motivasi 02
Kebiasaan Pemuda Produktif
- JUJUR
Kejujuran adalah harga mati sebuah kehidupan, dengan kejujuran seorang ibu dicintai secara tulus, seorang ayah di hormati dengan baik, seorang pemimpin diteladani, seorang guru dimuliakan. Namun, kejujuran ini seperti sebuah prasasti yang tertimbun oleh keegoan dan kepentingan dunia yang semu. Tidak sedikit kita saksikan hanya sekadar ingin mencpai nilai yang memuaskan seorang siswa berani mencontek agar lulus UN, seorang mahasiswa berani untuk melihat pekerjaan temannya saat UAS berlangsung, seorang pemimpin berani menipu dan mengkhianati pengikutnya, seorang guru berani membodohi anak didiknya, seorang bisnisman berani menipu kliennya. Lalu dimana kita dapat menemukan kejujuran sejati ? Kejujuran sejati adalah sikap terus terang apa adanya. Tidak ada yang ditambah-tambah atau dikurangi, bersikap proporsional. Kejujuranlah yang pertama kali melekat dalam diri pribadi mulia, Rasulullah saw, yang sebelum menjadi nabi telah dikenal oleh seluruh penduduk Mekkah dengan sebutan Al-Amin, yang dapat dipercaya. Sebuah gelar yang belum pernah ada sebelumnya dan boleh jadi tidak akan ada lagi orang yang mendapat gelar yang sama sesudahnya.
Namun nilai kejujuran adalah ‘paspor keberuntungan’ dimanapun kita berada. Karyawan yang jujur sudah tentu cepat direkomendasikan untuk naik jabatan. Pengusaha yang jujur sudah tentu banyak klien yang jatuh hati dan menjadi pelanggan setianya. Seorang mahasiswa yang jujur bukan hanya disayangi dan dihargai teman sekelasnya, namun diperhitungkan pula dalam memori setiapdosen. Berusahalah untuk terus jujur kepada diri sendiri dan kepada siapapun juga, karena disanalah sumber ketenangan, kebahagian dan kesuksesan sejati.
- KOMITMEN
Banyak orang yang mudah berjanji, tapi sering mengingkari, mudah berkata namun tidak pernah diperbuat. Dalam ajaran Islam orang yang seperti ini biasa disebut orang munafik. Orang modern biasa menyebut orang seperti ini sebagai orang yang tidak mempunyai integritas, yaitu orang yang antara pikiran, ucapan dan perbuatannya tidak selaras.
Lebih lanjut, Allah swt, mengancam orang munafik ini dengan firmannya dalam Quran Surat As-Shaf :3
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. (Q.S.As-Shaf :3)
Lalu bagaimana mengembangkan sikap komitmen yang diperintahkan itu? Komitmen berlandaskan pada jiwa yang ingin terus menerus bertanggung jawab dan amanah. Komitmen mengisyaratkan sebuah tekad bulat untuk pantang mengingkari janji yang telah dibuat, pantang mencabut kata-kata yang telah terlontar, dan mengeluarkan semua daya dan usaha untuk mempertanggungjawabkan semua yang telah dikatakan atau dijanjikannya. Komitmen sebagai seorang muslim terlihat dari keseriusannya dalam menjaga amalan wajib, amalan sunnah dan berbuat baik dimanapun berada.
Komitmen ibarat beton yang menegakkan sebuah rangka bangunan, batang yang membuat pohon tampak kokoh menjulang, serta gunung yang menyangga bumi.
Jatuh cinta atau Bangun Cinta ?
Bismillahirrahmanirrahim,
Ba’da tahmid dan sholawat,
“Wanita SEJUTA pesona, Karunia dari Sang Maha Pencipta ……. Namun, wanita tidak diciptakan dari tulang kepala, karenanya ia tercipta bukan tuk disanjung dan dipuja …. Wanita pun tidak dicipta dari tulang jemari, sehingga ia tercipta bukan tuk disuruh dan didoktrinasi, Bukan pula dari tulang kaki , maka hidupnya bukan untuk diinjak dan diintimidasi. Wanita tercipta dari tulang rusuk sebelah kiri, dekat kehati untuk dilindungi dan meneguhkan jihad suami” (Inspirasi dari buku abangku, Hendi Kurnia “Wanita 1000 Pesona”)
Sahabat,
Begitu mulianya peranan seorang wanita dimuka bumi ini, kita semua mengetahui, bagaimana ketabahan dan kesabaran seorang Siti Hajar yang herus ditinggal pergi suami tercinta di tanah yang tandus dan kekurangan air, tidak cukup sampai itu, ia pun harus mengikhlaskan anak yang sudah lama ia nantikan untuk dikorbankan demi Tuhannya. Kita pun tentu tidak dapat melupakan bagaimana pengorbanan Siti Khodijah yang mendukung harta, jiwa dan raga demi perjuangan suami tercinta, Muhammad saw.
Sahabat, lalu bagaimanakah sikap seorang muslim saat bertemu cinta ? Ia dihadapkan pada dua pilihan, jatuh cinta atau bangun cinta ? Dalam sebuah analogi sederhana , Saat seseorang terjatuh, ada yang dapat bangkit kembali atau bahkan mati dengan sakit yang diderita, namun alangkah indahnya saat kita memilih pilihan kedua, yaitu membangun cinta, agar cinta terajut dan kekal hingga ke syurga. Seperti lantunan syair dari Edcoustic ini
Di matamu tersimpan cinta yang suci
Terbangun dalam pernikahan dari beda dunia
Meski kau terbiasa hidup tanpa peri
Namun kau ikhlas hidup bersahaja ….. namun bahagia….
Duhai pendampingku
Akhlakmu permata bagiku
Buat aku makin cinta
Tetapkan selalu janji awal kita bersatu …. bahagia sampai ke syurga …..
Sahabatku,
Jika ada seorang lelaki yang berkata “Aku mencintaimu maukah kau menjadi pacarku ?”
Sebenarnya ia sedang berkata “Aku ingin menjinahimu, maukah kau mendekati zinah denganku?”
Sahabat, ingatlah dengan psikologi lelaki dan wanita yang didesain berbeda. Lelaki lebih mengedepankan logika dibandingkan perasaan. Maka sebenarnya saat seorang leleaki merayu dan memuji wanita yang belum halal baginya, sangat jarang itu keluar dari hatinya, namun lebih tepatnya dari nafsu yang dikemas oleh logikanya. Namun berbeda dengan wanita yang lebih sering mengandalkan perasaanya, saat seorang lelaki memujinya, seakan dirinya melayang ke kahyangan, apalagi jika lelaki yang memuji itu adalah lelaki yang sangat ia kagumi. Disinilah kaum Adam menang satu poin dari kaum Hawa.
Ukhti (Saudara perempuan),
Akankah kau gadaikan kesucianmu kepada lelaki yang belum tentu akan menjadi suamimu ?
Akankah parasmu yang indah itu kau halalkan untuk direbus dalam neraka yang menyala hanya karena kau mengumbar kecantikanmu sehingga beribu lelaki bermaksiat setelah melihatmu ?
Tidakkah kau malu kepada Dia yang telah menciptakanmu dengan seindah-indah bentuk, bukan untuk pamer namun untuk mengabdi kepadaNya dengan ketundukan yang utuh ?
Bangunlah cinta dengan kesejatian diri, jadilah orang yang layak untuk dicintainya dan dicintaiNya. Hingga cinta itupun kekal hingga syurga.
Wallahua’lam