"PERAN MANAJEMEN PENDIDIKAN DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGUATAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH"

04 August 2021 14:03:15 Dibaca : 83

Amelia Abjul

Fakultas Ekonomi 

Program Studi Manajemen

Universitas Negeri Gorontalo

 

-PENDAHULUAN

Perubahan merupakan sebuah keniscahyaan yang tidak mungkin dapat dihindari. Arus globalisasi semakin kencang dan menuntut kita untuk selalu  melakukan perubahan. Perubahan menjadi tantangan yang harus kita hadapi dan  perlu modal dalam diri agar mampu bersaing dalam persaingan global.  Dipenghujung tahun 2015, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan resmi  diberlakukan. Tidak ada pembatas lagi antar negara di kawasan ASEAN. Persaingan  yang semakin terbuka mendorong suatu negara memiliki keunggulan baik secara  komparatif dan maupun keunggulan absolut agar tetap eksis di arena MEA. Setiap  negara harus mempersiapkan diri untuk menghadapi persaingan tersebut. Hasil seminar BAPPENAS (28 Mei 2014) dalam menghadapi MEA  Indonesia bukan tanpa masalah, ada beberapa hal yang masih harus diperbaiki Indonesia, antara lainq:  

1. Masih tingginya jumlah pengangguran terselubung (disguised unemployment);

2. Rendahnya jumlah wirausahawan baru untuk mempercepat perluasan  kesempatan kerja;  

3. Pekerja Indonesia didominasi oleh pekerja tak terdidik sehingga produktivitas tenaga kerja menjadi rendah;  

4. Meningkatnya jumlah pengangguran tenaga kerja terdidik, akibat

ketidaksesuaian antara lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan pasar tenaga kerja;  

5. Ketimpangan produktivitas tenaga kerja antarsektor ekonomi;

6. Sektor informal mendominasi lapangan pekerjaan, dimana sektor ini belum mendapat perhatian optimal dari pemerintah;  

7. Pengangguran di indonesia merupakan pengangguran tertinggi dari 10 negara anggota asean; ketidaksiapan tenaga kerja terampil dalam menghadapi mea  2015;  

8. Tuntutan pekerja terhadap upah minimum, tenaga kontrak, dan jaminan sosial ketenagakerjaan; serta  

9. Masalah tenaga kerja indonesia yang banyak tersebar di luar negeri.

Hal yang dianggap paling penting adalah menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki daya saing tinggi. Human capital yang  memadai akan mempermudah percepatan dalam pembangunan, dan pertumbuhan  negara. Untuk menyiapkan human capital yang berkualitas negara perlu  memperhatikan dan dapat memaksimalkan sumber-sumber yang dapat mendukung  untuk mengembangkan human capital.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem  Pendidikan Nasional menyebutkan, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana  untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik  secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual  keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta  keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kemudian  juga di jelaskan jalur pendidikan yang dapat di tempuh yakni jalur pendidikan  formal, informal dan non- formal. Ki Hajar Dewantara (1987:2) Pendidikan adalah  segala daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar  dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang  selaras dengan alam dan masyarakatnya.MEA merupakan akronim dari Masyarakat Ekonomi ASEAN yang memiliki pola mengintegrasikan ekonomi ASEAN dengan cara membentuk sistem  perdagangan bebas atau free trade antara negara-negara anggota ASEAN. ASEAN  Economic Community Blueprint (2008:6) AEC envisages the following key characteristics:  (a) a single market and production base, (b) a highly competitive economic region, (c) a  region of equitable economic development, and (d) a region fully integrated into the global  economy. Bila dipandang positif, MEA menjadi sarana untuk memperkecil  kesenjangan antar negara dikawasan ASEAN dalam hal pertumbuhan ekonomi  dengan meningkatkan ketergantungan anggota ASEAN di dalamnya. MEA akan  menjadi kesempatan yang baik karena sekat dan hambatan perdagangan akan  cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal ini akan berdampak pada  peningkatan ekspor akan meningkat dan pada akhirnya akan meningkatkan GDP  Indonesia.

-ISI

1. Iklim Persaingan MEA

Masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) yang yang memiliki pola mengintegrasikan ekonomi ASEAN dengan cara membentuk sistem  perdagangan bebas atau free trade antara negara-negara anggota ASEAN.  Thinking Globally, Prospering Regionally – ASEAN Economic Community 2015  (2014:3) AEC will “establish ASEAN as a single market and production base with the  goal of making ASEAN more dynamic and competitive.” Menjadi sebuah tantangan  tersendiri bagi suatu negara. Setiap negara harus mampu dan siap bersaing  dalam arena pemasaran global. Tidak ada lagi skat pembatas antar negara di  kawasan ASEAN.  Persaingan tidak hanya dalam bentuk produk barang dan jasa, akan  tetapi sumber daya manusia juga memiliki peranan penting dalam kemajuan  suatu negara. Sumber daya manusia harus memiliki daya saing yang tinggi  dalam menghadapi MEA. Pesaingan untuk mendapatkan pekerjaan semakin  ketat, pesaing untuk mendapatkan pekerjaan tidak hanya dari dalam negeri  akan tetapi dari kawasan ASEAN siap ber-ekspansi ke Indonesia untuk  mendapatkan pekerjaan.  Para pengguna jasa tenaga kerja tidak hanya memiliki spesifikasi  keahlian yang tinggi dari setiap tenaga kerjanya. Tidak hanya sebuah nilai IPK  yang tinggi akan tetapi juga memiliki kemampuan lain (soft skill) yang di  butuhkan oleh perusahaan. National Association of Colleges and Employers  Hendrawan dkk, (2012:67) menyebutkan bahwa “pada umumnya pengguna  tenaga kerja membutuhkan keahlian kerja berupa 82% soft skils dan 18% hard  skils”. Dalam menghadapi MEA Indonesia bukan tanpa masalah, ada beberapa  hal yang masih harus diperbaikin Indonesia, antara lain:  

a. Masih tingginya jumlah pengangguran terselubung (disguised unemployment);  

b. Rendahnya jumlah wirausahawan baru untuk mempercepat perluasan kesempatan kerja;  

c. Pekerja indonesia didominasi oleh pekerja tak terdidik sehingga produktivitas tenaga kerja menjadi rendah;  

d. Meningkatnya jumlah pengangguran tenaga kerja terdidik, akibat ketidaksesuaian antara lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan pasar  tenaga kerja;  

e. Ketimpangan produktivitas tenaga kerja antarsektor ekonomi;

f. Sektor informal mendominasi lapangan pekerjaan, dimana sektor ini belum mendapat perhatian optimal dari pemerintah;g. Pengangguran di indonesia merupakan pengangguran tertinggi dari 10 negara anggota asean; ketidaksiapan tenaga kerja terampil dalam  menghadapi mea 2015;  

h. Tuntutan pekerja terhadap upah minimum, tenaga kontrak, dan jaminan sosial ketenagakerjaan; serta  

i. Masalah tenaga kerja indonesia yang banyak tersebar di luar negeri. Urgensi Pendidikan dalam Menghadapi MEA 

Dalam menghadapi MEA 2015, telah disebutkan Indonesia memiliki permasalahan krusial yang perlu diberikan obat agar mampu bersaing dalam  kancah MEA. Becker menyebutkan modal tidak selamanya dalam bentuk uang,  atau rekening bank. Sekolah, kursus pelatihan, pengeluaran perawatan medis,  dan kuliah merupakan suatu modal.  Human capital digambarkan dalam bentuk keterampilan dan  pengetahuan yang dimiliki oleh angkatan kerja. Pentingnya modal kerja sudah  terbukti secara nyata yang terjadi di kawasan Asia Timur yang kini sudah  menjadi eksportir yang kompetitif dalam waktu yang singkat karena memfokus  pengembangan sumberdaya manusia sebagai prioritas utama dalam  pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.  Pendidikan dijadikan satu-satunya indikator paling penting bagi  kesuksesan sosial dan ekonomi seseorang. Untuk membangun masyarakat  miskin tidak harus bergantung pada tanah, equipment atau energy tetapi pada  membangun pengetahuannya, yang berupa aspek ekonomi kualitatif, yang di  sebut human capital. Beberapa faktor yang menyebabkan perlunya mengembangkan tingkat  pendidikan di dalam usaha untuk membangun suatu perekonomian, adalah :  

a. Pendidikan yang lebih tinggi memperluas pengetahuan masyarakat dan mempertinggi rasionalitas pemikiran mereka. Hal ini memungkinkan  masyarakat mengambil langkah yang lebih rasional dalam bertindak atau  mengambil keputusan. 

b. Pendidikan memungkinkan masyarakat mempelajari pengetahuan- pengetahuan teknis yang diperlukan untuk memimpin dan menjalankan  perusahaan-perusahaan modern dan kegiatan-kegiatan modern lainnya. 

c. Pengetahuan yang lebih baik yang diperoleh dari pendidikan menjadi perangsang untuk menciptakan pembaharuan-pembaharuan dalam bidang  teknik, ekonomi dan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat lainnya. Spanbauer dalam Dadang dkk, (2012: 28) meyebutkan ada tujuh unsur  dalam meningkatkan mutu pendidikan yang harus dibiayai, yaitu: 

a. Human resources

b. Curriculum and instruction

c. Good setting (standard of excellence for design and implementation of operation)

d. Technology (standard technology)

e. Marketing

f. Costumer service

g. Management (providing leadership of the quality improvement).

Pendidikan mempunyai kualitas tinggi bila output pendidikannya bernilai bagi masyrakat yang memerlukan pendidikan tersebut. Penguatan  sumber daya manusia dapat dilakukan dengan cara melakukan reformasi  dalam peyelengaraan pendidikan. Pendidikan menjadi kunci pertumbuhan  ekonomi, hal ini didukung oleh Solow dalam Hendrawan dkk, (2012:156))  dalam konsep model pertumbuhannya menyatakan bahwa daya dorong  pertumbuhan ekonomi adalah pendidikan. Masyarakat yang berpendidikan  tinggi memiliki kecendrungan untuk lebih mudah dalam melakukan inovasi  dalam teknologi. Kemudian dikuatkan oleh Nelson dan Phelps faktor  pendidikan menentukan kemampuan tenaga kerja untuk memanfaatkan  teknologi baru.  Satuan pendidikan yang ada di Indonesia mengelompokan layanan  pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal,  dan informal pada setiap jenjang. dan jenis pendidikan. Setidaknya ada dua  layanan pendidikan yang harus dikembangkan, yakni jalur formal pendidikan  dasar hingga pendidikan tinggi dan jalur non formal. Kurikulum dalam  pendidikan formal harus diramu sedemikian rupa agar tidak hanya melahirkan  lulusan yang memiliki kesiapan kerja pada bursa tenaga kerja, meainkan juga  mengupayakan terbentuknya lulusan yang dapat membuka lapangan  pekerjaan.  

Selain jalur formal, perlu dikuatkan dalam jalur non-formal. Pendidikan non-formal dapat diberikan melalui seminar, workshop dan kursus singkat. Di  Indonesia sudah memiliki infrastruktur yang memadai, disetiap daerah  memiliki balai latihan kerja (BLK). Balai latihan kerja harus dioptimalkan dan  dimaksimalkan fungsinya. BLK memiliki potensi besar untuk meningkatkan  dan mengkontruksi kemampuan kerja. Adanya penguatan dalam bidang pendidikan, mendukung penguatan  dalam sektor ketenaga kerjaan yang dapat menghasilkan sumberdaya yang  memiliki daya saing yang tinggi untuk menghadapi MEA. Sebagai fungsi  investasi, pendidikan memberikan sumbangan dalam peningkatan kualitas  hidup, kualitas manusia, dan pendapatan nasional. Peran Manajemen Pendidikan Sebagai Faktor Pendukung Menghadapi MEA

Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang  diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat  yang memiliki kemampuan akademik dan/atau professional yang dapat  menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan,  teknologi dan/atau kesenian. Perguruan tinggi berkewajiban  menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.  Universitas merupakan perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah fakultasyang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam sejumlah disiplin ilmu tertentu.  

Perguruan tinggi menjadi satu alat untuk mewujudkan cita-cita mencedaskan kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan jalan menuju  pembebasan yang permanen dan terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah  masa di mana manusia menjadi sadar akan pembebasan mereka, yang melalui  praksis mengubah keadaan itu. Tahap kedua dibangun atas tahap yang  pertama, dan merupakan sebuah proses tindakan kultural yang membebaskan.  Perguruan tinggi jangan hanya menjadi penyuplai tenaga kerja, akan tetapi  harus menjadi wahana yang dapat mebangkitkan pemikiran yang kritis  transformatif. Memberikan ruang seluas-luasnya untuk mengkotruksi sebuah  pengetahuan, sehingga akan menghasilkan lulusan yang memiliki inovasi tinggi  dari hasil kontruksi pengetahuannya.  Perguruan tinggi berkontribusi dalam pembentukan human capital yang  memiliki daya saing tinggi untuk menghadapi MEA. Human capital digambarkan dalam bentuk keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh  angkatan kerja. Shumpeter dalam Hendrawan dkk, (2012:150) mengatakan  dalam mewujudkan manusia yang berkualitas diperlukan inovasi sebagai  motor produktivitas. Inovasi adalah daya pikir dengan kreatifitas tinggi untuk  menciptakan hal baru, yang memilki keguanaan maksimal dalam penunjang  keberhasilan kehidupan. Stigliz menambahkan tidak hanya sebatas kreatifitas  dan kebermanfaatan tinggi, tetapi inovasi juga harus berorientasi pada kondisi  global. Sen menyebutkan bahwa untuk peningkatan inovasi, peningkatan  kapasitas sumberdaya manusia adalah sebagai perhatian utama. Peningkatan  kapasitas sumberdaya manusia dapat dipercepat melalui invesatsi dalam  human capital yang tersusun secara sistematis.  

Perguruan tinggi sebagai wahana tempat melahirkan lulusan-lulusan yang unggul dan memiliki daya saing yang tinggi. Perguruan tinggi bukan  hanya melahirkan lulusan yang siap kerja, akan tetapi lulusan yang juga bisa siap membuka lapangan pekerjaan. Melakukan perubahan paradigma dari job  seeker menjadi job creator. Manajemen Pendidikan merupakan salah satu  program yang dapat mendukung perubahan paradigma tersebut. Manajemen  Pendidikan memiliki muatan mata kuliah yang menujang dan mendukung  setiap lulusannya memiliki orientasi ke job creator, karena Manajemen  Pendidikan tidak hanya menanamkan nilai-nilai pendidikan dan ekonomi  murni saja, akan tetapi memberikan tambahan muatan penanaman jiwa  kewirausahaan. Sehingga dapat melahirkan lulusan yang tidak hanya memiliki  hard skils akan tetapi juga memiliki kemampuan soft skils. 

Dengan kemampuan kewirausahan yang dimiliki setiap lulusan, dapat memberikan motivasi agar tidak selalu menjadi pelamar kerja, akan tetapi  memiliki cita-cita untuk membuka lapangan pekerjaan. Lulusan yang mampu  membuka lapangan pekerjaan baru berimplikasi pada terserapnya tenaga kerja  dan terjadinya pemerataan pendapatan. McClelland dalam Hendrawan dkk,(2012:67) menyebutkan, suatu negara dapat dikatakan makmur, minimal harus memiliki jumlah entrepreneur atau wirausahawan sebanyak dua persen dari dari  total populasi pendudukan.  

-PENUTUP 

Kesimpulan: Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan. Perubahan adalah suatu keadaan yang sudah pasti terjadi dan perlu adanya penyesuaian agar mampu  bersaing. Pendidikan menjadi ujung tobak dalam pembentukan human capital yang  handal dalam menghadapi perubahan. Sebagai fungsi investasi, pendidikan  memberikan sumbangan dalam peningkatan kualitas hidup, kualitas manusia, dan  pendapatan nasional. Perguruan tinggi memiliki peran tidak hanya menghasilkan  lulusan yang hanya memiliki kecerdasan secara intelektual saja (hard skill) akan  tetapi juga harus mampu melahirkan lulusan yang memiliki kemapuan lebih (soft  skill). Merubah paradigma lulusan dari job seeker menjadi job creator. Perlu adanya  penguatan pada sektor UMKM dalam rangka menopang perekonomian bangsa.  

Perlu sinegisitas antara pemerintah, pengusaha, dan intelektual agar dapat tercapai tujuan negara.  Rekomendasi: (a) Penguatan sektor pendidikan, memberikan ruang seluas-luasnya  bagi masyarakat untuk mengenyam pendidikan agar tujuan dari investasi  pendidikan dapat tercapai dengan baik. (b) Sistem pendidikan tidak lagi mendorong  sekolah atau perguruan tinggi hanya menelurkan tenaga kerja yang siap pakai pada  bursa tenaga kerja, akan tetapi menyiapkan setiap lulusan untuk berwirausaha. (c)  Sinegisitas antara pambuat kebijakan dan pelaksana kebijakan agar tujuan dari  kebijakan yang dikeluarkan dapat diimplementasikan dengan baik dan berimplikasi  pada kemajuan negara.

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong