ARSIP BULANAN : March 2014

MAKALAH ETIKA dan FILSAFAT KOMUNIKASI

KARYA DAN DASAR PEMIKIRAN “IBNU SINA, AL-RAZI, IBNU MISKAWAIH, IBNU RUSYD, MUHAMMAD IQBAL, MUHAMMAD ARKAUN”

 

 

NAMA : KAMSIA KABADERAN

NIM : 291413004

JURUSAN : ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS : ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

 

 

 

 

ABSTRAK

Pada perkembangan zaman saat ini, ilmu pengetahuan berkembang semakin pesat. Para filosofi-filosofi terdahulu melahirkan pemikiran dari berbagai macam ilmu yang ada. Dimana filsafat di jadikan sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan. Sebagaimana filsafat secara umum tidak terlepas dari namanya filsafat islam. Sebelum kita membahas tentang filsafat islam secara khusus ada baiknya kita membahas fisafat secara umum. Sering kita mendengar filsafat merupakan usaha manusia yang berkesinambungan diseluruh jagad raya ini. Akan, tetapi berpikir filsafat dalam arti berpikir bebas dan mendalam yang tidak terpengaruh oleh tardisi filosof-filosof yunani. Dalam arti bahwa, filsafat merupakan kegiatan manusia yang ada di muka bumi ini dan di lakukan secara teru menerus tanpa di sadari. Kita bebas berfikir tanpa di batasi oleh apapun, baik secara mendalam sampai keakar-akarnya , dan itu juga yang di lakukan oleh para filosof terdahulu.

 

 

PENDAHULUAN

Filsafat islam merupakan filsafat yang para filosofinya adalah cendekiawan islam. Ada banyak perbedaan antara filsafat islam dengan filsafat lain. Didalam filsafat islam terdapat dua kaum, yaitu kaum Mu’tazilah dan kaum Asy’ari. Kaum mu’tazilah merupakan kaum yang menanggap ketinggian kedudukan adalah akal dan akal yang akan menunjukkan kekuatan seorang manusia. Sedangkan kaum Asy’ari menganggap akal mempunyai kedudukan rendah, akal lemah menjadikan manusia juga lemah dan manusia dan alam di atur menurut kehendak mutlak tuhan. Dalam kaum Asy’ari memiliki tokoh-tokoh yang terkenal dalam karya-karya dan dasar pemikiran mereka.

 

 

PEMBAHASAN

A.   Nama Lengkap Ibnu Sina adalah Abu ‘Ali Al-Husain ibnu ‘Abdullah Ibn Hasan Ibnu ‘Ali ibn Sina.

Karya Tulisnya :

Ibnu Sina adalah seorang penulis yang luar biasa produktif sehingga ia tidak sedikit meninggalkan karya tulis yang sangat besar pengaruhnya kepada generasi sesudahnya, baik di dunia Barat maupun di dunia Timur. Diantara karya tulisnya yang terpenting, yakni sebagai berikut :

Al-Syfa’, berisikan uraian tentang filsfat yang terdiri atas empat bagian: Ketuhanan, Fisika, Matematika, dan Logika.Al-Najat, berisikan keringkasan dari kitab Al-Syifa’. Karya tulis ini di tunjukkannya khusus untuk kelompok terpelajar yang ingin mengetahui dasar-dasar ilmu hikmah secara lengkap.Al-Qanun fi Al-Thibb, berisikan ilmu kedokteran yang terbagi atas ilmu kitab dalam berbagai ilmu dan jenis-jenis penyakit dan lain-lainnya.Al- Isyarat wa al-Tanbinat, isinya mengandung uraian tentang logika dan hikmah.

Dasar Pemikiran

a.  Al-Tawfiq (Rekonsiliasi) antara Agama dan Filsafat

Sebagaimana Al- Farabi, Ibnu Sina juga mengusahakan pemanduan (rekonsilasi) antara agama dan filsafat. Menurutnya nabi dan filosof menerima kebenaran dari sumber yang sama, yakni malaikat jibril yang juga disebut Akal kesepuluh atau Akal aktif. Perbedaannya hanya terletak pada cara memperolehnya, bagi nabi terjadinya hubungan dengan malaikat jibril melalui akal materiil yang disebut hads (kekuatan suci, qudsyyat), sedangakan filosof melalui Akal Mustafad. Pengetahuan yang diperoleh nabi disebut wahyu, berlainan dengan pengetahuan yang diperoleh filosof hanya dalam bentuk ilham, tetapi antara keduanya tidaklah bertentangan.

Ibnu Sina, sebagaimana Al-Farabi, juga memberikan ketegasan tentang perbedaan antara para nabi dan filosof. Mereka yang disebut pertama, menurutnya adalah manusia pilihan Allah dan tidak ada peluang bagi manusia lain mengusahakan dirinya jadi nabi. Sementara itu, mereka yang disebut kedua adalah manusia yang mempunyai intelektual yang tinggi dan tidak bisa menjadi nabi.

Pembagian manusia yang di majukan Ibnu Sina menjadi dua tingkatan, awam dan terpelajar, adalah hal yang biasa. Namun, pendapatnya yang mengatakan bahwa kebenaran dalam bentuk wahyu ditunjukan pada tingkatan awam dan kebenaran dalam bentuk filsafat.

b.  Ketuhanan

Ibn Sina dalam membuktikan adanya Tuhan (isbat wujud Allah) dengan dalil wajib al-wujud dan mumkin al-wujud mengesankan duplikat Al-Farabi. Tingkatan di pandang memiliki daya kreasi tersendiri sebagai berikut :

Wajib al-wujud, esensi yang tidak dapat tidak mesti mempunyai wujud. Disini esensi tidak bisa dipisahkan dari wujud; keduanya adalah sama dan satu. Esensi ini tidak dimulai dari tidak ada, kemudian berwujud, tetapi ia wajib dan mesti berwujud selama-lamanya.Mukmin al-wujud, esensi yang boleh mempunyai wujud dan boleh pula tidak berwujud. Dengan istilah lain, jika ia diandaikan tidak ada atau diandaikan ada, maka ia tidaklah mustahil, yakni boleh ada dan boleh tidak ada.Mumtani’ al-wujud, esensi yang tidak dapat mempunyai wujud, seperti adanya sekarang ini juga kosmos lain di samping kosmos yang ada.Emanasi

Ibnu Sina, sebagaimana juga Al-Farabi menemui kesulitan dalam menjelaskan bagaimana terjadinya yang banyak yang bersifat materi (alam) dari Yang Esa, jauh dari arti banyak , jauh dari materi, maha sempurna, dan tidak berkehendak apa pun (Allah).

Telah disebutkan bahwa fisafat emanasi ini bukan hasil renungan Ibnu Sina (juga Al-Farabi), tetapi berasal dari “ramuan plotinus” yang menyatakan bahwa alam ini terjadi karena pancaran dari Yang Esa (The One). Kemudian, filsafat Plotinus yang berprinsip bahwa “Dari Yang Satu Hanya Satu Yang Melimpah”.

Adapun proses terjadinya pancaran tersebut ialah ketika Allah wujud (bukan dari tiada) sebagai Akal (‘aql) langsung memikirkan (ber-ta’aqqul) terhadap zat-Nya yang objek pemikiran-Nya, maka memancarlah Akal pertama.

Sejalan dengan filsafat emanasi, alam ini kadim karena di ciptakan oleh Allah sejak kadim dan azali. Akan tetapi, tentu saja Ibnu Sina membedakan antara kadimnya Allah dan alam. Perbedaan yang mendasar terletak pada sebab membuat alam terwujud.

c.  Jiwa

Harus diakui bahwa keistimewaan pemikiran Ibnu Sina terletak pada filsafat jiwa. Kata jiwa dalam Alqura’an dan hadis diistilahkan dengan al-nafs dan al-ruh sebagaimana terekam dalam surat Shad: 71-72, al-Isra’ : 85 dan Al-Fajar: 27-30. Jiwa manusia, sebagai jiwa-jiwa lain dan segala apa yang terdapat di bawah rembulan, memancar dari akal sepuluh. Secara gari besarnya pembahasan Ibnu Sina tentang jiwa terbagi pada dua bagian berikut.

Fisika, membicarakan tentang jiwa tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia.Metafisika, membicarakan tentang hal-hal berikut.Dalil alam kejiwaanKonsep “AKU” dan kesatuan fenomena psikologiDalil kontinuitas (al-istimrar)Dalil manusia terbang atau manusia melayang di udara

B.  Nama lengkap Al-Razi adalah Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakaria Ibnu Yahya Al-Razi.

Karya Tulisnya :

Al-Razi termasuk seorang filosof yang rajin belajar dan menulis sehingga tidak mengherankan ia banyak menghasilkan karya tulis. Dalam autobiografinya pernah ia katakan, bahwa ia telah menulis tidak kurang dari 200 buah karya tulis dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Karya tulisnya dalam bidang kimia yang terkenal ialah Kitab al-Asrar yang di terjemahkan ke dalam bahasa latin oleh Geard fo Cremon. Dalam bidang medis karyanya yang terbesar ialah al-Hawi yang merupakan ensiklopedia ilmu kedokteran, diterjemahkan ke dalam bahasa latin dengan judul Contines yang tersebar luas dan menjadi buku pegangan utama di kalangan kedokteran Eropa sampai abad ke 17 M.

Dasar Pemikiran

a. Lima Kekal (Kadim)

Filsafat Al-Razi terkenal dengan ajarannya Lima yang kekal, yakni al-Bary Ta’ala (Allah Ta’ala), al-Nafs al-Kulliyyat (Jiwa Universal), al- Hayula al-ULA (Materi Pertama), al-Makan al-Muthlaq (Tempat/Ruang Absolut) dan al-Zaman al-Muthlaq (Masa Absolut).

Menurut Al-Razi dua dari lima yang kekal itu hidup dan aktif: Allah dan Roh. Satu diantaranya tidak hidup dan pasif, yakni materi. Dua lainnya tidak hidup, tidak aktif, dan tidak pula pasif, yakni ruang dan masa.

Timbulnya doktrin adanya yang kekal selai Allah, dalam Filsafat Al-Razi ini, agaknya disebabkan filsafat adanya Allah yang merupakan sumber Yang Esa yang tetap. Namun demikian, kekalnya yang lain tidak sama dengan kekalnya Allah.

b. Akal, Kenabian, dan Wahyu

Al-Razi dikenal sebagai seorang resionalis murni. Akal, menurutnya, adalah karunia Allah yang terbesar untuk manusia. Dengan akal manusia dapat memperoleh manfaat sebanyak-banyaknya, bahkan dapat memperoleh pengetahuan tentang Allah.

Al-Razi lebih terkenal sebagai ahli dalam ilmu kedokteran (sains) ketimbang ilmu spekulatif (filsafat). Oleh karena itu, dalam penjelasannya tentang akal berdasarkan semangat rasional empiris eksperimental, hal yang mengesankan ialah bahwa ia hanya percaya pada akal semata dan tidak lagi percaya kepada wahyu. Seperti telah di kemukakan bahwa kenyataan ini tidak di temukan dalam tulisan-tulisannya.

C.  Nama lengkap Ibnu Miskawih adalah Abu Ali Ahmad Ibnu Muhammad ibnu Ya’cub ibnu Miskawih.

Karya Tulisnya :

Ibnu Miskawaih tidak hanya di kenal sebagai seorang pemikir (filosof), tetapi ia juga seorang penulis yang produktif. Dalam buku The History Of The Muslim Philosophy disebutkan beberapa karya tulisnya, yaitu :

Al-Fauz Al-AkbarAl-Fauz AL-AsgharTajarib al-Umam (sebuah sejarah tentang banjir besar yang ditulisnya pada tahun 369 H/979 M)Uns al-Farid ( koleksi anekdot, syair, peribahasa, dan kata-kata hikmah)Tertib al-sa’adat (isinya akhlak dan politik)Al-Mustaufa (isinya syair-syair pilihan)Jawidan Khirad (koleksi ungkapan bijak)Al-Jami’Al-SiyabOn the Simple Drugs (tentang kedokteran )On the compisition of the Bajats (seni memasak)Kitab al-Ashribh (tentang minuman)Tahzib al- Akhlag (tentang akhlak)Risalat fi al-Lazzat wa al-Alam fi Jauhar al-NafsAjwibat wa As’ilat fi al-Nafs wa al-‘AqlAl-Jawab fi al-Masa’il al-salasRisalat fi Jawab fi Su’al Ali ibn Muhammad Abu Hayyan al-Shifi fi Haqiqat al-AqlThaharat al-Nafs.

Dasar Pemikiran

a. Ketahunan

Tuhan, menurut Ibnu Miskawih, adalah zat yang tidak berjisim, Azali, dan pencipta. Tuhan Esa dalam segala aspek. Ia tidak terbagi-bagi dan tidak mengandung kejamakan dan tidak satu pun yang setara dengan-Nya. Ia ada tanpa di adakan dan ada-Nya tidak bergantung kepada yang lain. Sementara yang lain membutuhkan-Nya. Tampaknya pemikiran Ibnu Miskawaih ini sama dengan pemikiran Al-Farabi dan Al- Kindi.

Sebagai filosof religius sejati, Ibnu Miskawaih menyatakan, alam semesta di ciptakan Allah dari tiada menjadi ada, karena penciptaan dari bahan yang sudah ada tidak ada artinya. Di sinilah letak persamaan pemikirannya dengan Al-Kindi dan berbeda dari Al-Farabi (Allah menciptakan alam dari materi yang sudah ada).

b. Emanasi

Perbedaan emanasi antara Ibnu Miskawaih dan Al-Farabi sebagai berikut.

Bagi Ibnu Miskawaih, Allah menjadikan alam ini secara emanasi (pancaran) dari tiada menjadi ada. Sementara itu, menurut Al-Farabi alam di jadikan Tuhan secara pancaran dari sesuatu atau bahan yang sudah ada menjadi adaBagi Ibnu Miskawaih ciptaan Allah yang pertama ialah Akal Aktif. Sementara itu, bagi Al-Farabi ciptaan Allah yang pertama ialah Akal pertama dan Akal Aktif adalah Akal yang kesepuluh.Kenabian

Menurut Ibnu Miskawaih, nabi adalah seorang Muslim yang memperoleh hakikat-hakikat atau kebenaran karena pengaruh Akal Aktif atas daya imajinasinya. Hakikat-hakikat atau kebenaran seperti ini diperoleh pula oleh para Filosofi. Filosof mendapatkan kebenaran tersebut dari bawah ke atas, yakni dari daya indrawi menaik ke daya khayal dan menaik lagi kedaya berpikir yang dapat berhubungan dan mengkap hakikat-hakikat atau kebenaran dari Akal Aktif.

c. Jiwa

Jiwa, menurut Ibnu Miskkawaih, adalah jauhar rohani yang tidak hancur dengan sebab kematian jasad. Ia adalah kesatuan yang tidak terbagi-bagi. Ia akan hidup selalu. Jiwa dapat menangkap keberadaan zatnya dan mengetahui ketuhanan dan keaktivitasannya.

d. Akhlak

Ibnu Miskawaih seorang moralis yang terkenal. Hampir setiap pembahasan akhlak dalam Islam, filsafatnya ini selalu mendapat perhatian utama.

D.  Nama lengkap Ibnu Rusyd adalah Abu Al-Walid Muhammad ibnu Ahmad ibnu Muhammad Ibnu Rusyd.

Karya Tulisnya ;

Fashl al-Maqal fi ma bain al-Hikmat wa al-Syariah min al-Ittishal, berisikan kolerasi antara agama dan filsafat.Al-Kasyf’an Manahij al- Al-Adillat fi ‘Aqa’id al-Millat, berisikan kritik terhadap metode para ahli ilmu kalam dan sufi.Tahafut al-Tahafut, berisikan kritikan terhadap karya Al-Ghazali yang berjudul Tahafut al-FalasifatBidayat al-Mujtahid wa Nihayat al-Muqtashid, berisikan uraian-uraian di bidang fiqih.

Dasar Pemikiran

Menurut Ibnu Rusyd antara filsafat dan agama tidak bertentangan, karena kebenaran tidaklah berlawanan dengan kebenaran tetapi saling memperkuat. Dengan kata lain, filsafat adalah saudara kembar agama, antara keduanya bagaiakan sahabat yang pada hakikatnya saling mencintai.

E.  Muhammad Iqbal

Karya Tulisnya ;

Bang-i-dara (Genta Lonceng), Payam-i-Mashriq (pesan dari timur), Asrar-i-Khudi (Rahasia-rahasia diri), Rumuz-i-Bekhudi (Rahasia-rahasia peniadaan diri), Jawaid Nama (kitab keabadian), Zarb-i-kalim (pukulan tongkat nabi musa), Pas Cheh Bayad Kard Aye Aqwam-i-Sharq (apakah yang akan kau lakukan wahai rakyat timur?), musafir nama, Bal-i-Jibril (sayap jibril), Armughan-i-Hejas (hadiah diri Hijas). Devlopment of Metaphyiscs in Persia, Lectures on the Reconstruction of Religius Thought in Islam Iim al Iqtishad, A Contibution to the History of Muslim Philosophy, Zabur-i-‘Ajam ( Taman rahasia baru), Khusal Khan Khattak, dan Rumuz-i-Bekhudi (rahasia peniadaan diri).

Dasar Pemikiran ;

Muhammad Iqbal memiliki pemikiran yang fundamental yaitu, intuisi, diri, dunia dan Tuhan. Selain itu, Muhammad Iqbal pemikiran dalam politik. Pemikiran dan aktivitas Iqbal untuk mewujudkan Negara Islam ia tunjukkan sejak terpilih menjadi Presiden Liga Muslimin tahun 1930. Ia memandang bahwa tidaklah mungkin uamat islam dapat bersatu dengan penuh persaudaraan dengan warga India yang memiliki keyakinan berbeda. Sebagai seorang negarawan yang matang tentu pandangan-pandangannya terhadap ancaman luar juga sangat tajam. Bagi Iqbal, budaya barat adalah budaya imperialisme, materialisme, anti spiritual dan jauh dari norma insani.

F. Muhammad Arqoun

Karya Tulisnya ;

La pensee arabe (dunia perkembangan arab) Paris 1937Ouvertures sura I’islam (catatan-catatan untuk memahami islam)Contribution attitude de islam humannisme arabae au IV/X siece ; miskawaih philosophy historien (sumbangan pada pembahasan humanisme arab pada IV/X Miskawaih sebagai filsfat dan sejarawan) paris Grancher virin 1989Essais sur Ia Pensce Islamique (esai-esai tentang pemikiran islam) paris virin 1973Lectures de coran (tokoh tentang Al-Qur’an) paris 1982Pour une critique de Ia rasion islamique (demi kritik nalar islam) paris 1984

Dasar Pemikiran ;

Arkoun memperlihatkan posisi pembacaan kritisnya yang sangat tajam. Pendekatan ilmu-ilmu modern, seperti antropologi, sosiologi dan linguistik di gunakan untuk membedah konsep wahyu yang telah mapan dalam keyakinan umat islam.Kritik terhadap konsep wahyu di latarbelakangi oleh kegelisahan Arkoun terhadap sistem epistemologi islam. Selama beradab-adab lamanya, umat islam menurut Arkoun mengalami problem sistem epistemologi. Persolan mendasar ini, baginya menjadi faktor utama keterbelakangan dunia islam. Sistem pemikiran yang disebut Arkoun sebagai ortodoksin islam menghambat gerak laju nalar untuk maju dalam mengejar ketertinggalannya dari barat.Maka tugas utama pemikir islam menurut Arkoun adalah membongkar epistologi islam tradisional karena tidak dianggap telah membentuk ortodoksi islam yang telah mengendap lebih lama dalam nalar umat islam. Sumber utama sistem ortodoksi yang rigit itu menurutnya adalah posisi al-Qur’an.

 

 

 

PENUTUP

Dalam penjelasan tersebut kita telah membahas tentang hasil karya dan dasar pemikiran para tokoh filsafat islam yang lebih tepatnya kaum Asy’ari. Dalam karya-karyanya, menghasilkan banyak karya yang bermanfaat sampai dengan sekarang. Dasar pemikiran mereka yang dapat menjelaskan hubungan sebenarnya antara Allah, Manusia, dan Alam sekitarnya.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Yazdi Misbah Taqi Muhammad 2003. Buku Daras Filsafat Islam. Mizan Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), Bandung

Zar Sirajudin, 2012, Filsafat Islam. Filosof dan Filsafatnya. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Ihsan Hamdani dan Ihsan .A. Faud.2007. Filsafat. Pendidikan Islam. CV Pustaka Setia, Bandung

http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/03/karya-ibnu-sina-html

http://angsolihin91.blospot.com/2011/12contoh -makalah-mata-kuliah-filsafat-html

http://www.stidnatsir.ac.id/index.php?option=com_content&view=artikel&id=143:pemikiran=muhammad-iqbal&catid=29:artikel&Itmed=86

http://inpasonline.com/new/jejak-postmodernisme-dalam-pemikiran-mohammad-arkoun-tentang-wahyu/

http://en.wikipedia.org/wiki/user:Hudacoba

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong