Contoh proposal pendidikan

27 February 2015 09:01:47 Dibaca : 2778

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara yang berperan penting dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia yang mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara” (Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional, 2006: 2)
Pendidikan tidak lepas dari suatu proses yaitu pembelajaran. Pembelajaran adalah cara pengorganisasian peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan dimana terjadi proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran yang mendidik adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk membantu peserta didik berkembang secara utuh, baik dalam dimensi kognitif maupun dalam dimensi afektif dan psikomotorik.
Model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Assisted Individualization (TAI) adalah model pembelajaran kooperatif yang mengelompokan siswa berdasarkan kemampuan mereka. Maksudnya disini adalah siswa dikelompokkan dengan berbagai kemampuan. Siswa yang mempunyai kemampuan yang tinggi cenderung duduk dengan siswa yang mempunyai kemampuan yang sama. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TAI siswa yang kemampuan lebih akan di kelompokkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan sedang atau rendah. Dengan metode pengelompokan seperti ini diharapkan siswa yang mempunyai kemampuan kurang dapat belajar dengan temannya. Seperti yang dikatakan Slavin (1995) bahwa sebagian dapat belajar dengan baik apabila di jelaskan oleh teman sebaya mereka. Untuk itu, karena Geografi merupakan pembelajaran teori dan pratek maka peneliti menilai metode ini lebih efektif dari pada metode konvensional yang sering di gunakan guru. Geografi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam, sehingga geografi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta – fakta, prinsip –prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses sosial.
Mata pelajaran Geografi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitar, agar konsep gografi dipahami siswa tidak hanya dengan cara memberi informasi sebaik–baiknya, karena ilmu geografi diperoleh dari interaksi sosial dan hubungan dengan alam oleh sebab itu pendekatan yang tepat untuk pembelajaran geografi adalah pendekatan ketrampilan proses. Setiap individu bila melaksanakan kegiatan belajar akan mengalami perubahan tingkah laku yang relatif permanen, di dalam pembelajaran siswa dipandang sebagai titik sentral pembelajaran guru harus dapat menggunakan sistem pembelajaran yang mengaktifkan siswa sehingga dalam pembelajaran siswa dapat menguasai pelajaran secara optimal dalam mencapai hasil yang maksimal.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMA N 2 Gorontalo khususnya kelas X pada mata pelajaran geografi masih ditemukan pembelajaran yang cenderung belum efektif diantaranya; (1) Minat siswa untuk mengikuti pembelajaran masih kurang, (2) Kurangnya kreatifitas guru dalam menerapkan model pembelajaran yang bervariasi, (3) Hasil belajar siswa di SMA N 2 Gorontalo khususnya kelas X masih banyak yang belum mencapai angka ketuntasan, dari setiap kelas yang teramati hasil belajar siswa rata-rata mendapat nilai 60 sementara kriteria ketuntasan mengajar adalah (KKM) 75 (4) Pembelajaran yang ada belum secara maksimal melibatkan siswa secara aktif. Dari fenomena tersebut maka tercetuslah sebuah gagasan dari peneliti untuk mengupayakan penggunaan suatu model pembelajaran yang dapat melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran, bekerjasama dengan sesama peserta didik dalam tugas-tugas terstruktur dan saling berinteraksi dengan sesama secara aktif, dan efektif melalui sebuah model pembelajaran yang disebut kooperatif mengunakan tipe Teams Assisted Individualization (TAI) .
Geografi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan gejala atau fakta Geografi, baik yang ada didaratan ( litosfere ), di lingkungan perairan ( hidrosfere ), lingkungan udara ( atmosfere ) maupun di kehidupan ( biosfere ), dilihat dari sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan, dalam konteks keruangan. Di Sekolah Menengah Atas (SMA) Geografi merupakan salah satu pelajaran wajib yang dipelajari di kelas X, XI dan kelas XII untuk jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Ruang lingkup pelajaran Geografi di kelas XI semester satu adalah: menganalisis fenomena biosfer dana antroposfer.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan formulasi judul“Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Assisted Individualization (TAI) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi".
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Minat siswa untuk mengikuti pembelajaran masih kurang.
2. Kurangnya kreatifitas guru dalam menerapkan model pembelajaran yang bervariasi.
3. Pembelajaran yang ada belum secara maksimal melibatkan siswa secara aktif.
1.3 Rumusan Masalah
Dengan mengacu pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team-asissted-individualization (TAI) dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model Kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) ?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team-assisted-individualization (TAI) dengan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru Geografi SMA Negeri 2 Gorontalo dalam meningkatkan kualitas pencapaian proses pelajaran dengan menerapkan model pembelajaran yang beragam.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan memberikan variasi belajar kepada siswa dalam memahami pelajaran Geografi khususnya pada materi atmosfer
Semoga penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi mahasiswa dan bagi penulis khususnya dalam rangka mempersiapkan diri sebagai tenaga pengajar yang mempunyai keterampilan dasar mengajar.


BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS

2.1 Hasil Belajar
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap berkat latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan membedakannya dari hewan. Belajar yang dilakukan manusia merupakan bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja, baik disekolah, dikelas, dijalanan dalam waktu yang tak dapat ditentukan sebelumnya.
Menurut Djamarah dan Zain (2010: 11) belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Kemudian menurut Hamalik (dalam Hamdani 2011 : 20) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar tidak hanya mempelajari mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian social, bermacam-macam keterampilan lain, dan cita-cita. Jelas bahwa suatu proses belajar mengajar pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan seseorang yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam arti bahwa perubahan kemampuan merupakan indikator untuk mengetahui hasil prestasi belajar siswa. Hasil prestasi belajar siswa diukur dengan menggunakan tes hasil belajar. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai materi yang sudah diajarkan setelah melalui proses pembelajaran. Hasil belajar seseorang dapat ditunjukkan oleh adanya perubahan tingkah laku, sikap dan keterampilan, ini merupakan perubahan pada diri seseorang setelah mendapatkan pengalaman belajar. Pengalaman belajar atau proses belajar itu dapat dilakukan dimana pun tapi yang lebih formalnya proses belajar dilaksanakan di sekolah karena sekolah sudah menetapkan tujuan-tujuan pengajaran yang akan dicapai oleh pembelajaran.
Horward Kingsley (dalam Nana sudjana, 2010: 22) “Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita- cita. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku, masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum”. Hasil belajar dapat ditunjukkan oleh siswa setelah melakukan proses belajar. Terkadang hasil belajar yang ditunjukkan ada yang memuaskan dan ada yang tidak memuaskan, semua itu bergantung pada bagaimana cara siswa memahami dan memaknai konsep pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk memiliki kemampuan-kemampuan yang dapat dijadikan dasar perbaikan hasil belajar yang lebih baik. Menurut Purwanto (2011: 38) hasil belajar adalah proses dalam individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam prilakunya. Gagne (dalam Suprijono, 2009: 5) menjelaskan bahwa hasil belajar diantaranya berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, sikap analisasi nilai-nilai dan sikap. Informasi verbal merupakan kemampuan peserta didik dalam mengungkapkan pengetahuan melalui bahasa baik lisan maupun tulisan, keterampilan intelektual yaitu kecakapan peserta didik dalam menganalisis suatu fakta atau konsep, strategi kognitif mengarah kepada kemampuan peserta didik dalam melakukan aktivitas kognitif, keterampilan motorik berupa serangkaian gerakan jasmani dalam kegiatan pembelajaran dan sikap adalah kemampuan dalam menolak atau menerima sesuatu.
Taksonomi Bloom ini telah direvisi oleh Krathwohl salah satu penggagas taknomi tujuan belajar, agar lebih cocok dengan istilah yang sering digunakan dalam merumuskan tujuan belajar. (dalam Purnomo; 2011). yang secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. Tipe hasil belajar dari ranah kognitif terdiri dari Mengingat, Memahami, Menerapkan, Menganalisis, Mengevaluasi, Menciptakan. Hasil belajar dari ranah afektif terdiri dari lima aspek yakni organisasi, karakteristik nilai, sikap menerima, memberikan respon, Hasil belajar dari ranah psikomotoris mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, social, manajerial, dan intelektual.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni (a) Remember (Mengingat), yaitu mendapatkan kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. (b) Understand (Memahami), yaitu menentukan makna dari pesan dalam pelajaran-pelajaran meliputi oral, tertulis ataupun grafik (c) Apply (Menerapkan), yaitu mengambil atau menggunakan suatu prosedur tertentu bergantung situasi yang dihadapi (d) Analyze (menganalisa), yaitu memecah-mecah materi hingga ke bagian yang lebih kecil dan mendeteksi bagian apa yang berhubungan satu sama lain menuju satu struktur atau maksud tertentu. (e) Evaluate (mengevaluasi), yaitu membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar. (f) Create (menciptakan), yaitu menyusun elemen-elemen untuk membentuk sesuatu yang berbeda atau membuat produk original.
Ranah Afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, social, manajerial, dan intelektual.Tiga ranah tersebut diatas terlibat dalam proses belajar mengajar karena hasil belajar yang ditunjukkan oleh seseorang berupa perubahan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Dari beberapa definisi belajar di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku atau watak seseorang yang bersifat tetap sebagai hasil dari pengalaman dan latihan bukan karena proses pertumbuhan maupun kematangan. Sedangkan untuk hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah mereka menerima pengalaman belajar atau proses belajar yang ditunjukkan oleh adanya perubahan tingkah laku, sikap, kemampuan berpikir dan keterampilan siswa. Hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotoris. Adapun pada penelitian ini dibatasi pada ranah kognitif meliputi Mengingat (C1), Memahami (C2), Menerapkan (C3), Menganalisis (C4), Mengevaluasi (C5), Menciptakan (C6).
2.2. Model Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Division (STAD)
Pembelajaran kooperatif sebagai salah satu pendekatan dalam pembelajaran di jelaskan oleh Suherman (2001:218) Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan sebuah tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Pendapat di atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar dalam kelompok kecil secara bersama, hal ini bertujuan agar siswa berperan aktif, reflektif dan saling menghormati dalam setiap proses untuk mencapai keberhasilan dalam belajar.
Pada pembelajaran kooperatif, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang biasanya terdiri dari empat sampai enam siswa. Pengelompokkan siswa dalam pembelajaran kooperatif merupakan pengelompokkan heterogenitas atau bermacam ragam. kelompok heterogen ini dapat di bentuk dengan memperhatikan latar belakang sosial ekonomi, gender, etnik serta kemampuan akademis. (Lie 2002: 40)
Keuntungan dari pengelompokkan heterogenitas ini di jelaskan oleh Lie (2002: 40) sebagai berikut: 1).kelompok heterogen memberikan kesempatan kepada siswa yang saling mengajar dan mendukung. 2). kelompok heterogen dapat meningkatkan interaksi antara siswa . 3). kelompok heterogen memberikan kemudahan dalam pengeloaan kelas, karena dengan adanya satu orang siswa yang berkemmpuan akademik tinggi, guru mendapatkan dalam pengelolaan kelas, karena dengan adanya satu orang siswa yang berkemampuan akademik tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga orang.
Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Slavin :

a . Fase I (Pertama)
Menyampaikan tujuan dan memotivasi murid
Guru menyampaikan, semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi murid belajar.
b. Fase II (Kedua)
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada murid dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
c. Fase III (Ketiga)
Mengorganisasikan murid kedalam kelompok-kelompok belajar
Guru mengajikan kepada murid bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efesien.
d. Fase IV (Keempat)
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengadakan tugas mereka.
e. Fase V (Kelima)
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

f. Fase VI (Keenam)
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu atau kelompok.
2.3. Model pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individuaalization (TAI)
Pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individuaalization (TAI) ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran invidual. Tipe ini di rancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada tipe Team Assisted Individuaalization ( TAI ) ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawah ke kelompok-kelompok untuk di diskusikan dan saling di bahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
Terjemahan bebas dari TAI adalah bantuan individual dalam kelompok (Bidak). Oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru. Pola komunikasi guru adalah negosiasi dan bukan imposisi-instruksi. Sintak BidaK menurut Slavin (1985) adalah:
1. Buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupa modul,
2. Siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai anggota kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi,
3. Penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.
Dari hasil kajian pustaka yang penulis lakukan, disimpulkan bahwa pada pembelajaran TAI (Team Assisted Indivualization) bahan ajar yang diberikan terhadap suatu kelompok tidak membedakan kemampuan individu.
Langkah-langkah pembelajaran tipe Team Assisted Individualization (TAI), Robert E. Slavin adalah sebagai berikut :
a. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk materi pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru
b. Guru memberikan kuis secara individu kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal
c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tinggi,sedang,rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender.
d. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.
e. Guru memfasiltasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah di pelajari.
f. Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual
g. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini)
Slavin (1995:98) menyatakan bahwa :
“TAI was create to take advantage considerable of socialization potencial of cooperative leaning. Previous studies of group-paced cooperative learning methods have consistenly found positive effect of this method of such out-come as relation and attitudes towward main streamed academically handycapped student”.
Kutipan diatas mempunyai makna bahwa TAI juga melihat siswa untuk bersosialisasi dengan baik, ditemukan adanya pengaruh positif hubungan dan sikap terhadap siswa yang terlamnat akademis. Metode pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individuaalization (TAI) terdiri dari 8 komponen. Delapan model pembelajaran tipe Team Assisted Individuaalization (TAI) adalah sebagai berikut :
1. Placcement test
Untuk mengetahui kemampuan siswa dan sebagai dasar timbangan pengelompokan., maka siswa dalam tahap ini diberi tes yang berupa pretest atau bisa berupa hasil test sebelumnya.
2. Team
Siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 orang yang heterogen. Fungsi kelompok adalah memastikan semua anggota kelompok ikut dan memiliki kesempatan yang sama untuk sukses. Tiap kelompok mengembangkan kemampuan masing-masing untuk objek yang dipermasalahkan sehingga ada interaksi kelompok yang diperoleh dari seluruh sumbangan anggota kelompok.

3. Teching group
Guru menjelaskan materi pokok secara klasikal pada siswa yaitu dengan memperkenalkan konsep-konsep utama kepada siswa sebelum mengerjakan tugas secara individu.
4. Student Ce