AKUNTANSI BIAYA BAHAN BAKU

12 October 2012 23:39:12 Dibaca : 7336 Kategori : InforMasiQ.

BAB I
PENDAHULUAN

Bahan baku adalah merupakan bahan yang secara menyeluruh membentuk produk selesai dan dapat diidentifikasikan secara langsung pada produk yang bersangkutan.

Pengertian bahan baku dapat meluas meliputi juga bahan-bahan yang digunakan untuk memperlancar proses produksi. Bahan baku yang demikian termasuk dalam pengertian bahan baku penolong atau bahan baku pembantu. Bahan baku dibedakan atas bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung. Bila biaya bahan baku tersebut langsung dibebankan kepada kelompok biaya bahan baku dinamakan bahan baku langsung, sedangkan bila biaya bahan baku dimaksud dibebankan melalui rekening biaya overhead pabrik dinamakan biaya bahan baku tidak langsung.



BAB II
PEMBAHASAN

A. Prosedur Perolehan dan Penggunaan Bahan Baku
Meskipun proses produksi dan kebutuhan bahan baku bervariasi sesuai dengan ukuran dan jenis industri dari perusahaan, pembelian dan penggunaan bahan baku biasanya meliputi langkah-langkah berikut :
1. Untuk setiap produk atau variasi produk, insinyur menentukan rute (routing) untuk setiap produk, yang merupakan urutan operasi yang akan dilakukan, dan sekaligus menentukan daftar bahan baku yang diperlukan (bill of materiala), yang merupakan daftar kebutuhan bahan baku untuk setiap langkah dalam urutan operasi tersebut.
2. Anggaran produksi menyediakan rencana utama, dari mana rincian mengenai kebutuhan bahan baku dikembangkan.
3. Bukti permintaan pembelian menginformasikan agen pembelian mengenai jumlah dan jenis bahan baku yang dibutuhkan.
4. Pesanan pembelian merupakan kontrak atas jumlah yang harus dikirimkan.
5. Laporan penerimaan mengesahkan jumlah yang diterima, dan mungkin juga melaporkan hasil pemeriksaan dan pengujian mutu.
6. Bukti permintaan bahan baku memberikan wewenang bagi gudang untuk mengirimkan jenis dan jumlah tertentu dari bahan baku ke departemen tertentu pada waktu tertentu.
7. Kartu catatan bahan baku mencatat setiap penerimaan dan pengeluaran setiap jenis bahan baku dan berguna sebagai catatan persediaan perpetual.
Pembelian dan pengguanaan bahan baku melibatkan catatan elektronik atau dalam bentuk kertas yang diperlukan untuk akuntansi keuangan umum; yaitu untuk menghitung biaya suatu pesanan, atau departemen, dan untuk memelihara persediaan perpetual. Beberapa dari catatan ini diidentifikasikan di gambar 9-1, yang merupakan diagram dari tahap pembelian yang meliputi pembelian, penerimaan, pencatatan, dan pembayaran atas bahan baku.


B. Metode Perhitungan Biaya Bahan Baku yang digunakan
Ada beberapa metode perhitungan biaya bahan baku yang digunakan, antara lain:
• Metode Identifikasi Khusus
Metode ini adalah metode yang paling tepat dalam penghitungan nilai persediaan akhir, namun metode ini paling banyak memakan waktu karena sesuai namanya diidentifikasi khusus maka setiap unit bahan baku harus diidentifikasi berapa harga pokok pembeliannya.
• Metode Rata-rata
Metode ini terbagi dua yaitu:
a. Rata-rata Sederhana: dalam rata-rata sederhana harga dihitung sebagai berikut
Harga-harga pembelian per unit = Rp xxxx
Frekuensi pembelian
Persediaan akhir = kuantitas persd.akhir x =Rp xxx
Dengan demikian harga pokok bahan baku yang digunakan adalah :
Bahan baku yang siap digunakan = Rp xxx
Persediaan akhir = _
Harga pokok bahan baku yang digunakan = Rp xxx

b. Rata-rata Tertimbang: dalam rata-rata tertimbang harga dihitung sebagai berikut :
Total harga pembelian = Rp xxx
Total unit pembelian
Persediaan akhir = kuantitas persd.akhir x = Rp xxx
Dengan demikian harga pokok bahan baku yang digunakan adalah :
Bahan baku yang siap digunakan = Rp xxx
Persediaan akhir = _
Harga pokok bahan baku yang digunakan = Rp xxx
• Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)
Pada metode ini, bahan baku yang lebih dulu masuk (dibeli) dianggap yang lebih dulu dipakai sehingga yang menjadi persediaan akhir adalah pembelian-pembelian yang terakhir.
• Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP)
Menurut metode ini, bahan baku yang terakhir masuk (dibeli) dianggap lebih dulu terpakai. Sehingga yang menjadi persediaan akhir adalah persediaan awal dan pembelian-pembelian selanjutnya.

C. Akuntansi Biaya Bahan Baku
Akuntansi terhadap bahan baku dibedakan menjadi akuntansi pembelian bahan baku dan akuntansi pemakaian bahan baku. Prosedur pembelian bahan terdiri atas (1) permintaan pembelian, (2) pesanan pembelian, dan (3) penerimaan bahan. Oleh karena itu, terdapat 3 dokumen pembelian bahan, yaitu (1) Surat Permintaan Pembelian, (2) Surat Pesanan Pembelian, dan (3) Laporan Penerimaan Barang. Atas dasar 3 dokumen inilah pembelian bahan dicatat. Pencatatan persediaan bahan dapat menggunakan metode fisik maupun metode perpetual. Metode perpetual lebih baik untuk tujuan pengendalian dan lebih informatif dari pada metode phisik. Oleh karena itu, perusahaan menengah dan besar umumnya menggunakan metode perpetual.
Pembelian Bahan Baku
Akuntansi biaya untuk pembelian bahan baku adalah sama dengan akuntansi untuk bahan baku menggunakan sistem persediaan perpetual. Saat bahan baku diterima, akun bahan baku didebit (sedangkan pada sistem persediaan periodik, yang didebit adalah akun pembellian).
Kuantitas dan harga per unit dari setiap pembelian dicatat dalam kartu catatan bahan baku. Satu kartu digunakan untuk setiap jenis bahan baku. Kartu-kartu tersebut berfungsi sebagai catatan persediaan perpetual dan merupakan buku besar pembantu yang mendukung akun bahan baku. Kartu-kartu ini dan dokumen-dokumen lain dapat berbentuk kertas atau elektronik.
Penggunaan Bahan Baku
Bahan baku langsung untuk setiap pesanan dikeluarkan ke pabrik berdasarkan bukti permintaan bahan baku (materials requsitions), yang merupakan dokumen yang disiapkan oleh pembuat jadwal produksi atau personel lain, yang memberikan spesifikasi nomor pesanan dan tipe serta jumlah bahan baku yang diperlukan. Satu kopi dari setipa bukti permintaan dikirimkan ke bagian gudang, yang mengumpulkan item yang dimaksud. Kuantitas dan biaya dari setiap item dicatat dalam bukti permintaan dan diposting ke kartu catatan bahan baku. Bukti permintaan bahan baku juga digunakan untuk mengeluarkan bahan baku tidak langsung maupun perlengkapan. Jika tidak digunakan di pabrik, perlengkapan yang dipakai dibebankan ke beban pemasaran atau administrasi. Jika digunakan di pabrik, maka dibebankan ke akun pengendali overhead pabrik.

D. Metode Penilaian atas Bahan Baku
Dalam keadaan harga-harga tidak stabil, alokasi atau pembebanan harga pokok bahan baku yang digunakan untuk produksi dan penentuan nilai persediaan akhir bahan baku dapat dihitung dengan beberapa cara. Ada dua sistem yang mencakup beberapa teknik penilaian atas biaya bahan baku yakni sistem periodik (sistem fisik) dan sistem perpetual (sistem permanen).
1. Sistem Fisik
Dalam sistem ini pembelian bahan baku dicatat di rekening “pembelian bahan baku”. Jika terdapat persediaan awal bahan baku maka persediaan awal tersebut dicatat di rekening terpisah yakni rekening “persediaan bahan baku awal”. Pembelian ditambah dengan persediaan awal menghasilkan bahan baku yang siap digunakan. Untuk dapat menentukan nilai persediaan akhir maka harus diperhitungan fisik terhadap persediaan bahan baku yang masih ada pada akhir periode. Harga pokok bahan baku yang digunakan dihitung dengan mengurangkan bahan baku yang siap digunakan dengan nilai persediaan akhir bahan baku.
Secara matematis perhitungannya dilakukan sebagai berikut:
Persediaan awal bahan baku = Rp xxx
Pembelian = Rp xxx +
Bahan baku yang siap digunakan = Rp xxx
Persediaan akhir bahan baku
(berdasar perhitungan fisik) = Rp xxx _
Harga pokok bahan baku yang digunakan = Rp xxx
Dari perhitungan di atas terlihat bahwa dalam sistem ini harga pokok bahan baku yang digunakan tidak dapat langsung ditentukan sebelum persediaan akhir ditentukan nilainya. Persoalan selanjutnya adalah berapa nilai persediaan akhir bahan baku yang digunakan sebagai pengurang dari nilai bahan baku yang siap digunakan. Untuk itu dikenal beberapa cara atau metode dalam menentukan nilai persediaan akhir bahan baku, yaitu metode identifikasi khusus, metode MPKP, metode rata-rata, dan metode MTKP.
Pemilihan metode penilaian bahan baku ini adalah sangat penting, karena akan berhubungan langsung dengan harga pokok barang yang diproduksi, harga pokok penjualan dan otomatis juga pada rugi laba. Bila suatu metode telah dipilih, hendaknya digunakan secara konsisten dan tidak diubah dari tahun ke tahun agar dapat menghasilkan perhitungan rugi laba yang baik setiap tahunnya. Oleh sebab itu metode yang dipilih harus dapat memperhitungkan kemungkinan pengaruhnya terhadap perhitungan rugi laba untuk suatu periode jangka panjang.

2. Sistem Perpetual (Sistem Permanen)
Pada sistem ini pembelian bahan baku dicatat dalam rekening “Persediaan bahan baku”. Bila terdapat persediaan awal maka persediaan awal tersebut termasuk pula pada rekening “persediaan bahan baku tersebut”. Pada saat pemakaian bahan baku rekening persediaan bahan baku di kredit dan rekening yang di debet adalah rekening “barang dalam proses”. Pada sistem ini harga pokok bahan yang digunakan untuk berproduksi ditentukan pada saat pemakaian bahan baku tersebut. Saldo dari rekening persediaan bahan baku menunjukkan harga pokok bahan baku yang siap digunakan. Jadi dalam sistem ini baik harga pokok bahan yang digunakan maupun nilai persediaan langsung ditentukan pada saat pemakaian ataupun juga saat pembelian. Selain itu pada sistem ini dikelola apa yang disebut dengan “kartu persediaan bahan baku”. Pada kartu ini akan dicatat harga pokok pembelian dan harga pokok pemakaian serta saldo persediaan bahan baku yang dimiliki.
Metode yang digunakan dalam sistem ini adalah metode MPKP, metode rata-rata bergerak, dan metode MTKP. Berikut contoh kartu persediaan :
KARTU PERSEDIAAN BAHAN

PT. Alam raya
Satuan : Nama Bahan : Minimum :
EOQ : Kode : Maksimum :
Nomor : Pesan :
Tanggal Masuk / Beli Keluar / Pakai Sisa
Kuanti
tas biaya
satuan Jumlah (Rp) Kuan
titas Biaya
Satuan Jumlah (Rp) Kuantitas Biaya
satuan Jumlah (Rp)
1 jan 99 200 100 20.000
12 jan 99 400 120 48.000 200
400 100
120 20.000
48.000
16 jan 99 400
100 120
100 48.000
10.000
100
100
10.000
26 Jan 99 500 90 45.000 100
500 100
90 10.000
45.000
28 jan 99 300 90 27.000 100
200 100
90 10.000
18.000
29 jan 99 (100 90 9.000) 100
100 100
90 10.000
9.000
30 Jam 99 (50 90 4.500) 100
150 100
90 10.000
13.500
31 Jan 99 100 110 11.000 100
150
100 100
90
110 10.000
13.500
11.000



E. Perencanaan dan Pengendalian Bahan Baku
Perencanaan bahan baku berhubungan dengan dua faktor fundamental, yaitu jumlah dan waktu pembelian. Penentuan berapa banyak yang akan dibeli dan kapan melibatkan dua jenis biaya yang saling berlawanan, yaitu biaya penyimpanan persediaan (cost of carrying inventory) dan biaya karena tidak menyimpan cukup persediaan. Karakteristik dari biaya yang saling berlawanan ini diilustrasikan di perbandingan berikut ini :
Biaya penyimpanan persediaan Estimasi Biaya karena tidak cukupnya persediaan
Bunga atas investasi dalam modal kerja
Pajak dan asuransi properti

Pergudangan atau penyimpanan


Penanganan


Deteriorasi dan penyusutan persediaan
Usangnya persediaan

Total 10,00%

1,25%

1,80%



4,25%


2,60%

5,20%

25,10%
Tambahan biaya pembelian, penanganan, & transportasi
Harga yang lebih tinggi karena jumlah pesanan yang lebih sedikit
Kehabisan persediaan sering kali terjadi sehingga mengganggu jadwal produksi, jadwal lembur,dan waktu persiapan ekstra
Tambahan biaya klerikal karena memelihara catatan pesanan pelanggan yang belum dapat dipenuhi (customer back order)
Peningkatan harga berkaitan dengan inflasi ketika pesanan pembelian ditunda
Penjualan yang hilang dan hilangnya kepercayaan pelanggan

Pengendalian bahan baku dicapai melalui pengaturan fungsional, pembebanan tanggung jawab, dan bukti-bukti dokumenter. Hal tersebut dimulai dari persetujuan anggaran penjualan dan produksi dan dengan penyelesaian produk yang siap untuk dijual dan dikirimkan ke gudang atau pelanggan. Ada 2 tingkat pengendalian persediaan: pengendalian unit dan pengendalian uang. Manajer pembelian dan manajer produksi paling berkepentingan pada pengendalian unit; mereka berpikir, pesanan, dan permintaan dalam jumlah unit dan bukannya dalam nilai uang. Manajemen eksekutif paling berkepentingan pada pengendalian finansial dari persediaan. Eksekutif berpikir mengenai pembelian yang mencukupi atas modal yang digunakan, yaitu nilai uang dan diinvestasikan dalam persediaan harus digunakan secara efisien dan efektif. Pengendalian persediaan akan beroperasi dengan berhasi apabila peningkatan atau penurunan dalam persediaan mengikuti pola yang telah ditentukan atau diperkirakan sebelumnya, di mana pola tersebut berkaitan erat dengan jadwal penjualan dan produksi.
Pengendalian bahan baku harus memenuhi dua kebutuhan yang saling berlawanan yaitu: (1) menjaga persediaan dalam jumlah dan variasi yang mencukupi untuk operasi secara efisien dan (2) menjaga tingkat persediaan yang menguntungkan secara finansial. Tujuan dasar dari pengendalian bahan baku adalah kemampuan untuk melakukan pemesanan pada waktu yang sesuai dengan sumber terbaik untuk memperoleh jumlah yang tepat pada harga dan kualitas yang tepat. Pengendalian persediaan yang efektif sebaiknya:
1. menyediakan pasokan bahan baku yang diperlukakan untuk operasi yang efisien dan tidak terganggu
2. menyediakan cukup persediaan dalam periode di mana pasokan kecil (musiman, siklus, atau pemogokan kerja) dan mengantisipasi perubahan harga.
3. menyimpan bahan baku dengan waktu penanganan dan biaya minimum dan melindungi bahan baku tersebut dari kehilangan akibat kebakaran, pencurian, cuaca dan kerusakan karena penanganan
4. meminimalkan item-item yang tidak aktif, kelebihan, atau usang dengan melaporkan perubahan produk yang mempengaruhi bahan baku
5. memastikan persediaan yang cukup untuk pengiriman segera ke pelanggan
6. menjaga agar jumlah modal yang diinvestasikan dalam persediaan berada di tingkat yang konsisten dengan kebutuhan operasi dan rencana manajemen
Metode Pengendalian Bahan Baku
Metode pengendalian bahan baku berbeda dalam hal pemeliharaan dan biaya yang dikeluarkan. Item-item yang kritis dan memiliki nilai tinggi memerlukan perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan item-item yang nilainya rendah. Misalnya, untuk item-item dengan nilai rendah, persediaan pengaman dan pesanan dalam jumlah besar sehingga mencukupi untuk 3-6 bulan adalah umum, karena biaya penyimpanan biasanya rendah dan risiko keusangan dapat diabaikan. Beberapa metode pengendalian bahan baku:
Metode siklus pesanan (order cycling method) atau metode peninjauan siklus (cycle review method) memeriksa secara periodik status jumlah bahan baku yang tersedia untuk setiap item atau kelas. Perusahaan-perusahaan yang berbeda menggunakan periode waktu yang berbeda (misalnya 30, 60, atau 90 hari) antar peninjauan dan dapat menggunakan siklus yang berbeda untuk jenis bahan baku yang berbeda. Item kritis dengan nilai tinggi biasanya memerlukan siklus peninjauan yang pendek. Untuk item nonkritis dengan nilai rendah, siklus peninjauan yang lebih lama umum digunakan, karena jumlah pesanan besar dan kehabisan persediaan atas item tersebut tidak terlalu mahal biayanya. Peda setiap periode peninjauan dalam sistem siklus pesanan, pesanan dilakukan agar jumlah persediaan mencapai tingkat yang diinginkan, yang dinyatakan sebagai besarnya pasokan untuk sekian hari atau minggu.
Metode minimum-maksumum (min-max method) didasarkan pada pernyataan bahwa jumlah dari sebagian besar item persediaan berada pada kisaran batas tertantu. Maksimum jumlah untuk setiap item ditetapka. Tingkat minimum sudah memasukkan margin pengaman yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kehabisan persediaan selama siklus pemesanan kembali tingkat minimum menjadi titik pemesanan, dan jumlah pesanan adalah selisih antara tingkat maksimum dengan tingkat minimum. Metode ini dapat didasarkan pada obsevasi fisik, atau dapat dimasukkan ke dalam sistem akuntansi.
Observasi fisik bahwa titik pemesanan telah dicapai diilustrasikan oleh metode dua tempat (two-bin method). Dalam metode ini, setiap item persediaan disimpan dalam dua tempat, tumpukan, atau kumpulan. Tempat pertama berisi persediaan yang mencukupi untuk memenuhi penggunaan yang terjadi selama periode waktu antara penerimaan suatu pesanan dengan penempatan pesanan berikutnya; tempat yang kedua berisi jumlah normal yang digunakan dari tanggal pemesanan sampai dengan tanggal pengantaran plus persediaan pengaman. Apabila persediaan di tempat kedua mulai digunakan, maka bukti permintaan pembelian untuk pasokan baru dibuat. Metode minimum-maksimum juga dapat diterapkan melalui sistem akuntansi. Ketika catatan bahan baku menunjukkan bahwa saldo persediaan yang tersedia sudah turun sampai mencapai titik pemesanan, catatan tersebut memulai proses pembelian. Hal ini bekerja dengan baik dalam sistem pemrosesan data elektronik.
Metode pemesanan otomatis (the automatic order system) adalah metode pengendalian bahan baku yang secara otomatis akan melakukan pemesanan bahan baku jika persediaan mencapai jumlah tingkat pemesanan kembali. Metode ini akan optimal jika digunakan komputer untuk mengadministrasikan persediaan bahan baku
Metode ABC (the ABC plan) digunakan jika perusahaan mempunyai persediaan bahan baku dalam jumlah besar dengan nilai yang berbeda-beda. Pengendalian bahan baku yang nilainya tinggi berbeda dengan persediaan yang nilainya rendah. Dalam metode ABC, persediaan bahan baku digolongkan menjadi tiga kelompok atas dasar nilainya, yaitu (1) kelompok A yang nilainya tertinggi, (2) kelompok B yang nilainya sedang, dan (3) kelompok C yang nilainya terendah. Kelompok A mempunyai karakteristik pengendalian sebagai berikut: (1) jumlah persediaan minimal kecil, (2) tingkat review tinggi, (3) tingkat pemesanan tinggi, (4) membutuhkan pencatatan rinci, dan (5) tingkat pengawasan tinggi. Kelompok C mempunyai karakteristik pengendalian sebagai berikut: (1) jumlah persediaan minimal besar, (2) tingkat review rendah, (3) tingkat pemesanan rendah, (4) tidak membutuhkan pencatatan perpetual, dan (5) tingkat pengawasan rendah.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesalahan dalam perhitungan HPP dapat mengakibatkan penentuan harga jual pada suatu perusahaan menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah. Oleh karena perhitungan HPP pun menjadi satu hal penting untuk dilakukan bagi setiap perusahaan.
Pembelian dan penggunaan bahan baku biasanya meliputi langkah-langkah berikut: daftar bahan baku yang diperlukan, Anggaran produksi, Bukti permintaan pembelian, Pesanan pembelian, Laporan penerimaan, Bukti permintaan bahan baku, dan Kartu catatan bahan baku. Metode perhitungan biaya bahan baku yang digunakan yakni metode identifikasi khusus, metode MPKP, metode rata-rata, dan metode MTKP. Adapun metode penilaian atas biaya bahan baku yaitu metode fisik dan metode perpetual.
Perencanaan bahan baku berhubungan dengan dua faktor fundamental, yaitu jumlah dan waktu pembelian. Penentuan berapa banyak yang akan dibeli dan kapan melibatkan dua jenis biaya yang saling berlawanan, yaitu biaya penyimpanan persediaan (cost of carrying inventory) dan biaya karena tidak menyimpan cukup persediaan. Ada beberapa metode pengendalian bahan baku, yaitu Metode siklus pesanan (order cycling method), Metode minimum-maksumum (min-max method), Metode dua tempat (two-bin method), Metode pemesanan otomatis (the automatic order system), Metode ABC (the ABC plan).



DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul. 1996. Dasar-dasar Akuntansi Biaya Edisi 4. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Carter, William K. dan Milton F. Usry. 2004. Akuntansi Biaya Edisi 13. Jakarta: Salemba Empat.
Ronowati. 2009. “ Penentuan dan Pengendalian Biaya Bahan Baku dan Biaya Tenaga Kerja” (Online) http://downloads.ziddu.com/downloadfile/6371424/AkuntansiBiaya.doc.html. (diakses 10 Oktober 2009)
Somantri, Hendi. 2000. Akuntansi Keuangan SMK Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi. Bandung: CV. ARMICO.