. Seperti yang diungkapkan oleh Learner dalam Abdurrahman (2003:146) bahwa “siswa berkesulitan belajar memiliki gangguan perkembangan motorik antara lain kekurangan pemahaman dalam hubungan keruangan dan arah, dan bingung lateralitas (confused laterality)”. oleh karena itu dia memerlukan instruksi yang jelas bahkan kalau bisa guru juga ikut memperagakan gerakan yang diinstruksikan agar siswa tidak mengalami kesalahan dalam melakukan gerakan dan instruksi yang diberikan harus berurutan dari tahapan awal sampai akhir karena apabila ada gerakan yang runtutannya hilang kemungkinan besar dia akan bingung saat melakukan gerakan selanjutnya.
Sedangkan bagi siswa yang memiliki hambatan pendengaran guru harus menggunakan dua metode komunikasi yakni komunikasi verbal dan Isyarat yang sering disebut dengan komunikasi total. Komunikasi total ini dapat lebih memahami instruksi yang diberikan oleh guru, pada saat siswa tidak memahami bahasa isyarat dia bisa membaca gerak bibir dan juga sebaliknya.
2) Membuat Urutan Tugas
Dalam melakukan tugas gerak yang diberikan oleh guru terkadang siswa melakukan kesalahan dalam melakukannya, hal ini diasumsikan bahwa para siswa memiliki kemampuan memahami dan membuat urutan gerakan-gerakan secara baik, yang merupakan prasyarat dalam melaksanakan tugas gerak.
Seorang guru menyuruh siswa “berjalan ke pintu” yang sedang dalam keadaan duduk. Untuk melaksanakan tugas gerak yang diperintahkan oleh guru tersebut, diperlukan langkah-langkah persiapan sebelum anak benar-benar melangkahkan kakinya menuju pintu. Jika seorang siswa mengalami kesulitan dalam membuat urutan-urutan peristiwa yang dialami, maka pelaksanaan tugas yang diperintahkan guru tersebut akan menjadi tantangan berat yang sangat berarti bagi dirinya. Oleh karena itu guru harus tanggap dan memberikan bantuan sepenuhnya baik secara verbal maupun manual pada setiap langkah secara beraturan.
3) Ketersediaan Waktu Belajar
Dalam menghadapi siswa berkebutuhan khusus perlu disediakan waktu yang cukup, baik lamanya belajar maupun pemberian untuk memproses informasi. Sebab dalam kenyataan ada siswa berkebutuhan khusus yang mampu menguasai pelajaran dalam waktu yang sesuai dengan siswa-siswa lain pada umumnya.
Namun pada sisi lain ada siswa yang membutuhkan waktu lebih banyak untuk memproses informasi dan mempelajari suatu aktivitas gerak tertentu. Hal ini berarti dibutuhkan pengulangan secara menyeluruh dan peninjauan kembali semua aspek yang dipelajari. Demikian juga halnya dalam praktek atau berlatih, sebaiknya diberikan waktu belajar yang berlebih untuk menguasai suatu keterampilan atau melatih keterampilan yang telah dikuasai
Contohnya bagi siswa yang memiliki hambatan mental dengan tingkat kecerdasan di bawah rata-rata, dia tidak dapat memproses informasi atau perintah yang diberikan dengan cepat, sehingga dia akan mengalami kesulitan dan sedikit membutuhkan waktu lebih banyak dalam melakukan kegiatan tersebut. Begitu pula dengan siswa yang memiliki hambatan motorik, mereka membutuhkan waktu yang lebih saat melakukan sebuah aktivitas jasmani karena hambatan yang dimilkinya.
Contoh kegiatannya, pada saat kegiatan berlari mengelilingi lapangan siswa yang lain di berikan alokasi waktu 2 menit untuk dapat mengelilingi lapangan, tetapi bagi siswa yang memiliki hambatan mental, motorik dan perilaku mungkin membutuhkan alokasi waktu 4 sampai 5 menit untuk dapat mengelilingi lapangan tersebut.
Jadi waktu yang diberikan kepada siswa yang memiliki hambatan harus disesuaikan dengan kemampuan dan hambatan yang dimiliki oleh siswa tersebut, tetapi bukan erarti harus selalu lebih dari siswa lainnya karena pada kenyataanya ada siswa yang memiliki hambatan dapat menguasai pelajaran waktu yang dibutuhkannya sama dengan siswa lainnya. Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Tarigan (2000;56) bahwa “dalam menghadapi siswa cacat perlu disediakan waktu yang cukup, baik lamanya belajar maupun pemberian untuk memproses informasi. Sebab dalam kenyataannya ada siswa yang cacat mampu menguasai pelajaran dalam waktu yang sesuai dengan rata-rata anak normal”
4) Modifikasi Peraturan Permainan
Memodifikasi peraturan permainan yang ada merupakan sebuah keharusan yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani agar program pendidikan jasmani bagi siswa berkebutuhan khusus dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu guru pendidikan jasmani harus mengetahui modifikasi apa saja yang dapat dilakukan dalam setiap cabang olah raga bagi siswa berkebutuhan khusus.
Berikut ini ada beberapa cabang olahraga yang dimodifikasi peraturan permainannya bagi siswa berkebutuhan khusus:
a) Atletik
Bagi beberapa siswa berkebutuhan khusus cabang olahraga altetik terutama cabang berlari ini tidak memerlukan begitu banyak penyesuaian, tetapi bagi siswa tunanetra dan siswa tunarungu sangat membutuhkan penyesuaian. Contoh penyesuaian yang dilakukan bagi siswa tunanetra saat mengikuti pembelajaran atletik adalah pada saat berlari siswa tunanetra memegang tali yang terbentang dari garis star sampai ke garis finish jadi saat berlari siswa tidak tersesat atau bertabrakan dengan siswa lainnya. Atau cara lain seperti yang diungkapkan oleh Auxter (2005) pada saat berlari siswa tunanetra diikuti oleh teman yang memiliki penglihatan normal dari belakang dengan saling memegang tali. jadi pada saat harus berbelok ke kanan temannya menggerakan talinya kesebelah kanan dan itu menandakan berbelok ke sebelah kanan dan sebaliknya.
Peraturan atletik pada umumnya saat start di lakukan biasanya wasit membunyikan pistol atau peluit sebagai tanda dimulainya pertandingan tersebut. Tetapi bagi siswa tunarunggu hal tersebut tidaklah sesuai dengan keterbatasan mereka, maka diperlukan sedikit penyesuaian diantaranya dengan mengganti peluit atau pistol dengan alat yang dapat memberikan dilihat mereka contohnya seperti bendera. Jadi pada saat pertandingan dimulai wasit mengibaskan bendera sebagai tandanya.
b) Sepak Bola
Permaiana sepakbola bagi kebanyakan siswa berkebutuhan khusus tidak terlalu banyak memerlukan penyesuaian, hanya ukuran lapangan yang harus di modifikasi karena siswa berkebutuhan khusus memiliki tingkat kekuatan atau kemampuan fisik yang lemah sehingga mudah kecapean. Jadi mereka hanya bermain setengah lapangan sepak bola besar atau lebih kecil lagi dari itu sesuai dengan kemampuan mereka.
Tetapi bagi siswa tunanetra ada beberapa penyesuaian yang dilakukan diantaranya bola dan gawang yang harus mengeluarkan bunyi agar bisa dikenali oleh mereka. Lapangan yang diperkecil serta tidak ada aturan bola keluar.
Masih banyak lagi permainan atau cabang olahraga bagi siswa berkebutuhan khusus yang memerlukan penyesuaian.
B. Modifikasi Lingkungan Belaja
Dalam meningkatkan pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa yang berkebutuhan khusus maka suasana dan lingkungan belajar perlu dirubah sehingga kebutuhan-kebutuhan pendidikan siswa dapat terpenuhi secara baik untuk memperoleh hasil maksimal.
Adapun teknik-teknik memodifikasi lingkungan belajar siswa menurut Tarigan dalam Penjas adaptif (2000: 58) sebagai berikut:
1) Modifikasi Fasilitas dan Peralatan
Memodifikasi fasilitas-fasilitas yang telah ada atau menciptakan fasilitas baru merupakan keharusan agar program pendidikan jasmani bagi siswa berkebutuhan khusus dapat berlangsung dengan sebagai mana mestinya.
Semua fasilitas dan peralatan tentunya harus disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh siswa. Oleh karena itu diperlukan sebuah modifikasi dan penyesuaian pada fasilitas dan peralatan yang akan digunakan oleh siswa berkebutuhan khusus. Ada beberapa modifikasi tersebut meliputi:
a) Pengecatan, pengapuran atau memperjelas garis-garis pinggir atau batas lapangan
b) Memperlebar lintasan agar dapat dilalui oleh kursi roda
c) Mengubah atau menyesuaikan ukuran bola dalam permainan sepak bola
d) Memodifikasi bola menjadi bercahaya dan berbunyi bagi siswa tunanetra
2) Pemanfaatan Ruang Secara Maksimal
Pembelajaran pendidikan jasmani identik diselenggarakan di lapangan yang luas dimana semua siswa dapat berlari-lari kesana kemari, sampai-sampai terkadang guru akan kesulitan apabila lapangan yang luas tersebut tidak bisa digunakan dan mungkin akan mengganti program pembelajaran yang awalnya akan diselenggarakan di lapangan menjadi pembelajaran materi di dalam kelas. Padahal sebetulnya pembelajaran pendidikan dapat dilaksanakan dimana saja asalkan tidak membahayakan pembelajaran tersebut.
3) Menghindari Gangguan dan Pemusatan Konsentrasi
Segala bentuk gangguan saat pembelajaran pendidikan jasmani dapat datang dari mana saja baik dari dalam pembelajaran maupun luar pembelajaran. Gangguan tersebut dapat berupa kebisingan suara yang mengganggu konsentrasi, orang lain yang tidak berkepentingan berada di dalam lapangan, benda-benda yang dapat mengganggu jalannya pembelajaran, dan lain sebagainya.
Khusus bagi siswa yang mengalami gangguan belajar, hiperaktif dan tidak bisa berkonsentrasi lama, faktor-faktor tersebut merupakan gangguan yang sangat berarti, namun bagi siswa siswa lainnya tidak terlalu mengganggu.
Semua factor-faktor di atas, perlu dihilangkan atau dihindari semaksimal mungkin, agar para siswa dapat memusatkan perhatian dan berkonsentrasi pada tugas-tugas yang diberikan. Tarigan (2001:61) mengungkapkan bahwa.