ARSIP BULANAN : May 2013

mssalah pedesaan

22 May 2013 06:10:45 Dibaca : 506

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Blakang

Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa besar secara geografis dan kependudukan. Secara geografis Indonesia terbentang dari ujung barat ke ujung timur, dari Sabang hingga ke Merauke. Masing-masing wilayah tersebut memiliki variasi suku, etnis, bahasa serta budaya. Masing-masing varian tersebut membentuk kelompok-kelompok, misal kelompok suku, kelompok etnis yang kesemuanya itu merupakan detail-detail dari kelompok sosial. Manusia sebagai makhluk sosial berinteraksi dengan sesamanya membentuk kerjasama-kerjasama atau simbiosis. Adanya kelompok sosial tersebut merupakan suatu hal yang lumrah yang berangkat dari atau yang dihasilkan oleh pola interaksi sosial.

Di negara kita ini, keberadaan kelompok-kelompok etnis tumbuh subur dan berkemabang demikian rupa. Sebut saja, oraganisasi-organiasasi yang berlebelkan daerah asal yang merupakan perwujudan dari pengelompokan etnis di suatu wilayah. Misal: Ikatan Keluarga Bone juga Ikatan Keluarga Makassar perwujudan dari kelompok etnis bugis, dan masih banyak lagi lainnya, diantaranya perwujudan kelompok etnis melayu dan tionghoa.

Selain menghasilkan kelompok sosial yang salah satu diantaranya adalah kelompok etnis (detail yang kita bahas dalam makalah ini), interaksi sosial juga adakalanya menghasilkan konflik. Timbulnya konflik bermula dari adanya interaksi sosial. Jenis konflik berbeda-beda, sesuai dengan penyebab yang berbeda pula misalnya konflik karena ketegangan sosial atau kecemburuan sosial yakni etnis tertentu dalam banyak hal lebih unggul dari etnis lainnya.

1.2 Latar Belakang Masalah

1. apa sebenarnya konflik ?

2. apa yang menyebabkan konflik antara etnis pada daerah tranmigrasi ?

3. bagaimana cara penyelesaian konflik atau pencegahannya ?

1.3 Tujuan

Tujuan karya tulis ini adalah selain sebagai tugas wajib juga menambah wawasan tentang permasalaha pada masyarakat majemuk yang sering terjadi konflik, khususnya pada masyarakat tranmigrasi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konflik

­­Menurut Soerjono Soekanto, Pengertian konflik sosial adalah suatu proses social dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan Menurut teori konflik, masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang di tandai oleh pertentangan yang terus menerus diantara unsure-unsurnya. Teori konflik melihat bahwa setiap elemen memberikan sumbangan terhdapa disintegrasi sosial. Teori konflik melihat bahwa keteraturan yang terdapat dalam masyarakat itu hanyalah disebabkan karena adanya tekanan atau pemaksaan kekuasaan dari atas golongan yang berkuasa.

Dalam teori hubungan masyarakat, Fisher menyebutkan bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, serta tidak adanya saling percaya dalam masyarakat yang melahirkan permusuhan diantara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat. selain itu, penyebab konflik dalam masyarakat juga dapat disebabkan oleh kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Dalam teori kebutuhan manusia, Fisher mengatakan bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia (fisik), mental dan social yang tidak terpenuhi atau dihargai.

Hoult (1969) sebagaiman di kutip Wiradi (2000) menyebut konflik sebagai situasi proes interaksi antara dua (atau lebih) orang atau kelompok yang masing-masing memperjuangkan kepentingannya atas obyek yang sama, yaitu tanah dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah, seperti air dan perairan, tanaman, tambang , dan juga udara yang berada di atas tanah yang bersangkutan. Konflik yang terjadi dapat berupa konflik vertical, yaitu antar pemerintah , masyarakat dan swasta, antar pemerintah pusat, pemerintah kota dan desa, serta konflik horizontal yaitu konflik antar masyarakat.

Menurut teori konflik, unsur-unsur yang terdapat di dalam masyarakat cenderung bersifat dinamis atau sering kali mengalami perubahan. Setiap elemen-elemen yang terdapat pada masyarakat dianggap mempunyai potensi terhadap disintegrasi sosial. Menurut teori ini keteraturan yang terdapat dalam masyarakat hanyalah karena ada tekanan atau pemaksaan kekuasaan dari golongan yang berkuasa. Adanya perbedaan peran dan status di dalam masyarakat menyebabkan adanya golongan penguasa dan yang dikuasi. Distribusi kekuasaan dan wewenang yang tidak merata menjadi faktor terjadinya konflik sosial secara sistematis (Ritzer, 2002).

­Secara teoritis, konflik yang terjadi dalam masyarakat dapat dibedakan kedalam dua bentuk, yaitu konflik sosial vertikal dan horizontal. Konflik sosial vertikal adalah konflik yang terjadi antara masyarakat dan Negara dan dapat dikatakan konflik laten, sebab benih-benih konflik sudah ada dan telah terpendam pada masa sebelumnya. Konflik sosial horizontal, disebabkan karena konflik antar etnis, suku, golongan, agama, atau antar kelompok masyarakat yang dilatar belakangi oleh kecemburuan

Pola konflik dibagi kedalam tiga bentuk; pertama, konflik laten sifatnya tersembunyi dan perlu diangkat ke permukaan sehingga dapat ditangani secara efektif. Kedua, konflik terbuka adalah konflik yang berakar dalam dan sangat nyata, dan memerlukan berbagai tindakan untuk mengatasi akar penyebab dan berbagai macam efeknya. Dan yang ketiga adalah, konflik di permukaan memiliki akar yang dangkal atau tidak berakar dan muncul hanya karena kesalahpahaman mengenai sesuatu yang dapat diatasi dengan menggunakan komunikasi (Fisher,2001).

2.2 Penyebab Konflik Antara Etnis Pada Daerah Tranmigrasi

Berdasarkan realita dalam kehidupan ini, maka Green seorang penulis buku sosilogi bisa mengklasifikasikan konflik pada dua jenis yaitu konflik terbuka atau terang-terangan (overt) dan konflik latien yakni konflik yang berjalan secara tidak terang-terangan. Konflik, lumrah terjadi sebagai alur alamiah kehidupan yang berangkat dari interaksi sosial.

Penyebab konflik antar etnis di daerah trasmigrasi disebabkan oleh :

a. Kecemburuan Sosial

mempertahankan eksistensi etnis lokal dalam hal wilayah adat, ialah kecemburuan sosial. Etnis tertentu dipandang oleh etnis lainnya sebagai etnis yang selalu dominan dalam berbagai bidanag kehidupan dan dapata dengan mudah meraih kesuksesan. Hal seperti ini juga bisa berakibat pada konflik yang berkepanjangan.

Kelompok etnis hanyalah satu dari bagian-bagian yang dapat memicu timbulnya konflik sosial. Selain karena adanya faktor etnis, konflik sosial juga bisa terjadi karena adanya lain seperti ekonomi dan agama. Walaupun sebenarnya tidaklah etis kiranya membawa-bawa agama dalam perkara konflik. Namun seperti itulah kenyataan yang kita dapatkan di lapangan. Contohnya : Konflik Sosial Politik Etnis Samawa dengan Etnis Bali pemicu konflik, yaitu munculnya isu ketidakadilan, kecemburuan sosial dan prasangka di kalangan warga etnis Samawa, bahwa “Sumbawa telahdikuasai oleh etnis Bali”. Konflik akhirnya dipicu oleh perkelahian pemuda Bali dengan pemuda Sumbawa, melebar ke kasus kawin lari yang sering terjadi sepanjang tahun, sampai kepada terjadinya penembakan oleh oknum pejabat/aparat yang mengakibatkan korban luka dan meninggal dunia, akhirnya memicu meletusnya konflik secara meluas pada tanggal 17 November 1980 (puncak amuk massa secara besar-besar di seluruh kota maupun di beberapa desa/kecamatan)

b. Salah paham

Salah paham merupakan salah satu hal yang dapat menimbulkan konflik. Misalnya tindakan dari seseorang yang tujuan sebenarnya baik tetapi diterima sebaliknya oleh individu yang lain.

c. Ada pihak yang dirugikan

Tindakan salah satu pihak mungkin dianggap merugikan yang lain atau masing-masing pihak merasa dirugikan pihak lain sehingga seseorang yang dirugikan merasa kurang enak, kurang senang atau bahkan membenci.

d. Perasaan sensitive

Seseorang yang terlalu perasa sehingga sering menyalah artikan tindakan orang lain. Kadang sesuatu yang sifatnya sepele bisa menjadi sumber konflik antara manusia. Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Kesimpulannya sumber konflik itu sangat beragam dan kadang sifatnya tidak rasional. Oleh karena kita tidak bisa menetapkan secara tegas bahwa yang menjadi sumber konflik adalah sesuatu hal tertentu, apalagi hanya didasarkan pada hal-hal yang sifatnya rasional.

2.3 cara penyelesaian konflik

Upaya Resolusi Konflik Resolusi konflik yang dimaksudkan dalam pembahasan ini adalah upaya untuk membangun hubungan baru dan bertahan lama di antara kelompok etnis Samawa dengan etnis Bali yang pernah berkonflik, yaitu dengan mengacu pada berbagai strategi penanganan konflik yang berbasis komunitas etnis. Tujuannya adalah mencapai suatu kesepakatan untuk mengakhiri konflik maupun mencari formula baru karena masih adanya berbagai perbedaan pemahaman terhadap sumber dan penyebab konflik. Atau dengan kata lain resolusi konflik adalah upaya pengelolaan keharmonisan hubungan di antara kelompok etnis yang pernah berkonflik.

Adapun beberapa upaya resolusi konflik etnis Samawa dengan etnis Bali yang ditempuh oleh berbagai kalangan pasca konflik, antara lain:

1) rapat koordinasi di tingkat muspida dengan melibatkan berbagai tokoh etnis yang ada di Sumbawa, khususnya dari etnis Bali dalam rangka meredam konflik yang lebih luas

2) meningkatkan intensitas komunikasi antar etnis dan golongan dalam upaya mengantisipasi isu-isu yang sifatnya provokatif;

3) menindak tegas para pelaku dan otakkerusuhan melalui upaya mencari, menahan/menangkap serta menghukum sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku;

4) menghimbau kepada etnis Bali agar tetap tenang dan sabar dan untuk masa-masa yang akan datang dapat meninjau kembali pola penampilan adat/budaya yang tidak sesuai dengan tradisi/adat/budaya orang Sumbawa;

5) memberikan bantuan santunan untuk kebutuhan hidup sehari-hari kepada etnis Bali yang mengalami kerugian harta benda maupun jiwa.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Jadi ­­Menurut Soerjono Soekanto, Pengertian konflik sosial adalah suatu proses social dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan Menurut teori konflik, masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang di tandai oleh pertentangan yang terus menerus diantara unsure-unsurnya. Teori konflik melihat bahwa setiap elemen memberikan sumbangan terhdapa disintegrasi sosial. Teori konflik melihat bahwa keteraturan yang terdapat dalam masyarakat itu hanyalah disebabkan karena adanya tekanan atau pemaksaan kekuasaan dari atas golongan yang berkuasa.

Beberapa hal yang Penyebab konflik antar etnis di daerah trasmigrasi yaitu: kecemburuan sosial, salah paham, ada pihak yang di rugikan, dan perasaan sensitif. Maka akan timbulah gesekan-gesekan yang akan menimbulkan sebuah konflik.

Ada beberapa hal cara atau jalan mengatasi konflik yang terjadi misalnya:

1) rapat koordinasi di tingkat muspida dengan melibatkan berbagai tokoh etnis yang ada di Sumbawa, khususnya dari etnis Bali dalam rangka meredam konflik yang lebih luas

2) meningkatkan intensitas komunikasi antar etnis dan golongan dalam upaya mengantisipasi isu-isu yang sifatnya provokatif;

3) menindak tegas para pelaku dan otakkerusuhan melalui upaya mencari, menahan/menangkap serta menghukum sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku;

4) menghimbau kepada etnis Bali agar tetap tenang dan sabar dan untuk masa-masa yang akan datang dapat meninjau kembali pola penampilan adat/budaya yang tidak sesuai dengan tradisi/adat/budaya orang Sumbawa;

5) memberikan bantuan santunan untuk kebutuhan hidup sehari-hari kepada etnis Bali yang mengalami kerugian harta benda maupun jiwa.

3.2 Saran

Saya berharap kepada seluruh elemen masyarakat baik itu mahasiswa, guru, dosen dan tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki peran penting dalam sebuah masyarakat bias memberikan sebuah arahan atau pengertiah bahwa pentingnya kedamaian dalam mewujudkan masyarakat yang sejatera bagi masyarakat desa khususnya masyarakat yang menjadi sebuah kawasan transmigrasi, sehingga antara penduduk asli, dan pendatang akan terjalin hubungan yang baik antara satu dan yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, S. I. (2010) Konflik Etnis Samawa dengan Etnis Bali: Tinjauan Sosial Politik dan Upaya Resolusi Konflik. FIS dan Ilmu Politik, Universitas Samawa, Sumbawa Besar,NTB

Rahayu Ani .Negara, Kelompok Etnis dan Konflik Sosial

http://juraganmakalah.blogspot.com/2013/03/negara-kelompok-etnis-dan-konflik-sosial.html (11:50)

BeStudy (2012) konflik socialhttp://bestudy.wordpress.com/2012/11/25/konflik-sosial/(10:56)

http://www.psychologymania.com/2012/10/pengertian-konflik-sosial.html (11:44)