UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO SEBAGAI KAMPUS PERADABAN
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Saya Sri Novita Afriani Nur Djali mahasiswa baru jurusan Administrasi Publik tahun 2020
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO SEBAGAI KAMPUS PERADABAN
Universitas Negeri Gorontalo mempunyai moto sebagai Kampus Peradaban. Untuk mewujudkannya, kampus ini membuka pintu untuk berbagai upaya pengembangan manusia, termasuk melalui riset dan penelitian.
Rektor Universitas Negeri Gorontalo Prof. Dr. Syamsu Qamar Badu, M.Pd. mengutamakan program tertentu untuk menghadirkan konsep kampus peradaban. Antara lain dengan mendorong jurusan atau program studi untuk bisa mandiri, kreatif dan inovatif tanpa meninggalkan akar budaya lokal.
Kampus ini tidak hanya dikenal sebagai kampus merah maron karena almamaternya berwarna demikian. Tetapi, juga dijuluki sebagai kampus peradaban. Julukan yang disandang ini masih dapat dijumpai karena tetap terpampang pada pertigaan antara Fakultas Pertanian dan jalan menuju Auditorium UNG. Tidak mengherankan, jika selanjutnya civitas akademika terutama para mahasiswa senior selalu mendoktrin mahasiswa baru dengan keyakinan bahwa mahasiswa yang ditempa di Universitas terhormat ini akan melahirkan martir-martir peradaban baru yang akan mengantarkan daerah dan dan bangsa pada kesejajaran dengan negara-negara maju lainnya.
UNG adalah kampus multikultulral. Beragam suku dan budaya dengan tetap mempertahankan kejatidirian daerahnya berpadu dalam keharmonisan merah meron. Lebih dari sekadar soal pendidikan, roda perekonomian di kota Gorontalo pun meningkat Hal ini tidaklah lepas dari dari peran-peran para perantau ilmu dari berbagai daerah yang memilihUNG sebagai jalan keilmuannya.
Kampus sebagai wadah penempaan manusia bernama mahasiswa harus dikembalikan dalam garis edarnya guna mewujudkan generasi berkebudayaan yang berdiri diatas tiga pilar perguruan tinggi: pendidikan berkeadilan, terjangkau oleh seluruh lapis sosial; penelitian tanpa intervensi; dan ketulusan dalam melakukan pengabdian pada masyarakat.
Peradaban ditinjau bukan berdasarkan pembangunan gedung-gedungnya. Tetapi tercipta oleh hasil pembangunan manusianya yang berkulitas, menjunjung etos dan semangat keilmuan yang tinggi. Lebih baik membangun sumber daya manusia dan memperbaiki sistem terlebih dahulu ketimbang membangun gedung-gedung.