ARSIP BULANAN : March 2015

Jurnalistik Online

26 March 2015 19:50:21 Dibaca : 159

Jurnalistik Online

Untuk menjadi jurnalis 5W 1H ini sangat penting, terutama menulis “lede” (ada yang menyebutnya “lead”) berita, yakni satu paragraf (atau dua paragraf) pembuka berita. Dalam kurang-lebih 35-40 kata, harus menyisipkan 5W 1H ini. Itu dalam menulis berita.

Bagaimana 5W 1H ini dalam mengembangkan cerita? sebelum terjun kelapangan jurnalis harus mengetahui formula 5W 1H dalam bahasa Inggris sebagai berikut :

Who is it about? = tentang siapa?

What happened? = apa yang terjadi?

Where did it take place? = dimana peristiwa terjadi?

When did it take place? = kapan peristiwa terjadi?

Why did it happen? = mengapa hal itu terjadi?

How did it happen? = bagaimana hal itu terjadi?

Yang saya maksud 5W 1H (who, what, where, when, why, how) dalam mengembangkan ide cerita, bukan menjejalkan rumus kuno Rudyard Kipling ini ke dalam tubuh cerita, baik itu cerpen ataupun novel, sebagaimana menulis berita langsung. Akan tetapi, mengembangkan 5W 1H semata-mata untuk mengembangkan ide cerita.

Ada seorang novelis kontemporer Amerika, saya lupa namanya (tapi Insya Allah saya coba menelusur kembali nama ini). yang mencontohkan secara baik 5W 1H ini dalam mengembangkan ide cerita. Adapun ide cerita yang dicontohkannya tidak lain sebuah pertanyaan: mungkinkah seorang presiden adalah pelaku pembunuhan berantai?

Sederhananya begini jika 5W 1H ingin digunakan untuk mengembangkan ide cerita;

Who : siapa Taufik itu, siapa saja korban pembunuhannya?

What : apa yang dilakukan Taufik itu sesungguhnya ?

Where : dimana saja peristiwa pembunuhan itu terjadi?

When : kapan peristiwa itu terjadi, masa lalu atau masa yang akan datang?

Why : mengapa Taufik itu melakukan pembunuhan berantai?

How : bagaimana cara Taufik membunuh para korbannya satu persatu?

Ini cara sederhana mengembangkan ide cerita berdasarkan rumus Rudyard Kipling yang sebenarnya biasa digunakan secara ketat dalam penulisan berita langsung (straight news). Dari rangkaian pertanyaan itu, anda bisa leluasa merumuskan cerita dengan plot, karakter, setting, dan orientasi berdasarkan jawaban-jawaban atas pertanyaan itu.

Sebelumnya anda mengatakan, cara sederhana mengembangkan ide cerita berdasarkan rumus Rudyard Kipling ini bisa dirumuskan lebih jauh dengan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan pendukung atau tambahan yang memperkuat ide/gagasan utama cerita. Pada intinya, semua pertanyaan dirinci untuk diverifikasi dan dicari jawabannya sendiri.

Inilah sebagian formula pertanyaan tambahan/pendukung itu:

How many: berapa jumlah orang yang jadi korban pembunuhanWho else: siapa saja mereka itu, korban-korban lainnyaWhat time: kapan dan jam berapa mereka dibunuhHow much: berapa dollar biaya untuk membunuh, berapa uang yang dirampok

Itu contoh kecil saja. Anda bisa mencari contoh lainnya, cukup menggunakan formula pertanyaan bahasa Indonesia saja. Misalnya bagaimana taufik itu membunuh? apakah dengan pola yang sama, katakanlah seluruh korban dicekik? jam berapa sang taufik melancarkan aksi mautnya? dimana biasanya pelaku mengincar korban? bagaimana reaksi pelaku seusai Ketika pertanyaan utama dan pertanyaan tambahan/pendukung sudah dirumuskan dan sudah dicari jawabannya, tentu saja akan membentuk semacam puzzle yang kelak harus disusun menjadi sebuah cerita yang utuh. Ini bagian tersulit dalam merancang dan mengembangkan cerita. Tetapi dengan bantuan pertanyaan demi pertanyaan di atas, menyusun puzzle rasanya akan jadi lebih mudah.

Bahasa Gaul Dan Pengalihan Bahasa.

Dalam komunikasi lintas budaya, peranan bahasa sungguh sangat penting. Segala informasi yang disampaikan memerlukan bahasa. Bahasa Indonesia adalah wadah media komunikasi utama di negara kita ini, sehingga semakin menunjukkan kedewasaan dan kematangannya. Makna yang disampaikan dalam sebuah bahasa tidak hanya terkait dengan pilihan kata, tetapi juga cara penyampaiannya. Ragam bahasa merupakan pengalihan bahasa menurut pemakaiannya yang dibedakan menurut topik, hubungan pelaku, dan medium pembicaraan.

Bahasa gaul dan pengalihan bahasa merupakan kapasitas khusus yang ada pada manusia untuk memperoleh dan menggunakan sistem komunikasi lintas budaya yang kompleks, dan sebuah bahasa gaul berkaitan dengan pengalihan bahasa serta contoh spesifik dari sistem tersebut. Berangkat dari sebuah ekspresi bahasa gaul para kaum muda di era tahun-tahun sebelumnya mengakibatkan pengalihan bahasa yang kemudian menjadi cikal bakal perkembangan bahasa Indonesia yang menjadi identitas budaya bangsa Indonesia.

Melalui penggunaan bahasa gaul, seseorang individu dapat berubah menjadi pengalihan bahasa dalam suatu percakapan tertentu. Bahasa gaul dan pengalihan bahasa mempunyai keterkaitan yang sangat dekat, bahasa gaul dan pengalihan bahasa saling mempengaruhi satu sama lain. Hal ini penting dalam penelitian komunikasi lintas budaya karena masing-masing bahasa gaul terkait dengan pengalihan bahasa yang diberikan sebagai kendaraan untuk berekspresi.

Pada penjelasaan di atas saya bisa menyimpulkan bahwa bahasa gaul bisa saja dapat merubah tren moderenisasi dalam kalangan remaja karna remaja masa kini lebih sering dan senang menggunakan bahasa gaul dari pada bahasa resmi sehingga antara komunikator dan komunikan bisa saja melakukan pengalihan bahasa.

Inti dari kedua point tersebut saya pastikan bahwa bahasa gaul lebih nyaman, dan cocok digunakan dalam kehidupan sehari-hari karna remaja masa kini menganggap penggunaan bahasa resmi terlalu kaku dan monoton, serta tidak menampakkan kebaruan yang mencolok.

Jadi menurut saya komunikasi lintas budaya sangat penting untuk mengidentifikasi fitur dasar bahasa serta memahami berbagai komponen bahasa dan akan memungkinkan kita untuk mempertimbangkan bagaimana budaya mempengaruhi bahasa gaul dan pengalihan tidaklah berbeda dalam memaknai situasi bahasa verbal.

PERIKANAN DAN ECENG GONDOK AKAN MERUSAK DANAU LIMBOTO

19 March 2015 18:11:42 Dibaca : 120

 

Gorontalo , Abstrak Danau Limboto terletak di Provinsi Gorontalo, Kabupaten Gorontalo. Danau ini berperan menjadi tempat pariwisata dan sumber pencaharian masyarakat. Selain itu danau ini juga menjadi penampung air dari 23 muara sungai.

Pada tahun 1932, rata-rata kedalaman Danau Limboto 30 Meter dengan Luas 8.000 Hektar, dan sekarang luasnya berkurang menjadi 3000 Hektar dengan kedalaman 3 Meter.

Produksi ikan di Danau Limboto berdasarkan tangkapan nelayan tahun 2006 sebesar 639,64 ton. Masalah gulma air eceng gondok berkembang dari tahun 1999 menutupi permukaan air 35 % dan tahun 2008 sekitar 40-60%, produksi ikan menurun, dan pendangkalan.

Dalam kurun waktu 52 tahun Danau Limboto berkurang 4.304 Ha (62.60%). Jika kita hitung pertahunnya,tingkat penyusutan danau mencapai 65.89 hektar. Diperkirakan pada tahun 2025 Danau Limboto lenyap dari muka bumi Gorontalo.

Pendangkalan ini selain dipicu oleh erosi sungai dan lahan, juga disebabkan oleh para nelayan yang selama bertahun-tahun membangun perangkap ikan yang menggunakan gundukan tanah dari darat serta batang-batang pohon.

Solusi produksi dapat ditingkatkan sampai dengan 1 juta ton /tahun dengan menghentikan aktifitas alat tangkap stroom dan dudayaho, luas tutupan eceng gondok dapat dikurangi 7,5 ha/bulan dengan budidaya ikan koan (Ctenopharyngodon idella) dan akan menghasilkan 20 milyard rupiah/tahun.

Prinsip-Prinsip Jurnalistik Online

19 March 2015 14:27:38 Dibaca : 150

Prinsip-Prinsip Jurnalisme

1. Get the facts right.

*  Mendapatkan fakta yang benar.

2. Do not accept gifts.

*  Jangan menerima hadiah/pemberian.

3. Don't lie.

*  Jangan berbohong.

4. There are NOT two sides to every story.

*  Tidak selalu ada dua sisi dalam setiap peristiwa.

5. Never accept the official line.

*  Jangan pernah menerima saluran resmi.

 

Prinsip-Prinsip Jurnalistik Online

1. Brevity.

*  Ringkas.

2. Adaptability.

*  Mudah menyesuaikan diri.

3. Scan ability.

*  Mudah dipindai.

4. Interactivity

*  Bisa berinteraksi dengan pembaca;

5. Community conversation.

*  Menciptakan komunitas dan percakapan.

Kelima dasar jurnalisme itu lebih menekankan aspek sikap (attitude) ketimbang wawasan/pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skills) yang harus dimiliki dan dikuasai oleh para wartawan. Makanya, saya lebih menyebutnya sebagai "prinsip dasar" (basic principle) ketimbang teknik atau skills.

Wartawan profesional memang tidak cukup sekadar berwawasan luas tentang "teori" (pengetahuan, ilmu, knowledge) jurnalistik dan mahir meliput dan menulis (reporting and news writing skills), tapi juga harus dibarengi oleh sikap atau "akhlak" yang baik --dikenal dengan kode etik jurnalistik atau etika profesi wartawan.

Blogroll

  • Masih Kosong