ARSIP BULANAN : October 2013

Prof. John L.Esposito : Politik Tidak Akan Pernah Mati

10 October 2013 12:30:40 Dibaca : 1231

Prof. John L.Esposito : Politik Tidak Akan Pernah Mati

Washington DC (voa-islam.com) Profesor John L. Esposito dari Departemen Bidang Internasional di Georgetown University, yang menulis buku : "The Future of Islam", mengklaim bahwa politik Islam tidak akan pernah mati. Sebaliknya, Esposito menegaskan bahwa terus berkembang menjadi bentuk ekspresi yang baru.

Esposito yang menaruh perhatian mendalam tentang situasi di Mesir, pasca kudeta militer yang menggulingkan presiden Mohammad Mursi awal Juli, di mana banyak pengamat berkomentar, kudeta militer menandai kematian politik Islam. Namun, Esposito mengingatkan para pengamat dari Mark Twain yang mengatakan, "Laporan kematian politik Islam dinilai sangat berlebihan", ungkapnya.

Memang, ini bukan pertama kalinya bahwa Ikhwanul Muslimin menghadapi penindasan. Meskipun, mereka selalu menghadapi makar dan musibah dalam berpolitik, tetapi mereka sepertinya selalu lahir kembali, dan menjadi lebih kuat.

Esposito menyebutkan bahwa kematian politik Islam juga dinyatakan berkali-kali sebelumnya, saat Jamaah Ikhwanul Muslimin mengalami penidasan yang sangat hebat, seperti di zaman Presiden Gamal Abdul Nasser, di tahun l954.

Tetapi, tahun 2012, Jamaah Ikhwanul Muslimin, berhasil menunjukkan kembali jati dirinya, sebagai sebuah gerakan dakwah yang tangguh, dan memiliki akar dikalangan rakyat Mesir. Di mana mendapatkan dukungan rakyat Mesir, dan kaum Muslimin.

Justeru disaat banyak pengamat mengatakan, bahwa terjadi kematian politik Islam, sebaliknya kalangan Gerakan Islam, dan kalangan Islam politik, bangkit dan memimpin di berbagai kawasan.

John Esposito melihat kembali Ikhwan di Mesir, kembalinya Ennahda dan Rasyid Ghannoushi di Tunisia, dan Partai Keadilan da Pembangunan di Maroko, Gerakan Islam di Libya, Partai Ishlah di Yaman, Partai Kesejahteraan yang Erbakan, yang dibubarkan militer, kemudian munculnya AKP di Turki yang pimpin Erdogan dan Abdullah Gul, Hamas di Palestina, dan berbagai tempat lainnya'', tegas Esposito.

Esposito lebih lanjut, mengatkan bahwa berbagai tantangan baru muncul, dan Gerakan Islam akan belajar dari kesalahan dan beradaptasi, serta akan menampilkan dirinya dalam berbagai bentuk dengan cara yang terorganisir yang lebih baik. ''Era baru mungkin akan lahir, dan bukan menampilkan gaya lama Politik Islam. Dan, tidak mungkin setiap gerakan atau kelompok atau kelompok kepentingan untuk mengabaikan Islam", tambahnya.

John Esposito mengkritik militer Mesir yang melakukan tindakan kejam terhadap Ikhwanul Muslimin dan Islam politik di negara itu. Menurut Esposito, sikap militer itu menunjukkan adanya "ambigu" (bermuka dua) dalam berdemokrasi,katanya.

''Jika pemerintah yang dipimpin militer ingin meminggirkan dan melemahkan Ikhwanul Muslimin, percayalah bahwa tindakank militer telah ditolak oleh mayoritas rakyat Mesir. Mengapa mereka tidak sekarang segera menyelenggarakan pemilu? Apa yang mereka takutkan?", tandasnya.

Esposito membandingkan situasi di Mesir dengan Aljazair sebelum perang sipil, yaitu setelah hasil pemilu yang demokratis dibatalkan, karena yang menang dan merengkuh kekuasaan adalah Partai Islam. Militer melakukan tindakan keras terhadap kelompok Islam, dan memaksa pendukungnya yang melakukan gerakan damai untuk mengangkat senjata melawan penindasan militer dalam kasus yang terjadi di Aljazair, dan tidak tertutup kemungkinan akan menyusul di Mesir, tambahnya.

Namun, Jamaah Ikhwan di Mesir menghadapi berbagai kekuatan kepentingan yang menyatu, kristen-koptik, sekuler, liberal, nasionalis, dan militer, serta kekuatan regional yang takut dengan perubahan baru di Mesir. Di mana Mesir menjadi "episentrum" (pusat pengaruh) di Timur Tengah, dan jatuh ke tangan Ikhwan.

Satu-satunya negara yang sangat takut terhadap kekuasaan Gerakan Islam di Mesir, tak lain, adalah Arab Saudi. Raja Abdullah lah yang memerintahkan Jenderal Abdul Fattah al-Sissi memberangus Jamaah Ikhwan, menggulingkan Presiden Mursi, dan membubarkan Partai Kebebasan dan Keadilan.

Arab Saudi dan Raja Abdullah tidak takut terhadap Zionis-Israel ataupun Iran, tetapi penguasa Arab Saudi, lebih takut terhadap pengaruh Jamaah Ikhwan yang telah mengguncang dunia Arab dan melahirkan revolusi, dan inilah yang membuat para raja dan pangeran Arab mimpi buruk. Jalan satu-satunya memberangus Jamaah Ikhwan, betapa harus dibayar dengan mahal. af/hh

Perempuan-Perempuan Dibalik Dinasti Kekuasaan Korup

10 October 2013 12:29:30 Dibaca : 1381

Perempuan-Perempuan Dibalik Dinasti Kekuasaan Korup

Jakarta (voa-islam.com) Barangkali tidak dapat lagi dijadikan pegangan bahwa "surga berada di telapak kaki ibu". Karena, betapa banyaknya laki-laki sekarang atau di zaman purba, tak dapat mengatakan tidak atas permintaan istri atau permaisuri.

Para lelaki, walaupun terkadang kelihatan gagah, dan kumisnya tebal, nampak begitu berwibawa, tetapi ketika harus berhadapan dengan istrinya seperti "ayam makan karet", tak dapat mengatakan tidak, dan akan mengikuti apa yang diinginkan oleh sang istri.

Banyak laki-laki yang tidak dapat mengatakan tidak kepada istrinya, dan bahkan banyak laki-laki yang menjadi pemimpin, dan hanya menjalankan agenda istrinya. Dia sendiri kehilangan inisiatif dan kebebasan, dan tidak dapat menjalankan visinya, karena sudah dikalahkan dan tunduk kepada istri.

Soekarno, ketika masih menjadi presiden, dan nampak berwibawa dan sangat karismatis, tetapi menurut berbagai cerita, Soekarno tak dapat mengatakan tidak kepada sang istri, yaitu Ratna Sari Dewi. Mungkin Soekarno, sangat mencintai kepada Dewi. Itulah saat terakhir menjelang Ratna Sari, begitu setia menemani Soekarno.

"Dewiku tercinta, Saya dalam keadaan baik dan sangat sibuk dengan konferensi bersama semua panglima militer untuk menyelesaikan konflik di kalangan militer. Jangan khawatir, sayang!, Sayang dan 1000 ciuman, Soekarno."

Untaian kata cinta itu dilayangkan oleh Soekarno kepada pujaan hatinya, Ratna Sari Dewi. Surat singkat itu dikirim melalui kurir Sang Presiden pada 2 Oktober 1965.

Situasi yang memanas di dalam tubuh militer setelah peristiwa 30 September 1965, nampaknya meluluhkan hati Soekarno yang keras. Cintanya membuat Soekarno tak melupakan Dewi, tak lupa melayangkan seribu ciuman kepada wanita Jepang itu.

Dewi menemani Soekarno saat terakhir menjelang ajalnya tiba. Ini menggambarkan betapa jalinan cinta antara Presiden Soekarno dengan seorang penari Jepang, yang kemudian menjadi isterinya. Pernikahan Soekarno dengan Dewi itu, melahirkan anak perempupan yang diberi nama Kartika.

Seseorang bisa menyimpang, bukan hanya korupsi semata, termasuk berbagai tindakan yang sangat melanggar nilai-nilai agama, tak dapat pula dilepaskan dari peranan ibu-ibu atau perempuan.

Begitu pula dengan "The Smiling General" Soeharto, ada perempuan yang menjadi penentu yaitu Ibu Tien. Menurut berbagai sumber yang pernah dekat dengan Soeharto, betapa Ibu Tien, sangat berpengaruh terhadap Soeharto. Sampai-sampai ada yang berkomentar, sejatinya yang berkuasa itu, adalah Ibu Tien. Bukan Soeharto.

Ibu Tien yang sudah mendampingi selama Soeharto tiga puluh tahun, memililki pengaruh yang sangat kuat, dan Ibu Tien tidak suka kalau ada pembantu presiden yang suka berpoligami, atau selingkuh. Maka, ketika mendengar ada yang poligami atau selingkuh dari orang dekatnya Soeharto, langsung di buang.

Ibu Tien Soeharto yang begitu berpengaruh terhadap Presiden Soeharto itu, karena memang Ibu Tien masih "trah" keturunan kraton Solo. Berdarah biru. Sedangkan Soeharto anak petani. Jadi secara "trah" Soeharto itu, dibawah Ibu Tien. Karena itu, Ibu Tien yang begitu kuasanya, karena memiliki "trah" kraton Solo, ikut menentukan jalannya pemerintahan.

Ibu Tien dikenal dengan sebutan "Madame Ten Percent" (Nyonya 10 persen), karena Ibu Tien konon suka meminta bayaran 10 persen dari para pengusaha yang mendapatkan proyek atau bisnis dari pemerintah. Itulah peran yang sangat penting yang perlu diingat oleh rakyat Indonesia.

Apakah Ibu Ani Yudhoyono juga memiliki pengaruh terhadap Presiden SBY. Ini mesti dilihat dengan lebih teliti. Berbagai rumor sudah sangat luas, tentang pengaruh dalam berbagai keputusan yang diambil SBY. Ini tidak tertutup kemungkinan seperti itu. Karena, betapapun ibu-ibu dikalangan elite, sangat besar pengaruhnya terhadap suaminya. Para ibu itu sangat menentukan jalannya kehidupan sumainya.

Christiani yang dikenal dengan Ani yang merupakan anak Jenderal Sarwo Edhie Wibowo, tokoh legendaris di awal Orde Baru, dan pernah menjadi komandan jenderal Akademi militer di Magelang itu, tentu dimata SBY tokoh militer yang sangat disegani. Sarwo Edhie Wibowo, memiliki pengaruh luas dikalangan militer di awal Orde Baru, karena di saat itu, dia menjad komandan Pasukan Sandhi Yudha, yang sekarang dikenal dengan Kopassus.

Sedangkan SBY hanyalah anak seorang Letnan Soekotjo, yang menjadi komandan Koramil di Pacitan, dan kemudian menikahi Ani Yudhoyono, anak seorang jenderal legendaris. Maka, tak aneh kalau Ani Yudhoyono memiliki pengaruh terhadap suaminya, SBY.

Di sisi lain, trah dari Bung Karno, Mega menilai kasus korupsi yang menyeret pejabat publik disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya faktor dari tekanan pihak keluarga sendiri.

"Ada juga masalah MK, masya Allah ada-ada saja republik ini. Karena salah satu terjadi korupsi itu memang karena desakan ibu-ibu," ujar Mega dalam diskusi bertema 'Perempuan dan peradaban Indonesia' di kantor DPP PDIP, Jalan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (9/10/2013).

Mega mencontohkan dalam sebuah acara resmi dihadiri oleh Presiden yang waktu itu dijabatnya, banyak kalangan istri-istri pejabat atau PNS eselon yang berlomba-lomba untuk berpenampilan menarik dan mewah demi menghadiri sebuah acara.

"Karena persaingan. Saya pernah jadi presiden jadi saya lihat persaingan di PNS. Mereka itu bilang nanti kami pake baju apa kalau ada presiden, saya pikir apa urusannya," ujarnya.

Betapa ibu-ibu yang sekarang ini menjadi bagian terpenting bagi kehidupan bangsa, sangat mempunyai arti penting. Terutama, bagi mereka yang memiliki kesempatan jabatan,dan kekuasaan, bersama dengan suami mereka, dan tidak dapat mempengaruh dan mengajak suaminya kearah kehidupan yang baik, maka dampaknya sudah dapat diprediksi.

Apalagi, ibu-ibu sekarang orientasi hidup mereka sangat materialistis, dan terus berambisi dengan kemewahan dan glamour, tidak tertutup kemungkinan merekalahl yang menjadi faktor pendorong suaminya menjadi korup dan zalim, dan berbuat kejahatan yang tidak perbayangkan sebelumnya.

Tentu, kembali kepada hati nurani masing-masing, dan apakah Mega, ketika menjabat menjadi presiden benar-benar "clean", dan tidak setitik pun terkontaminasi dengan korupsi? Mengapa Mega memberikan pengampunan kepada konglomerat hitam yang sudah menghabiskan uang negara triliunan? hh.

Dari Dinasti Soekarno, Soeharto,Gus Dur, Sampai Chasan Sochib

10 October 2013 12:28:06 Dibaca : 1667

Dari Dinasti Soekarno, Soeharto,Gus Dur, Sampai Chasan Sochib

Jakarta (voa-islam.com) Memang Indonesia sudah merdeka, dan berbentuk Republik, bukan Kerajaan. Namun, gejala yang ada menunjukkan di Indonesia kehidupan politik, mirip kerajaan. Kekuasaan jatuh turun-temurun. Bukan berdasarkan kriteria modern yang menngandalkan sistem meritrokrasi.

Coba. Dari Soekarno, pemimpin yang dikenal flamboyan, karismatis, dan memiliki kemampuan retorika, melahirkan generasi Megawati. Megawati yang selalu dielu-elukan sebagai "trah" Soekarno itu, terus dielu-elukan, ketika itu, sampai ada yang memiliki sikap berlebihan, mengatakan, bahwa Mega itu, "Ratu Adil".

Rakyat dibikin terikat secara emosional dengan Mega yang menjadi "trah" keturunan Soekarno itu. Sekalipun, sering terjadi Mega itu anak "ideologis" atau anak "biologis". Maksudnya, kalau Mega itu anak "ideologis" Soekarno, pasti akan mewarisi sikap "Bapaknya" Soekarno, yang menganut garis polsitik yang sangat anti Nekolim (Neo-Kolonialisme dan Imperialisme).

Tetapi, apakah Mega selama berkuasa dan menjadi presiden menunjukkan Mega itu anak "ideologis" Soekarno, dan bersikap tegas terhadap Nekolim? Ini menjadi pertanyaan secara elementer bagi rakyat Indonesia yang selama ini dicekoki tentang demagogi, bahwa Mega itu "Ratu Adil", yang akan mengangkat rakyat yang sudah dikuyo-kuyo Soeharto. Atau Mega itu sejatinya hanya menjadi "pak turut" dari kekuatan Nekolim?

Mega yang menjadi dinasti Soekarno ini masih dalam posisi Capres (calon presiden) dari PDIP di tahun 2014. Jika Mega maju dan menjadi presiden, maka ini merupakan prestasi yang bersejararh dalam dinasti Soekarno.

Mega yang sudah mulai sepuh itu, dan nampak letih sejak meninggalnya Taufik Kemas, sekarang mulai berpikir ulang tentang masa depan dirinya. Apakah Mega masih akan terus lanjut maju sebagai Capres di 2014? Mengingat Mega yang sudah semakin "sepuh", atau mungkin Mega akan menyerahkan kepada "trah" Soekarno berikutnya, yaitu Puan Maharani. Puan Maharani adalah anak Mega dari hasil perkawinannya dengan Taufik, dan sekarang sudah menjadi salah satu Ketua PDIP.

Sesudah Soekarno dilengserkan oleh Soeharto, dan di dahului dengan "goro-goro" peristiwa G.30.S PKI, maka Soeharto yang waktu menjadi Panglima Kostrad, naik menjadi presiden. Soeharto memutar jarum, di bawah Soekarno, Indonesia berkiblat ke Moskow dan Peking, kemudian saat Soeharto berkuasas, kiblat Indonesia ke Washington.

Soeharto juga menciptakan dinasti baru, anak-anaknya, seperti Sigit, Tutut, Bambang, Tomi dan Mamik, semuanya menikmati berkah dari kekuasaan Soeharto.

Mereka mendapatkan rente dari kekuasaan Soeharto, dan mendadak menjadi pengusaha kaya-raya bersama 200 konglomerat Cina yang sering di bawa Soeharto ke peternakan sapi di Tapos, Bogor. Dan, perputaran ekonomi Indonesia hanya berputar diantara keluarga Cendana dan 200 konglomerat Cina.

Tetapi, dari dinasti Soeharto itu, hanya Tutut sangat menonjol, dan ikutan dalam politik. Tutut pernah diangkat menjadi menteri menjelang keruntuhan Soeharto, dan mendirikan partai politik, bersama dengan Jenderal Hartono. Tetapi, partai yang didirikan oleh Tutut dan Hartono, tak laku, dan akhirnya tak pernah ada lagi.

Betapa Soeharto ingin membangun dinasti, sampai tujuh turunan, dan ingin mewariskan kekuasaan kepada anak-keturunannya, tetapi begitu Soeharto runtuh, semua bangunan dinasti yang dibangunnya itu ikut runtuh, seperti tumpukkan pasir.

Soeharto runtuh, karena sudah terlalu lama berkuasa, dan sudah tidak lagi memiliki kepekaan terhadap nasib rakyat. Di era Soeharto itu, istilah atau konotasi yang paling terkenal, yaitu KKN (Kolusi, Korupsi dan Nepotisme), dan diabadikan KKN itu dalam Tap MPR.

Soeharto lengser lahir tokoh baru, yaitu Abdurrahman Wahid. Tokoh NU ini membuat negara menjadi "acak adul", mengatur negara, mirip mengatur sebuah warung makan di Jombang. Menteri gonta-ganti. Membuat pernyataan penuh dengna konntroversi. Berpikir sangat "kiri" dan "humanis". Fakta itu terefleksi dengan orang-orang pilihan Gus Dur yang duduk di kabinet.

Gus Dur anti militer atau tentara, dan banyak jenderal yang sakit hati dengan Gus Dur. Karena itu, ketika Gus membuat dekrit ingin membubarkan partai-partai politik, dan DPR, termasuk Golkar, justeru tentara tidak mendukung. Akhirnya Gus Dur tepelanting dari kekuasaannya.

Dari "trah" Gus Dur itu, ada yang memiliki perhatian dibidang politik, yaitu Yeny Wahid. Sekarang memimpin Wahid Institute. Yeni gemar mengumbar isu-isu kontroverssi bagi umat Islam persis seperti bapaknya. Namun, Yeny dijungkirkan oleh saudaranya sendiri, yaitu Muhaimin Iskandar, saat memperebutkan PKB. Sehingga, Yeny kehilangan pengaruh politik, dan tidak lagi dapat mengandalkan dukungan NU, meskipun banyak kalangan ulama yang cinta terhadap Gus Dur.

Tentu yang paling menari dinasti Chasan Shohib yang terekanal sebagai "jawara" Banten. Bagaimana Chasan Shohib ini bisa membangun dinasti di Banten dengan sangat efektif. Karena, memang Chasan Shohib yang didukung Golkar itu, sangat disegani rakyat Banten, karena jawaranya itu.

Anak keturunan Chasan Shohib, sekarang menguasai Banten, mulai dari anaknya Ratu Atut yang menjadi Banten dua periode, dan belum lagi isteri-isterinya yang menjadi pejabat. Anaknya, cucunya, semuanya menikmati berkah dari kekuasaan. Chasan Shohib tergolong berhasil membangun dinasti kerajaan di Banten.

Di balik semua itu, ada yang paling mencenganghkan, yaitu anak Chasan Shohib, yaitu Tubagus Chaery Wardana, yang menjadi adik Atut, dan suami Airin, Bupati Tangerang Selatan ini, memiliki kekayaan Rp 103 miliar, dan Wawan memiliki mobil lamborghini, harganya Rp 9 miliar. Dinasti Chasan Shohib ini memang berkuas adi Banten.

Tetapi, semua dinasti Chasan Shohib akan berakhir bersamaan dengan tertangkapnya Ketua MK Akil Mochtar yang menerima sogokan dari Wawan terkait dengan pilkada bupati Lebak.

Wawan yang menjadi suami Airin, sekarang meringkuk di bui, dan mungkin akan menyusul Atut? Dinasti-dinasti itu semua tamat, karena mereka terlalu tamak terhadap harta, dan dengan jalan yang tidak halal. mi/hh

Amerika Serikat Mempersiapkan Perang Total Melawan Dunia Islam

Seperti dilansir oleh BBC, Jum'at lalu, akhirnya tokoh-tokoh militer Amerika Serikat membuka kedoknya sendiri. Di Akademi militer Sekolah Staf Gabungan Angkatan Bersenjata di Norfolk, Virginia, mereka sedang mempersiapkan pemimpin masa depan. Jenis pemimpin masa depan Amerika Serikat itu, yang akan melakukan perang total melawan 1,4 miliar Muslim diseluruh dunia.

Para pemimpin militer Amerika Serikat itu, tidak ada lagi terminologi dalam benak mereka yang disebut Islam moderat. Semua penganut Islam, dipandang oleh mereka sebagai ancaman bagi Amerika Serikat. Inilah pandangan para pemimpin militer dan politik di masa depan Amerika Serikat, yang sekarang ini dipersiapkan di Akademi Militer - Sekolah Staf Gabungan Angkatan Bersenjata di Norfolk, Virginia.

Ancaman masa depan bagi keamanan Amerika Serikat, bukan lagi kelompok-kelompok bersenjata, teroris, jihadis, dan kaum ekstrimis. Tetapi semua penganut atau pemeluk Islam dipandang sebagai ancaman, yang sangat membahayakan keamanan Amerika Serikat. Menghadapi ancaman ini, para pemimpin masa depan Amerika Serikat itu, bahkan dibolehkan meninggalkan konvensi Jenewa, di mana dibolehkan menyerang sasaran sipil. Tidak lagi dipedulikan.

Letnan Kolonel Mattew Dooley, salah satu tokoh militer, yang mengajar di Sekolah Staf Gabungan Angkatan Bersenjata di Norfolk itu, menggambarkan perang total, bahkan para pemimpin baru Amerika yang sedang dididik di Norfolk itu, disuguhi sebuah opsi menggunakan bom atom, yang akan digunakan memusnahkan kota-kota di negeri-negeri Muslim di seluruh dunia.

Mattew Dooley, tak kurang-kurang, begitu sangat luar biasa ketakutannya terhadap dunia Muslim, serta harus memusnahkan kota Maakkah dan Madinah, yang dipandang sebagai ‘episentrum’ (pusat) ancaman terhadap Amerika Serikat.

Makkah dan Madinah yang setiap tahun dikunjungi jutaan orang berkumpul, dan melaksanakan ibadah haji itu, harus direduksi (dihancurkan), agar tidak lagi menjadi tempat berkumpulnya Muslimin di seluruh dunia. Bahkan, Amerika Serikat akan menggunakan bom atom, seperti ketika Amerika Serikat menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki dalam Perang Dunia II.

Betapapun, Saudi Arabia, pemerintahannya sudah tunduk dibawah pengaruh Amerika Serikat, tetapi para pemimpin militer Amerika Serikat, masih menempatkan posisi Arab Saudi, tetap menjadi sumber ancaman keamanan nasional Amerika. Arab Saudi yang disebut sebagai sumber lahirnya faham ‘Wahabi’ itu, dalam persepsi para pemimpin Amerika adalah ancaman yang sangat menakutkan.

Tidak ada pilihan lain, dibenak para pemimpin Amerika Serikat, yang sekarang sedang dipersiapkan di Sekolah Gabungan Angkatan Bersenjata Amerika itu, kecuali menghancurkan secara total. Menghancurkan dengan menggunakan kekuatan nuklir. Inilah sebuah skenario masa depan yang sedang dipersiapkan terhadap dunia Islam oleh Amerika Serikat.

Para pemimpin masa depan Amerika Serikat itu, hanya melihat satu pilihan, yaitu menggunakan kekuatan militer, menghadapi kekuatan 1,4 miliar Muslim, yang menyebar di seluruh dunia. Amerika Serikat akan menggunakan kekuatan militer yang dimilikinya, mereduksi atau mengeliminasi (menghapus) ancaman secara total dari Muslim di seluruh dunia, yang dipandang sebagai ancaman masa depan Amerika Serikat.

Pandangan ini sudah lama, dan dimulai ketika Presiden George Bush, mendeklarasikan perang ‘war on terror’, usai peristiwa 11 September 2001, yang dimaksudkan permakluman perang terhadap dunia Islam. Kemudian, Amerika Serikat melakukan invasi (pendudukan) militer ke Afghanistan dan Irak. Perang dengan segala implikasinya yang melibatkan sekutu-kutunya.

Para pemimpin Amerika Serikat, banyak dipengaruhi kelompok ‘Neo-kon’ (Neo-konservatif), gabungan antara kelompok ‘hawk’ (elang), yang merupakan kumpulan tokoh garis keras dari Yahudi dan Kristen, yang telah mengumandangkan perang dingin sejak zamannya Soviet. Mereka inilah yang mendorong Bush melakukan invasi militer ke Afghanistan dan Irak.

Usai perang dingin menghadapi Soviet, mereka sekarang mengarahkan ancaman itu kepada dunia Islam. Islam dipandang sebagai ancaman baru bagi Amerika Serikat. Eskalasi perang terus berlangsung di seluruh dunia Islam. Di Asia, Timur Tengah, dan Afrika, yang melibatkan operasi milirter besar-besaran Amerika, hingga hari ini. Inilah warisan kelompok 'Neo-kon' yang terus berlangsung, dan terus mengemundangkan perang terhadap dunia Islam.

Generasi baru yang merupakan pembawa misi kelompok ‘Neo-kon’ itu, terus melanjutkan misi mereka. Mereka melakukan regenerasi, terutama ditubuh militer Amerika Serikat. Tokoh-tokoh baru dikalangan militer Amerika Serikat ini,diharapkan akan mewarisi kepemimpin masa depan Amerika Serikat, yang akan menghadapi ancaman masa depan, khususnya dari dunia Islam.

Letnan kolonel Mettaw Dooley telah mempersiapkan kepemimpinan baru di lingkungan militer Amerika Serikat yang akan membawa misi penyelamatan bagi masa depan Amerika Serikat dengan mengobarkan perang total melawan 1,4 miliar Muslim di seluruh dunia.

Nampaknya, para pemimpin militer Amerika Serikat tidak memiliki pilihan, kecuali harus melakukan perang total terhadap dunia Islam. Dalam persepsi para pemimpin Amerika Serikat, Islam dan Muslim tetap menjadi ancaman keamanan mereka. Mereka tidak ada lagi terminologi Islam moderat atau fundemantalis, semua Muslim dipandang sebagai ancaman.

Sikap dan persepsi para pemimpin baru Amerika Serikat ini, justru akan menciptakan situasi ketidakstabilan terhadap keamanan dunia. Amerika Serikat menciptakan perang dingin baru, persis seperti ketika Amerika Serikat menghadapi Soviet, yang dipandang menjadi ancaman keamanan global bagi Amerika Serikat.

Bersiap-siaplah kaum wahai Muslimin menghadapi ancaman baru para pemimpin militer Amerika Serikat, yang membuat skanerio perang global itu.

Inilah kesempatan meraih pahala sebesar-besarnya dari Allah Azza Wa Jalla, yaitu kemuliaan disisi-Nya, dan surga-Nya. Tak ada jalan lain, menghadapi ancaman Amerika Serikat itu, kecuali dihadapi dengan memohon pertolongan dari Allah Rabbul Alamin. Wallahu’alam

Tak pernah terlintas di benak Raphael NarBaez, pria berkebangsaan Amerika Serikat untuk mempelajari dan bahkan memeluk Islam. Betapa tidak. Dalam dirinya telah tertanam sebuah keyakinan bahwa semua agama, selain yang diyakininya, adalah buruk.

Hingga suatu hari, ia tak lagi meyakini kebenaran agama yang dipeluknya. Narbaez pun memutuskan untuk meninggalkan agamanya. Ia lalu mempelajarinya ulang, dan bahkan sempat tak memeluk agama apapun, setelah itu.

Ia merasa beruntung memiliki satu keyakinan yang tersisa di hatinya. ‘’Aku yakin Tuhan itu ada,’’ ujarnya. Keyakinan itu membawanya pada agama yang Islam, agama yang diyakininya paling benar.

"Aku yakin, Allah telah merencanakan semua ini bahkan sebelum aku dilahirkan,’’ ungkapnya.

***

Raphael Narbaez adalah pria kelahiran Texas, California, yang segera dibaptis sebagai seorang Katolik, tak lama setelah terlahir ke muka bumi. Maklum saja, ia berasal dari keluarga Katolik yang taat.

Narbaez tumbuh di Lubbock, wilayah Texas yang memiliki banyak gereja dan dihuni komunitas kuat Kristen. Lingkungan tersebut membawanya menjadi seorang ‘saksi Yehuwa’ (Tuhan orang Yahudi).

'Saksi Yehuwa' adalah sebuah denominasi umat Kristen pemulih kepercayaan milenialisme, di luar ajaran utama Kristen dan tidak meyakini adanyaa trinitas.

Suatu hari, kata Narbaez, pintu rumahnya diketuk oleh beberapa orang. Mereka mengadakan pengajian Bibel di rumah. Setelah pengajian itu, ia dan keluarganya juga mendatangi gereja para 'saksi Yehuwa’. Mereka menghadiri sejumlah pertemuan dan bergabung dengan jamaah kebaktian mereka. Mereka pun menjadi bagian dari para saksi Yehuwa.

Narbaez pun dengan penuh semangat mengkaji Bible. Semakin dalam mengkaji dan mendalami Bibel, ia dihadapkan pada sebuah ironi mengenai kitab sucinya itu.

"Siapapun yang familiar dengan naskah tersebut tahu persis bahwa Bibel telah banyak tercemar di sepanjang sejarah. Namun di sisi lain, aku selalu merasa bahwa Bibel yang asli benar-benar berasal dari Tuhan," katanya. Umat Kristen lainnya pun, kata dia, memuaskan diri dengan pemikiran yang sama, bahwa Bibel yang asli hebat dan logis.

Narbaez mulai belajar lebih banyak dan mendalam Bibel, hingga ia dibaptis sebagai saksi Yehuwa saat memasuki usia 13 tahun. Semenjak itu, ia seperti mendapat suntikan semangat untuk berbuat lebih banyak 'pekerjaan Tuhan.'

"Sesuatu yang tidak biasa terjadi. Aku diakui dan diberkati untuk menjadi pembicara dalam acara-acara kebaktian. Dan aku mulai berbicara di depan jamaat berjumlah besar," paparnya.

Bahkan, ia baru berusia 20 tahun saat memiliki jamaat kebaktian sendiri, dan ia semakin mendalami ajaran tentang 'saksi-saksi Yehuwa. Lalu, setelah melewati banyak kebaktian, doa, dan duka, Narbaez meninggalkan agamanya dan tidak mencoba untuk kembali.

Yang terjadi kemudian, katanya, ia tak dapat berpindah ke agama baru apapun. "Sebagai 'saksi Yehuwa,' aku diajari bahwa semua agama tidak baik, bahwa hanya para 'saksi Yehuwa' yang mampu membawaku pada penerimaan terhadap Tuhan," katanya.

Dengan penuh kesadaran, Narbaez tak lagi mempercayai semua ajaran 'Saksi-saksi Yehuwa,' juga ajaran agama lainnya. Jadilah ia seseorang tanpa agama.

"Untungnya, aku bukan seorang tanpa Tuhan. Aku masih mempercayai adanya Tuhan yang menciptakan seisi semesta," katanya.

Ia lalu memutuskan untuk kembali ke gereja, tempat di mana ajarannya berasal. "Aku dilahirkan sebagai seorang Katolik dan menjadi seorang 'saksi Yehuwa' sepanjang hidupku, aku kembali ke sana untuk menemukan sesuatu yang mungkin saja telah kulewatkan," katanya.

Tiga bulan lamanya Narbaez menghanyutkan diri dalam doa-doa, kebaktian dan juga misa. Namun, semua itu tidak mengubah keadaan yang dialaminya. "Sama sekali tidak menarik pikiranku, tidak juga hatiku," ujarnya.

Hingga pada satu hari, ia berkesempatan bertemu dengan seorang Muslimah yang selalu tampak gembira dan ramah. "Aku memperhatikannya dan tertarik dengan kepribadiannya. Ia memberitahuku banyak hal tentang Islam."

Setelah itu, tak sedikitpun terbersit niat dalam benaknya untuk memeluk Islam. "Aku hanya berpikir tentang sebuah keinginan menjadi umat Kristen yang baik, dan aku yakin dengan cara Tuhan menjadikanku seorang Kristen taat."

Narbaez pun kembali mendalami Bibel. Ia melakukannya berjam-jam, terutama saat malam. Ia membaca seluruh isi kitab Perjanjian Baru, dan melahap Perjanjian Lama; Genesis (Permulaan), Deutoronomy (Ulangan), Exodus (Kepergian).

Lalu ketika ia mencapai bagian tentang Prophets (Nabi-nabi), Narbaez tiba-tiba ingin mengistirahatkan matanya sambil berpikir tentang pertemuannya dengan Muslimah yang memberitahunya tentang Islam, tentang menjadi seorang Muslim, tentang Alquran, dan tentang Allah SWT.

"Lalu aku berkata, 'Baiklah, aku adalah orang dengan pikiran terbuka sekarang. Aku akan mencari tahu tentang itu, bukan sebagai seorang saksi Yehuwa'," tuturnya.
Mula-mula ia berpikir tentang jumlah Muslim dunia yang mencapai 1,2 miliar. Lalu Narbaez berpikir bahwa ternyata setan tak terlalu hebat untuk bisa memperdaya 1,2 miliar umat Islam, dan ia pun mulai membaca Alquran untuk mencari jawabannya.

Raphael menuntaskan bacaannya, dan mulai menemukan jawaban lebih dari yang diharapkannya. "Segala sesuatunya menjadi jelas. Bahkan, aku bisa memahami Bibel-ku setelah membaca Alquran," tegasnya. Dan Narbaez menyimpulkannya sebagai cara Tuhan menjadikannya seorang umat Kristen yang baik.
"Tuhan mengajariku lewat Alquran."

***

Raphael terus membaca Alquran. Menurutnya, isinya lebih mudah dan lebih ringkas daripada kitab yang sering dibacanya. "Aku mulai meninggalkan Bibel yang pernah kuyakini sebagai perkataan Tuhan."

Bersamaan dengan itu, Narbaez memiliki keinginan untuk menemui orang-orang Islam pemilik kitab suci tersebut. Ia memilih masjid sebagai tempat yang tepat untuk bertemu mereka, untuk memeriksa kebenaran informasi yang pernah dikatakan oleh wanita Muslim yang pernah ditemuinya.

Dengan menggunakan mobil, Narbaez mendatangi sebuah masjid di California bagian selatan. "Perutku menegang, rasanya seperti ketika kita diharuskan melakukan sesuatu sedangkan kita tidak menginginkannya," katanya.

Sambil berputar beberapa kali melewati masjid, ia kemudian mencari-cari alasan untuk membatalkan niatnya memasuki masjid tersebut. Ia mendapatkan sebuah alasan. Area parkir masjid tersebut penuh.

‘’Aku akan berputar sekali lagi. Jika tidak ada mobil yang keluar dari halaman masjid, aku akan pulang."

"Allah Maha Berkehendak," ujarnya.

Ia menceritakan, saat melintas di depan masjid untuk terakhir kalinya, sebuah mobil keluar. Ial menjadi jauh lebih cemas dari sebelumnya. Namun ia menepati janjinya.

Narbaez menghampiri sekelompok orang yang berbaur di dalam masjid usai shalat berjamaah, saat beberapa di antara mereka menyambutnya sambil mengucap salam. Seseorang yang menyadari bahwa Narbaez adalah orang baru di sana, menggandengnya, mengajaknya berkeliling masjid, dan mengajarinya berwudhu.

Ia terkesima sekaligus takjub. "Aku suka cara mereka (Muslim) menyucikan diri, dan semua amalan yang mereka lakukan," ujarnya. Ia kagum dengan gerakan ruku dan sujud, yang dimaknainya sebagai ekspresi makhluk yang tidak berdaya di hadapan Tuhan.

Dalam hatinya muncul keinginan yang kuat untuk berdoa dengan cara yang dilakukan Muslim. "Saya merasa seperti pulang kembali ke rumah setelah lama bepergian." Raphael mantap berislam tak lama setelah itu.

Kemantapan hatinya itu, kata Raphael, bermuara pada Alquran dan hadis. "Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat," ujar Raphael mengutip surah favoritnya, an-Nasr.