ARSIP BULANAN : September 2012

HERDI.UNG@GMAIL.COM

29 September 2012 13:49:57 Dibaca : 2

 

 

NAMA:FAHMIN HASAN

 

KELAS:E

 

TUGAS:BAHASA INDONESIA

 

JURUSAN:ILMU HUKUM

 

 

 

 

SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

 

 

Bahasa indonesia berasal dari bahasa Austronesia. Bangsa Austronesia berasal dari daerah Tiongkok yang berimigrasi ke pulau Taiwan. Dan bahasa Austronesia yang banyak digunakan adalah bahasa jawa, bahasa melayu (yang kini menjadi bahasa Indonesia), bahasa sunda, bahasa madura, bahasa Aceh, bahasa Batak, dan bahasa Bali.

Bahasa Melayu kuno gemilang pada abad ke-7 hingga ke-13 pada zaman kerajaan Sriwijaya. Banyak ditemukan prasasti-prasasti kuno yang tertulis dengan huruf Palawa. Digunakannya bahasa melayu sebagai bahasa resmi karena digunakan sebagai bahasa resmi kerajaan, juga bahasa yang digunakan dalam perdagangan. Selain itu, bahasa melayu mudah dipelajari karena tdak ada tingkatan bahasa, dan banyak dipengaruhi oleh bahasa sansekerta.

Bahasa melayu kuno digantikan dengan bahasa melayu klasik karena pengaruh agama Islam. Ditemukannya prasasti-prasasti kuno yang tertulis dengan prosa melayu, juga arab melayu. Kemudian pada abad XIX dimulailah zaman bahasa melayu modern yang digunakan dalam berbagai aspek. Tapi setelah perang dunia II, Inggris mengubahnya dengan menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.

Akta bahasa kebangsaan 1963/1967 menetapkan bahasa melayu sebagai bahasa resmi negara. Bahasa melayu digunakan sebagai bahasa nasional adalah atas usulan Muhammad Yamin yang kemudian diakui pada saat sumpah pemuda tanggal 28 oktober 1928. Namun bahasa Indonesia diakui sebagai bahasa negara tanggal 18 Agustus 1945 setelah kemerdekaan.

Kedudukan bahasa Indonesia yaitu sebagai bahasa Nasional seperti dalam ikrar sumpah pemuda sebagai alat pemersatu bangsa dalam suku yang berbeda-beda, dan bahasa negara yang tercantum dalam UUD ’45 terutama sebagai bahasa pengantar di dunia pendidikan.

Namun seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, begitupun bahasa yang terus mengalami perubahan dan perkembangan ragam dan variasi bahasa karena fungsi, kedudukan, serta lingkungan yang berbeda-beda. Mulanya bahasa Indonesia ditulis dengan tulisan latin-romawi mengikuti ejaan Belanda. Hingga pada 1972 Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dicanangkan.

Peran bahasa bagi bangsa Indonesia sangat penting. Yang pasti untuk bepikir. Dengan bahasa manusia bisa menyampaikan penalaran dan pemikiran mereka. Bahasa juga sebagai alat pewaris kebudayaan masyarakat kepada generasi-generasi selanjutnya. Pengembangan dan pembinaan bahasa indonesi dapat melalui berbagai bidang, antaranya: bidang pendidikan, bidang komunikasi, kesenian, juga pada bidang ilmu dan teknologi.

Ada 4 periode masa yang mempengaruhi perubahan ejaan bahasa. (1)zaman Hindu, (2)zaman Islam, (3)zaman kolonial, (4)zaman pasca kolonialisme.

Kata “ejaan” berasal bari bahasa arab hija’ menjadi eja yang mendapat akhiran –an. Hakikat bahasa adalah bahasa lisan. Bahasa tulis merupaka turunan dari bahasa lisan. Perbedaan antara ragam tulis dan lisan adalah bahsa lisan terutama yang tidak baku, sangat simpel. Setelah Islam datang, di Nusantara digunakan huruf arab untuk menulis bahasa melayu. Pada 1901 pertama kali penggunaan huruf latin untuk bahasa melayu. Ejaan ini dikenal dengan ejaan Van Ophuijsen.

 pertama kali digunakan setelah merdeka. Berlakulah ejaan ini pada 16 agustus 1972. Pada 12 Oktober 1972, diterbitkannya pedoman ejaan yang direvisi kembali tahun 1987.

Secara garis besar, ruang lingkup ejaan terdiri dari hal-hal berikut:

A.      Pemakaian Huruf

Nama huruf bahasa Indonesia seperti yang kita kenal dengan huruf abjad dan ada juga penggabungan untuk melambangkan diftong seperti: Au(harimau), atau penggabungan khusus, seperti: ng(lambang). Ejaan Indonesia menggunakan ejaan fonemis dimana hanya ada satu bunyi utuk satu lambang, lain dengan bahasa Inggris yang satu lambang memiliki beberapa bunyi.

Karena bahasa Indonesia menggunakan satu sistem ejaan, pada dasarnya lafal singkatan dan kata mengikuti bunyi nama huruf secara konsisten, seperti: bus(dibaca:bus)

Yang harus diperhatikan dalam persukuan (pemenggalan kata), (1)menggunakan tanda hubung, (2)tidak memenggal kata dengan garis bawah, (3)hindari penggalan satu huruf. Begitupun dengan nama orang, hanya dibenarkan dengan memisahkan nama pertama dan nama kedua.

Penulisan nama diri ditulis sesuai dengan ejaan yang berlaku.

 

B.      Penulisan Huruf

Huruf terdiri dari: huruf kecil, huruf kapital, dan huruf miring.

Huruf kapital digunakan sebagai:

-huruf pertama awal kalimat

-huruf pertama petikan langsung

-huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan

-huruf pertama gelar kehormatan atau keturunan yang diikuti nama orang

-huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama orang.

-huruf pertama nama orang

-huruf pertama nama bangsa, suku dan bahasa

-huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah

-huruf pertama nama khas geografi

-huruf pertama nama lembaga resmi atau badan dan dokumen resmi

-huruf pertama semua kata dalam nama buku, majalah, surat kabar, kecuali partikel di, ke, yang, dari, yang tidak terletak di awal kalimat

-huruf pertama dalam singkatan nama, gelar, sapaan.

-huruf pertama hubungan kekerabatan seperti: bapak, ibu, saudara yang dipakai sebagai kata ganti.

Huruf miring digunakan untuk:

-menulis nama buku, majalah yang dikutip dari karangan

-menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata

-menuliskan nama ilmiyah atau ungkapan asing.

 

C.      Penulisan Kata

Penulisan kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan

Penulisan kata turunan:

-imbuhan ditulis serangkai dengan kata dasar

-kalau gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikutinya.

-kalau gabungan kata, awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan kata tersebut

-kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam unsur kombinasi:

Jika bentuk terikat diikuti kata berhuruf awal kapital, maka antara keduanya diberi tanda hubung.

Jika jika kata maha diikuti kata esa dan selainkata dasar sebagai unsur gabungan, maka ditulis terpisah.

Bentuk kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan kata hubung.

Penulisan gabungan kata:

-kata majemuk, istilah khusus, bagian-bagiannya ditulis terpisah.

-istilah khusus yang mungkin akan menimbulkan salah baca diberi tanda hubung.

-kata yang dianggap sudah satu ditulis serangkai.

Penulisan kata ganti ku, mu, kau, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Kata si dan sang ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.

Penulisan partikel:

-partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

-partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah.

Penulisan singkatan dan Akronim:

-singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik.

-singkatan nama resmi lembaga dan nama dokumen resmi , huruf awal ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik, misalnya: BPK, PT, KTP, SLTP.

-singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu titik, misalnya:dkk.

-singkatan lambang kimia, singkatan satuan ukuran, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.

- akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan hruruf kapital.

-akronim yang berupa gabungan kata atau huruf dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital, misalnya: Angkatan Bersenjata RI (Akabri).

-akronim yang bukan nama diri berupa gabungan kata atau huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.

Penulisan angka lambang bilangan:

-Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor.

-angka digunakan untuk menyatakan : panjang, berat, dan isi, satuan waktu, mata uang, nomor jalan.

-penulisan lambang bilangan, misalnya: 3/8(tiga perdelapan)

-penulisan kata bilangan tingkat

-penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an ditulis dengan angka atau dengan ejaan.

-Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja sebagian supaya mudah dibaca, kecuali dalam dokumen resmi.

-bilangan tidak perlu ditulis angka dan huruf sekaligus kecuali pada dokumen resmi.

-bilangan yang dilambangkan dengan kata dan huruf, penulisannya harus tepat.

D.     Penulisan Unsur Serapan

Bahsa arab sebenarnya sudah banyak yang diserap ke dalam bahasa Indonesia dan relatif konsisten. Untuk  menyerap bahasa arab, kita harus memperhatikan:

-unsur mad (panjang) ditiadakan.

-konsonan yang tidak ada dalam bahasa indonesia sebaiknya diadaptasi dengan fonem yang berdekatan dengan fonem bahasa indonesia baik lafal maupun ejaannya, seperti: rizq(rezeki).

Jika tidak, maka tulislah sesuai lafal sebenarnya dengan huruf miring.

E.      Pemakaian Tanda Baca

Orang sering mengabaikan tanda baca yang sebenarnya sangat membantu orang dalam memahami bacaan.

1. Titik digunakan:

-pada akhir kalimat.

-pada singkatan nama orang.

-pada singkatan kata/ungkapan yang sudah sangat umum.

-untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik untuk menunjukkan waktu dan jangka waktu.

-Pada singkatan gelar, pangkat, jabatan.

2. Titiik tidak dipakai:

-untuk memisahkan angka ribuan, jutaan dan seterusnya yang tidak menunjukkan jumlah.

-pada singkatan yang terdiri dari huruf-huruf awal kata , suku kata atau gabungan keduanya

-dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, timbangan dan mata uang.

Pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, tabel, dan sebagainya.

-dibelakang alamat, tanggal surat pengirim dan penerima surat.

3. Koma digunakan:

-diantara unsur-unsur dalam suatu pemerian

-untuk memisahkan bagian kalimat setara yang menggunakan tetapi dan melainkan

-untuk memisahkan anak kalimat dengan induk kalimat jika anak kalimat lebih dulu.

-di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat dala posisi awal, seperti: sebelum itu, kami tertidur.

-di belakang kata seru pada posisi awal.

-untuk memisahkan petikan langsung dalam kalimat

-di antaraunsur-unsur alamat yang ditulis berurutan.

-dalam penulisan nama dalam daftar pustaka.

-sebagai pemisah bagian-bagian pada catatan kaki.

-Untuk membedakan singkatan nama gelar dengan singkatan nama marga.

-pada angka desimal dan antara rupiah dan sen.

-untuk mengapit keterangan tambahan  dan keterangan aposisi, misalnya: dosen kami, Pak Mustofa, sering berceramah di masjid.

4. Koma tidak digunakan untuk:

-pemisahan kutipan langsung yang berakhir dengan tanda tanya atau seru.

5. Titik koma (;) digunakan untuk:

-memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara

6. Titik dua (:) digunakan untuk:

-Pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian pemerian.

-sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian

-dalam teks drama sesudah kata pelaku percakapan

-diantara jilid atau nomor dan halaman, antara bab dan dan ayat dalam kitab suci.

7. Tanda hubung digunakan untuk:

-menyambung suku-suku kata yang terpisah karena pergantian baris

-menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya.

-menyambung kata ulang

-menyambung huruf kata yang dieja.

-untuk memperjelas bagian –bagian ungkapan, misalnya: ber-evolusi

-merangkai se- dengan huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan –an, kapital dengan imbuha.

-merangkai unsur bahasa indonesia dengan unsur bahas asing.

8. Tanda pisah digunakan untuk:

-membataasi penyisipan penjelasan kata atau kalimat.

-menegaskan adanya aposisi.

-memberi arti sampai dengan antara bilangan atau tanggal, dan arti ke atau sampai antara dua tempat.

9. Tanda elipsis (...) digunakan untuk:

-menggambarkan kalimat yang terputus-putus

-menunjukkan bagian yang hilang dalam suatu petikan.

-meminta untuk diisi.

10. Tanda tanya (?) digunakan untuk:

-pada akhir kalimat tanya.

-di antara tanda kurung untuk menyatakan kurang validnya data.

11. Tanda seru (!) digunakan  untuk:

-sesudah ungkapan seru

12. Tanda kurung () digunakan untuk:

-mengapit keterangan atau penjelasan.

-mengapit penjelasan yang bukan bagian integal dalam pembicaraan

13. Tanda garis miring digunakan untuk:

-dalam penomoran kode surat dan nomor pada alamat.

-pengganti kata atau, per,atau tiap

14. Tanda petik ganda (“...”)

-mengapit petikan langsung

-mengapit judul syair, karangan dan buku.

-mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung

-mengapit istilah ilmiyah yang kurang dikenal atau kata yang memilikiarti khusus.

-sebagai penutup kalimat atau ungkapan yang digunakan ssebagai arti khusus.

15. Tanda petik tunggal (‘...’)

-mengapit petikan dalam petikan

-mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing, misalnya: al-tarbiyah Islamiyah

 



 

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONSIA

 

 

 

  • FUNGSI BAHASA

 

Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang

 

digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial (Keraf, 1997: 3).

 

 

 

Derasnya arus globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak pula pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi itu, bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di dalam dunia persaingan di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi. . Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia.

 

Menurut Sunaryo (2000 : 6), tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) iptek tidak dapat tumbuh dan berkembang.

 

 

 

Selain itu bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa merupakan cermin dari daya nalar (pikiran).

 

 

 

  • untuk mengungkapkan perasaan

 

Melalui bahasa kita dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada dan pikiran kita, sekurang-kurangnya dapat memaklimkan keberadaan kita. Misalnya seperti seorang penulis buku, mereka akan menuangkan segala seseuatu yang mereka pikirkan ke dalam sebuah tulisan tanpa memikirkan si pembaca, mereka hanya berfokus pada keinginan mereka sendiri.

 

Sebenarnya ada 2 unsur yang mendorong kita untuk mengekspresikan diri, yaitu:

 

(1) Agar menarik perhatian orang lain terhadap kita;

 

(2) Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.

 

contoh: mampu menggungkapkan gambaran,maksud ,gagasan, dan perasaan.

 



 

  • Sebagai alat komunikasi

 

Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4). Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain.

 

 

 

Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan dan pemikiran yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli atau menanggapi hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita.

 

Pada saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Oleh karena itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum..

 

 

 

Dengan kata lain, kata besar atau luas,dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata makro akan memberikan nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, atau nuansa tradisional.

 



 

  • Alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial

 

Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan bergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-teman dan menggunakan bahasa standar pada orang tua atau orang yang kita hormati.

 

 

 

Dalam mempelajari bahasa asing, kita juga berusaha mempelajari bagaimana cara menggunakan bahasa tersebut. Misalnya, pada situasi apakah kita akan menggunakan kata tertentu, kata manakah yang sopan dan tidak sopan. Jangan sampai kita salah menggunakan tata cara berbahasa dalam budaya bahasa tersebut. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa, kita dengan mudah berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa tersebut.

 



 

  • Sebagai alat kontrol sosial

 

Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat. Berbagai penerangan, informasi, maupun pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran, buku-buku instruksi, ceramah agama (dakwah), orasi ilmiah atau politik adalah contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Selain itu, kita juga sering mengikuti diskusi atau acara bincang-bincang (talk show) di televisi dan radio, iklan layanan masyarakat atau layanan sosial merupakan salah satu wujud penerapan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Semua itu merupakan kegiatan berbahasa yang memberikan kepada kita cara untuk memperoleh pandangan baru, sikap baru, perilaku dan tindakan yang baik. Di samping itu, kita belajar untuk menyimak dan mendengarkan pandangan orang lain mengenai suatu hal.

 

 

 

Contoh lain yang menggambarkan fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kita terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita. Tuangkanlah rasa dongkol dan marah kita ke dalam bentuk tulisan. Biasanya, pada akhirnya, rasa marah kita berangsur-angsur menghilang dan kita dapat melihat persoalan secara lebih jelas dan tenang

 

 

 

 

 

  • KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NASIONAL

 

 

 

Proklamasi kemerdekaan republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945 karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah.

 



 

  • SEBAGAI BAHASA NASIONAL

 

1. Lambang kebanggaan nasional

 

Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasaindonesia ‘memancarkan’ nilai-nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita harus bangga dengannya; kita harus menjunjungnya;dan kita harus mempertahankannya. Kita harus bangga memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya tanpa ada rasa rendah diri, malu , acuh tak acuh

 

 

 

2. Lambang identitas nasional

 

Bahasa Indonesia merupakan ‘lambang’ bangsa Indonesia. Berarti, dengan bahasa Indonesia dapat diketahui siapa kita, yaitu sifat, perangai, dan watak kita sebagai bangsa Indonesia.

 

 

 

3. Alat pemersatu berbagai ragam masyarakat yang berbeda latar belakang sosial budaya dan bahasanya

 

Dengan bahasa Indonesia, bangasa Indonesia merasa aman dan serasi hidupnya, sebab mereka tidak merasa bersaing dan tidak lagi merasa ‘dijajah’ oleh masyarakat suku lain. kedudukan dan fungsi bahasa daerah masih tegar dan tidak bergoyah sedikit pun. Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapatmemperkaya khazanah bahasa Indonesia

 

 

 

4. Alat perhubungan antar budaya daerah.

 

Dengan bahasa Indonesia kita dapat saling berhubungan untuk segala aspek kehidupan. Kita dapat saling berkomunikasi, bertukar pikiran, dan informasi dengan suku lain yang berlatar belakang bahasa yang berbeda. Bagi pemerintah, segala kebijakan dan strategi yang berhubungan dengan ipoleksosbudhankam mudah di informasikan kepada warganya.

 



 

  • SEBAGAI BAHASA RESMI / NEGARA

 

1. Bahasa resmi kenegaraan.

 

Keputusan-keputusan, dokumen-dokumen, dan surat-surat resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah dan lembaga-lembaganya dituliskan dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato atas nama pemerintah atau dalam rangka menuaikan tugas pemerintahan diucapkan dan dituliskan dalam bahasa Indonesia.

 

 

 

2. Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.

 

Bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga- lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. Konsekuensi pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan tersebut, maka materi pelajaran yang berbentuk media cetak hendaknya juga berbahasa Indonesia, khususnya di perguruan tinggi.

 

 

 

3. Alat penghubung pada tingkat nasional serta kepentingan pemerintah.

 

Bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antarbadan pemerintah dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat, untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah. Degan mengadakan penyeragamansistem administrasi dan mutu media komunikasi massa, tujuannya agar isi atau pesan yang di sampaikan dapat dengan cepat dan tepat diterima oleh kedua belah pihak (masyarakat).

 

 

 

4. Alat pengembang kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.

 

Kebudayaan nasional Indonesia yang beragam, berasal dari masyarakat Indonesia yang beragam pula, hampir tidak mungkin dapat disebarluaskan kepada dan dinikmati oleh masyarakat Indonesia lain tanpa bahasa indonesia. Agar jangkauannya lebih luas, penyebaran ilmu dan teknologi, baik melalui buku-buku pelajaran, buku-buku populer, majalah-majalah ilmiah, hendaknya menggunakan bahasa Indonesia. Apabila arus informasi kita menngkat berarti akan mempercepat pengetahuan kita, apabila pengetahuan kita meningkat berarti tujuan pembangunan akan cepat tercapai. Dan mungkin pada saat mendatangbahasa Indonesia berkembang sebagai bahasa iptek yang sejajar dengan bahasa Inggris, amiin.

 

 

 



 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong