FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI
Nama : Neliayana Yunita Umbola
Nim : 291 413 002
PENDAHULUAN
Pengertian filsafat yang semula bearti cinta kearifan ternyata menjadi luas sekali. Dahulu,kata sophia tidak hanya bearti kearifan saja,melainkan bearti pula kebenaran pertama,pengetahuan luas,kebajikan intelektual,pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajindan bahkan kecerdikan dalam memutuskan soal-soal praktis. Bila kita membaca buku teks komunikasi,kita akan berhadapan dengan sejumlah model atau teori yang mencoba menjelaskan ,bahkan membatasi apa itu komunikasi.
Komunikasi sebagai art atau skill merupakan sejumlah kemampuan dalam melakukan tindak komunikasi. Skill dapa dipelajari lewat pelatihan dan pengalaman praktis. Namun komunikasi sebagai Ilmu adalah yang mendasari mengapa skill tertentu disebut skill komunikasi.
PEMBAHASAN
BAB IV
PERSPEKTIF TEORI-TEORI KOMUNIKASI
A. Apa itu Perspektif
Perspektif adalah sudut pandang dan cara pandang kita terhadap sesuatu. Cara kita memandang atau pendekatan yang kita gunakan dalam mengamati kenyataan akan menentukan pengetahuan yang kita peroleh. Misalnya, pengetahuan kita tentang rumah dari perspektif ekonomi berbeda dari perspektif artistik,sosial dan sebagainya.
B. Perspektif-perspektif Ilmu Komunikasi
Pada Ilmu Komunikasi ada beberapa metateori tentang realitas(ontologi),tentang bagaimana mencapainya (epistimologi). Dan berikut adalah beberapa perspektif ontologi dan epistimologi
Realisme
Paham ini mengarahkan cara pandang yang menafikan peran subjek pengamat dalam penelitian. Konsekuensinya, nilai, kepercayaan,emosi,dan apapun yang dimiliki oleh diri subjek pengamat dilarang untuk terlibat ketika mengamati sesuatu.
Nominalis
Nominalis menganggap bahwa dunia sosial adalah eksternal pada persepsi individu,tersusun tidak lebih dari sekedar nama,konsep dan label yang digunakan untuk membuat struktur realitas.
“Jadi bagi seorang nominalais,tidak ada dunia”diluar sana”-hanya nama,label entitas yang dibuat oleh individu.
Konstruksionis
Konstruktivisme mengatakan bahwa kita tidak pernah dapat mengerti realitas yang sesungguhnya secara ontologis. Yang kita mengerti adalah struktur konstruksi kita akan suatu objek.
Konstruktivisme tidak bertujuan mengerti realitas,tetapi lebih hendak melihat bagaimana kita menjadi tahu akan sesuatu. Boleh juga dikatakan bahwa “realitas” bagi konstruktivisme tidak pernah ada secara terpisah dari pengamat. Menurut Shapiro, ada banyak bentuk kenyataan dan masing-masing terbentuk pada kerangka dan interaksi pengamat dengan objek yang diamati.
C. Catatan Akhir
Perspektif-perspektif tersebut menurunkan sejumlah teori komunikasi. Misalnya perspektif positivisme dan post-positivisme menurunkan teori strukturalisme-fungsionalisme. Teori ini merupakan turunan dari perspektif positivisme dan post-positivisme awal. Kedua aliran ini meyakini bahwa struktur sosial itu bersifat nyata dan berfungsi dengan cara-cara yang dapat diobservasi secara objektif.
BAB V
PERSPEKTIF POSITIVISME
A. Sejarah Positivisme
Positivisme dibidani oleh dua pemikir Prancis, Henry Sain Simon (1760-1825) dan muridnya Auguste Comte (1798-1857). Henry merupakan penggagas utama,sedan Comte adalah penerus dan pengembang gagasan ini. Auguste Comte membangun suatu studi ilmiah terhadap masyarakat atau sosiologi yang berdasarkan prinsip studi ilmu-ilmu alam.
B. Gagsan Positivisme
Positif berarti “apa yang berdasarkan fakta objektif”. Secara tegas,yang”postif” berarti yang nyata,yang pasti,yang tepat,yang berguna,serta yang mengklaim memiliki kesasihan mutlak. Kebalikan dari yang positif adalah yang khayal(chimrique),yang meragukan(indecision),yang kabur (vague),yang sia-sia(oiseux), dan yang mengklaim mmiliki kesasihan relatif. Perbedaan ini harus dibaca dalam kerangka biner, bahwa yang satu lebih benar dan yang lainnya adalah salah.Positivisme adalah aliran filsafat ilmu yang didasarkan atas keyakinan atau asumsi-asumsi dasar.
C. Positivisme Logis
Positivisme sosial berkembang melahirkan aliran lain diantaranya adalah positivisme logis. Patut ditegaskan bahwa postivisme Comte meyakini bahwa pengetahuan kita tentang dunia hanya di mungkinkan melalui pengalaman. Indrawi kita tahu tentang langit, karena indra kita mengalami langit itu sebagaimana adanya. Prinsip ini diubah oleh kaum positivisme logis,bahwa pengetahuan kita tentang dunia hanya dimungkinkan melalui bahasa.
Berikut adalah beberapa prinsip dasar positivisme logis:
Menolak perbedaan ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial;Menganggap pernyataan-pernyataan yang tidak dapat diverifikasikan secara empiris (seperti etika,estetika,agama,metafisika) sebagai non sense;Berusaha menyatukan semua ilmu pengetahuan di dalam satu bahasa yang universal;Memandang tugas filsafat sebagai analisis atas kata-kata atau pernyataan-pernyataan (F. Budi Hardiman, 2003:56)
Menurut Bertens (1983:133), ada tiga tahap perkembangan positivisme : 1900-1930,1930-1945, dan 1945.
D. Catatan Akhir
Jadi pada perkembangan awalnya,ilmu komunikasi berada dibawah pengaruh positivisme. Komunikasi,misalnya, dianggap sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya. Pengalaman-pengalaman manusia dianggap dapat secara langsung diekspresikan melalui penggunaan komunikasi tanpa ada kendali atau distorsi. Sejauh ia dinyatakan dengan memakai pernyataan-pernyataan yang logis, sintaksis, dan memiliki hubungan dengan pengalaman empiris. Salah satu ciri pemikiran ini adalah pemisahan antara pemikiran dan realitas. Jadi orang tak perlu mengetahui makna-makna subjektif dan nilai yang mendasari suatu pernyataan, sebab yang penting adalah apakah pernyataan itu dilakukan benar menurut kaidah sintaksis dan semantik.
Model yang dikembangkan dalam perspektif ini adalah model komunikasi linear dan model peluru. Pada model linear kita mengenal ungkapan “ Siapa Mengatakan Apa melalui Saluran Apa dengan efek apa”.
BAB VI
PERSPEKTIF POST-POSITIVISME KRITIK TERHADAP POSITIVISME
A. Post-Positivisme
Pada tahun 1970/1980 an muncullah gugatan-gugatan mengenai kebenaran positivisme,pemikirannya dinamai post-positivisme. Post-positivisme merupakan pemikiraan yang menggugat asumsi dan kebenaran-kebenaran positivisme. Pemikiran ini muncul dengan sejumlah tokoh seperti Karl R. Popper, Thomas Kuhn,para filsuf Frankfurt School (Mazhab Frankfrut), Feyerabend, dan Richard Rotry. Pemikiran tokoh-tokoh ini banyak dipengaruhi penemuan Neils Bohr, Werner Heisenberg, dan Einsten yang menyatakan bahwa fisika newton yang menjadi dasar positivisme tidak berlaku (setidaknya pada gejala-gejala subatomik).
B. Post-Positivisme Dalam Penelitian Sosial dan Komunikasi
Beberapa peneliti sosisal berargumen bahwa kekurangan-kekurangan dari pemikiran positivisme pada dasarnya membutuhkan dasar filsafat ilmu yang berbeda,salah satunya adalah menolak dan mengganti prinsip-prinsip positivisme (seperti ontologi realisme, epistimologi objektif, dan aksiologi bebas-nilai) dengan bentuk pemikiran yang menghargai prinsip nominalisme, subjektivisme, dan nilai-nilai yang hadir dengan sendirinya (omnipresent). Namun, beberapa sarjana dalam hal ini menganggap bahwa positivisme sebenarnya tidak perlu ditolak secara total. Karena itu kalangan ini lebih meletakkan penoloakannya pada gagasan tentang keyakinan positivisme mengenai kebenaran absolut, tentang sebuah landasan mutlak sebuah observasi, dan asumsi tentang akumulasi pengetahuan yang tak berubah.
Ontologi Post-Positivisme
Perspektif post-positivisme merupakan aliran yang ingin memperbaiki kelemahan-kelemahan positivisme yang hanya mengandalkan kemampuan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Secara ontologis, post-positivisme bersifat critical relism. Critival realism memandang bahwa realitas memang ada dalam kenyataan sesuai dengan hukum alam,tetapi suatu hal yang mustahil bila manusia (peneliti) dapat melihat realitas tersebut secara benar (apa adanya, sebagaimana keyakinan positivisme). Oleh karena itu, secara metodologis pendekatan eksperimental melalui observasi—sebagaimana dikemukakan positivisme—tidaklah cukup,tetapi harus menggunakan metode triangulasi yaitu penggunaan bermacam-macam metode, sumber data, peneliti dan teori (Denzin dan Guba, 2001:40).
Epistimologi dan Aksiologi
Demikian pula dalam hal landasan epistimologi dan aksiologi. Asumsi-asumsi kalangan post-positivis tentang landasan ilmu-ilmu dan aturan nilai dalam produksi pengetahuan sosial pada dasarnya didasarkan pada prinsip-prinsip objektivisme. Asumsi-asumsi ini mencakup tiga gagsan yang saling berkait bahwa: (a) ilmu pengetahuan bisa diperoleh melalui pencarian akan relasi kausal dan keteraturan antara berbagai komponen dunia sosial; (b) relasi sosial dan keteraturan tersebut bisa ditemukan bila ada pemisahan total antara penyelidik dan subjek yang ditelitinya; serta (c) pemisahan ini dapat terjamin melalui penggunaan metode ilmiah.
C. Struktur dan Fungsi Teori Dalam Perspektif Post-Positivisme
Bila post-positivisme adalah perspektif pemikiran yang seperti dan sekaligus juga berbeda dengan positivisme,lalu bagaimana struktur dan fungsi teori yang dibangun perspektif ini? Pada bagian ini kita akan meninjau struktur dan fungsi teori yang dimiliki oleh kaum post-positivis.
Struktur Teori Perspektif Post-Positivisme
Jadi teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori yang telah dikonstruksi sedemikian rupa, bukan diterima begitu saja. Dubin menyatakan bahwa sebuah teori terdiri dari satuan-satuan pembentuk,karena itu sebelum digunakan dalam penelitian suatu teori harus dibagi dalam unit-unit (bagian-bagian) tertentu. Unit utamanya adalah konsep yang menjadi inti dari teori tersebut. Disamping itu,seorang peneliti juga harus membuat detail bagaimana sebuah teori bisa terhubung dengan dunia penelitian empirik.
Fungsi Teori Perspektif Post-Positivisme
Ada tiga fungsi teori yang paling sering diyakini kaum post-positivis, yakni; fungsi-fungsi yang saling terkait antara penjelasan (explanation), prediksi (prediction) dan kontrol (control). Ada beberapa catatan yang harus disadari . pertama pada satu teori mungkin saja memiliki beragam tipe penjelasan. Misalnya, beberapa kalangna sarjana mutakhir membedakan antara penjelasan berbasis konteks dan penjelasan berbasis diri.
Kriteria Evaluasi dan Perbandingan Teori
Ada beberapa cara umum untuk mengevaluasi kualitas sebuah teori,termasuk tingkat kesuksesan sebuah teori dalam memecahkan persoalan empiris, konseptual dan praktis; atau untuk mengontrol sejauh mana solusi sebuah teori lebih memadai dari pada solusi teori yang lainnya, dan sejauh mna teori tersebut dapat memajukan sebuah cara dalam memecahkan masalah baru. Thomas Kuhn, dalam Miller. 2002: 43-44 mengusulkan satu set kriteria evaluasi dan perbandingan teori: a.sebuah teori harus akurat. b.sebuah teori harus konsisten. c.sebuah teori harus punya ruang lingkup yang luas. d.sebuah teori harus sederhana. e.sebuah teori harus menghasilkan (be frutiful). Kriteria-kriteria ini bukan merupakan aturan yang menetapkan pilihan.tetapi merupakan nilai yang mempengaruhinya.
Proses Perkembangan Teori
Faktor utama dalam pengembangan teori dan pertumbuhan ilmu pengetahuan dalam tradisi post-positivisme adalah keterusterangan.
D. Catatan Terakhir
Perspektif post-positivisme membawa pengaruh yang besar pada ilmu sosial termasuk Ilmu Komunikasi. Melalui kritik yang mendasar terhadap postivisme yang terlalu realis, bebas nilai, dan memisahkan subjek dan objek penelitian,post-positivisme memberikan model penelitian khas yang Ilmu Sosial.
BAB VII
PERSPEKTIF INTERPRETIF
A. Sejarah Perspektif Interpretif
Pemetaan akar sejarah dapat dirujuk pada sejumlah gagasan abad pencerahan, khususnya polisi filosofis Rene Descartes {1596-1650}. Pada 1644. Descartes memublikasikan buku The Principles of Philosophy. Ia bependapat bahwa semua penjelasan dapat diasarkan pada observasi terhadap benda dan gerak (Descartes 1963).
B. Pandangan Dasar Perspektif
Positivisme adalah ilmu sosial berbasis metode ilmu alam,positivisme mengalihkan objektivisme ilmu alam pada penelitian tentang manusia. Metode ilmu alam pada dirinya memang diniatkan untuk mengontrol proses alam,yang akan juga tampak ketika metode itu digunakan untuk memahami manusia.
Fenomenologi
“Dunia-kehidupan (lebenswell) adalah dasar makna yang dilupakan oleh ilmu pengetahuan”. Pemikiran fenomenologi bukan merupakan sebuah gerakan pemikiran yang koheren. Ia mungkin lebih merefleksikan pemikiran dari beberapa filsuf, termasuk di dalamnya Edmund husserl, Maurice Merleau Ponty, Martin Heidegger dan Alfred Schutz.
Hermeuneutika
Hermeuneutika dalam bahsan ini dikemukakan demi untuk menjelaskan bagaimana pencarian metode ilmu sosial (dalam hal ini komunikasi) yang berbeda dengan ilmu alam.
Interaksionisme Simbolik
Yang menarik dari perspektif ini adalah orang yang diidentifikasi sebagai Bapak Teori Interaksionalisme Simbolik, yaitu George Herbert Mead (1863 -1931), tak pernah menggunakan term ini. Bagaimana pun usahanya telah mempengaruhi banyak sarjana yang menekankan sebuah pemahaman dunia sosial berdasarkan pentingnya makna yang diproduksi dan diinterprestasikan melalui simbol-simbol dalam interaksi sosial.
C. Teori Interpretif Dalam Komunikasi
Prinsip dasar yang menjadi sudut pandang teori interpretif. Prinsip-prinsip itu adalah pentingnya (1). Pengalaman subjektif. (2). Kreasi intersubjektif dalam makna, (3). Pemahaman sebagai tujuan akhir dalam riset sosial.dan (4). Ketidakteroisahan antara “yang tahu” dan “yang diketahui”.
Ontologi Teori Interpretif
Pandangan ontologis para nominalis dan konstruksionis sosial ini memiliki berbagai implikasi penting. Pertama, pandangan kalangan nominalis menekankan gagasan tentang realitas yang berlipat (multiple), tidak satupun yang terlihat lebih benar atau salah dari yang lain. Karena itu keyakinan sebuah kelompok sosial terhadap kekuatan ritual paganisme sama benarnya dengan keyakinan kelompok sosial lain terhadap doktrin suatu agama.
Epistimologi Teori Interpretif
Dasar epistimologis dari riset interpretif berdasarkan pada keyakinan tentang realitas (ontologi kalangan nominalis dan kontruksionis sosial) dan pada kekurangan-kekurangan yang dirasa pada metode riset yang sudah mendominasi riset sosial padaabad ke-20.
Aksiologi Teori Interpretif
Kebanyakan teoretisi interpretif dalam komunikasi sekarang ini cenderung mengikuti pemikiran hermeneutika dan interaksionalisme simbolisnya Mazhab chicago (Chicago School) dalam berargumen mengenai ketidakmungkinan pemisahan nilai dari pengetahuan. Dengan pandangan ini,nilai nilai personal dan profesional adalah sebuah lensa yang melaluinya fenomena sosial diamati. Lensa ini bisa diuji dan dikaji dalam hal pengaruhnya dalam proyek penelitian,namun ini tidak akan pernah bisa dihapuskan (ataupun ditutup) dari usaha ilmiah. Penilaian seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor luar tetapi juga oleh faktor dalam dirinya (seks/jenis kelamin).
D. Struktur dan Fungsi Teori Interpretif
Teoti interpretif, sebaliknya, didasari oleh keyakinan ontologis dan epistimologis yang sangat berbeda dengan para teoretisi post positivis. Sebagaimana telah disebutkan, para ahli teori interpretif lebih condong kepada pemahaman khusus/lokal daripada penjelasan yang general.
Teori Interpretif Umum (General Interpretive Theories)
Inti dari ontologi interpretif adalah kepercayaan bahwa kita mengonstruksi dunia kita secara sosial lewat interaksi komunikatif (yaitu tindakan untuk mencapai pemahaman timbal balik).
Grounded Theory
Grounded Theory dikembangkan oleh Barney G. Glaser dan Anselm L. Strauss dalam bukunya berjudul The Discovery of Grounded theory (1967). Tujuan buku ini adalah: pertama mengusahakan pengembangan teori yang didasarkan pada data yang dikumpulkan selama penelitian, untuk membantah teori fungsionalis dan strukturalis yang dominan (yang dihadirkan oleh tokoh-tokoh seperti Parson,Metton, dan Blau);Kedua untuk menyugestikan logika dan spesifikasi pada grounded theory ; ketiga, untuk secara hati-hati melegitimikasikan penelitian kualitatif, dimana pada tahun 1960-an,penelitian kualitatif memunyai status yang semakin meningkat di antara para ahli sosiologi, karena pada waktu yang lalu tidak dipercaya mampu dalam hal verifikasi penelitian (Handoko, dalam Birowo,2004: 19).
Kriteria untuk Evaluasi
Walaupun proses evaluasi dari proses dan produknya tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam penelitian teori ini, akan tetapi para ilmuwan telah mengembangkan beberapa kriteria yang dapat dipergunakan dalam prosesnya, seperti yang di kemukakan Corbin and Strauss, yaitu
Kriteria 1: apakah konsepnya berkembang?Kriteria 2: apakah konsepnya saling terkait secara sistematik?Kriteria 3: apakah terdapat banyak konsep konsep lain yang saling terhubung dan apakah hal tersebut berkembang dengan baik?Kriteria 4: apakah terdapat banyak variasi dalam teori ini?Kriteria 5: apakah terdapat penjelasan akan situasi yang memengaruhi fenomena?Kriteria 6: apakah prosesnya sudah diperhitungkan?Kriteria 7: apakah teori yang ditemukan terlihat signifikan dan terhadap hal apa?
E. Komunikasi Dalam Perspektif Interpretif
Etnografi Komunikasi
Komunikasi etnografi merupakan pengembangan penelitian etnografi. Garry philipsen mengemukakan empat asumsi komunikasi etnografi.pertama, peneliti (atau lazim disebut partisipan)dalam sebuah komunikasi budaya lokal menciptakan pengertian bersama dengan yang sedang dipahaminya. Kedua, para komunikator dalam kelompok budaya harus berada dalam satu sistem komunikasi komunikasi. Ketiga, pengertian dan tindakan sifatnya khusus bagi masing-masing kelompok budaya, keempat, setiap kelompok dianggap memiliki cara-cara tersendiri untuk memahami kode dan tindakan tertentu.
BAB VIII
PERSPEKTIF KONSTRUKTIVISME
A. Sejarah Perspektif Konstruktivisme
Bila dirunut ke belakang konstruktivisme yang meyakini bahwa makna atau realitas bergantung pada konstruksi pikiran dapat dirunut pada teori Popper (1973).
B. Konstruktivisme Dalam Ilmu Komunikasi
Teori kontruktivis atau kontruktivisme adalah pendekatan secara teoretis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Della dan rekan-rekan sejawatnya (Miller, 2002). Kontruktivisme ini lebih berkaitan dengan program penelitian dalam komunikasi antarpersona.
Komunikasi Berbasis “Diri”
Berdasarkan teori bernstein ini dan model pengembangan komunikasi piaget serta deskripsi kalangan interaksionisme simbolik (tentang komunikasi strategik, kontekstual dan multifungsi),para ilmuwan kontruktivis mengembangkan model komunikasinya. Model komunikasi itu disebut sebagai komunikasi berbasis”diri”.
Konstruk Hubungan Dalam Komunikasi
Faktor lain yang mempengaruhi proses komunikasi berbasis diri adalah konsep tentang tujuan. Setiap individu dalam interaksinya selalu berusaha untuk memanajemen tujuan. Tujuan itu bisa bersifat instrumental (seperti, mengajak atau memberitahukan seseorang) dan relasional (mendukung penampilan seseorang, menunjukan pesona diri). B.J. O’keefe dan Delia(1982) menyatakan bahwa pesan berbasis diri lebih kompleks dalam tindakannya karena mereka menentukan tujuan yang beragam
Model Desain Pesan
Konsep tentang tujuan ini berimplikasi pada adanya desainpesan dalam peristiwa komunikasi berbasis diri.Desain pesan didasarkan pada kecendurungan seseorang dalam memanajemen tujuannya untuk kepentingan sampainya tujuan melalui pesan yang dipilihnya.
BAB IX
PERSPEKTIF TEORI KRITIS
A. Sejarah Perspektif Kritis
Teori ini dikembangkan oleh Mazhab Frankfurt. Konsep kritik yang dipergunakan Mazhab Frankfurt memiliki kaitan sejarah dengan konsep kritik yang berkembang pada masa-masa setelah Renaissance. Pada masa itu (abad ke-17 dan 18) muncul filsuf seperti Immanuel Kant, Hegel dan Marx yang oleh Mahzab frankrut disebut sebagai filsuf-filsuf kritis.
Pengaruh Marxisme
Karl Marx (1818-1883) merupakan filsuf yang memiliki pengaruh yang mendalam dalam perkembangan ilmu pengetahuan sosial,Walaupun terdapat banyak kritik dan keberatan terhadap teori-teori Marx, namun sampai saat ini beberapa teori Marx terus memberikan inspirasi bagi ilmu sosial, juga ilmu komunikasi.
Mazhab Frankrut
Teori ini juga disebutMazhab Frankfurt. Penyebutan ini didasarkan pada lembaga pertama yang mengembangkan teori kritis, yaitu Institute fur Sozialforchung di frankfurt,Main di Jerman.
B. Pendekatan Teori Kritis Pada Komunikasi
Objek kajian komunikasi semakin berkembang, Misalnya dengan muncul pertanyaan,apakah pesan pada media itu apa adanya atau memiliki suatu ideologi tertentu yang tersimpan rapi.
Cultural Studies (Studi-studi Budaya)
Istilah cultural studies berasal dari centre for contemporary cultural studies (CCCS) di universitas Birmingham , yang didirikan pada tahun 1964, Awal kemunculannya didasari oleh beberapa karya tulis para penggagas pertama, yaitu Richard Hoggart,Raymond Williams,EP Thompson,dan Stuart Hall. Pada tahun 1972 dengan tujuan meletakkan Cultural Studies dalam wacana Intelektual Inggris,CCCS menerbitkan edisi perdana Working Papers in Cultural studies.
Studi-studi Feminis
Feminisme berasal dari kata latin femina yang bearti memiliki sifitalaya S. Hubies “feminisme diawali oleh persepsi tentang ketimpangan posisi perempuan dibanding dengan laki-laki di masyarakat”. (dalam Anshori, 1998:5).
C. Catatan Akhir
Melalui perspektif kritis ini kita menemukan ilmu komunikasi yang lebih berwarna lagi. Tidak hanya ditentukan oleh kontruksi budaya, atau kognisi seseorang, komunikasi ternyata mengandung ideologi tertentu. Dengan demikian ilmu Komunikasi terus berkembang ke segala arah kehidupan,dan ini berarti memiliki peran penting ditengah masyarakat.
BAB X
PENUTUP
Kemunculan televisi atau internet misalnya merupakan perubahan sosial yang berpengaruh pada perubahan studi tentang pesan dan pengaruhnya,sekaligus juga memaksa studi komunikasi untuk menggeser epistimologi ilmunya. Sejak tahun 1980-an,misalnya, muncul riset-riset komunikasi versi baru. Yang diteliti bukan lagi pengaruh media pada masyarakat, melainkan apa yang diperbuat masyarakat terhadap media.
Asumsinya,masyarakat aktif menguba makna dan dampak informasi yang mereka terima lewat media. Akan tetapi, alasan, keperluan, dan cara mereka memanfaatkan media komunikasi sangat beragam. Penelitian versi baru ini menunjukan pergeseran cara masyarakat dalam menanggapi media,mungkin saja lebih kritis atau naif (tahu ada masalah namun tak mau menyelesaiknnya).
TUGAS MAKALAH DASAR FOTOGRAFI
JENIS-JENIS FOTO DAN TEKNIK DASAR PEMOTRETAN
Nama : Neliyana Yunita Umbola
Nim : 291 413 002
PENDAHULUAN
Sejak diperkenalkannya fotografi pada tahun 1826, dimana pada saat itu fotografi dikenal sebagai kajian ilmu yang sangat baru dan awam bagai masyarakat dunia. Seiring berjalannya waktu dan jaman kini fotografi perkembangannya demikian pesat. Perkembangan teknologiyang canggih pengambilan gambar saat ini bisa dilakukan setiap hari hampir 24 jam, dengan teknik pencahayaan pengambilan gambar akan terlihat mudah.Mata kuliah Dasar Fotografi merupakan suatu bidang kajian ilmu yang dipelajari dalam perkuliahan di jurusan Ilmu Komunikasi. dan teoritis bagaiman menggunakan suatu kamera, serta mendapatkan gambar atau potret dan memberikan makna pemberian pesan yang lebih efektif dalam setiap informasi yang akann disampaikan.
PEMBAHASAN
A. Jenis-Jenis Foto
Jenis-jenis foto bertujuan untuk memperkenalkan beberapa jenis foto sebagai referensi lebih jauh lagi untuk memperdalam pengetahuan dunia fotografi. Jenis-jenis foto di sini hanya sebagai pengelompokkan secara garis besar, yang membantu mempermudah kita dalam memahami sebuah karya fotografi, dan ini bukan sebagai penggolongan yang paten untuk menghasilkan karya foto.
PEMBAHASAN
Jenis-jenis Foto Manusia
Foto Manusia adalah semua foto yang obyek utamanya manusia, mulai dari anak-anak sampai orang tua, serta berusia muda maupun tua. Banyak hal yang unik dan sangat menarik yang berkaitan dengan manusia untuk difoto. Yang termasuk foto manusia adalah :
Portrait
Portrait diartikan sebagai lukisan, gambar, patung atau gambaran keindahan dari manusia,dimana ekspresi wajah begitu dominan untuk mengungkapkan persamaan, kepribadian, bahkan perasaan seseorang.
Foto portrait dapat diartikan bukan sebagai foto tetapi kumpulan gambar dari seseorang dengan berbagai posisi. Foto portrait itu sendiri merupakan tipe foto yang mementingkan karakter dari objek yang di foto.
Foto portrait banyak berkaitan dengan foto jurnalistik tapi antara keduanya sebenarnya terdapat perbedaan. Foto jurnalistik merupakan gabungan dari unsur visual dan kata- kata dimana foto tersebut akan lebih jelas maknanya bila didukung dengan penjelasannya. Sedangkan foto portrait dapat langsung menceritakan suatu keadaan objek dan latar belakangnya.
Contoh dari foto Portrait :
http://fantasygrafis.blogspot.nl/2010/11/portrait.html
Human Interest
Human Interest adalah karya foto yang mampu menggambarkan suka duka perjalanan hidup manusia. Ketika sebuah karya foto bisa mewakili perasaan kemanusiaan pada diri orang yang melihatnya maka karya foto tersebut dapat dikelompokkan kedalam foto Human Interest.
Secara umum perasaan humanistis adalah perasaan yang secara universal melekat pada setiap insan manusia. Setiap manusia bisa merasa lucu ketika melihat suatu obyek yang menggelitik. Pada saat yang lain, seseorang bisa merasa haru biru ketika menyaksikan keadaan yang menggugat rasa keadilan pada dirinya. Manakala kita menjumpai kejadian yang memberatkan emosi kita seringkali kita merasa iba. Perasaan lucu, iba, sedih, senang, dan suasana emosional yang lain merupakan perasaan manusiawi yang melekat pada diri setiap orang. Foto Human Interest adalah karya foto yang mampu menggugah perasaah tersebut.
Keadaan ataupun kondisi yang bisa dijadikan sebagai obyek foto Human Interest akan sangat beragam. Namun begitu pada umumnya foto Human Interest menggunakan obyek foto yang didalamnya menyertakan keberadaan sosok manusia. Hal tersebut merupakan keadaan yang lumrah, karena perasaan kemanusiaan seseorang akan lebih mudah tergugah ketika menyaksikan keadaan atau kondisi yang secara mudah memunculkan empati. Kita akan lebih mudah berempati pada kondisi-kondisi dimana sosok kita sebagai manusia ada didalamnya.
sumber: goadvert.blogspot.com
Fotografi Panggung
Fotografi panggung adalah fotografi yang bertujuan untuk merekam acara pertunjukan, apa pun pertunjukannya. Fotografi panggung secara umum terbagi menjadi dua kegiatan yaitu dokumentasi dan liputan.
Kegiatan dokumentasi pada fotografi panggung dilakukan pihak pelaku atau penyelenggara/panitia untuk merekam segala aktifitas yang terjadi, depan/belakang panggung. Sedangkan, untuk kegiatan liputan pada fotografi panggung umumnya dilakukan media massa (fotografer jurnalistik) untuk berita kebudayaan/kesenian di koran/majalah. Namun, kedua kegiatan tersebut pada dasarnya bisa dilakukan oleh siapapun, walaupun bukan penyelenggara maupun fotografer jurnalistik, baik untuk kepentingan komersial, belajar maupun koleksi semata.
Sebagian besar pertunjukan panggung berlangsung malam hari, dan sebagain besar dalam gedung. Fokus utama fotografi panggung adalah low light photography dengan pendekatan “pemaknaan” sesuai tujuan pertunjukan. Fotografi panggung terdiri dari: Musik, Fashion, Tari dan Teater.
http://blog.poetrafoto.com/tips-fotografi-teknik-memotret-foto-panggung/
Sport
Foto Olahraga adalah jenis foto yang menangkap aksi menarik dan spektakuler dalam event dan pertandingan olah raga. Jenis foto ini membutuhkan kecermatan dan kecepatan seorang fotografer dalam menangkap momen terbaik.
www.sportenfoto.nl/
2. Jenis-jenis Foto Alam (Nature)
Yang menjadi obyek utama dari Foto Nature adalah benda dan makhluk hidup alami (natural) seperti : hewan, tumbuhan, gunung, hutan dan lain-lain. Yang termasuk Foto Nature adalah :
Flora
Jenis foto dengan obyek utama tanaman dan tumbuhan dikenal dengan jenis foto flora. Berbagai jenis tumbuhan dengan segala keanekaragamannya menawarkan nilai keindahan dan daya tarik untuk direkam dengan kamera.
fotografiyuda.wordpress.com/
b. Fauna
Foto fauna adalah jenis foto dengan berbagai jenis binatang sebagai obyek utama. Foto ini menampilkan daya tarik dunia binatang dalam aktifitas dan interaksinya.
b. Foto Fauna
Foto fauna adalah jenis foto mengenai berbagai jenis binatang yang sekaligus menampilkan aktifitas yang terkait di dalam dunia binatang.
www.naturalis.nl/en/services/library/botany/services/
c. Foto Lanskap
Foto lanskap merupakan jenis foto yang obyek utamanya adalah bentangan alam seperti langit, daratan dan air; sedangkan unsur manusia, hewan, dan tumbuhan yang kebetulan berada di dalamnya hanyalah sebagai unsur pendukung. Ekspresi alam serta cuaca menjadi moment utama dalam menilai keberhasilan penciptaan sebuah foto lanskap.
prezi.com/.../copy-of-copy-of-jenis-jenis-photograph.
3. Foto Arsitektur
Yang tergolong ke dalam jenis foto ini adalah foto-foto tentang keindahan suatu bangunan baik dari sudut pandang sejarah, budaya, desain dan konstruksinya, serta dalam berbagai corak warna dan ukuran-nya. Memotret suatu bangunan dari berbagai sisi dan menemukan nilai keindahannya menjadi sangat penting dalam membuat foto ini. Foto arsitektur ini tak lepas dari pesatnya perkembangan dunia arsitektur dan teknik sipil sehingga jenis foto ini menjadi cukup luas cakupannya.
unmixedphotography.blogspot.com/
4. Foto Still Life
Foto Still Life adalah sebuah foto dari obyek benda mati yang berkesan seolah-olah tampak “hidup”, komunikatif, ekspresif, sehingga seakan-akan mengandung sebuah pesan tersembunyi. Foto Still Life bukan sekadar menyalin atau memindahkan objek ke dalam kamera dengan cara seadanya, karena bila seperti itu yang dilakukan, namanya adalah mendokumentasikan dan obyek benda mati tersebut tetap tampak sebagai benda mati. Jenis foto ini merupakan jenis foto yang menantang dalam menguji kreatifitas, imajinasi, dan kemampuan teknis.
entegila.wordpress.com/2013/01/09/jenis-jenis-foto/
5. Foto Peristiwa dan Berita
Foto Jurnalistik adalah foto yang digunakan untuk kepentingan pers dan kepentingan penyampaian informasi. Dalam penyampaian pesan tersebut, lazimnya foto dilengkapi dengan caption (tulisan yang menerangkan isi foto) sebagai bagian dari penyajian jenis foto ini. Jenis foto ini sering kita jumpai dalam media massa (surat-kabar, majalah, bulletin, dll).
http://prezi.com/qsr8-0djfqqt/copy-of-jenis-jenis-photography
PENUTUP
Fotografi yang seperti kita kenal sekarang adalah hasil penemuan. Yang pertama dalam bidang ilmu alam menghasilkan kamera,yang kedua dalam bidang kimia menghasilkan film. Asal mulanya kedua penemuan itu tidak ada hubungannya satu sama lain dan sebelum masing-masing sampai kepada kesempurnaanya seperti yang telah kita kenal sekarang serta melahirkan penemuan baru yaitu fotografi, telah panjang yang ditempuh baik oleh kamera maupun oleh film.
Untuk mendalami bidang fotografi,siapapun harus punya pengetahuan dasar yang baik tentang cahaya(light). Hal ini penting karena cahaya memegang kunci utama dalam penentuan eksposur yang diatur oleh shutter dan aperture pada kamera. Setelah memahami tentang cahaya, tahap selanjutnya adalah mengerti tentang pencahayaan(lighting) sehingga mampu menghasilkan foto yang lebih baik dalam berbagai kondisi pemotretan.