Resensi Buku "Filsafat Ilmu Komunikasi" (MK Etika dan Filsafat Komunikasi)

14 April 2014 16:47:55 Dibaca : 241

TUGAS ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

RESENSI BUKU “FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI”

 

Nama :Sri Delawaty Abjul

Nim : 291413009

Jurusan Ilmu Komunikasi

Universitas Negeri Gorotalo

Fakultas Ilmu sosial

 

“FILSAFAT ILMU KONUMIKASI”

Penulis : Elvinano Aldianto & Bambang Q. Anees

Desainer Sampul : Djoko Kartiko

Layout : Pratama Surya Ilham

 

 

Diterbitkan Oleh

Simbiosa Rakatama Media

J.l Srikandi Raya No.13 Bandung 40254

Telp.(022) 5204120-(022)70142959

Faks. (022) 5204120

J.l Ibu Inggit Garnasin No. 31 Bandung 40252

Telp. (022) 5208370-(022) 70142959

Faks. (022) 5208370

E-mail : sinarmedia@yahoo.com

Website : www.simbiosa-online.com

Cetakan pertama : Januari 2007

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

Ilmu komunikasi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang interaksi manusia dalam setiap harinya. Komunikasi tidak terlepas dari kehidupan manusia di dunia ini, setiap orang sangat membutuhkan komunikasi untuk dapat mempertahankan kehidupannya. Tetapi kita dapat membedakan yang namanya komunikasi dengan skill. Komunikasi diartikan sebagai suatu kemampuan individu dalam berinteraksi dengan orang lain, sedangkan skill dapat dipelajari melalui pelatihan dan pengalaman yang praktis. Di dalam ilmu komunikasi ada berbagai teori atau model komunikasi yang dipelajari dan saling berhubungan satu sama lain. Di dalam buku yang di resensi ini membahas tentang perspektif-perspektif teori-teori komunikasi, yakni terdiri dari Positivisme, post-positivisme, interpretif, konstruktifisme dan tori kritis. Dalam berbagai perspektif tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan lebih lanjut yang akan dibahas selanjutnya. Dan di dalam setiap perspektif memilki suatu catatan akhir yang berisi tentang kesimpulan dari setiap perspektif yang di bahas.

 

A. PERSPEKTIF TEORI-TEORI KOMUNIKASI

APA ITU PERSPEKTIF, PERSPEKTIF-PERSPEKTIF ILMU KOMUNIKASI DAN CATATAN AKHIR

Dalam buku ini akan menjelaskan terlebih dahulu tentanf definisi dari perspektif. Perspektif adalah suatu pandangan seseorang terhadap sesuatu yang diamati. Pengetahuan yang akan kita peroleh tergantung pada cara kita memandang sesuatu tersebut. Perspektif yang berbeda akan mendapatkan jawaban yang bebeda pula pada setiap perspektif tersebut. Pemilihan akan adanya perspektif dan bukan merupakan suatu teori merupakan sebuah keistimewaan dari ilmu sosial. Untuk tidak lagi berlagak mengukur atau bebas nilai terhadap suatu gejala-gejala sosial yang terjadi.

Dalam Perspektif-perspektif ilmu komunikasi ini terdapat beberapa metateori tentang realitas (ontologi), tentang bagaimana pencapaiannya (epistimologi) dan tentang apa nilai dari komunikasi (aksiologi). Yang pertama yaitu realisme, dalam hal ini beranggapan bahwa sesuatu yang diteliti merupakan apa adanya tanpa ada campur tangan ide dari seorang pengamat. Sedangkan Nominalis, yaitu beranggapan bahwa dunia sosial yakni eksternal pada persepsi setiap manusia, tidak hanya tersusun hanya sekedar nama, konsep dan label yang digunakan. Dan Konstruksionis yakni menyatakan kita tidak pernah mengerti akan realitas yang sesungguhnya secara ontologis. Perspektif yang berkembang dalam ilmu komunikasi meliputi Positivisme, post-positivisme, interpretif, konstruktivisme dan teori kritis.

Catatan akhir dalam materi ini, lebih memperjelas bahwab perspektif-perspektif menurunkan sejumlah teori komunikasi. Dalam perspektif-perspektif tersebut memiliki suatu kelebihan dan kelemahannya masing yang saling dipertahankan. Tetapi semua perspektif itu dapat melakukan suatu perubahan untuk ilmu komunikasi itu sendiri.

 

B. PERSPEKTIF POSITIVISME

SEJARAH POSITIVISME, GAGASAN POSITIVISME, POSITIVISME LOGIS DAN CATATAN AKHIR

Dalam buku ini Perspektif Positivisme mendefinisikan komunikasi sebagai proses interaksi secara linier. Artinya, penyampaian pesan yang dilakukan berlangsung satu arah dari seseorang kepada orang lain. Dan komunikasi ini dapat dipastikan terjadi secara sengaja untuk merangsang suatu perubahan didalam diri seseorang. Karena metode ini mudah di pahami, sering digunakan ilmu alam dalam merumuskan data, meneliti dan menyimpulkan kebenaran data komunikasi. Sedangkan, metode ilmu alam itu sendiri adalah suatu metode yang digunakan dalam meneliti benda-benda maupun makhluk hidup yang ada di ala mini bahkan dapat memanipulasi objeknya dalam eksperimen untuk menemukan pengetahuan menurut model “sebab-akibat”. Selanjutnya, pada abad ke 19 metode ilmu alam inikemudian digunakan untuk metode ilmu sosial. Pemikiran yang menarik ilmu alam ke ilmu sosial adalah Positivisme.

Pada sejarah positivisme buku ini memperkenalkan dua pelopor Positivisme dari Prancis. Dia adalah Henry Sain Simon (1760-1825) dan muridnya Auguste Comte (1798-1857). Mereka memiliki gagasannya masing-masing. Comte dim kenal dengan gagasan dasar dari pemikirannya mengenai tahap perkembangan sejarah manusia, yaitu teologis, metafisis dan positivis. Positivisme yang dikembangkan Auguste Comte disebut juga positivisme sosial. Paham ini menyatakan, untuk satu kehidupan sosial hanya dapat dicapai dengan penerapan ilmu-ilmu positif. Setelah adanya positivisme sosial muncul lagi positivisme evolusioner dan positivisme logis. Pada dasarnya ketika positivisme ini sama-sama percaya akan adanya kemajuan, perbedaanya hanya pada pendasaran kemajuan itu.

Gagasan Positivisme adalah suatu gagasan yang menjelaskan tentang apa itu positif yang pada dasarnya adalah sesuatu yang nyata, yang sudah pasti, tepat dan berguna. Sedangkan kebalikan dari positif adalah sesuatu yang khayal, diragukan,tidak dapat dipercaya,kabur. Atau pula dapat dikatakan positivisme adalah suatu pengetahuan untuk meramalkan peristiwa benda itu dimasa depan. Dalam positivisme di dasarkan pada asumsi dan keyakinan dasar Ontologi dan Epistimologi. Ontologi adalah sebuah realism yang membahas tentang hukum-hukum alam. Sedangkan Epistimologi adalah dualisme yang menggambarkan alam semesta yang apa adanya. Selain itu juga ada beberapa prinsip positivisme yaitu, bebas nilai, fenomenalisme,nominalisme, reduksionisme, naturalisme dan mekanisme.

Selanjutnya dalam pembahasan Positivisme Logis seperti yang telah dibahas sebelumnya. Banyak perbedaan pendapat oleh para pemikir-pemikir. Positivisme logis sangat berperan dalam perkembangan ilmu komunikasi. Menurut Moore, tujuan filsafat adalah memberikan penjelasan terhadap bahasa dan pikiran bukan menemukan pandanga baru. Dan suatu analisis tidak dapat dilakukan melainkan menggunakan bahasa sehari-hari. Tetapi Russel menolak gagasan Moore. Baginya, bahasa sehari-hari tidak dapat menjamin kebenaran, untuk itu diperlukan bahasa logis. Semua yang mereka jelaskan adalah yang berhubungan dengan realitas yang ada di alam.

Dalam catatan akhir ini lebih di tekankan lagi tentang prinsip-prinsip sosiologi yang positivisme menjadi dasar bagi ilmu-ilmu sosial lain seperti dalam ilmu komunikasi. Ilmu komunikasi berada dibawah pengaruh positivisme. Seperti suatu pebgalaman yang dimiliki seseorang dapat secara langsung diekspresikan melalui penggunaan komunikasi. Seperti yang telah dibahas sebelumnya dalam buku ini Perspektif positivisme menggunakan teori linier komunikasi. Artinya, positivisme meyakini bahwa realitas ilmiah terbatas pada yang dapat diukur, maka proses pemahaman atas peristiwa komunikasi di jalankan dengan memasukkan fenomena-fenomena sejauh ia bias diukur. Dan efek merupakan focus utama perspektif positivisme.

 

C. PERSPEKTIF POST POSITIVISME: KRITIK TERHADAP POSITIVISME

POST-POSITIVISME, POST-POSITIVISME DALAM PENELITIAN SOSIAL DAN KOMUNIKASI, STRUKTUR DAN FUNGSI TEORI DALAM PERSPEKTIF POST-POSITIVISME DAN CATATAN AKHIR

Dalam bab ini menantang pendapat yang mengatakan bahawa manusia dapat diukur. Manusia bukanlah suatu benda mati yang dapat diukur. Jika suatu benda diukur, maka kita akan cepat menemukan ukuran dari benda itu, dan ukuran tersebut akan berlaku terus untuk benda tersebut. Tetapi manusia bukanlah demikian. Ilmu sosial akan merasa sulit dalam menentukan pengukuran manusia. Manusia itu adalah makhluk yang dinamis atau selalu berubah-ubah. Tindakannya tidak dapat di prediksi denga pasti.

Post-Positivisme merupakan suatu gugatan tentang kebenaran dari perspektif positivisme. Gugatan-gutan ini muncul dari para tokoh dan pemikir. Asumsi-asumsi mereka seperti faktanya tidak bebas dan hanya bermuatan teori, selain itu tidak satupun teori yang dapat dijelasan denga bukti-bukti empiris, faktanya tidak bebas melainkan penuh dengan nilai dan hasil penelitian bukanlah reportase objektif melainkan hasil interaksi manusia dan semesta yang penuh denga persoalan dan senantiasa berubah.

Post-Positivisme dalam Penelitian Sosial dan Komunikasi ini yang pertama membahas tentang Ontologi Post-Positivisme. Disini, yang ingin diperbaiki adalah kelemahan positivisme yang hanya mengandalkan kemampuan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pandangan Post-Positivisme mirip dengan pandangan konstruksionisme sosial, terutama dalam dua cara, yaitu kaum post-positivisme meyajini bahwa proses kontruksi sosial terjadi dalam berbagai cara dan terpola secara relatif pada kerja penelitian. Dan banyak kalangan postpositivisme meyakini bahwa konstruksi sosial dapat ditemukan secara objektif pada para pelaku dunia sosial.

Sedangkan dalam Epistimologi dan Aksiologi, post-positivisme terlihat sama dengan positivisme walaupun memiliki perbedaan yang khas. Positivisme memiliki perbedaan yang khas. Positivisme menekankan realism mutlak, sedangkan positivisme memiliki realisme kritis. Dalam kalangan sarjana Ilmu Komunikasi positivisme mengacu pada prinsip epistimologis dan aksiologis yang diistilahkan oleh objektivisme yang di modifikasi.

Selanjutnya, buku ini menjelaskan tentang Struktur dan Fungsi Teori dalam Perspektif Post-Positivisme, yang pertama yaitu, Struktur Teori Perspektif Post-Positivisme dalam buku ini membahas tentang kualitas abstrak yang merupakan suatu teori particular yang berhubungan erat dengan post-positivisme, Karena menyediakan penjelasan umum yang dilandasi penyelidikan peristiwa-peristiwa individual. Dan tertata secara logis dan tak dapat dipungkiri dengan realitas yang akan di teliti.

Di dalam fungsi teori perspektif post-positivisme, fungsi teori dalam kebanyakan pemikiran kalangan post-positivisme adalah untuk menentukan beberapa keteraturan atas pengalaman yang tak teratur. 3 fungsi teori yang sering diyakini kaum positivis yaitu fungsi pengjelasan. Selain itu fungsi prediksi, dan control

Adapun kriteria evaluasi dan perbandingan teori, yakni untuk mengevaluasi kualitas sebuah teori terdapat tingkat kesuksesan dalam memecahkan sebuah persoalan empiris, konseptual dan praktis agar dapat menentukan sejauh mana solusi sebuah teori dalam memecahkan masalah baru terdapat 5 kriteria, teori harus akurat, konsisten, ruang lingkup yang luas, sederhana, be frutifull.

Selanjutnya dalam proses perkembangan teori dalam tradisi post-positivisme adalah keterus terangan dan bagaimana mengakumulasi pengetahuan tentang dunia lewat proses pengujian secara empiris. Pengembangan teori ini juga mesti diuji lewat obsevasi dengan metode ilmiah tertentu.

Catatan akhir dalam bab ini membahas tentang post-positivisme memberikan model penelitian khas yang ilmu sosial, dengan halnya manusia bukanlah benda yang ketika di teliti hanya menyajikan efek yang sama. Karena manusia itu hidup dan dapat mengonstruksi tanggapan tertentu ketika diteliti.

 

D. PERSPEKTIF INTERPRETIF

SEJARAH PERSPEKTIF INTERPRETIF, PANDANGAN DASAR PERSPEKTIF INTERPRETIF, TEORI INTERPRETIF DALAM KOMUNIKASI, STRUKTUR DAN FUNGSI TEORI INTERPRETIF, KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF INTERPRETIF DAN CATATAN AKHIR

Dalam bab ini membahas tentang pentingnya berkomunikasi. Tidak ada seorangpun yang mampu tidak berkomunikasi dalam sehari saja. Pasti komunikasi itu dapat terjadi secara terencana atau tidak terencana. Setiap orang walaupun berada di tempat yang seramai bagaimanapun namun tidak melakukan komunikasi ia akan merasa sangat kesepian. Perspektif interpretif tumbuh berdasarkan ketidak puasan akan teori post-positivis. Perspektif positivis dipandang terlalu umum dan tidak mampu menangkap kompleksitas dari interaksi manusia. Perspektif interpretif mencari sebuah pemahaman bagaimana kita membentuk dunia pemaknaan melalui interaksi dan bagaimna kita berperilaku terhadap dunia yang kita bentuk itu.

Dalam sejarah Perspektif interpretif terdapat para penggagas pada abad pencerahan. Perspektif interpretif timbul karena banyak pemikir yang tidak puas terhadap pemikiran dasar yang dimulai oleh Descartes pada abad pencerahan dan yang berlanjut pada pembangunan positivisme klasik dan logika positivisme. Para sarjana-sarjana lebih mempercayai, bahwa sebuah pemahaman dari kehidupam sosial harus memperhitungkan subjektivitas dan makna pribadi dari individu.

Selanjutnya, Pandangan Dasar Prespektif Interpretif pada bagian ini telah dikemukakan pandangan dasar pembentuk perspektif interpretif, yaitu hermeneutika, fenomenologi dan interaksionalisme simbolik. Tiga pandanga ini mendasari metode ilmu sosial yang khas.

Selain itu juga pada bab ini membahas tentang Teori Interpretif Dalam Komunikasi. Dalam teori ini terdapat perbandingan antara Ontologi Teori Interpretif, Epistemologi Teori Interpretif dan Aksiologi Teori Interpretif. Pandangan ontologis dari kebanyakan teoretisi interpretif dalam ilmu komunikasi menganggap realitas sosial hadir dalam beragam bentuk konstruksi mental, berdasar pada situasi sosial dan pengalamannya. Sedangkan Epistemologi Teori Interpretif berdasarkan pada keyakinan tentang realitas.

Adapun Struktur Dan Fungsi Teori Interpretif terdapat Teori Interpretif Umum (General Interpretive Theories) ini membahas tentang inti dari dari ontology interpretif yaitu kepercayaan bahwa kita mengontruksi dunia kita secara sosial lewat interaksi komunikatif atau tindakan untuk mencapai pemahaman timbale balik, selain itu juga terdapat Grounded Theory, focus penelitian dalam Grounded Theory bersifat tentatif, artinya penetapan focus yang sudah disusun dalam proposal penelitian melalui telaah pustaka dan penelususran hasil-hasil penelitian peneliti terlebih dahulu bias mengalami perubahan ketika peneliti masuk kelapangan dan mengalami fenomena sosial yang dialami. Dan terakhir Kriteria Untuk Evaluasi, evaluasi disini sangat memperhatikan proses cara penelitian dan perkembangan itu sendiri.

Komunikasi Dalam Perspektif Interpretif, yang pertama Etnografi komunikasi, disini membahas tentang perkembangan penelitian etnografi di dalamnya terdapat empat asumsi komunikasi etnografi, yang pertama peneliti dalam sebuah komunikasi budaya local menciptakan pengertian bersama dengan yang sedang dipahami. Kedua para komunikator dalam kelompok budaya harus berada dalam suatu sistem komunikasi. Ketiga pengertian dan tindakan sifatnya khusus bagi masing-masing kelompok budaya. Dan keempat setiap kelompok dianggap memiliki cara-cara sendiri untuk memahami kode dan tindakan tertentu. Selain itu juga terdapat Dramatisme dan Narasi. Teori Dramatisme dan Narasi memusatkan pada peristiwa-peristiwa yang berpusat pada inreaksi simbolik.

Terakhir adalah catatan akhir. Dalam catatan akhir ini memberikan kesimpulan dari materi-materi yang dibahas dalam bab ini. Dan seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa seorang individu tidak akan bias mempertahankan kehidupannya tanpa ada yang namanya komunikasi. Ia akan merasa sangat kesepian. Maka itulah pentingnya sebuah komunikasi antar sesama.

 

E. PERSPEKTIF KONSTRUKTIVISME

SEJARAH PERSPEKTIF KONSTRUKTIVISME, KONSTRUKTIVISME DALAM ILMU KOMUNIKASI DAN CATATAN AKHIR

Dalam hal ini Kontruktivisme menganggap subjek sebagai faktor sebagai sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan-hubungan sosialnya. Komunikasi tersebut dihidupkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan. Konstruktivisme dalam hal ini menyatakan bahwa semesta secara epistimologi merupakan hasil konstruksi sosial.

Dalam sejarah Perspektif Konstruktivisme. Perkembangan perspektif untuk menjadi sebuah konstruktivisme hanya menyajikan batasan baru mengenai keobjektifan dan pengetahuan manusia. Konsep yang terpenting dalam perspektif adalah sebuah pengalaman dalam proses pengetahuan untuk membuat proses konstruksi, beberapa kemampuan yang dibutuhkan tersebut dalam proses konstruksi ialah mengambil keputusan, kemampuan membandingkan dan kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dengan yang lain.

Bab ini menjelaskan Konstruktivisme Dalam Ilmu Komunikasi. Pada materi ini lebih berkaitan dengan penelitian dalam komunikasi antarpersonal. Disini terdapat Komunikasi Berbasis Diri, artinya suatu komunikasi berorientasi pada kehidupan diri sendiri. Individu yang berbasis subjek akan menggunakan elaborasi kode yang menghargai kecenderungan, perasaan dan sudut pandang orang lain. Selain itu terdapat Konstruk Hubungan Dalam Komunikasi, secara khusus individu dengan konstruk sistem yang berbeda akan membuat definisi yang kompleks tentang situasi antarpersonal dan akan, sebagai hasil, memproduksi pesan yang lebih bersifat kompleks serta lebih terpusat pada diri. Dan terakhir Modl Komunikasi Desain Pesan, desain pesan didasarkan pada kecenderungan seseorang dalam memanajemen tujuannya melalui pesan yang ia pilih. Logika desain pesan menyatakan bahwa setiap orang mempunyai alur pikiran berbeda yang digunakan dalam mengurus tujuan-tujuan yang saling bertentangan.

Catatan Akhir dalam bab ini adalah wilayah komunikasi masih terus berkembang.ena itu perspektif ini mendapatkan kritik dan ilmu komunikasi berkembang lagi.

 

F. PERSPEKTIF TEORI KRITIS

SEJARAH PERSPEKTIF KRITIS, PENDEKATAN TEORI KRITIS PADA KOMUNIKASI DAN CATATAN AKHIR

Teori Kritis dapat dianggap sama dengan paradigm konstruktivisme dengan alasan sebagai, teori kritis meyakini bahwa ilmu pengetahuan itu dikonstruksi atas dasar kepentinagn manusiawi, dalam praksis penelitian dan standar penelitian ilmiah bukan ditentukan oleh prinsip verifikasi atau fasifikasi melainkan didasarkan konteks sosial historis serta kerangka pemikiran yang digunakan ilmuwan.

Dalam Sejarah Perkembangan Perspektif Kritis, perspektif kritis lebih menekankan dalam pemahaman teori kritis. Dalam hal ini menunjukan bahwa rasio dapat menjadi kritis terhadap kemampuannya sendiri dan dapat menjadi pengadilan tertinggi terhadap hasil refleksinya. Perspektif ini juga menguji pengetahuan tanpa prasangka dan kegiatan yang dilakukan oleh rasio belaka. Dalam sejarahnya terdapat pengaruh Marxisme yaitu ia menegaskan bahwa yang dimaksud dengan sejarah adalah sejarah alat-alat produksi dan sejarah hubungan-hubungan produksi. Selain itu juga terdapat Mazhab Frankfurt, tujuannya yaitu melakukan pembebasan manusia dari perbudakan, membangun masyarakat atas dasar hubungan antar pribadi yang merdeka, dan pemulihan kedudukan manusia sebagai subjek yang mengelola sendiri kenyataan sosialnya.

Sedangkan, Teori Kritis Pada Komunikasi, perspektif teori kritis melihat masyarakat sebagai satu sistem kelas. Masyarakat dipandang sebagai sebagai suatu sistem dominasi dan media adalah salah satu bagian dari sistem dominasi tersebut. Dalam materi ini terdapat Cultural Studies (studi-studi budaya), yaitu kajian tentang suatu budaya. Sedangkan Studi-studi Feminis yaitu penelitian tentang sifat-sifat keperempuanan. Ini diawali dari persepsi tentang ketimpangan posisi perempuan disbanding dengan laki-laki di masyarakat. Sesuatu yang bersifat kodrati dibawa dari lahir dan tidak bias diubah hanyalah jenis kelamin dan fungsi-fungsi biologis dari perbedaan jenis kelamin itu saja.

Catatan akhir dalam bab ini yaitu teori kritis memberi upaya dalam hal pembongkaran ideology dominan yang menindas. Dan melalui perspektif kritis ini kita akan menemukan ilmu komunikasi yang lebih berwarna lagi. Tidak hany ditentukan oleh konstruksi budaya atau kognisi seseorang.

BAB III

PENUTUP

Komunikasi saat ini telah berkembang sangat pesat. Dimana-mana orang membutuhkan yang namanya sebuah komunikasi. Tadinya komunikasi hanya merupakan studi retorika ataupun publistik, kini telah merambat sampai kedalam kehidupan setiap manusia. Perubahan itu terjadi karena adanya suatu dorongan misalnya pada penemuan Meme. Meme disini artinya penggandaan diri sendiri di dalam otak manusia. Memetika telah memeberikan gambaran ihwal terhadap perubahan komunikasi, sekaligus peran komunikasi dalam perubahan sosial. Dan pada intinya komunikasi adalah sebuah kebutuhan yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Orang tidak dapat bertahan hidup tanpa adanya interaksi dengan orang lain yang berada di sekitarnya.

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong