Pecahan
TINJAUAN MATA KULIAH
Mata pelajaran tematik terpadu untuk Sekolah Dasar merupakan suatu mata pelajaran kurikulum 2013 yang diberikan bagi siswa-siswa di lingkungan SD terkhusus kelas 1 dan 4. Mata pelajaran ini disusun dalam bentuk bahan ajar yang dikemas dalam bentuk tema berdasarkan Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar yang terdiri atas beberapa tema yang telah disusun di dalamnya. Adapun bahan ajar ini khususnya membahas tentang tema-tema yang tematik dan terpadu untuk Sekolah Dasar Kelas IV Semester I.
Dalam mengikuti mata pelajaran yang ada dalam bahan ajar tematik ini siswa akan memperoleh berbagai teori, latihan, dan tes formatif untuk membantu dalam proses pembelajaran.
Setelah selesai mempelajari mata pelajaran dalam bahan ajar tematik terpadu SD untuk Kelas IV semester I ini, siswa akan memperoleh pengetahuan tentang bidang studi yang terkait yang ada dalam setiap mata pelajaran yang telah dipelajari. Untuk mencapai kompetensi tersebut, siswa akan dibekali pemahaman terhadap berbagai materi pembelajaran sehingga dapat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran tersebut. Keberhasilan pencapaian kompetensi tersebut sangat tergantung pada aktivitas siswa dalam mempelajari dan memahami berbagai materi yang ada dalam bahan ajar tematik terpadu SD ini.
Adapun subtema yang di gunakan dalam penyusunan bahan ajar ini yaitu Subtema 1 Hewan dan Tumbuhan di Lingkungan Rumahku yang terdiri dari 2 Mata Pelajaran :
Matematika
IPA
Subtema 1
Hewan dan Tumbuhan di Lingkungan Rumahku
PENDAHULUAN
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.
Dengan menguasai subtema 1 Hewan dan Tumbuhan di Lingkungan Rumahku ini siswa diharapkan dapat:
Menjelaskan pecahan senilai dan operasi hitung pecahan.
Meyebutkan bentuk luar tubuh hewan dan tumbuhan, dan fungsinya.
Untuk mencapai kompetensi tersebut di atas, dalam tema Peduli Terhadap Makhluk Hidup ini disajikan materi tentang:
Konsep pecahan senilai dan operasi hitung pecahan
Bentuk luar tubuh hewan dan tumbuhan dan fungsunya.
Supaya Anda berhasil dengan baik dalam mempelajari materi dalam subtema Hewan dan Tumbuhan di Lingkungan Rumahku Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan tema ini sampai siswa benar-benar paham tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari tema berikut ini.
Pahami materi pelajaran yang ada dalam tema berdasarkan KD yang ada.
Kerjakan latihan-latihan yang tersedia dalam subtema 3 untuk menguatkan pemahaman.
Kerjakan tes formatif yang tersedia untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman terhadap materi yang tersaji dalam subtema 1 ini.
Selamat Belajar !
URAIAN MATERI
Gambar rumah Edo
Edo mempunyai halaman rumah yang luas. Halaman tersebut ditumbuhi pohon-pohon yang sangat rindang. Udara di sekitar rumah terasa sejuk. Ibu Edo juga mempunyai kebiasaan menanam bunga beraneka warna di halaman rumah. Suasana rumah Edo terlihat sangat hijau sehingga membuat berbagai burung dan serangga datang ke sana.
Apa yang kamu amati dari gambar tadi?
Edo mengajak kamu untuk mendata hewan yang ada di taman. Tulislah hasilnya pada tabel di bawah ini!
No Nama Hewan/Serangga Jumlah
1 Burung
2 Kupu-kupu
3 Kucing
4 Laba-laba
5 Ayam
Jumlah seluruh hewan
Bagian luar hewan
Paruh Mata
sayap
ekor
cakar
bagian luar tumbuhan
akar
Akar adalah bagian tumbuhan yang umumnya berada di dalam tanah. Untuk beberapa jenis tumbuhan, akar juga terdapat di atas tanah bahkan menggantung. Akar berfungsi sebagai bagian yang mengokohkan tumbuhan. Jika tumbuhan tidak memiliki akar, tumbuhan akan mudah dicabut, mudah roboh ketika diterpa angin, atau hanyut terbawa air ketika turun hujan.
Batang
Bagian tumbuhan yang berada di atas tanah adalah batang yang berfungsi sebagai tempat munculnya daun, bunga, dan buah. Batang juga berfungsi mengedarkan mineral dan air yang diserap akar, serta zat makanan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tubuh
tumbuhan.
Daun
Bagian tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya
fotosintesis adalah daun. Daun banyak mengandung zat warna
hijau yang disebut klorofil. Daun terdiri atas tangkai daun,
dan helaian daun.
Bunga
Bunga merupakan bagian tumbuhan yang berfungsi sebagai alat
perkembangbiakan.
Buah
Buah merupakan bagian tumbuhan yang berfungsi melindungi biji. Contohnya buah mangga dan buah apel. Buah terdiri atas daging buah dan biji. Bagian yang
kita makan biasanya daging buahnya.
Biji
Biji merupakan hasil dari pembuahan yang terjadi akibat penyerbukan antara serbuk sari dan putik. Jika biji ditanam akan tumbuh menjadi tumbuhan baru. Biji itu berkeping. Biji ada yang berkeping satu dan ada yang berkeping dua. Biji berkeping satu disebut monokotil dan biji berkeping dua disebut dikotil
s
Berapa jumlah seluruh hewan?
Berapa jumlah kucing?
Nyatakan dalam bentuk pecahan!
Pecahan dapat digunakan untuk menyebutkan bagian dari sekelompok benda/hewan.
Contoh:
Ada 12 hewan dalam suatu kelompok, 4 dari hewan tersebut adalah burung.
4 = Jumlah burung dalam kelompok
12 = Jumlah seluruh hewan
Pertanyaan: Berapakah jumlah burung terhadap jumlah seluruh hewan?
Jawaban:
4/12
Pecahan Senilai
Burung-burung yang berkunjung dan bermain di pohon-pohon belakang rumah Edo semakin banyak. Edo berencana membuat rumah singgah burung di atas salah satu pohon. Edo meminta bantuan ayah untuk membuat rumah tersebut. Edo mendapat tugas dari ayahnya memotong kayu dan hasilnya adalah sebagai beriku
Operasi hitung pecahan
Perhatikan operasi bilangannya:
1/4+1/4=2/4
2/4+1/4=3/4
1/4+2/4+1/4=4/4
manajemen berbasis sekolah
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari “school-based management”. MBS merupakan paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah ( pelibatan masyarakat ) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Menurut Edmond yang dikutip Suryosubroto merupakan alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah. Nurcholis mengatakan Manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah bentuk alternatif sekolah sebagai hasil dari desentralisasi pendidikan. Secara umum, manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua siswa, dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional. Dapat juga dikatakan bahwa manajemen berbasis sekolah (MBS) pada hakekatnya adalah penyerasian sumberdaya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengertian MBS suatu konsep yang menempatkan kekuasaan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pendidikan diletakkan pada tempat yang paling dekat dengan proses belajar mengajar. B. Sejarah Munculnya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Secara factual, telah banyak usaha yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di tingkat pendidikan dasar.
Namun hasilnya kurang menggembirakan. Secara garis besar factor-faktor penyebabnya adalah :
1. Kebijakan penyelenggaraan pendidikan nasional yang berorientasi pada output pendidikan terlalu memusatkan pada input, sehingga proses pendidikan kurang diperhatikan. 2. Penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik. Hal ini menyebabkan tingginya ketergantungan kepada putusan birokrasi. Oleh sebab itu sekolah menjadi tidak mandiri, kurang inisiatif dan miskin kreatifitas, sehingga usaha untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu layanan pendidikan menjadi kurang termotifasi. 3. Peran serta masyarakat, terutama orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan, selama ini hanya terbatas pada dukungan dana, padahal mereka sangat penting dalam proses-proses pendidikan seperti pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi
akuntabilitas. Oleh sebab itu perlu di sentralisasi pendidikan sebagai factor pendorong MBS ini. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan di Amerika Serikat, konsep Site Based Management merupakan strategi penting untuk meningkatkan kualitas pembuatan keputusan-keputusan pendidikan dalam anggaran pendidikan, sumberdaya pendidik, kurikulum dan evaluasi pendidikan (penilaian). Demikian juga studi yang dilakukan di El Salvador, Nepal dan Pakistan. Rata-rata informasi menunjukkan pemberian otonomi pada sekolah telah meningkatkan motivasi dan kehadiran guru. Sementara di Australia, School Based Management merupakan refleksi pengelolaan desentralisasi pendidikan yang menempatkan sekolah sebagai lembaga yang memiliki kewenangan untuk menetapkan kebijakan yang menyangkut visi, misi, dan tujuan atau sasaran sekolah yang membawa implikasi terhadap pengembangan kurikulum sekolah dan program-program operatif sekolah yang lain. MBS di Australia dibangun dengan memperhatikan kebijakan dan panduan dari pemerintah negara bagian di satu pihak, dan di pihak lain dari partisipasi masyarakat melalui school council dan parent and community association. Perpaduan keduanya melahirkan dokumen penting penyelenggaraan MBS yaity school policy yang memuat visi, misi, sasaran, pengembangan kurikulum, dan prioritas program, school planning review serta school annual planning quality assurance. Akuntabilitas dilakukan melalui external and internal monitoring. Dengan belajar keberhasilan di negara lain seiring dengan diberlakukannnya Undang-undang Otonomi Daerah yaitu UU.No.22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan Undang-undang N0.25 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, maka semakin membuka peluang kebijakan pendidikan di Indonesia mengalami desentralisasi pula yang salah satu bentuknya berupa Manajemen Berbasis Sekolah. Sejarah baru pengelolaan pendidikan di Indonesia melalui MBS menjadikan pengelolaan pendidikan di Indonesia berpola desentralisasi, otonomi, pengambilan keputusan secara partisipatif. Pendekatan birokratik tidak ada lagi, yang ada adalah pendekatan profesional. Dalam Pasal 11 UU No.25 Tahun 1999, kewenangan daerah kabupaten dan kota, mencakup semua bidang pemerintahan termasuk di dalamnya pendidikan dan kebudayaan, maka terdapat otonomi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan relevansi pendidikan yang mengarah kepada pendidikan berbasis masyarakat, dan pemerataan pelayanan pendidikan yang berkeadilan. C. Alasan Diterapkannya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Ada beberapa alasan yang yang mendasari penerapan Manajemen Berbasis Sekolah yaitu: 1. Dengan pemberian otonomi yang lebih besar kepada sekolah, maka sekolah akan lebih inisiatif/kreatif dalam meningkatkan mutu sekolah. 2. Dengan pemberian fleksibilitas yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumber dayanya, maka sekolah akan lebih luwes dan lincah dalam mengadakan dan memanfaatkan sumber daya sekolah secara optimal untuk meningkatkan mutu sekolah. 3. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya. 4. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik. 5. Pengembangan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolah yang paling tahu apa yang paling terbaik bagi sekolahnya 6. Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat. 7. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan sekolah menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat. 8. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orangtua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan. 9. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orangtua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat. 10. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah dengan cepat. D. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Tujuan penerapan manajemen berbasis sekolah secara umum adalah untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada sekolah, pemberian fleksibilitas yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdaya sekolah, dan mendorong partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan. Secara terperinci MBS bertujuan untuk : 1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kemandirian, fleksibilitas, partisipasi, keterbukaan, kerjasama, akuntabilitas, sustainabilitas, dan inisiatif sekolah dalam mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia. 2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama 3. Meningkatkan tanggungjawab sekolah kepada orangtua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya dan 4. meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai. E. Syarat Penerapan manajemen berbasis sekolah (MBS) Sejak awal, pemerintah (pusat dan daerah) haruslah suportif atas gagasan MBS. Mereka harus mempercayai kepala sekolah dan dewan sekolah untuk menentukan cara mencapai sasaran pendidikan di masing-masing sekolah. Penting artinya memiliki kesepakatan tertulis yang memuat secara rinci peran dan tanggung jawab dewan pendidikan daerah, dinas pendidikan daerah, kepala sekolah, dan dewan sekolah. Kesepakatan itu harus dengan jelas menyatakan standar yang akan dipakai sebagai dasar penilaian akuntabilitas sekolah. Setiap sekolah perlu menyusun laporan kinerja tahunan yang mencakup “seberapa baik kinerja sekolah dalam upayanya mencapai tujuan dan sasaran, bagaimana sekolah menggunakan sumber dayanya, dan apa rencana selanjutnya.” Perlu diadakan pelatihan dalam bidang-bidang seperti dinamika kelompok, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, penanganan konflik, teknik presentasi, manajemen stress, serta komunikasi antarpribadi dalam kelompok. Pelatihan ini ditujukan bagi semua pihak yang terlibat di sekolah dan anggota masyarakat, khususnya pada tahap awal penerapan MBS. Untuk memenuhi tantangan pekerjaan, kepala sekolah kemungkinan besar memerlukan tambahan pelatihan kepemimpinan. Dengan kata lain, penerapan MBS mensyaratkan yang berikut. 1. MBS harus mendapat dukungan staf sekolah. 2. MBS lebih mungkin berhasil jika diterapkan secara bertahap. Kemungkinan diperlukan lima tahun atau lebih untuk menerapkan MBS secara berhasil. 3. Staf sekolah dan kantor dinas harus memperoleh pelatihan penerapannya, pada saat yang sama juga harus belajar menyesuaikan diri dengan peran dan saluran komunikasi yang baru. 4. Harus disediakan dukungan anggaran untuk pelatihan dan penyediaan waktu bagi staf untuk bertemu secara teratur. 5. Pemerintah pusat dan daerah harus mendelegasikan wewenang kepada kepala sekolah, dan kepala sekolah selanjutnya berbagi kewenangan ini dengan para guru dan orang tua murid. F. Hambatan Dalam Penerapan manajemen berbasis sekolah (MBS) Beberapa hambatan yang mungkin dihadapi pihak-pihak berkepentingan dalam penerapan MBS adalah sebagai berikut : 1) Tidak Berminat Untuk Terlibat Sebagian orang tidak menginginkan kerja tambahan selain pekerjaan yang sekarang mereka lakukan. Mereka tidak berminat untuk ikut serta dalam kegiatan yang menurut mereka hanya menambah beban. Anggota dewan sekolah harus lebih banyak menggunakan waktunya dalam hal-hal yang menyangkut perencanaan dan anggaran. Akibatnya kepala sekolah dan guru tidak memiliki banyak waktu lagi yang tersisa untuk memikirkan aspek-aspek lain dari pekerjaan mereka. Tidak semua guru akan berminat dalam proses penyusunan anggaran atau tidak ingin menyediakan waktunya untuk urusan itu. 2). Tidak Efisien Pengambilan keputusan yang dilakukan secara partisipatif adakalanya menimbulkan frustrasi dan seringkali lebih lamban dibandingkan dengan cara-cara yang otokratis. Para anggota dewan sekolah harus dapat bekerja sama dan memusatkan perhatian pada tugas, bukan pada hal-hal lain di luar itu. 3). Pikiran Kelompok Setelah beberapa saat bersama, para anggota dewan sekolah kemungkinan besar akan semakin kohesif. Di satu sisi hal ini berdampak positif karena mereka akan saling mendukung satu sama lain. Di sisi lain, kohesivitas itu menyebabkan anggota terlalu kompromis hanya karena tidak merasa enak berlainan pendapat dengan anggota lainnya. Pada saat inilah dewan sekolah mulai terjangkit “pikiran kelompok.” Ini berbahaya karena keputusan yang diambil kemungkinan besar tidak lagi realistis. 4) Memerlukan Pelatihan Pihak-pihak yang berkepentingan kemungkinan besar sama sekali tidak atau belum berpengalaman menerapkan model yang rumit dan partisipatif ini. Mereka kemungkinan besar tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang hakikat MBS sebenarnya dan bagaimana cara kerjanya, pengambilan keputusan, komunikasi, dan sebagainya. 5) Kebingungan Atas Peran dan Tanggung Jawab Baru Pihak-pihak yang terlibat kemungkinan besar telah sangat terkondisi dengan iklim kerja yang selama ini mereka geluti. Penerapan MBS mengubah peran dan tanggung jawab pihak-pihak yang berkepentingan. Perubahan yang mendadak kemungkinan besar akan menimbulkan kejutan dan kebingungan sehingga mereka ragu untuk memikul tanggung jawab pengambilan keputusan. 6). Kesulitan Koordinasi Setiap penerapan model yang rumit dan mencakup kegiatan yang beragam mengharuskan adanya koordinasi yang efektif dan efisien. Tanpa itu, kegiatan yang beragam akan berjalan sendiri ke tujuannya masing-masing yang kemungkinan besar sama sekali menjauh dari tujuan sekolah. Apabila pihak-pihak yang berkepentingan telah dilibatkan sejak awal, mereka dapat memastikan bahwa setiap hambatan telah ditangani sebelum penerapan MBS. Dua unsur penting adalah pelatihan yang cukup tentang MBS dan klarifikasi peran dan tanggung jawab serta hasil yang diharapkan kepada semua pihak yang berkepentingan. Selain itu, semua yang terlibat harus memahami apa saja tanggung jawab pengambilan keputusan yang dapat dibagi, oleh siapa, dan pada level mana dalam organisasi. Anggota masyarakat sekolah harus menyadari bahwa adakalanya harapan yang dibebankan kepada sekolah terlalu tinggi. Pengalaman penerapannya di tempat lain menunjukkan bahwa daerah yang paling berhasil menerapkan MBS telah memfokuskan harapan mereka pada dua maslahat: meningkatkan keterlibatan dalam pengambilan keputusan dan menghasilkan keputusan lebih baik. BAB III SIMPULAN 1. MBS adaah model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah (guru, siswa, kepala seko
pembelajaran terpadu
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN TERPADU
Menurut Prabowo (2000:2), pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi. Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik (Developmentally Appropriate Practical).
Pengertian Pendekatan Integratif atau terpadu adalah rancangan kebijaksanaan pengajaran bahasa dengan menyajikan bahan-bahan pelajaran secara terpadu, yaitu dengan menyatukan, menghubungkan, atau mengaitkan bahan pelajaran sehingga tidak ada yang berdiri sendiri atau terpisah-pisah. Pendekatan terpadu terdiri dari dua macam :
Integratif Internal yaitu keterkaitan yang terjadi antar bahan pelajaran itu sendiri, misalnya pada waktu pelajaran bahasa dengan fokus menulis kita bisa mengaitkan dengan membaca dan mendengarkan juga.Integratif Eksternal yaitu keterkaitan antara bidang studi yang satu dengan bidang studi yang lain, misalnya bidang studi bahasa dengan sains dengan tema lingkungan maka kita bisa meminta siswa membuat karangan atau puisi tentang banjir untuk pelajaran bahasanya untuk pelajaran sainsnya kita bisa menghubungkan dengan reboisasi atau bisa juga pencemaran sungai. Pembelajaran terpadu merupakan suatu model pembelajaran yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan. Salah satu di antaranya adalah memadukan pokok bahasan atau sub pokok bahasan atau bidang studi, keterangan seperti ini di sebut juga dengan kurikulum (DEPDIKBUD, 1990: 3), atau pengajaran lintas bidang studi (Maryanto, 1994:3).
Menurut Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991) dalam (http:// anwarholil. blogspot. com/2008/04/pengertian-pembelajaran-terpadu. html), terdapat tiga kemungkinan variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang di laksanakan dalam suasana pendidikan progresif yaitu:
Kurikulum terpadu (integrated curriculum), kegiatan menata keterpaduan berbagai materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh di katakana tidak ada.Hari terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka.Pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center core/center of interst); Pembelajaran Terpadu itu sendiri merupakan suatu model pembelajaran yang membawa pada kondisi pembelajaran yang relevan dan bermakna untuk anak. Pembalajaran terpadu merupakan media pembelajaran yang secara efektif membantu anak untuk belajar secara terpadu dalam mencari hubungan-hubungan dan keterkaitan antara apa yang telah mereka ketahui dengan hal-hal baru atau informasi baru yang mereka temukan dalam proses belajarnya sehari-hari Collins dan Dixon (1991:6) dalam menyatakan tentang pembelajaran terpadu sebagai berikut: integrated learning occurs when an authentic event or exploration of a topic in the driving force in the curriculum.
Selanjutnya di jelaskan bahwa dalam pelaksanaannya anak dapat di ajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian, siswa belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu bidang studi pada waktu yang sama. Pembelajaran terpadu adalah upaya memadukan berbagai materi belajar yang berkaitan, baik dalam satu di splin ilmu maupun antar di siplin ilmu dengan kehidupan dan kebutuhan nyata para siswa, sehingga proses belajar anak menjadi sesuatu yang bermakna dan menyenangkan anak. Pembelajaran terpadu mengacu kepada dua hal pokok, yaitu :
keterkaitan materi belajar antar di siplin ilmu relevan dengan di ikat/di satukan
melalui tema pokok, dan
keterhubungan tema pokok tersebut dengan kebutuhan dan kehidupan aktual para siswa. Dengan demikian tingkat keterpaduannya tergantung kepada strategi dalam mengaitkan dan menghubungkan materi belajar dengan pengalaman nyara para siswa
Pendekatan pembelajaran terpadu merupakan suatu strategi yang memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan potensinya secara seimbang, optimal, dan terpadu pula. Pendekatan terpadu pada dasarnya membantu anak untuk mengembangkan dirinya secara utuh, membantu anak untuk menjadi pengembang dan pembangun ilmu pengetahuan melalui pengalaman nyata. Melalui proses pembelajaran terpadu anak di latih untuk bekerja sama, berekreasi, dan berkolaborasi dengan teman sejawatnya ataupun guru dalam mengembangkan ilmu maupun memecahkan masalah-masalah yang di hadapi. Pendekatan pembelajaran terpadu mencoba untuk menjadikan pembelajaran relevan dan bermakna, proses belajar mengajar lebih bersifat informal, melalui pendekatan ini aktivitas belajar anak meningkat (Rusli lutan, 1994:27) dalam Salah satu keterbatasan yang menonjol dari pembelajaran terpadu adalah pada faktor evaluasi. Pembelajaran terpadu menuntut di adakannya evaluasi tidak hanya pada produk, tetapi juga pada proses. Evaluasi pembelajaran terpadu tidak hanya berorientasi pada dampak instruksional dari proses pembelajaran, tetapi juga pada proses dampak pengiring dari proses pembelajaran tersebut. Dengan demikian pembelajaran terpadu menuntut adanya teknik evaluasi yang banyak ragamnya.
(http://maestrofisika.blogspot.com/2009/05/it-fisika.html).
B. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
Ada banyak sekali bentuk strategi yang dapat di terapkan guru dalam melaksanakan model pembelajaran terpadu (model pembelajaran tematik). Di antaranya Model-model pembelajaran terpadu, adalah sebagai berikut:
Menurut Fogarty dalam bukunya How to Integrate the Curricula , ada 10 macam model pembelajaran terpadu, seperti :
The connected model (model terhubung)The webbed model (model jaring laba-laba)The integrated model ( model integrasi)The nested model (model tersarang)The fragmented model ( model fragmen)The sequenced model ( model terurut)The shared model ( model terbagi)The threaded model (model pasang benang)The immersed model (model terbenam)The networked model (model jaringan)
Menurut Prabowo (2000:3), dari kesepuluh model tersebut, ada 3 model yang dipandang layak untuk dikembangkan dan mudah dilaksanakan pada pendidikan formal (sekolah dasar). Ketiga model itu adalah the connected model (model terhubung), the webbed model (model jaring laba-laba), dan the integrated model ( model integrasi). Selain itu juga, hanya 3 model tersebut yang digunakan pada kurikulum PGSD.
Model yang sesuai untuk pembelajaran SD adalah model yang disesuaikan oleh kondisi dan situasi saat itu. Semua model akan berjalan dengan baik dan mulus asalkan cocok dengan kondisi saat itu. Dan semua model itu adalah baik untuk pembelajaran.
Setelah mengetahui bahasan dari 3 model pembelajaran terpadu yang menjadi kurikulum PGSD, Berikut ini adalah makna yang terkandung dalam 7 model dari 10 model pembelajaran terpadu.
A. The Nested Model (Model Tersarang)
Model Sarang (Nested) adalah model pembelajaran terpadu yang target utamanya adalah materi pelajaran yang dikaitkan dengan keterampilan berfikir dan keterampilan mengorganisasi. Artinya memadukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta memadukan keterampilan proses, sikap dan komunikasi. Model ini masih memfokuskan keterpaduan beberapa aspek pada kemudian dilengkapi dengan aspek keterampilan lain. model ini dapat digunakan bila guru mempunyai tujuan selain menanamkan konsep suatu materi tetapi juga aspek keterampilan lainnya menjadi suatu kesatuan. Dengan menggabungkan atau merangkaikan kemampuan-kemampuan tertentu pada ketiga cakupan tersebut akan lebih mudah mengintegrasikan konsep-konsep dan sikap melalui aktivitas yang telah terstruktur.
Contoh : pada mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat aspek membaca, menulis, berbicara, menyimak. Keempat aspek tersebut menjadi satu keterpaduan yang menghasilkan ketrampilan berbahasa.
Keunggulan model sarang antara lain :
kemampuan siswa lebih diperkaya lagi karena selain memperdalam materi juga aspek keterampilan seperti berfikir dan mengorganisasi. Setiap mata pelajaran mempunyai dimensi ganda yang berguna kelak untuk kehidupan siswa mendatang.
Kelemahan model ini adalah dalam hal perencanaan,
jika dilakukan secara tergesa-gesa dan kurang cermat maka penggabungan beberapa materi dan aspek keterampilan dapat mengacaukan pola pikir siswa. Pada mulanya tujuan utama pengajaran adalah penekanan pada materi, tetapi akhirnya bergeser prioritasnya pada keterampilan.
B. The Fragmented Model ( Model Fragmen)
Model Penggalan (Fragmented) adalah model pembelajaran konvensional (umumnya) yang terpisah secara mata pelajaran. Hal ini dipelajari siswa tanpa menghubungkan kebermaknaan dan keterkaitan antara satu pelajaran dengan pelajaran lainnya. Setiap mata pelajaran diajarkan oleh guru yang berbeda dan mungkin pula ruang yang berbeda. Setiap mata pelajaran memiliki ranahnya tersendiri dan tidak ada usaha untuk mempersatukannya. Setiap mata pelajaran berlangsung terpisah dengan pengorganisasian dan cara mengajar yang berbeda dari setiap guru.
Contoh:
dalam satu pelajaran, terdapat materi perambatan cahaya (content), prediksi (thinking skill), dan peta konsep (organizing skill). Yang merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep ketrampilan berpikir, dan ketramplan mengorganisir.
Kelemahan model ini :
siswa tidak dapat mengintegrasikan konsep-konsep yang sama, keterampilan serta sikap yang ada kaitannya satu dengan yang lainnya.
Keunggulan model ini antara lain :
guru dapat menyiapkan bahan ajar sesuai dengan bidang keahliannya dan dengan mudah menentukan ruang lingkup bahasan yang diprioritaskan dalam setiap pengajaran.
C. The Sequenced Model ( Model Terurut)
Model Pengurutan (Sequenced) adalah model pembelajaran yang topic atau unit yang disusun kembali dan diurutkan sehingga bertepatan pembahasannya satu dengan yang lainnya. Misalnya dua mata pelajaran yang berhubungan diurutkan sehingga materi pelajaran dari keduanya dapat diajarkan secara paralel. Dengan mengurutkan urutan topic-topik yang diajarkan, tiap kegiatan akan dapat saling mengutamakan karena tiap subjek saling mendukung.
Contoh:
pada mata pelajaran IPA dan matematika tentang pengukuran. Pelajaran IPA= suhu(Kelvin, derajat, Fahrenheit, Reamur. Pelajaran matematika= cara pengolahan data. Dengan cara penambahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian.
Keunggulan model ini adalah
dalam penyusunan urutan topic, guru memiliki keleluasaan untuk menentukan sendiri berdasarkan prioritas dan tidak dibatasi oleh apa yang sudah tercantum dalam kurikulum. Sedangkan dari sudut pandang siswa, pengurutan topic yang berhubungan dari disiplin yang berbeda akan membantu mereka untuk memahami isi dari mata pelajaran tersebut.
Kelemahan model pengurutan antara lain
perlu adanya kerjasama antara guru-guru bidang studi agar dapat mengurutkan materi, sehingga ada kesesuaian antara konsep yang ssatu dengan konsep yang lainnya
D. The Shared Model ( Model Terbagi)
Model Irisan (Shared) adalah model pembelajaran terpadu yang merupakan gabungan atau keterpaduan antara dua mata pelajaran yang saling melengkapi dan di dalam perencanaan atau pengajarannya menciptakan satu focus pada konsep, keterampilan serta sikap. Penggabungan antara konsep pelajaran, keterampilan dan sikap yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dipayungi dalam satu tema. Model ini berbeda dengan model sarang, dimana tema memayungi dua mata pelajaran, aspek konsep, keterampilan dan sikap menjadi kesatuan yang utuh. Sedangkan pada model sarang, sebuah tema hanya memayungi satu pelajaran saja.
Contoh:
menggabungkan 2 mata pelajaran atau lebih dalam satu tema.
Keunggulan model ini antara lain adalah
dalam hal mentransfer konsep secara lebih dalam, siswa menjadi lebih mudah melakukannya. Misalnya dengan alat bantu media film untuk menanamkan konsep dari dua mata pelajaran dalam waktu yang bersamaan.
Kelemahan model ini antara lain adalah
untuk menyususn rencana model pembelajaran ini diperlukan kerjasama guru dari mata pelajaran yang berbeda, sehingga perlu waktu ekstra untuk mendiskusikannya.
E. The Threaded Model (Model Pasang Benang)
Model Bergalur (Threaded) adalah model pembelajaran yang memfokuskan pada metakurikulum yang menggantikan atau yang berpotongan dengan inti materi subjek. Misalnya untuk melatih keterampilan berfikir (problem solving) dari beberapa mata pelajaran dicari materi yang merupakan bagian dari problem solving. Seperti komponen memprediksi, meramalkan kejadian yang sedang berlangsung, mengantisipasi sebuag bacaan, hipotesis laboratorium dan sebagainya. Keterampilan-keterampilan ini merupakan dasar yang saling berkaitan. Keterampilan yang digunakan dalam model ini disesuaikan pula dengan perkembangan usia siswa sehingga tidak tumpang tindih.
Contoh:
disuatu mata pelajaran, membutuhkan pemecahan masalah dari mata pelajaran lainnya.
Keunggulan model ini antara lain :
konsep berputar sekitar metakurikulum yang menekankan pada perilaku metakognitif. Model ini membuat siswa dapat belajar bagaimana seharusnya belajar di masa yang akan dating sesuai dengan laju perkembangan era globalisasi. Niali lebih dari model ini adalah materi untuk tiap mata pelajaran tetap murni sehingga siswa yang mempunyai tingkat pemikiran superordinat memiliki kekuatan transfer pada keterampilan hidup.
Kelemahan model ini antara lain :
Hubungan isi antar materi pelajaran tidak terlalu ditunjukkan sehingga secara eksplisit sehingga siswa kurang dapat memahami keterkaitan konten antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya. Guru perlu memahami keterampilan dan strategi yang digunakan siswa agar dapat mengembangkan dirinya.
F. The Immersed Model (Model Terbenam)
Model Terbenam (Immersed) adalah model pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran dalam satu proyek. Misalnya seorang mahasiswa yang memperdalam ilmu kedokteran maka selain Biologi, Kimia, Komputer, juga harus mempelajari fisika dan setiap mata pelajaran tersebut ada kesatuannya. Model ini dapat pula diterapkan pada siswa SD, SMP, maupun SMU dalam bentuk proyek di akhir semester.
Keunggulan model ini adalah ;
setiap siswa mempunyai ketertarikan mata pelajaran yang berbeda maka secara tidak langsung siswa yang lain akan belajar dari siswa lainnya. Mereka terpacu untuk dpat menghubungkan mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Mata pelajaran menjadi lebih terfokus dan siswa akan selalu mencari tahu apa yang menjadi pertanyaan baginya, sehingga pengalamannya menjadi lebih luas. Model ini melatih kreatifitas berfikir siswa secara bertahap dari jenjang SD hingga SMU. Bagi siswa kelas 4 SD model ini dapat dilaksanakan pada hari HUT RI. Misalnya merancang sebuah pesawat terbang yang seimbang lalu dipamerkan.
Kelemahan model ini antara lain :
siswa yang tidak senang membaca akan mendapat kesulitan utnuk mengerjakan proyek ini, sehingga siswa menjadi kehilangan minat belajar. Guru perlu waktu untuk mengorganisir semua kegiatan proyek yang dilaksanakan oleh siswa yang tersususn secara baik dan terencana sebelumnya.
G. The Networked Model (Model Jaringan)
Model Jaringan Kerja (Networking) adalah model pembelajaran berupa kerjasama antara siswa dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Sumber dapat berupa buku bacaan, internet, saluran radio, TV, atau teman, kakak, orangtua atau guru yang dianggap ahli olehnya. Siswa memperluas wawasan belajarnya sendiri artinya siswa termotivasi belajar karena rasa ingin tahunya yang besar dalam dirinya.
Keunggulan model ini :
siswa memperluas wawasan pengetahuan pada satu atau dua mata pelajaran secara mendalam dan sempit sararannya. Hal ini umumnya muncul secara tidak sengaja selama proses pembelajaran di kelas sedeng berlangsung.
Kelemahan model ini adalah :
kemnkinan motivasi siswa akan berubah sehingga kedalaman materi pelajaran menjadi dangkal secara tidak sengaja karena mendapat hambatan dalam mencari sumber.
( http://nurul071644249.wordpress.com/model-pembelajaran-terpadu )
C. KURIKULUM 2013
Kurikulum 2013 adalah karena ada perbedaan cara pandang atau belum memahami secara utuh konsep kurikulum berbasis kompetensi yang menjadi dasar Kurikulum 2013. Secara falsafati, pendidikan adalah proses panjang dan berkelanjutan untuk mentransformasikan peserta didik menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan penciptaannya, yaitu bermanfaat bagi dirinya, bagi sesama, bagi alam semesta, beserta segenap isi dan peradabannya.
Dalam UU Sisdiknas, menjadi bermanfaat itu dirumuskan dalam indikator strategis, seperti beriman-bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam memenuhi kebutuhan kompetensi abad ke-21, UU Sisdiknas juga memberikan arahan yang jelas bahwa tujuan pendidikan harus dicapai salah satunya melalui penerapan kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi lulusan program pendidikan harus mencakup tiga kompetensi, yakni sikap, pengetahuan, dan keterampilan, sehingga yang dihasilkan adalah manusia seutuhnya.
Dengan demikian, tujuan pendidikan nasional perlu dijabarkan menjadi himpunan kompetensi dalam tiga ranah kompetensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan). Di dalamnya terdapat sejumlah kompetensi yang harus dimiliki seseorang agar dapat menjadi orang beriman dan bertakwa, berilmu, dan seterusnya.
Mengingat pendidikan idealnya proses sepanjang hayat, maka lulusan atau keluaran dari suatu proses pendidikan tertentu harus dipastikan memiliki kompetensi yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikannya secara mandiri sehingga esensi tujuan pendidikan tercapai.
http://edukasi.kompas.com/read/2013/03/08/08205286/Kurikulum.2013
Kurikulum 2013 sering disebut juga dengan kurikulum berbasis karakter. Kurikulum ini merupakan kurikulum baru yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kurikulum 2013 sendiri merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pada pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, dimana siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam proses berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun dan sikpa disiplin yang tinggi. Kurikulum ini secara resmi menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang sudah diterapkan sejak 2006 lalu. bukan hanya itu, Kurikulum ini pun mempunyai kelemahan dan keunggulan
DAFTAR PUSTAKA
Maestrofisika. /2009/05/it-fisika.http://blogspot.ac.id ( DI akses tanggal 19, September 2014 )
Nurul071644249. /model-pembelajaran-terpadu . wordpress.com. ( Di akses tanggal 19 September 2014 )
http://edukasi.kompas.com/read/2013/03/08/08205286/Kurikulum.2013 ( di akses tanggal 19 September 2014 )
makalah bahasa indonesia proses berbicara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia terdiri dari berbagai suku yang tinggal dibeberapa pulau. Negara Indonesia memiliki bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sangat penting kedudukannya dalam kehidupan masyarakat.
Sebagai bahasa negara,bahasa Indonesia mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai bahasa resmi negara, bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, alat perhubungan pada tingkat nasional bagi kepentingan menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan, dan alat pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, seni, serta teknologi modern. Fungsi-fungsi ini tentu saja harus dijalankan secara tepat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Penggunaan bahasa Indonesia dewasa ini telah mengalami penurunan, dalam arti masyarakat sekarang ini lebih sering menggunakan bahasa asing atau bahasa popular dalam kehidupannya, tidak hanya di kehidupan masyarakat, dalam dunia pendidikan pun bahasa Indonesia sudah yang baik dan benar sudah sedikit mengalami penurunan.
Dari paparan di atas, tentu sangat jelas diperlukan pembudidayaan bahasa Indonesia dalam pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu alternatif terbaik untuk membudidayakan bahasa Indonesia agar menjadi bahasa yang benar-benar di -gunakan sesuai peraturan dan sesuai fungsinya.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Proses Berbicara itu terjadi?Strategi apa yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan berfikir?
1.3 Tujuan Penulisan
Memahami bagaimana proses berbicara terjadiMengetahui Strategi yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan berfikir.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proses Berbicara
Pengertian berbicara
Berbicara merupakan proses berbahasa lisan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan, merefleksikan pengalaman, dan berbagi informasi (Ellis, 1989). Ide merupakan esensi dari apa yang kita bicarakan dan kata-kata merupakan untuk mengeksresikannya. Berbicara merupakan proses yang kompleks karena melibatkan berpikir, bahasa, dan keterampilan sosial.
Oleh karena itu, kemampuan berbahasa lisan merupakan dasar utama dari pengajaran bahasa karena kemampuan berbahasa lisan (1) merupakan mode ekpresi yang sering digunakan, (2) merupakan bentuk kemampuan pertama yang biasanya dipelajari anak-anak, (3) merupakan tipe kemampuan berbahasa yang paling umum dipakai. Dari 2796 bahasa di dunia, semuanya memiliki bentuk bahasa lisan, tetapi hanya 153 saja yang mengembangkan bahasa tulisnya (Stewig, 1983).
Anak-anak memasuki awal sekolah sudah mampu berbicara untuk mengekspresikan kebutuhannya, bertanya, dan untuk belajar tentang dunia yang akan mereka kembangkan. Namun demikian, mereka belum mampu untuk memahami dan memproduksi kalimat-kalimat kompleks dan belum memahami variasi penggunaan bahasa yang didasarkan pada situasi yang berbeda. Hal ini menjadi tangung jawab guru untuk membangun pondasi kemampuan berbahasa, terutama kemampuan berbahasa lisan dalam kaitannya dengan situasi komunikasi yang berbeda-beda.
Para pakar mendefinisikan kemampuan berbicara secara berbeda-beda. Tarigan(1985) menyebutkan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata yang mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Batasan ini diperluas sehingga berbicara merupakan sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audioble) yang terlihat (visible).
Dalam kegiatan menyimak, aktivitas kita diawali dengan mendengar dan diakhiri dengan memahami atau menanggapi. Kegiatan berbicara tidak demikian, kegiatan berbicara diawali dari suatu pesan yang harus dimiliki pembicara yang akan disampaikan kepada penerima pesan agar penerima pesan dapat menerima atau memahami isi pesan tersebut. Penyampaian isi pikiran dan perasaan, penyampaian informasi, gagasan, serta pendapat yang selanjutnya disebut pesan (message) ini diharapkan sampai ke tujuan secara tepat.
Dalam menyampaikan pesan, seseorang menggunakan bahasa, dalam hal ini ragam bahasa lisan. Seseorang yang menyampaikan pesan tersebut mengharapkan agar penerima pesan dapat mengerti atau memahaminya. Apabila isi pesan itu dapat diketahui oleh penerima pesan, maka akan terjadi komunikasi antara pemberi pesan dan penerima pesan. Komunikasi tersebut pada akhirnya akan menimbulkan pengertian atau pemahaman terhadap isi pesan bagi penerimanya.
Pemberi pesan sebenarnya dapat juga disebut pembicara dan penerima pesan disebut juga sebagai pendengar atau penyimak atau disebut juga dengan istilah lain kamunikan dan komunikator. Peristiwa proses penyampaian pesan secara lisan seperti itu disebut berbicara dan peristiwa atau proses penerima pesan yang disampaikan secara lisan itu disebut menyimak. Dengan demikian, berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan, sedangkan menyimak adalah keterampilan menerima pesan yang disampaikan secara lisan.
Hakikat Berbicara
Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Depdikbud, 1984/1985:7). Pengertiannya secara khusus banyak dikemukakan oleh para pakar. Tarigan (1983:15), misalnya mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi sebab di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Proses komunikasi itu dapat digambarkan dalam bentuk diagram berikut ini (Rofiuddin, 1997).
Dalam proses komunikasi terjadi pemindahan pesan dari komunikator (pembicara) kepada komunikan (pendengar). Komunikator adalah seseorang yang memiliki pesan. Pesan yang akan disampaikan kepada komunikan lebih dahulu diubah ke dalam simbol yang dipahami oleh kedua belah pihak. Simbol tersebut memerlukan saluran agar dapat dipindahkan kepada komunikan. Bahasa lisan adalah alat komunikasi berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.Saluran untuk memindahkannya adalah udara. Selanjutnya, simbol yang disalurkan lewat udara diterima oleh komunikan. Karena simbol yang disampaikan itu dipahami oleh komunikan, ia dapat mengerti pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Tahap selanjutnya, komunikan memberikan umpan balik kepada komunikator. Umpan balik adalah reaksi yang timbul setelah komunikan memahami pesan. Reaksi dapat berupa jawaban atau tindakan. Dengan demikian, komunikasi yang berhasil ditandai oleh adanya interaksi antara komunikator dengan komunikan.
Berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik dan linguistik. Pada saat berbicara seseorang memanfaatkan faktor fisik, yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa. Bahkan organ tubuh yang lain seperti kepala, tangan, dan roman muka pun dimanfaatkan dalam berbicara. Stabilitas emosi, misalnya tidak saja berpengaruh terhadap kualitas suara yang dihasilkan oleh alat ucap tetapi juga berpengaruh terhadap keruntutan bahan pembicaraan.
Berbicara juga tidak terlepas dari faktor neurologis, yaitu jaringan saraf yang menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga, dan organ tubuh lain yang ikut dalam aktivitas berbicara. Demikian pula faktor semantik yang berhubungan dengan makna, dan faktor linguistik yang berkaitan dengan struktur bahasa selalu berperan dalam kegiatan berbicara. Bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan kata-kata harus disusun menurut aturan tertentu agar bermakna.
Berbicara merupakan tuntunan kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial sehingga dapat berkomunikasi dengan sesamanya.Stewart dan Kenner Zimmer(Depdikbud, 1984/85:8) memandang kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan dalam setiap individu, baik aktivitas individu maupun kelompok. Kemampuan berbicara sangat dibutuhkan dalam berbagai kehidupan keseharian kita. Oleh karena itu, kemampuan ini perlu dilatihkan secara rekursif sejak jenjang pendidikan sekolah dasar.
Kegiatan berbicara di lakukan untuk mengadakan hubungan sosial dan untuk melaksanakan suatu layanan. Yang termasuk golongan yang pertama misalnya, percakapan dalam suatu pesta, di cafetaria, pada saat antri dibank, dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk kelompok yang kedua misalnya, mengikuti wawancara untuk memperoleh pekerjaan, memesan makanan di rumah makan, membeli perangko, mendaftarkan sekolah, dan sebagainya.
Ellis (lewat Numan, 1991:46) mengemukakan adanya tiga cara untuk mengembangkan secara vertical dalam meningkatkan kemampuan berbicara:
Menirukan pembicaraan orang lain (khususnya guru)Mengembangkan bentuk-bentuk ujaran yang telah dikuasai, danMendekatkan atau menjajarkan dua bentuk ujaran, yaitu bentuk ujaran sendiri yang belum benar dan ujaran orang dewasa (terutama guru) yang sudah benar.
Kesulitan dalam berbicara, seperti halnya dalam menyimak, disebabkan oleh berbagai factor, salah satu factor yang menimbulkan kesulitan dalam berbicara adalah yang datang dari teman bicara. Seperti kita ketahui, dalam setiap kegiatan berbicara teman bicara menapsirkan makna pembicaraan agar komunikasi dapat berlangsung terus sampai tujuan pembicaraan tercapai. Apabila teman bicara tidak dapat menangkap makna pembicaraan maka komunikasi terputus terputus dengan kata lain tujuan komunikasi tidak tercapai.
Berikut ini proses pembelajaran berbicara dengan berbagai jenis kegiatan, yaitu percakapan berbicara estetik, berbicara untuk menyampaikan informasi atau untuk mempengaruhi, dan kegiatan dramatik (Tompkins dan Hoskisson, 1995:124-147).
1. Percakapan
Murid-murid mempelajari strategi dan keterampilan untuk melakukan sosialisasi dan percakapan dengan teman-temannya sekelas ketika mereka berpertisipasi dalam percakapan di kelompok kecil. Murid-murid mempelajari cara memulai percakapan, berbicara ketika memperoleh giliran. Menjaga agar percakapan berlangsung terus. Mendudukung komentar dan pertanyaan anggota kelompok, mengatasi perbedaan pendapat, dan mengakhiri percakapan. Mereka juga belajar tentang peran pembicaraan dalam mengembangkan pengetahuan.
Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam melakukan percakapan
Memulai percakapan
Untuk memulai percakapan, seorang murid secara sukarela atau di tunjuk untuk membuka pembicaraa. Kadang-kadang guru menyampaikan pertannyaan untuk didiskusikan, kemudian seorang murid mulai percakapan dengan mengulangi pertanyaan tersebut, sedangkan anggota kelompok menanggapinya.
Menjaga berlangsungnya percakapan
Murid-murid secara bergiliran menyampaikan komentar atau mengajukan pertanyaan, mereka mendukung pendapat teman-teman kelompok atau memperluas komentar mereka. Lewat percakapan, murid-murid menuju pada tercapainya suatu tujuan. Tujuan tersebut dapat berupa penyelesaian suatu tugas, menginterpretasikan buku yang telah mereka baca, atau menanggapi pertanyaan guru.
Anak-anak diarahkan agar bertindak sopan dalam melakukan percakapan. Mereka menerima komentar teman-teman dengan bersemangat dan penuh rasa hormat. Hendaknya mereka saling membicarakan dukungan. Mereka juga perlu membina suasana saling mempercayai dengan mengungkapkan persetujuan, menjaga perasaan teman, menyatakan persetujuan, dan menggunakan komentar anggota kelompok yang telah dikemukakan sebelumnya sebagai rujukan. Apabila terjadi perbedaan pendapat selama mengadakan percakapan, murid-murid harus dapat mengatasi dengan baik sehingga tidak terjadi pertengkaran. Anak-anak perlu menyadari bahwa perbedaan pandangan merupakan hal yang wajar, dan mereka perlu menghargai pendapat satu sama lain dan berusaha untuk dapat memadukannya.
Mengakhiri Percapan
Pada akhi percakapan, murid-murid seharusnya sudah dapat mencapai suatu persetujuan, sudah menjawab semua pertanyaan atau sudah melaksanakan tugas dengan baik. Kadang-kadang murid-murid menghasilkan sesuatu dari suatu percakapan, misalnya berupa kumpulan catatan hasil percakapan.
2. Berbicara Estetik (mendongeng)
Salah satu bentuk kegiatan berbicara estetik ialah bercerita, guru menyajikan karya sastra kepada murid-muridnya dengan teknik bercerita, dan murid juga diminta untuk bercerita mengenai karya sastra yang telah dibaca.
Adapun langkah-langkah dalam berbicara adalah sebagai berikut.
ü Memilih Cerita
Cerita-cerita tradisonal, misalnya cerita rakyat, sering dipilih untuk kegiatan berbicara (mendongeng). Namun, bentuk karya sastra anak-anak yang lama juga dapat digunakan. Hal yang paling penting dalam memilih cerita adalah memilih cerita yang menarik. Pertimbangan lainnya:
1) Cerita tersebut sederhana, dengan alur cerita yang jelas.
2) Cerita tersebut memiliki awal pengetahuan, dan pada akhir yang jelas
3) Tema cerita jelas
4) Jumlah pelaku cerita tidak banyak
5) Cerita mengandung dialog
6) Cerita menggunakan gaya bahasa pengetahuan
7) Menggunakan bahasa yang mangandung kaindahan
ü Menyiapkan diri untuk bercerita
Murid-murid hendaknya membaca kembali dua atau tiga kali cerita yang akan di ceritakan untuk memahami perwatakan pelaku-pelakunya dan dapat menceritakannya secara urut. Kemudian murid-murid memilih frasa-frasa atau kalimat yang akan diambil untuk membuat ceritanya nanti serasa hidup, sehingga lebih menarik perhatikan pendengar, termasuk penggunaan suara yang bervariasi.
ü Menambahkan barang-barang yang di perlukan
Murid-murid dapat menggunakan beberapa teknik untuk membuat ceritanya lebih hidup. Tiga barang yang dapat di gunakan untuk cerita lebih menarik ialah gambar-gambar yang di tempelkan dipapan planel, boneka, dan benda-benda yang menggambarkan pelaku binatang atau barang-barang yang di ceritakan. Misalnya untuk cerita cinta laras dapat digunakan patung ayam jantan dari tanah liat atau celengan berbentuk ayam jantan.
ü Bercerita atau mendongeng
Murid-murid bercerita sesuai dengan persiapan yang mereka lakukan kepada teman-teman sekelas atau kepada anak-anak yang lebih kecil.
3. Berbicara untuk menyampaikan informasi atau mempengaruhi
Keempat macam bentuk kegiatan yang masuk jenis kegiatan ini ialah melaporkan secara lisan, melakukan wawancara dan berdebat.
Langkah-langkah dalam melaporkan informasi secara lisan ialah: memilih topic, mengumpulkan dan menyusun informasi, mengumpulkan benda-benda untuk memvisualkan informasi (diagram, peta, gambar, dll), dan menyajiakan laporan tema pembelajaran yang telah di tentukan. Pengumpulan informasi dilakukan dengan membaca berbagai sumber, antara lain buku, majala, surat kabar, ensiklopedia, almanac, dan atlas. Disamping sumber cetak, dapat juga sumber informasi berupa film, rekaman video, atau hasil wawancara.
Dalam menyajikan informasi, murid-murid seharusnya tidak dengan membaca catatan. Sebelum penyajian di mulai, guru perlu menyampaikan cirri-ciri penyaji yang baik. Misalnya penyaji harus berbicara cukup jelas dan tidak menyimpang dari pokok-pokok pembicaraan yang telah di siapkan.
4. Kegiatan Dramatik
Bermain drama merupakan media bagi murid-murid untuk menggunakan bahasa verbal dan bahasa nonverbal dalam konteks yang bermakna. Ketika memainkan drama, anak-anak berinteraksi dengan teman-teman sekelas, berbagi pengalaman, dan mencoba menafsirkan sendiri naskah drama yang dimainkan.
2.2 Strategi Meningkatkan Kemampuan Berbicara dan Berpikir
1. Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir.
Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB ) adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaah fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan.Terdapat beberapa hal yang terkandung dalam pengertian di atas :
Pertama, Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai oleh Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah bukan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal.Kedua, telaah fakta-fakta sosial atau pengalaman social merupakan dasar pengembangan kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-hari.Ketiga, sasaran akhir Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak.
ü Hakikat Kemampuan Berpikir dalam Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir
Strategi pembelajaran peningkatan berpikir atau SPPKB, merupakan model pembelajaran yang bertumpu pada proses perbaikan dan peningkatan kemampuan berpikir siswa. SPPKB bukan hanya sekedar model pembelajaran yang diarahkan agar peserta didik dapat mengingat dan memahami berbagai data, fakta atau konsep, akan tetapi bagaimana bagaimana data, data, fakta dan konsep tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk melatih kemampuan berpikir siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah.
ü Karakteristik Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir
Sebagai strategi pembelajaran yang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, SPPKB memiliki tiga karakteristik :
Proses pembelajaran melalui SPPKB menekankan kepada proses mental siswa secara maksimal.SPPKB bukan model pembelajaran yang hanya menuntut siswa sekedar mendengar dan mencatat, tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir;SPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara terus menerus. Proses pembelajaran melalui dialog dan tanya jawab itu diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri;SPPKB adalah model pembelajaran yang menyandarkan kepada dua sisi proses dan hasil belajar.Proses belajar dirahlan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan sisi hasil belajar diarahkan untuk mengkontruksi pengetahuan atau penguasaan materi pembelajaran baru.
ü Tahapan-tahapan Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir
SPPKB menekankan kepada keterlibatan siswa secara penuh dalam belajar. Hal ini sesuai dengan hakikat SPPKB yang tidak mengharapkan siswa sebagai obyek belajar yang hanya duduk mendengarkan penjelasan guru, kemudian mencatat yang berhubungan dengan penguasaan materi pelajaran dan mencatat untuk dihafalkan. Ada 6 tahap dalam SPPKB, sebagai berikut :
1. Tahap orientasi
Pada tahap ini guru mengondisikan siswa pada posisi siap untuk melakukan pembelajaran Tahap orientasi dilakukan dengan, pertama penjelasan tujuan yang harus dicapai, baik tujuan yang berhubungan dengan penguasaan materi pelajaran, maupun tujuan yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau kemampuan berpikir yang harus dimiliki oleh siswa. Kedua, penjelasan proses pembelajaran yang harus dilakukan siswa dalam setiap tahapan proses pembelajaran.
2. Tahap Pelacakan
Tahap pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk memahami pengalaman dan kemampuan dasar siswa sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang akan dibicarakan. Melalui tahapan inilah guru mengembangkan dialog dan tanya jawab untuk mengungkap pengalaman apa saja yang telah dimiliki siswa yang dianggap relevan dengan tema yang akan dikaji. Dengan berbekal pemahaman itulah selanjutnya guru menentukan bagaimana ia harus mengembangkan dialog dan tanya jawab pada tahapan-tahapan selanjutnya.
3. Tahap Konfrontasi
Tahap konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang harus dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Untuk merangsang peningkatan kemampuan siswa pada tahapan ini, guru dapat memberikan persoalan-persoalan yang dilematis yang memerlukan jawaban atau jalan keluar. Persoalan yang diberikan sesuai dengan tema atau topic itu tentu saja persoalan yang sesuai dengan kemampuan dasar atau pengalaman siswa.Pada tahap ini guru harus dapat mengembangkan dialog agar siswa benar-benar memahami persoalan yang harus dipecahkan.
4. Tahap inkuiri
Tahap inkuiri adalah tahapan terpenting dalam Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir. Pada tahap inilah siswa belajar berpikir yang sesungguhnya. Melalui tahapan inkuiri siswa diajak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi.Oleh sebab itu guru harus memberikan ruang dan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan gagasan dalam upaya penecahan persoalan.
5. Tahap Akomodasi
Tahap akomodasi adalah tahapan pembentukan pengetahuan baru melalui proses penyimpulan. Pada tahap ini siswa dituntut untuk dapat menemukan kata-kata kunci sesuai dengan topik atau tema pembelajaran. Pada tahap ini melalui dialog guru membimbing agar siswa dapat menyimpulkan apa yang mereka temukan dan mereka pahami sekitar topik yang dipermasalahkan.
6. Tahap Transfer
Tahap transfer adalah tahapan penyajian masalah baru yang sepadan dengan masalah yang disajikan.Tahap transfer dimaksudkan agar agar siswa mampu menstransfer kemampuan berpikir setiap siswa,untuk memecahkan masalah-masalahbaru.Pada tahap ini guru memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan topic pembahasan.
2. Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berbicara
Keterampilan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila murid-murid memperolah kesempatan untuk mengkomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang lain. Dalam kesempatan-kesempatan yang bersifat informal. Selama kegiatan belajar di sekolah guru menciptaan berbagai lapangan pengalaman yang memungkinkan murid-murid mengembangkan kemampuan berbicara.Kegiatan-kegiatan untuk melatih keterampilan berbicara itu antara lain menyajikan informasi,partisipasi dalam diskusi,berbicara untuk menghibur atau menyajikan pertunjukan (Ross dan Roe,1990: 133-143).
seperti yang disajikan berikut ini.
ü Menyajikan informasi
Salah satu bentuk kegiatan penyajian informasi yang sesuai bagi anak-anak kelas 3-6 SD ialah menyampaikan laporan secara lisan.Untuk mengingatkan agar anak-anak menggunakan cara-cara yang efektif dalam menyajikan laporan secara lisan,masalah mereka menceritakan hal-hal yang mereka inginkan dan tidak mereka inginkan dari seorang pembicara.
Bentuk yang lain untuk melatih penyajian informasi ialah dengan berpidato.Tujuan kegiatan ini untuk menolong anak-anak mengembangkan rasa percaya diri dalam berbicara dengan orang lain,belajar menyusun,dan menyajikan suatu pembicaraan,dan mempelajari cara terbaik untuk berbicara di hadapan sejumlah pendengar.
ü Berpartisipasi dalam Diskusi
Diskusi memberikan kesempatan kepada murid untuk berinteraksi dengan murid-murid yang lain dan guru,megekspresikan pikiran secara lengkap,pengajukan berbagai pendapat,dan mempertimbangkan perubahan pendapat apabila berhadapan dengan bukti-bukti yang menyakinkan atau tanggapan yang masuk akal yang dikemukan oleh peserta diskusi hasil penilitian menujukan bahwa diskusi merupakan strategi yang membuat murid-murid lebih bergairah dalam proses pembelajaran.
Diskusi kelompok merupakan teknik yang sering di gunakan sebagai teknik pengembangan bahasa lisan yang menuntut kemampuan murid untuk membantu generalisasi dan mengajukan pendapat-pendapat mengajukan pendapatan-pendapatan mengenai suatu topik atau bermasalah.Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka,murid-murid mengungkapkan gagasan dan berbagi informasi dengan mendiskripsikan keputusan,dan mengajukan pemecahan masalah.Selama berpartisipasi dalam diskusi,murid-murid kurung bergantung pada jawasan benar dari guru,tetapi mencermati gagasan mereka sendiri dan gagasan teman-teman mereka.Diskusi untuk memecahkan masalah akan berhasil dengan baik apabila guru dan murid-murid bersama-sama merumuskan masalah-masalah yang akan didiskusikan.
Guru dapat mebgontrol pelaksanaan diskusi dengan memfokuskan perhatian pada ketertarikan murid pada topik yang didiskusikan.Apabila pelaksanaa diskusi menyimpangan dari topik,guru dapat mengarahkan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan topik diskusi.
ü Menghibur (menyajikan pertanyaan)
Kadang-kadang murid dapat menyajikan pertunjukan untuk teman atau teman sekelas,teman-teman dari kelas yang lain,orang tua dan anggota masyarakat sekitar gedung sekolah.mereka boleh memilih menyajikan sandiwara boneka,bercerita atau membaca puisi secara kor atau partisipasi dalam pementasan drama .
ü Bercerita atau membaca puisi secara Kor
Melalui Kegiatan bercerita atau membaca puisi secara kor,anak-anak dapat mengekspesikan karya sastra.Mereka dapat merasakan keindahan karya sastra lewat ritme,rima,aliterasi,dan suasana batin yang siungkapkan.Beberapa cerita rakyat dapat digunakan untuk kegiatan ini,tetapi yang paling mudah digunakan untuk kegiatan ini adalah puisi.
ü Bermain Drama
Bentuk lain apresiasi sastra secara lisan ialah membaca naskah drama atau bermain drama.Diantara anak-anak ada berperan sebagai narator,yakni yang membacakan diskripsi cerita.Anak-anak yan lain memerankan semua pelaku cerita yang telah ditentukan.
Disamping yang telah di uraikan ditas,pengembangan kemampuan berbahasa lisan juga dapat berbentuk lisan juga dapat berbentuk curah pendapat.dan percakapan.Curah pendapat digunakan untuk merangsang kemampuan berfikir dan berekspresi secara lisan.Guru perlu menyampaikan aturan-aturan sederhana dalam melakukan curah pendapat,sebagai berikut:
Berfikirlah untuk mengemukakan gagasan sebanyak mungkin yang berhubungan dengan topik.Dengarkan yang dikatakan teman-temanmu,kemudian kembangkan gagasan mereka.Pikirkan lah gagasa-gagasan yang asli dan belum dikemukakan orang lain.Kemukakan satu gagasan setiap berbicaraJangan mengkritik gagasan seseorang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berbicara merupakan proses berbahasa lisan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan, merefleksikan pengalaman, dan berbagi informasi (Ellis, 1989). Ide merupakan esensi dari apa yang kita bicarakan dan kata-kata merupakan untuk mengeksresikannya. Berbicara merupakan proses yang kompleks karena melibatkan berpikir, bahasa, dan keterampilan sosial.
Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB ) adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaah fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan.
Keterampilan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila murid-murid memperolah kesempatan untuk mengkomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang lain. Dalam kesempatan-kesempatan yang bersifat informal. Selama kegiatan belajar di sekolah guru menciptaan berbagai lapangan pengalaman yang memungkinkan murid-murid mengembangkan kemampuan berbicara.Kegiatan-kegiatan untuk melatih keterampilan berbicara itu antara lain menyajikan informasi,partisipasi dalam diskusi,berbicara untuk menghibur atau menyajikan pertunjukan (Ross dan Roe,1990: 133-143).
3.2 Saran
Kita sebagai calon guru perlu memberikan dorongan kepada anak untuk mengemukakan pandangan dan pendapatnya. Kebiasaan untuk memperhatikan, memahami, dan menanggapi secara kritis pembicaraan orang lain perlu dikembangkan, demikian juga anak-anak perlu diarahkan untuk dapat menyampaikan kritis yang konstruktif secara sopan, dan menerima kritik secara terbuka. Untuk itu guru perlu memberikan teladan sebagai penyimak yang kritis dan pembicara yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Barokah nurfitri.2014.”perkembangan kognitif menurut para ahli”. http://www.blogspot.com.html.diakses tanggal 28september 2014
Smp Priwangon.2014.”strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir”.http://www.sch.id.diakses tanggal 28 september 2014
Kategori
- Masih Kosong