Polemik MOMB UNG
Masa Orientasi Mahasiswa Baru (MOMB) di lingkungan Universitas Negeri Gorontalo (UNG) saat ini menuai tanggapan sejumlah mahasiswa. Kegiatan MOMB yang menjadi kegiatan rutin dalam penerimaan Mahasiswa Baru (Maba), untuk pengenalan kampus serta orientasi studi, apakah diadakan atau ditiadakan di tengah Pandemik Covid-19.
Kyky, salah satu mahasiswa yang berkuliah di UNG lebih memilih untuk, pihak UNG tetap mengadakan kegiatan MOMB tetapi secara virtual.
“Ya harus tetap diadakan tetapi virtual. Menurut saya perihal MOMB ini kalau dilaksanakan di masa pandemi seperti sekarang ini tdk tepat. Karena, jika tetap harus dilaksanakan dgn ribuan maba walaupun dengan protokol kesehatan yang ketat, saya rasa tidak akan efektif seperti MOMB tahun lalu. Sehingga itu saya menyarankan jika MOMB diadakan lewat virtual. Sehingga bisa mencegah menularnya virus covid-19 dan sekaligus membantu pemerintah juga,” ungkap kyky, Jumat (21/08/2020).
Begitupun dengan Anna. Ia lebih menyarankan untuk tetap diadakan pelaksanaan MOMB. Tetapi, tetap mematuhi protokol kesehatan penanganan Covid-19.
“Tetap harus dilaksanakan. Mengingat MOMB sangat penting bagi Mahasiswa baru untuk pengenalan kampus, serta orientasinya. Namun, ditengah pandemik tetap harus memperhatikan protokol kesehatan. Resiko penularaan sudah pasti ada. Tinggal bagaimana pihak UNG dalam menangani hal tersebut agar tidak terjadi,” kata Anna.
Sementara itu, tidak dengan Nadya. Ia lebih mengungkapkan, pelaksanaan MOMB tahun ini belum efektif jika masih di tengah Pandemik Covid-19.
“Kayaknya masih masih kurang efektif untuk mengadakan MOMB atau kegiatan kampus lainnya. Mengingat rektor UNG juga jadi salah satu orang yg selalu menanggapi dengan serius masalah covid-19 jadi agak rancu kalau rektor mengizinkan diadakannya kegiatan tersebut,” ucap Nadya
Rektor Mendaklarasikan UNG Sebagai Kampus Kerakyatan
Perayaan Dies Natalis ke-57 menjadi momen spesiap bagi seluruh Civitas Akademika UNG. Pada momen spesial ini, Eduart Wolok menegaskan arah baru Universitas yang ia pimpin dengan mendeklarasikan Kampus Merah Meron UNG sebagai Kampus Kerakyatan.
Bagi Eduart, UNG mesti menjadi Kampus Kerakyatan, sebab dengan begitu kampus tidak berada di menara gading ilmu pengetahuan.
"Kenapa kampus kerakyatan? Sebab fokus UNG kedepan adalah membangun ekosistem akademik yang berbasis pada kawasan perdesaan, khususnya di kawasan Teluk Tomini dan Utara Indonesia. Menyebut desa berarti sangat dekat dengan rakyat. Maka kampus kerakyatan bukan saja jargon, tapi juga pilar penting bagi UNG di masa akan datang", tutur Eduart.
Momentum Dies ini bagi Rektor UNG ini adalah refleksi sejauhmana kiprah UNG hari ini, apakah terasa di rakyat atau tidak, apakah hasil riset dan pengabdian masyarakat bisa bermanfaat atau tidak.
"Kita tak bisa lagi berumah diatas awan, kita harus "turun ke bumi", ke realitas masyarakat. Kita harus dekat dengan rakyat, jangan lagi ada jarak dengan masyarakat. Kita harus hadir di tengah-tengah masyarakat". terang Eduart.
Melalui cara tersebut kata Rektor, kontribusi UNG terhadap kawasan teluk tomini akan menjadi luar biasa. "Apalagi bisa kita jaga dan wujudkan bersama maka insyaallah UNG yang unggul dan berdaya saing bisa kita wujudkan bersama," pungkas Rektor. (**)
Sejarah Universitas Negeri Gorontalo
Mulanya Universitas ini diberi nama Junior College, dan menjadi bagian dari FKIP UNSULUTENG. Tapi, di tahun 1964 statusnya berubah menjadi Cabang FKIP IKIP Yogyakarta Cabang Manado, dan tahun 1965 bergabung dengan IKIP Manado Cabang Gorontalo. Tahun 1982 lembaga ini menjadi salah satu Fakultas dari Universitas Sam Ratulangi Manado dengan nama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unsrat Manado di Gorontalo. Lembaga ini resmi berdiri sendiri berdasarkan Keppres RI Nomor 9 Tahun 1993 tanggal 16 Januari 1993, dengan nama Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Gorontalo.
Tahun 2001 berdasarkan Keppres RI Nomor 19 Tahun 2001 tanggal 5 Februari 2001 status lembaga ini ditingkatkan menjadi IKIP Negeri Gorontalo dengan 5 Fakultas dan 25 Program Studi. Dan akhirnya, pada tanggal 23 Juni 2004 Presiden Megawati meresmikan menjadi Universitas Negeri Gorontalo dengan Keputusan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2004, tanggal 23 Juni 2004.
Universitas Negeri Gorontalo membuka pintu selebar-lebarnya bagi segala upaya pengembangan martabat manusia melalui riset-riset. Paradigma piramida terbalik yang didorong oleh Rektor Prof. Dr. Syamsu Qamar Badu, M.Pd sangat mengutamakan program-program yang bisa lebih mendorong jurusan/prodi untuk bisa lebih mandiri, kreatif dan inovatif.
Berdasarkan hasil akreditasi institusi oleh Badan Akreditasi Perguruan Tinggi tahun 2018, mengukuhkan Universitas Negeri Gorontalo masuk sebagai jajaran Perguruan Tinggi terbaik dengan perolehan akreditasi A. Pada tahun 2017, menempatkan Universitas Negeri Gorontalo pada peringkat 50 berdasarkan peringkat 100 besar Perguruan Tinggi Indonesia Non Politeknik oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Republik Indonesia. Selain itu berdasarkan data Peringkat Universitas di Dunia versi Webometrics tahun 2018, menempatkan Universitas Negeri Gorontalo pada peringkat 154 (Asia Tenggara) dan 42 (Indonesia).