makalah bahasa indonesia proses berbicara

03 November 2014 11:55:17 Dibaca : 6836

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia terdiri dari berbagai suku yang tinggal dibeberapa pulau. Negara Indonesia memiliki bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sangat penting kedudukannya dalam kehidupan masyarakat.

Sebagai bahasa negara,bahasa Indonesia mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai bahasa resmi negara, bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, alat perhubungan pada tingkat nasional bagi kepentingan menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan, dan alat pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, seni, serta teknologi modern. Fungsi-fungsi ini tentu saja harus dijalankan secara tepat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Penggunaan bahasa Indonesia dewasa ini telah mengalami penurunan, dalam arti masyarakat sekarang ini lebih sering menggunakan bahasa asing atau bahasa popular dalam kehidupannya, tidak hanya di kehidupan masyarakat, dalam dunia pendidikan pun bahasa Indonesia sudah yang baik dan benar sudah sedikit mengalami penurunan.

Dari paparan di atas, tentu sangat jelas diperlukan pembudidayaan bahasa Indonesia dalam pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu alternatif terbaik untuk membudidayakan bahasa Indonesia agar menjadi bahasa yang benar-benar di -gunakan sesuai peraturan dan sesuai fungsinya.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Proses Berbicara itu terjadi?Strategi apa yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan berfikir?

1.3 Tujuan Penulisan

Memahami bagaimana proses berbicara terjadiMengetahui Strategi yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan berfikir.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Proses Berbicara

Pengertian berbicara

Berbicara merupakan proses berbahasa lisan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan, merefleksikan pengalaman, dan berbagi informasi (Ellis, 1989). Ide merupakan esensi dari apa yang kita bicarakan dan kata-kata merupakan untuk mengeksresikannya. Berbicara merupakan proses yang kompleks karena melibatkan berpikir, bahasa, dan keterampilan sosial.

Oleh karena itu, kemampuan berbahasa lisan merupakan dasar utama dari pengajaran bahasa karena kemampuan berbahasa lisan (1) merupakan mode ekpresi yang sering digunakan, (2) merupakan bentuk kemampuan pertama yang biasanya dipelajari anak-anak, (3) merupakan tipe kemampuan berbahasa yang paling umum dipakai. Dari 2796 bahasa di dunia, semuanya memiliki bentuk bahasa lisan, tetapi hanya 153 saja yang mengembangkan bahasa tulisnya (Stewig, 1983).

Anak-anak memasuki awal sekolah sudah mampu berbicara untuk mengekspresikan kebutuhannya, bertanya, dan untuk belajar tentang dunia yang akan mereka kembangkan. Namun demikian, mereka belum mampu untuk memahami dan memproduksi kalimat-kalimat kompleks dan belum memahami variasi penggunaan bahasa yang didasarkan pada situasi yang berbeda. Hal ini menjadi tangung jawab guru untuk membangun pondasi kemampuan berbahasa, terutama kemampuan berbahasa lisan dalam kaitannya dengan situasi komunikasi yang berbeda-beda.

Para pakar mendefinisikan kemampuan berbicara secara berbeda-beda. Tarigan(1985) menyebutkan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata yang mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Batasan ini diperluas sehingga berbicara merupakan sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audioble) yang terlihat (visible).

Dalam kegiatan menyimak, aktivitas kita diawali dengan mendengar dan diakhiri dengan memahami atau menanggapi. Kegiatan berbicara tidak demikian, kegiatan berbicara diawali dari suatu pesan yang harus dimiliki pembicara yang akan disampaikan kepada penerima pesan agar penerima pesan dapat menerima atau memahami isi pesan tersebut. Penyampaian isi pikiran dan perasaan, penyampaian informasi, gagasan, serta pendapat yang selanjutnya disebut pesan (message) ini diharapkan sampai ke tujuan secara tepat.

Dalam menyampaikan pesan, seseorang menggunakan bahasa, dalam hal ini ragam bahasa lisan. Seseorang yang menyampaikan pesan tersebut mengharapkan agar penerima pesan dapat mengerti atau memahaminya. Apabila isi pesan itu dapat diketahui oleh penerima pesan, maka akan terjadi komunikasi antara pemberi pesan dan penerima pesan. Komunikasi tersebut pada akhirnya akan menimbulkan pengertian atau pemahaman terhadap isi pesan bagi penerimanya.

Pemberi pesan sebenarnya dapat juga disebut pembicara dan penerima pesan disebut juga sebagai pendengar atau penyimak atau disebut juga dengan istilah lain kamunikan dan komunikator. Peristiwa proses penyampaian pesan secara lisan seperti itu disebut berbicara dan peristiwa atau proses penerima pesan yang disampaikan secara lisan itu disebut menyimak. Dengan demikian, berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan, sedangkan menyimak adalah keterampilan menerima pesan yang disampaikan secara lisan.

Hakikat Berbicara

Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Depdikbud, 1984/1985:7). Pengertiannya secara khusus banyak dikemukakan oleh para pakar. Tarigan (1983:15), misalnya mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.

Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi sebab di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Proses komunikasi itu dapat digambarkan dalam bentuk diagram berikut ini (Rofiuddin, 1997).

Dalam proses komunikasi terjadi pemindahan pesan dari komunikator (pembicara) kepada komunikan (pendengar). Komunikator adalah seseorang yang memiliki pesan. Pesan yang akan disampaikan kepada komunikan lebih dahulu diubah ke dalam simbol yang dipahami oleh kedua belah pihak. Simbol tersebut memerlukan saluran agar dapat dipindahkan kepada komunikan. Bahasa lisan adalah alat komunikasi berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.Saluran untuk memindahkannya adalah udara. Selanjutnya, simbol yang disalurkan lewat udara diterima oleh komunikan. Karena simbol yang disampaikan itu dipahami oleh komunikan, ia dapat mengerti pesan yang disampaikan oleh komunikator.

Tahap selanjutnya, komunikan memberikan umpan balik kepada komunikator. Umpan balik adalah reaksi yang timbul setelah komunikan memahami pesan. Reaksi dapat berupa jawaban atau tindakan. Dengan demikian, komunikasi yang berhasil ditandai oleh adanya interaksi antara komunikator dengan komunikan.

Berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik dan linguistik. Pada saat berbicara seseorang memanfaatkan faktor fisik, yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa. Bahkan organ tubuh yang lain seperti kepala, tangan, dan roman muka pun dimanfaatkan dalam berbicara. Stabilitas emosi, misalnya tidak saja berpengaruh terhadap kualitas suara yang dihasilkan oleh alat ucap tetapi juga berpengaruh terhadap keruntutan bahan pembicaraan.

Berbicara juga tidak terlepas dari faktor neurologis, yaitu jaringan saraf yang menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga, dan organ tubuh lain yang ikut dalam aktivitas berbicara. Demikian pula faktor semantik yang berhubungan dengan makna, dan faktor linguistik yang berkaitan dengan struktur bahasa selalu berperan dalam kegiatan berbicara. Bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan kata-kata harus disusun menurut aturan tertentu agar bermakna.

Berbicara merupakan tuntunan kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial sehingga dapat berkomunikasi dengan sesamanya.Stewart dan Kenner Zimmer(Depdikbud, 1984/85:8) memandang kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan dalam setiap individu, baik aktivitas individu maupun kelompok. Kemampuan berbicara sangat dibutuhkan dalam berbagai kehidupan keseharian kita. Oleh karena itu, kemampuan ini perlu dilatihkan secara rekursif sejak jenjang pendidikan sekolah dasar.

Kegiatan berbicara di lakukan untuk mengadakan hubungan sosial dan untuk melaksanakan suatu layanan. Yang termasuk golongan yang pertama misalnya, percakapan dalam suatu pesta, di cafetaria, pada saat antri dibank, dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk kelompok yang kedua misalnya, mengikuti wawancara untuk memperoleh pekerjaan, memesan makanan di rumah makan, membeli perangko, mendaftarkan sekolah, dan sebagainya.

Ellis (lewat Numan, 1991:46) mengemukakan adanya tiga cara untuk mengembangkan secara vertical dalam meningkatkan kemampuan berbicara:

Menirukan pembicaraan orang lain (khususnya guru)Mengembangkan bentuk-bentuk ujaran yang telah dikuasai, danMendekatkan atau menjajarkan dua bentuk ujaran, yaitu bentuk ujaran sendiri yang belum benar dan ujaran orang dewasa (terutama guru) yang sudah benar.

Kesulitan dalam berbicara, seperti halnya dalam menyimak, disebabkan oleh berbagai factor, salah satu factor yang menimbulkan kesulitan dalam berbicara adalah yang datang dari teman bicara. Seperti kita ketahui, dalam setiap kegiatan berbicara teman bicara menapsirkan makna pembicaraan agar komunikasi dapat berlangsung terus sampai tujuan pembicaraan tercapai. Apabila teman bicara tidak dapat menangkap makna pembicaraan maka komunikasi terputus terputus dengan kata lain tujuan komunikasi tidak tercapai.

Berikut ini proses pembelajaran berbicara dengan berbagai jenis kegiatan, yaitu percakapan berbicara estetik, berbicara untuk menyampaikan informasi atau untuk mempengaruhi, dan kegiatan dramatik (Tompkins dan Hoskisson, 1995:124-147).

1. Percakapan

Murid-murid mempelajari strategi dan keterampilan untuk melakukan sosialisasi dan percakapan dengan teman-temannya sekelas ketika mereka berpertisipasi dalam percakapan di kelompok kecil. Murid-murid mempelajari cara memulai percakapan, berbicara ketika memperoleh giliran. Menjaga agar percakapan berlangsung terus. Mendudukung komentar dan pertanyaan anggota kelompok, mengatasi perbedaan pendapat, dan mengakhiri percakapan. Mereka juga belajar tentang peran pembicaraan dalam mengembangkan pengetahuan.

Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam melakukan percakapan

Memulai percakapan

Untuk memulai percakapan, seorang murid secara sukarela atau di tunjuk untuk membuka pembicaraa. Kadang-kadang guru menyampaikan pertannyaan untuk didiskusikan, kemudian seorang murid mulai percakapan dengan mengulangi pertanyaan tersebut, sedangkan anggota kelompok menanggapinya.

Menjaga berlangsungnya percakapan

Murid-murid secara bergiliran menyampaikan komentar atau mengajukan pertanyaan, mereka mendukung pendapat teman-teman kelompok atau memperluas komentar mereka. Lewat percakapan, murid-murid menuju pada tercapainya suatu tujuan. Tujuan tersebut dapat berupa penyelesaian suatu tugas, menginterpretasikan buku yang telah mereka baca, atau menanggapi pertanyaan guru.

Anak-anak diarahkan agar bertindak sopan dalam melakukan percakapan. Mereka menerima komentar teman-teman dengan bersemangat dan penuh rasa hormat. Hendaknya mereka saling membicarakan dukungan. Mereka juga perlu membina suasana saling mempercayai dengan mengungkapkan persetujuan, menjaga perasaan teman, menyatakan persetujuan, dan menggunakan komentar anggota kelompok yang telah dikemukakan sebelumnya sebagai rujukan. Apabila terjadi perbedaan pendapat selama mengadakan percakapan, murid-murid harus dapat mengatasi dengan baik sehingga tidak terjadi pertengkaran. Anak-anak perlu menyadari bahwa perbedaan pandangan merupakan hal yang wajar, dan mereka perlu menghargai pendapat satu sama lain dan berusaha untuk dapat memadukannya.

Mengakhiri Percapan

Pada akhi percakapan, murid-murid seharusnya sudah dapat mencapai suatu persetujuan, sudah menjawab semua pertanyaan atau sudah melaksanakan tugas dengan baik. Kadang-kadang murid-murid menghasilkan sesuatu dari suatu percakapan, misalnya berupa kumpulan catatan hasil percakapan.

2. Berbicara Estetik (mendongeng)

Salah satu bentuk kegiatan berbicara estetik ialah bercerita, guru menyajikan karya sastra kepada murid-muridnya dengan teknik bercerita, dan murid juga diminta untuk bercerita mengenai karya sastra yang telah dibaca.

Adapun langkah-langkah dalam berbicara adalah sebagai berikut.

ü Memilih Cerita

Cerita-cerita tradisonal, misalnya cerita rakyat, sering dipilih untuk kegiatan berbicara (mendongeng). Namun, bentuk karya sastra anak-anak yang lama juga dapat digunakan. Hal yang paling penting dalam memilih cerita adalah memilih cerita yang menarik. Pertimbangan lainnya:

1) Cerita tersebut sederhana, dengan alur cerita yang jelas.

2) Cerita tersebut memiliki awal pengetahuan, dan pada akhir yang jelas

3) Tema cerita jelas

4) Jumlah pelaku cerita tidak banyak

5) Cerita mengandung dialog

6) Cerita menggunakan gaya bahasa pengetahuan

7) Menggunakan bahasa yang mangandung kaindahan

ü Menyiapkan diri untuk bercerita

Murid-murid hendaknya membaca kembali dua atau tiga kali cerita yang akan di ceritakan untuk memahami perwatakan pelaku-pelakunya dan dapat menceritakannya secara urut. Kemudian murid-murid memilih frasa-frasa atau kalimat yang akan diambil untuk membuat ceritanya nanti serasa hidup, sehingga lebih menarik perhatikan pendengar, termasuk penggunaan suara yang bervariasi.

ü Menambahkan barang-barang yang di perlukan

Murid-murid dapat menggunakan beberapa teknik untuk membuat ceritanya lebih hidup. Tiga barang yang dapat di gunakan untuk cerita lebih menarik ialah gambar-gambar yang di tempelkan dipapan planel, boneka, dan benda-benda yang menggambarkan pelaku binatang atau barang-barang yang di ceritakan. Misalnya untuk cerita cinta laras dapat digunakan patung ayam jantan dari tanah liat atau celengan berbentuk ayam jantan.

ü Bercerita atau mendongeng

Murid-murid bercerita sesuai dengan persiapan yang mereka lakukan kepada teman-teman sekelas atau kepada anak-anak yang lebih kecil.

3. Berbicara untuk menyampaikan informasi atau mempengaruhi

Keempat macam bentuk kegiatan yang masuk jenis kegiatan ini ialah melaporkan secara lisan, melakukan wawancara dan berdebat.

Langkah-langkah dalam melaporkan informasi secara lisan ialah: memilih topic, mengumpulkan dan menyusun informasi, mengumpulkan benda-benda untuk memvisualkan informasi (diagram, peta, gambar, dll), dan menyajiakan laporan tema pembelajaran yang telah di tentukan. Pengumpulan informasi dilakukan dengan membaca berbagai sumber, antara lain buku, majala, surat kabar, ensiklopedia, almanac, dan atlas. Disamping sumber cetak, dapat juga sumber informasi berupa film, rekaman video, atau hasil wawancara.

Dalam menyajikan informasi, murid-murid seharusnya tidak dengan membaca catatan. Sebelum penyajian di mulai, guru perlu menyampaikan cirri-ciri penyaji yang baik. Misalnya penyaji harus berbicara cukup jelas dan tidak menyimpang dari pokok-pokok pembicaraan yang telah di siapkan.

4. Kegiatan Dramatik

Bermain drama merupakan media bagi murid-murid untuk menggunakan bahasa verbal dan bahasa nonverbal dalam konteks yang bermakna. Ketika memainkan drama, anak-anak berinteraksi dengan teman-teman sekelas, berbagi pengalaman, dan mencoba menafsirkan sendiri naskah drama yang dimainkan.

2.2 Strategi Meningkatkan Kemampuan Berbicara dan Berpikir

1. Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir.

Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB ) adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaah fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan.Terdapat beberapa hal yang terkandung dalam pengertian di atas :

Pertama, Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai oleh Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah bukan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal.Kedua, telaah fakta-fakta sosial atau pengalaman social merupakan dasar pengembangan kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-hari.Ketiga, sasaran akhir Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak.

ü Hakikat Kemampuan Berpikir dalam Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir

Strategi pembelajaran peningkatan berpikir atau SPPKB, merupakan model pembelajaran yang bertumpu pada proses perbaikan dan peningkatan kemampuan berpikir siswa. SPPKB bukan hanya sekedar model pembelajaran yang diarahkan agar peserta didik dapat mengingat dan memahami berbagai data, fakta atau konsep, akan tetapi bagaimana bagaimana data, data, fakta dan konsep tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk melatih kemampuan berpikir siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah.

ü Karakteristik Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir

Sebagai strategi pembelajaran yang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, SPPKB memiliki tiga karakteristik :

Proses pembelajaran melalui SPPKB menekankan kepada proses mental siswa secara maksimal.SPPKB bukan model pembelajaran yang hanya menuntut siswa sekedar mendengar dan mencatat, tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir;SPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara terus menerus. Proses pembelajaran melalui dialog dan tanya jawab itu diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri;SPPKB adalah model pembelajaran yang menyandarkan kepada dua sisi proses dan hasil belajar.Proses belajar dirahlan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan sisi hasil belajar diarahkan untuk mengkontruksi pengetahuan atau penguasaan materi pembelajaran baru.

ü Tahapan-tahapan Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir

SPPKB menekankan kepada keterlibatan siswa secara penuh dalam belajar. Hal ini sesuai dengan hakikat SPPKB yang tidak mengharapkan siswa sebagai obyek belajar yang hanya duduk mendengarkan penjelasan guru, kemudian mencatat yang berhubungan dengan penguasaan materi pelajaran dan mencatat untuk dihafalkan. Ada 6 tahap dalam SPPKB, sebagai berikut :

1. Tahap orientasi

Pada tahap ini guru mengondisikan siswa pada posisi siap untuk melakukan pembelajaran Tahap orientasi dilakukan dengan, pertama penjelasan tujuan yang harus dicapai, baik tujuan yang berhubungan dengan penguasaan materi pelajaran, maupun tujuan yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau kemampuan berpikir yang harus dimiliki oleh siswa. Kedua, penjelasan proses pembelajaran yang harus dilakukan siswa dalam setiap tahapan proses pembelajaran.

2. Tahap Pelacakan

Tahap pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk memahami pengalaman dan kemampuan dasar siswa sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang akan dibicarakan. Melalui tahapan inilah guru mengembangkan dialog dan tanya jawab untuk mengungkap pengalaman apa saja yang telah dimiliki siswa yang dianggap relevan dengan tema yang akan dikaji. Dengan berbekal pemahaman itulah selanjutnya guru menentukan bagaimana ia harus mengembangkan dialog dan tanya jawab pada tahapan-tahapan selanjutnya.

3. Tahap Konfrontasi

Tahap konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang harus dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Untuk merangsang peningkatan kemampuan siswa pada tahapan ini, guru dapat memberikan persoalan-persoalan yang dilematis yang memerlukan jawaban atau jalan keluar. Persoalan yang diberikan sesuai dengan tema atau topic itu tentu saja persoalan yang sesuai dengan kemampuan dasar atau pengalaman siswa.Pada tahap ini guru harus dapat mengembangkan dialog agar siswa benar-benar memahami persoalan yang harus dipecahkan.

4. Tahap inkuiri

Tahap inkuiri adalah tahapan terpenting dalam Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir. Pada tahap inilah siswa belajar berpikir yang sesungguhnya. Melalui tahapan inkuiri siswa diajak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi.Oleh sebab itu guru harus memberikan ruang dan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan gagasan dalam upaya penecahan persoalan.

5. Tahap Akomodasi

Tahap akomodasi adalah tahapan pembentukan pengetahuan baru melalui proses penyimpulan. Pada tahap ini siswa dituntut untuk dapat menemukan kata-kata kunci sesuai dengan topik atau tema pembelajaran. Pada tahap ini melalui dialog guru membimbing agar siswa dapat menyimpulkan apa yang mereka temukan dan mereka pahami sekitar topik yang dipermasalahkan.
6. Tahap Transfer

Tahap transfer adalah tahapan penyajian masalah baru yang sepadan dengan masalah yang disajikan.Tahap transfer dimaksudkan agar agar siswa mampu menstransfer kemampuan berpikir setiap siswa,untuk memecahkan masalah-masalahbaru.Pada tahap ini guru memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan topic pembahasan.

2. Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berbicara

Keterampilan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila murid-murid memperolah kesempatan untuk mengkomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang lain. Dalam kesempatan-kesempatan yang bersifat informal. Selama kegiatan belajar di sekolah guru menciptaan berbagai lapangan pengalaman yang memungkinkan murid-murid mengembangkan kemampuan berbicara.Kegiatan-kegiatan untuk melatih keterampilan berbicara itu antara lain menyajikan informasi,partisipasi dalam diskusi,berbicara untuk menghibur atau menyajikan pertunjukan (Ross dan Roe,1990: 133-143).

seperti yang disajikan berikut ini.

ü Menyajikan informasi

Salah satu bentuk kegiatan penyajian informasi yang sesuai bagi anak-anak kelas 3-6 SD ialah menyampaikan laporan secara lisan.Untuk mengingatkan agar anak-anak menggunakan cara-cara yang efektif dalam menyajikan laporan secara lisan,masalah mereka menceritakan hal-hal yang mereka inginkan dan tidak mereka inginkan dari seorang pembicara.

Bentuk yang lain untuk melatih penyajian informasi ialah dengan berpidato.Tujuan kegiatan ini untuk menolong anak-anak mengembangkan rasa percaya diri dalam berbicara dengan orang lain,belajar menyusun,dan menyajikan suatu pembicaraan,dan mempelajari cara terbaik untuk berbicara di hadapan sejumlah pendengar.

ü Berpartisipasi dalam Diskusi

Diskusi memberikan kesempatan kepada murid untuk berinteraksi dengan murid-murid yang lain dan guru,megekspresikan pikiran secara lengkap,pengajukan berbagai pendapat,dan mempertimbangkan perubahan pendapat apabila berhadapan dengan bukti-bukti yang menyakinkan atau tanggapan yang masuk akal yang dikemukan oleh peserta diskusi hasil penilitian menujukan bahwa diskusi merupakan strategi yang membuat murid-murid lebih bergairah dalam proses pembelajaran.

Diskusi kelompok merupakan teknik yang sering di gunakan sebagai teknik pengembangan bahasa lisan yang menuntut kemampuan murid untuk membantu generalisasi dan mengajukan pendapat-pendapat mengajukan pendapatan-pendapatan mengenai suatu topik atau bermasalah.Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka,murid-murid mengungkapkan gagasan dan berbagi informasi dengan mendiskripsikan keputusan,dan mengajukan pemecahan masalah.Selama berpartisipasi dalam diskusi,murid-murid kurung bergantung pada jawasan benar dari guru,tetapi mencermati gagasan mereka sendiri dan gagasan teman-teman mereka.Diskusi untuk memecahkan masalah akan berhasil dengan baik apabila guru dan murid-murid bersama-sama merumuskan masalah-masalah yang akan didiskusikan.

Guru dapat mebgontrol pelaksanaan diskusi dengan memfokuskan perhatian pada ketertarikan murid pada topik yang didiskusikan.Apabila pelaksanaa diskusi menyimpangan dari topik,guru dapat mengarahkan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan topik diskusi.

ü Menghibur (menyajikan pertanyaan)

Kadang-kadang murid dapat menyajikan pertunjukan untuk teman atau teman sekelas,teman-teman dari kelas yang lain,orang tua dan anggota masyarakat sekitar gedung sekolah.mereka boleh memilih menyajikan sandiwara boneka,bercerita atau membaca puisi secara kor atau partisipasi dalam pementasan drama .

ü Bercerita atau membaca puisi secara Kor

Melalui Kegiatan bercerita atau membaca puisi secara kor,anak-anak dapat mengekspesikan karya sastra.Mereka dapat merasakan keindahan karya sastra lewat ritme,rima,aliterasi,dan suasana batin yang siungkapkan.Beberapa cerita rakyat dapat digunakan untuk kegiatan ini,tetapi yang paling mudah digunakan untuk kegiatan ini adalah puisi.

ü Bermain Drama

Bentuk lain apresiasi sastra secara lisan ialah membaca naskah drama atau bermain drama.Diantara anak-anak ada berperan sebagai narator,yakni yang membacakan diskripsi cerita.Anak-anak yan lain memerankan semua pelaku cerita yang telah ditentukan.

Disamping yang telah di uraikan ditas,pengembangan kemampuan berbahasa lisan juga dapat berbentuk lisan juga dapat berbentuk curah pendapat.dan percakapan.Curah pendapat digunakan untuk merangsang kemampuan berfikir dan berekspresi secara lisan.Guru perlu menyampaikan aturan-aturan sederhana dalam melakukan curah pendapat,sebagai berikut:

Berfikirlah untuk mengemukakan gagasan sebanyak mungkin yang berhubungan dengan topik.Dengarkan yang dikatakan teman-temanmu,kemudian kembangkan gagasan mereka.Pikirkan lah gagasa-gagasan yang asli dan belum dikemukakan orang lain.Kemukakan satu gagasan setiap berbicaraJangan mengkritik gagasan seseorang.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berbicara merupakan proses berbahasa lisan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan, merefleksikan pengalaman, dan berbagi informasi (Ellis, 1989). Ide merupakan esensi dari apa yang kita bicarakan dan kata-kata merupakan untuk mengeksresikannya. Berbicara merupakan proses yang kompleks karena melibatkan berpikir, bahasa, dan keterampilan sosial.

Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB ) adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaah fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan.

Keterampilan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila murid-murid memperolah kesempatan untuk mengkomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang lain. Dalam kesempatan-kesempatan yang bersifat informal. Selama kegiatan belajar di sekolah guru menciptaan berbagai lapangan pengalaman yang memungkinkan murid-murid mengembangkan kemampuan berbicara.Kegiatan-kegiatan untuk melatih keterampilan berbicara itu antara lain menyajikan informasi,partisipasi dalam diskusi,berbicara untuk menghibur atau menyajikan pertunjukan (Ross dan Roe,1990: 133-143).

3.2 Saran

Kita sebagai calon guru perlu memberikan dorongan kepada anak untuk mengemukakan pandangan dan pendapatnya. Kebiasaan untuk memperhatikan, memahami, dan menanggapi secara kritis pembicaraan orang lain perlu dikembangkan, demikian juga anak-anak perlu diarahkan untuk dapat menyampaikan kritis yang konstruktif secara sopan, dan menerima kritik secara terbuka. Untuk itu guru perlu memberikan teladan sebagai penyimak yang kritis dan pembicara yang efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Barokah nurfitri.2014.”perkembangan kognitif menurut para ahli”. http://www.blogspot.com.html.diakses tanggal 28september 2014

Smp Priwangon.2014.”strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir”.http://www.sch.id.diakses tanggal 28 september 2014