Petani Toili Beralih ke Tambang Emas

25 September 2012 15:33:02 Dibaca : 1960 Kategori : ceritaQ

(ANTARA) - Petani yang selama ini menggantungkan hidup mereka pada sektor pertanian padi di Toili, Kabupaten Banggai, kini beralih ke tambang emas."Saya cukup khawatir, Toili yang selama ini menjadi sentra produksi beras terbesar di kabupaten itu bisa terancam kekurangan kebutuhan pokok dimaksud," kata Kepala Dinas Pertanian Sulteng Abdullah Kawulusan di Palu, Jumat.Ia mengatakan, belakangan ini ada sebagian petani di dataran Kecamatan Toili yang tidak lagi mengolah sawah mereka. Mereka lebih memilih untuk bekerja sebagai buruh di tambang emas, karena mungkin penghasilannya lebih bagus. Padahal, kata Kawulusan, harga beras di tingkat petani saat ini cukup bagus. Harga beras di tingkat produsen berkisar Rp5.300 sampai Rp5.400/kg, naik dari sebelumnya hanya Rp4.700 sampai Rp4.800/kg. Kenaikkan harga beras, menyusul kebijakan pemerintah yang telah meningkatkan standar harga pembelian beras menjadi Rp5.060/kg, dan sebelumnya Rp4.600/kg. Semestinya, dengan membaiknya harga beras diharapkan petani makin bergairah meningkatkan produksi. Namun kenyataanya, justru di tengah-tengah membaiknya harga beras, sebagian petani padi di daerah-daerah pertambangan emas, khususnya di Kabupaten Banggai justru beralih bekerja sebagai buruh tambang. Menurut dia, tindakan itu sangat keliru. "Tapi itu sudah pilihan mereka," katanya.


Selain petani itu sendiri yang beralih profesi, juga banyak buruh tani di Toili yang telah mengalihkan pekerjaan mereka menjadi buruh tambang emas.
Akibatnya, petani di wilayah itu kesulitan melakukan panen tepat pada waktunya, sebab banyak buruh tani yang telah bekerja di lokasi-lokasi pertambangan emas di daerah yang terletak dibagian Timur Sulteng. Kepala Bidang Pelayanan Publik Perum Bulog Divisi Regional Sulteng Makkeng Ali secara terpisah membenarkan, petani di Toili banyak yang tidak lagi mengolah sawah mereka. Selain karena kesulitan buruh tani, juga ada sebagian petani yang sengaja tidak lagi mengelolah sawah, dan memilih menjadi pekerja tambang. Akibatnya, padi yang seharusnya sudah waktunya untuk dipanen, tidak bisa dipanen karena petani kesulitan mendapatkan buruh tani. Ia mengatakan, pengadaan beras di Kabupaten Banggai yang selama ini menjadi salah satu daerah di Sulteng sebagai pemasok beras stok nasional di provinsi ini relatif kecil. "Bayangkan saja selama Januari sampai medio November 2010 ini, realisasi pengadaan beras di daerah itu baru sekitar 200 ton," katanya. Padahal, pada musim panen tahun-tahun sebelumnya, realisasi pengadaan beras di Kabupaten Banggai rata-rata diatas 2.000 ton. Sementara total pengadaan beras di Sulteng saat ini baru mencapai 5.000 ton dari target 10.000 ton.