ARSIP BULANAN : January 2014

Cerpen

30 January 2014 14:51:58 Dibaca : 165

Tugas individu

Nama: Rohmiyati Kono

Nim: 291413024

Jurusan: ilmu Komunikasi

Nasihat dari Penjual Bakmi

Ana bertengkar hebat dengan ibunya. Penuh amarah yang membuncah, akhirnya Ana meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Dalam perjalanannya, ia baru menyadari sama sekali tdk membawa uang.Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai dan mencium harumnya aroma masakan sang pedagang bakmi. Ia ingin sekali memesan semangkuk, tetapi tak sepeser uang pun di kantongnya.

Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata “Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?”

” Ya, tetapi, aku tidak membawa uang,” jawab Ana dengan malu-malu

“Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu” jawab si pemilik kedai. “Silahkan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu”.

Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi. Ana segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang..

“Ada apa nona?” tanya si pemilik kedai.

“Tidak apa-apa. Aku hanya terharu,” jawab Ana sambil mengeringkan air matanya.

“Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi. Tetapi ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi ke rumah,” ucapan Ana disertai sedu-sedan sambil meneruskan curahan hatinya, “Kau, seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri.”

Pemilik kedai setelah mendengar perkataan Ana menarik nafas panjang…

“Nona mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini. Aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi dan nasi untukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan, kau malah bertengkar dengannya.”

Ana, terhenyak mendengar hal tersebut. “Mengapa aku tdk berpikir tentang itu? Untuk semangkuk bakmi dari orang yang baru kukenal, aku begitu berterima kasih, tetapi kepada ibuku yg memasak untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan, hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya.

Ana, segera menghabiskan bakminya, lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya. Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yg harus diucapkan kepada ibunya.Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas. Ketika bertemu dengan Ana, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah “Ana kau sudah pulang, cepat masuklah, aku telah menyiapkan makan malam dan makanlah dahulu sebelum kau tidur. Makanan akan menjadi dingin jika kau tidak memakannya sekarang”.

Pada saat itu Ana tidak dapat menahan tangisnya. Ia langsung bersimpuh penuh air mata dihadapan ibunya.

Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain di sekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita. Tetapi kepada orang yang sangat dekat (keluarga) khususnya orang tua, kita semestinya berterima kasih hingga habis usia dilekang waktu.

Resume Bahasa Indonesia

30 January 2014 14:50:58 Dibaca : 507

Nama : Rohmiyati Kono

Nim : 291413024

Tugas : Bah. Indonesia

Jurusan : Ilmu Komunikasi

DIKSI, KALIMAT & MAKNA

A. Diksia. Diksi dan Gaya Bahasa

Gaya bahasa ditentukan oleh ketepatan dan kesesuaian pilihan kata. Gaya resmi, misalnya, dapat membawa pembaca/pendengar ke dalam suasana serius dan penuh perhatian. Suasana tidak resmi mengarahkan pembaca/pendengar ke dalam situasi rileks tetapi efektif.

Gaya bahasa berdasarkan nada yang di hasilkan oleh pilihan kata ini ada tiga macam, yaitu gaya sederhana, gaya menengah, gaya mulia dan penuh tenaga.

Gaya bahasa sederhana berdasarkan nada rendah.lain halnya dengan gaya tersebut, gaya bahasa menengah di bangun berdasarkan rangkaian kata yang disusun dan berdasarkan kaidah sintaksis dengan maksud untuk menghasilkan suasana damai dan kesejukan. Gaya mulia berbeda dengan kedua gaya tersebut. Gaya ini penuh tenaga menggunakan pilihan kata yang penuh vitalitas,energi dan tenaga, serta kebenaran universal. Gaya ini sering digunakan untuk menggerakkan masa dalam jumlah yang sangat banyak.

b. Ketepatan Kata

Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Indikator ketepatan kata ini, antara lain : (a) mengkomunikasikan gagasab berdasarkan pilihan kata yang tepat dan sesuai berdasarkan kaidah bahasa indonesia, (b) menghasilkan komunikasi puncak ( yang Pling efektif ) tanpa salah penafsiran atau salah makna, (c) menghasilkan respon pembaca atau pendengar sesuai dengan harapan penulis atau pembaca, dan (d) menghasilkan target komunikasi yang diharapkan.

c. Kesesuaian Kata

Syarat kesesuaian kata adalah sebagai berikut ini.

Menggunakan ragam baku secara cermat dan tidak mencampuradukkan penggunaannya dengan kata yang tidak baku yang hanya digunakan dalam pergaulan.Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat,.Menggunakan kata berpasangan (idiomatik) dan berlawanan makna dengan cermat.Menggunakan kata dengan suasana tertentu.Menggunakan kata ilmiah untuk penggunaan karangan ilmiah, dan komunikasi nonilmiah menggunakan kata populer.Menghindarkan penggunaan ragam lisan dalam bahasa tulis.B. Kalimat Efektifa. Konsep Kalimat efektif

Tujuan menulis adalah untuk mengungkapkan fakta-fakta, perasaan, sikap, dan isi pikiran secara jelas dan efektif kepada pembaca.

Kalimat efektif ialah bagaimana kalimat itu dapat mewakili secara tepat apa isi pikiran atau perasaan pengarang, bagaimana dapat mewakilinya secara segar dan mampu menarik perhatian pembaca atau pendengar terhadap apa yang diungkapkannya.

b. Ciri-Ciri Kalimat Efektif

Kalimat efektif selalu tetap berusaha agar gagasan pokok selalu mendapat tekanan atau penonjolan dalam pikiran pembaca dan pendengar. Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut ini.

Kesatuan gagasanKoherensiPenekananVariasiParalelismePenalaran atau logikaC. Makna

a. Hakikat Makna

Pengembangan dijksi terjadi pada kata. Namun, hal ini perpengaruh pada penyusunan kalimat, paragraf, dan wacana. Perkembangan dapat menimbulkan perubahan yang mencakup: perluasan, penyempitan, pembatasan, pelemahan, pengaburan, dan pergeseran makna.

Faktor penyebab perubahan makna adalah sebagai berikut ini.

1. Kebahasaan

Perubahan makna yang ditimbulkan oleh faktor kebahasaan meliputi perubahan intonasi, frasa, bentuk kata, dan bentuk kalimat.

1) Perubahan intonasi adalah perubahan makna yang diakibatkan oleh perubahan nada, irama, dan tekanan, kalimat berita Ia makan.

2) Perubahan sturuk frasa.

3) Perubahan bentuk kata adalah perubahan makna yang di timbulkan oleh prubahan bentuk.

4) Kalimat akan berubah makna jika strukturnya berubah.

2. Kesejarahan

Perhatikan penggunaan kata miring pada masa lalu dan bandingkan dengan pemakaian pada masa sekarang.

Prestasi orang itu berbobot (sekarang berkualitas)

Prestasi kerjanya mengagumkan(sekarang kinerja)

3. Kesosialan

Masalah sosial berpengaruh terhadap perubahan makna.sebelum tahun 1945 orang dapat berkata, gerombolan laki-laki menuju pasar, setelah tahun 1945, apalagi dengan munculnya pemberontak, kata gerombolan tidak dipakai bahkan ditakuti.

4. Kejiwaan

Perubahan makna karena faktor kejiwaan ditimbulkan oleh pertimbangan: (1) rasa takut, (2) kehalusan ekspresi, dan (3) kesopanan.pemakaian kata-kata tersebut dimaksudkan orang agar tidak menimbulkan masalah kejiwaan, misalnya : menderita, tidak takut, atau tidak menentang secara psikologis.

Perhatikan contoh berikut ini.

Tabu

Pelacur disebut tuna susila atau penjaja seks komersial (PSK)

Germo disebut hidung belang

Koruptor disebut penyalahgunaan jabatan

5. Bahasa Asing

Perubahan makna karena faktor bahasa asing, misalnya kata tempat orang terhormat diganti dengan VIP. Perhatikan contoh berikut ini.

Penuh warna, kalerful dari kata colourfull

6. Kata Baru

Kreativitas pemakai bahasa berkembang terus sesuai dengan kebutuhannya.kebutuhan terus mendorong untuk menciptakan istilah baru bagi konsep baru yang ditemukannya. Misalnya: chip, microsoftword, server, download, dan sebagaimya.

b. Denotasi dan Konotasi

Makna denotasi dan konotasi dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya nilai rasa. Kata denotasi lebih menekankan tidak adanya nilai rasa, sedangkan konotasi bernilai rasa kias.

Makna denotasi yakni makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman yang berhubungan dengan informasi faktual dan objektif, umpamanya, kata kursi tempat duduk yang berkaki empat.

Konotasi berarti makna kias, bukan makna sebenarnya. Makna konotasi dapat juga berubah dari waktu kewaktu.

Perhatikan contoh berikut ini.

1) Laporan anda harus diserahkan selambat-lambatnya 1 Juni 2004 (denotasi).

2) Laporan anda belum memenuhi sasaran.(Konotasi).

3) Penulis memanjatkan puji syukur atas selesainya laporan ini (konotasi).

4) Kepada tuhan penulis mengucapkan puji syukur atas penyelesaian laporan ini dengan baik dan tepat waktu (denotasi).

c. Sinonim

Sinonim adalah persamaan makna kata. Artinya, dua kata atau lebih yang berbeda bentuk, ejaan, dan pengucapannya, tetapi bermakna sama.

Perhatikan contoh kata-kata bersinonim dan hampir bersinonim berikut ini.

Hamil, buntingHasil, produksi, prestasi, keluaranKorupsi, mencuri

Jadi kesinoniman mutlak jarang ditemukan dalam perbendaharaan kata bahasa indonesia. Dua kata bersinonim atau hampir bersinonim tidak digunakan dalam sebuah frasa. Penggunaan kedua kata tersebut, misalnya:

(a) Kucing adalah merupakan binatang buas. (salah)

(b) Kepada Yth. Bapak Nurhadi (salah)

Penggunaan kata bersinonim dalam sebuah frasa tersebut salah, seharusnya:

(1) Kucing adalah binatang buas (benar)

(2) Kepada Bapak Nurhadi (benar)

Rangkuman

Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata ini dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu mengkomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya. Indikator ketepatan kata antara lain: (a) mengkomunikasikan gagasan berdasarkan pilihan kata yang tepat dan sesuai kaidah bahasa indonesia, (b) menghasilkan komunikasi puncak (yang lebih efektif) tanpa salah penafsiran (c) menghasilkan respon pembaca atau pendengar sesuai dengan harapan penulis atau pembicara, dan (d) menghasilkan target komunikasi yang diharapkan. Selain ketepatan kata, pengguna bahasa harus pula memperhatikan kesesuain kata agar tidak merusak makna, suasana, dan situasi yang secara langsung. Syarat kesesuaian kata adalah sebagai berikut ini.Menggunakan ragam baku secara cermat dan tidak mencampuradukkan penggunaannya dengan kata yang tidak baku.Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat.Menggunakan kata berpasangan (idiomatik) dan berlawanan makna dengan cermat.Mengunakan kata dengan nuansa tertentu.Menggunakan kata ilmiah untuk penggunaan karangan ilmiah, dan komunikasi nonilmiah.Menghindarkan penggunaan ragam lisan (pergaulan) dalam bahasa tulis.

Makalah Agama Kajian Naskah Kuno

30 January 2014 14:49:48 Dibaca : 422

Tugas Individu

MAKALAH AGAMA

Kajian Naskah Kuno

Pada Cerita Rabia

OLEH :

NAMA : ROHMIYATI KONO

NIM : 291413024

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2014

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,Karena hanya atas Rahmat dan Hidayah-Nyalah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya,walaupun hanya dalam bentuk yang sederhana.Makalah ini sengaja disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filologi.

Penulis menyadari sepenuhnya banyak tantangan dan rintangan yang dihadapi dalam penulisan makalah ini.Namun,berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya semua itu mampu penulis hadapi.Untuk itu,melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis baik moril maupun materil, sejak tahap perencanaan,penyusunan,pengetikan,dan perampungan makalah ini.Semoga segala bantuan yang telah diberikan akan mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT.

Penulisan makalah ini telah diupayakan kesempurnaannya.Namun,tidak dapat dipungkiri masih terdapat banyak kekeliruan disana-sini.Untuk itu,kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis nantikan dengan hati terbuka demi kesempurnaan penulisan makalah pada masa-masa yang akan datang.Akhir kata,semoga makalah sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang sempat membacanya.

Wassalam’alaikum Wr.wb.

Penulis

Gorontalo, januari 2014

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i

DAFTAR ISI................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 1

1.3 Tujuan..................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Bahasa gorontalo................................................................................ 2

2.2 Bahasa indonesia ............................................................................... 6

2.3 Unsur-Unsur intrinsik dan ekstrinsik...................................................9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan......................................................................................... 14

3.2 Saran................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam filologi, artefak itu berujud naskah-naskah klasik yang sering disebut dengan istilah: naskah, manuscript; atau handshrift baik yang tertulis di atas bahan rotan, kulit binatang, kulit kayu, lontar,dluwang maupun kertas. Tujuan yang hendak dicapai oleh filologi terhadap naskah, antara lain menelusuri keaslian naskah tersebut. Sementara dalam ilmu kebudayaan, artefak atau dokumen-dokumen tertulis tadi adalah bagian dari sumber kajian dan bukannya satu-satunya kajian. Dalam ilmu kebudayaan, minat kajiannya teramat luas, yakni kebudayaan-kebudayaan masyarakat manusia baik yang telah terbekukan sebagai dokumen, maupun yang hidup di dalam pola-pola tindakan masyarakat manusia itu sendiri. Dalam konteks seperti ini, persamaan keduanya (ilmu filologi dan ilmu kebudayaan) adalah pada hasil akhirnya yaitu memahami hasil kebudayaan masyarakat manusia.

1.2 RUMUSAN MASALAH

v Transliterasi arab pegon ke bahasa gorontalo

v Terjemahan bahasa gorontalo kebahasa indonesia

v Pengakajian pendekatan strukturalcerita tentang Rabia

1.3 TUJUAN

v Untuk mengetahui unsur batin dan unsur fisik yang terdapat dalam cerita Rabia

1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bahasa Gorontalo

Debolilio mao tiyo lo eya ta pohiliyala tulungi duola to wungguli boito tontahu lou tirabia mao lohadamu to oly syehe janida tolipu lo mongodulaa liyo iloponu lo ALLAHU TAALA duo la oliyo oodito ti rabia hadamu yito deii pita lotawumu hiheo liyo, ngopohiya hila liyo wolo piili liyo, yeyo teto ti syehe yito ma loto hilawo oly rabia, bolo uwali rabia, hilaliyo baito pootohila mola uhe paladama rabia yio dila loudungohe loiya lo Nabi ( annikahi sunnatan wamayyargabu sumna ei falaysa minniy / do boli liyo mao titalotita makehendaki umonika dila uwumutoo, bolo uwamao li rabia, delo loiya li syehe, wu rabia yio dila lo odungohe loiya lo Nabi (laisya syni’un yuhibbun nikahi, annikahi, walaysa syay’an gadla ballahu illa talagi ). Ele boliyo mao uhe tua wuwa yito ta oyi hila lo eya, bota motalag, yito oyimongowi liyo lo eya, bolo uwamao li rabia, wu syehe banari odelo loiya lo Nabi bowaliyo dila redla mehama hiyalo, poli loloiya ti rabia (i lla yatlubu sya’in tiil gulubi lam galabahu bay nallahi ). Deboli liyo mao waliya botiya dila hemo onto uhe tua, wuwa bo Allah Taalata to?ma to waliya botiya, poli loloiya ti syehe (man ta’lamu harpan tahuwa maletana ) de boli liyo mao tita lo tita ta longajari lo bupu ngobatu tiyo lo eya, bo uwamao li rabia wu eyau, bolo uwamao li rabia wu eyau banari paladu toli syehe hilaliyo wawu boli loiya liyo li rabia, wawu ti rabia yito de dila umohama hiyalo wilo teto li syehe baito delo boma loloiya oli rabia, lewaliyo wurabia, wawu ti rabia yito dedula u mohama hiyalo wiyo teto ti syehe boyto de lobo ma loloiya oli rabia uwaliyo wu rabia, wu syehe womu bolo wolalo loiyaupali rabia, wu eyau syehe ito eya botiye humayamay lo watiya delobo odelo mongoudulaa lo watiya, dila redla watiya umohama hiyalo ulonto eya boti uwalomao li syehe wu rabia dila otawamu wau tahe mengajari olemu, bolo uwamao ti rabia otawa lowatiya, bowatiya dipo mohamahiyalo, bolo uwamao li syehe, wu rabia wanu otohilamu dila mololimo olau dila mootoduwomu ulirahima, manto Allah Taala, bolo uwamao li rabia wa eyauu (lagatlubu syaian sewa Allahu). De boli liyo mao watiya dila he motintai uhe tua? Wuwa, ngopohiyablo Allah Taala, wawu too woluwo lou mohama hiyalo to watiya haramu, bolo uwamao li syehe wu rabia yioti dila udungohe paranani lo Allah Taala todelomo quruani (an yantihu mataba lakum minan nisai/debolilio mao umohela oli mongoli to hilawo, poli bolo uwamao li rabia wu syehe, de bolo dila redla wa tiya mohama hiyalo, bolo uwamao li syehe wu rabia, banari delo loiya lo nabi, bo watiya dila mohama hiyalo halale watiya umao to pialu pilo tauwa meyalo tota lo redla to watiya bo watiya dila mohama hiyalo, pali loloiya li syehe wu rabia yio dila lo odungohe loiya lonabi (man ankarihal ulaku kafirun wamaan karihal ustazu fahuwa balilun). Deboliliyo mao tita lo tita ta motonggo lahe lo iya lo guru liyo yito to delomo piyohe to dunia tunggula mola lolipulo akhirati tou odito baito teto li rabia lo odungohi loiya lo nabi, oodito malo mikiri lo malo to delomo hila liyo wawu pitu huyi udila yilonga wawu yilongilu taluhu wawu dila lo tuluhu, teto ti rabia ma loloiya mao uwatiya wu eyau, demasa botiya watiya ma redla umohama hiyalo karena ma lodungohe he loiya lo Allah Taala walo Nabi, bowo luwo umola pejanjiya lowatiya alanto eya, bolo uwamao li syehe wu

2

rabia, bolo walo upejanjiamu wolo u tato polelemu may olemu ma otawau mao bolo uwamao li rabia, wu eyaii syehe dila bo redla watiya u mohama hiyalo bo hutuba lo nika, bolo uwamao li syehe wu rabia, tomu upilo hilemu di yalu bo dudua to masa botiya yio teto oodito malo nika, wawu upilo nika liyo yilo talaa ngopita, tou liyo lo nikah mao yito ti rabia malo sujudu lo mao ta pilo duo tiyo li syehe ti lunggida ma pile lo tawunu hiheyo liyo li papaliharawa mola timongoliyo wawu ti syehe yilo atimalohu walingo ponu lo Allah Taala, wuwa ti rabia ma bilalu, yiyo tou ma ilodungohe mao lota todelomo lipu lo arabi, ti rabia ma bilalu yiyo tomulola manusia tolipulai to ma loto hilowo oli rabia, ta kaya wawu ta misikini, wolo olongiya wawu tauwa, wawu ti rabia yilo delo redla oliyo umohama hiyalo wama ilo dungohe mao li syehe, wopatola mahepotiyanga, timongoliyo boito ode oli rabia, patala bolo wuluwongata liyo ta mowoli hama liyo li eyabo yio teto, syeh wopatota boito ma tilonggo lao mola ode bele li rabia, oyinta liyo syehe (lo syariati), wawu oluwo liyo (syehe lota rekati) wawu opatiyo (syehe lo ma’aripati) wawu tou male dungga mola ti syehe boito udelo oli rabia yiyo malato mao pilo hama liyo may taluhu pengulo limongoliyo wawu ma yilombata liyo may tou lapatao lito may linilu liyo mao li rabia maleusudu li syehe boito uwaliyo wu toutonu mola umilahu sudu may botiye mabo lilunggulay odi bateye, teto tilu motao timongoliyo uwaliyo wu rabia ilo dungohe lami yio botiye tau ngota olemu wawu balo uwaliyo berhalawat wawu boli mopiyahe lakumu batiye may longila bolo to malola manusia todelomo lipu betiye, wawu lowali loloiya lami betiyo bomay meitulawota olemu ami botiye potala to olami wopatola bo tiya balo waluwo ngota tamowali hamamu hiyalo botiya dila redla mohama hiyalo pohumaya may lowatiya timongoliyo tuani boito delo bo odelo palade delou ma hiwolunga to walungo bele teto mailodungohi mao li syehe boito ma lalo tilongo lao timongoliyo ode olongiya losaadi wawu mamao tilongongotubu tota lolai lo olongiya baito u waliyo wu rejau to uwaluwo lou may pilo lelemu ya eya karye bomatiya ta buwa ngota todelomo lipu bobiye tangguliyo ti rabia, losangaja may olami yateya, odelo upilo udu lulaa mao ma lohuwalingo bele liyo yiyo teto malatomao pilei tiyangiyo may ti rabia boito tou ma ledunggamay lou longa boito uwaliyo wu rabia yilongola poolo yio mamao losangaja may oli syehe wopatola boito humayamu may odelo upilo dudulaau may hewulunga to walungo bele mu boito teto lo lubo ti rabia wa eyau syehe olimu karena watiya lodungohe lo iya lo nabi addunia jae patu wa talibiha qalabun) dekoli liyo mao tita lo tita ta ilo tomuyo, lo dunia upilo mepita karena dunia yito mohutodu teto ti rabia ma loloiya mao toolongi ya lo saadi uwaliyo wu eyau hawa buwelo watiya olanto eya momarakusa mao to syehe baito tolo dadala ( lo sareati ta rekati, hakekati wawu ma’arepati ) yio teto odia yilintu liyo li syehe lo syariati uwaliyo dila otawamu dalalo syariat uwaliyo wu eyau wanu bo dalalo syariati otauju lo watiya lou mopatato yio teto malato piloopahamu liyo may wawu mamay pomahutiyo taulio teto malohile mola uwalio dila otawamu loiya liyo otawa lowatiya yiyo teto poli mati syehe ( lo tarekati ) tama pilo hintuwa liyo uwaliyo dila otawamu dalalo ( tarekati ) uwaliyo wanu bo dalalo tarekati otawa lowatiya teto mamao peloo pahamuliyo butoo wawu may pei pomuloiyo, pale malato tohilemo tiyo uwaliyo dila otawa lowatiya, poli dua ( syehe lo hakekati ) tapilohintuwa liyo uwaliyo dila otawamu dalalo ( hakekati ) wonu bodalalo ( hakekati ) otawa lowatiya wolo usempurna yito tetoma mao piloo pahamu liyo may bala – bala wawu pei wungguli liyo oliyo yiyo teto malato lomilohe molo liyo, poli ma syehe

3

(lomaaripati) tapilo hintuwa liyo uwaliyo dila otawamu dalalo maaripati ? uwaliyo wonu bodalalo maaripati otawa lo watiya woolo usempurna yeyo mamao piloo pohamuliyo may wawu ma may pilei yintua liyo wonu odelo bolongowaliyo wawu ma polii tombiluwa, yiyo teto mailontonga liyo bailo ma lomanga liyo malato loloiya lomola tiyo uwaliyo dila otawa lo watiya teto tiyo poli, ma syariati ti rabia la pilo hintuwa liyo lo olongiya uwaliyo wu rabia diyalu otawamu dalalo syariati, bolo uwamao li rabia otawa lo watiya wolo usempurna yilo teto ma lato mao pelei pahamu liyo liyo may wawu poli ma motikal tou ilo huta liyo wau mahe popontongo liyo ti rabia yiyo teto ma tilumolo (hurupu alif bilamakani wala zamani) yito teto dilalo tambati di lalo tomasya, poli mapilo hintua liyo dalalo tarekati uwaliyo dila otawamu dalalo tarekati bolo uwamao li rabia otawa lo watiya yio teto mamao piloo pahamuliyo may wawu ma mao piloo pomaiyo wawu ti rabia yito tilumola to hurupu lam awwali wolo makani wolo zamani (illa yah dluru llahu taala) wawu dilalo ilo bawa liyo li rabia utiya bolo toii bilo bodito delobo ilo tobua lodeudetu karena dila loo delo uhilo hendaki, poli mapilohintu wa liyo dalalo hakekati uwaliyo dila otawamu dalalo hakekati bolo uwamao li rabia, otawa lowaliya wolo usempurna yitelo mamao pilee pohamuliyo bo bala-bala, wawu pilei pili liyo oliyo uwaliyo wawu mamao pilootapu liyo to awuhu yiya ti rabia yito matilumuwota / to hurupu lam ahir, delo boadelo bolodelomo ombango mongoudula liyo, wawu pitu hui liyo wawu puludulahiya bo mao pilei hama liyo may ti rabia, poli ma bilo hintuwa liyo ti rabia dulalo maaripati, uwaliya delo otawamu dalalo maaripati, bolo uwamao li rabia ( insya Allahu taala, wanu bodalalo maaripati otawa lowatiya wolo usempurna liyo tela ma mao pilei pahamuliyo may wawu mamay pilei hintuwa liyo mame delo bolo nyawa liyo wa wa pilei tombilu liyo, wawu ti rabia yito matolipu liyo ma todelomiyo, wawu ti rabia yito ma tilumuwota to hurupi hiwa bolo makani wolo zamani ) wawu laku liyo li rabia yito tumalo o delo, wawu huwoiyo yito mahetunuwa, uhe pengu watiiyo may tedelomo taluhu yito bo odiyo mola tingohiyo ( layoa syauun gairallah deboli liyo mao diyalu mao ngojoohiya lo Allah taala tahe tolomoii wawu diyalu mao ngota tahu woiyo uyilopabu lotulu yiteto bolo uwamao ( bo olongiya ) uwaliyo wu rabia banari tota wulola uhepo hutuwomu batiye diyalu mao tamoowali ma delo bo wau ta wajibu odelo olemu bolo uwamao li rabia wu eyau syehe, eto eya ta kuwasa wanu bolo ma dadatala he tumata lo paramata matiya umowali mohilemay lo watiya to talu loito eya di bo molongolahe utohilo loito eya to masa botiye, watiya dila redla mohama hiyalo karena watiya loiya lo Nabi ( layatlubu adunia wal ahirati illa yatlubu Allah taala ) de boli liyo mao watiya dila matontotonga dunia a wawu debolo Allahu taala wawu pali loloiya ti rabia, sya’ina radda ila maula humulhaggi ) debali liyo mao ti rabia yito delo bolongolo molo ta luwa lo Allahu taala, bolo uwamui lo olongiya lo saadi dila ilo dungohemu wu rabia lo iya lo Allahu taala, annikahi habdullahi taliku adawallahu debali liyo mao tonulola tamonika otoliangio lo eya, wawu tamotalaki ta oyingo wa lio lo eya, poli bolo uwamao li rabia la yuhibbun nikahi ella yuhibbul lala taala de boli liyo mao wau dila moto hilawo loii mo nikah bo motohilawo lo Allah taala, bolo uwamao lo olongia ( wakullama halakallahi taraka wajoban ) boli liyo mao tonulola upelopo wali lo Allah taala yito papanggala, wonu woluwo ta buwa woluwo talolai wonu oodito sempurna tutu muliyo to dunia tungguta mola lolipu lo a hurati teto ti rabia malomukiri lo mala tode lomo hilahio mopulu huyi liyo, wawu mopulu dulaliyo, udilalo yilonga wawu dila yilongila taluhu wawu

4

dila lo tuluhu, tomu lolo liyo mao ti rabia ma loloiya mao uliyo wu eyau syehe, olemu to masa botiye watiya delo bo maredla u mohama hiyalo, bo matiyo, limowali pahile lo watiya olanto eya teto bo lapa duito ito eya bolo uwamao lo olongiya baito wu rabia, lomutola olo hilamu, openu yio botiye meihutumalehi, bolo uwamao li rabia wu eyau upaluli lowatiya bo lonto eya lo monikahi lahutubah lo nikah bo uwaliyo lo uyilo upuhile lo watiya olanto eya, oodito olongiya ma ohilowo medudunggaya wali rabia baito mapilo tuhuta may pilu huyi liyo wawu pitu dulahiyo wawu olangia loito mayi lo luwa may napusu liyo, may loloiya li rabia uwaliyo mala pilolo ta luwaliyo bodiyalu taodelo yio wawu ti rabia yito ma mola tolahu lo Allah taala wawu ta olangia losaadi yito ma bolo lo hintu oli rabia de bolo dungga may ma ilontonga liyo mota lota olongiya bele li rabia yito hiu o? Wawu maito ti rabia lowolimayanga mao tou dala-dala mola bele li rabia yito, madiyalu wawu ma helolohuliyo todelomo bele boito mahuyi lo tapumula tiyo, la tombilu tiyo laii wata hanla wala quwata illa billahi aliyul azim, wawu tilunggulo lapato lomao oliyo dua dualu oliyo baito wawu ma tilu ladi o may wungguli boito lonto lipu la saadi.

wasallahu alahairi halkihi muhammadin waalihi wasahbihi wassalim.

5

2.2 Bahasa indonesia

Dalam arti itu adalah Allah tempat meminta pertolongan terhadap hikayat itu, hendaklah Rabia itu tinggal di tempat, ditempatnya Syeheh Jadimda di negeri orang tuanya Allah memberi rahmat kepadanya, demikian Rabia bertempat tinggal disitu, lalu didalam tujuh tahun lamanya sudah lain hatinya, kemudian Syeh itu perbuatannya dan hakekatnya, disitulah Syeh sudah lain hatinya, sudah jatuh cinta kepada Rabia, lalu dia berkata pada Rabia, hati saya ini beruntungkan Rabia, engkau tidak dapat mendengarkan perkataan nabi nikah itu sunnah bagiku, siapa yang mengikut sunnahku dia adalah umatku, kata Rabia, benar kata nabi hanya saya ini beluam ridla menerima suami karena saya ini lemah, disitu Syeh berkata ya Rabia engkau tidak dapat mendengarkan perkataan nabi, Lasya Syain Alhibbullahi Walaisya Syain Qadlaballahi ila Talaki, artinya sesuatu itu jika disukai Allah dan sesungguhnya paling dibenci oleh Allah itu talaq. Kata Rabia ya Syeh sesuai kata nabi hanya saya belum redla menerima suami, kemudian rabia itu berkata (illa yattubu syain fil qulubi). Artinya: saya ini belum dapat melihat sesuatu, hanya Allah Ta’ala yang didalam hati saya, Syeh berkata/ man ta’lamu hanfan fa huwa maulina/ artinya: siapa saja yang mengajarkan satu huruf dimiliki dialah Allah, kata Rabia Ya Tuhanku benar kata Allah, untunglah Syeh kata Rabia itu bukan karena dia tidak aman untuk menerima suami, disitulah Syeh berkata pada Rabia katanya, Ya Rabia, kataku terhadapmu ini, iingatlah maksudku ini, kata Rabia ya tuanku Syeh saya umpamakan seperti orang tuaku saya tidak redha saya untuk menerima suami, kata Syeh kepada Rabia engkau tidak tau perkataanmu akulah yang mengajarmu lalu Rabia aku tahu perkataanmu, hanya saya belum redha menerima suami, tapi kata Syeh kepada Rabiajikalau engkau tidak suka mau menerima engkau tidak akan merasakan kebahagian dari Allah Ta’ala. Kata Rabia Ya Allah Ya Tuhanku (layat lubu sejin ti sawaallah) artinya: saya tidak berharap sesuatu, kecuali Allah Ta’ala bersamaku, seandainya saya tidak mau menerima suami, haram bagi saya, lalu kata Syeh Ya Rabia engkau tidak dapat mendengar firman Allah di dalam Al-Quran (antaukuliu matabalakum manannisaa) artinya yang ringan bagi kalian. Kata Rabia Ya Syeh, tidak rela saya menerima suami. Kata Syeh, Ya Rabia benar kata nabi hanya saya tidak mau menerima suami hal bagi saya dipintu utama atau bag yang redha saya bukannya saya tidak mau menerima suami, kembali berkata Syeh, Ya Rabia kau tidak dapat mendengarkan perkataan nabi ( ankarihal ustazu kafirun waman an karihal ustazu pahuwra batilu) artinya: siapa saja yang tidak percaya dengan kebaikan didunia hingga akherat, demkian dengan mendengar kata nabi, dia batalkan isi hatinya sehingga tujuh hari dia tidak makan dan tidak minum air, dan tidak lagi memasang lampu. Disitulah Rabia berkata, Ya Tuhanku saat ini dia sudah redha menerima suami karena dia sudah mendengar perkataan Allah Ta’ala dan Nabi, Tapi ada janjimu sampai cepat kau katakan, supaya aku ketahui. Lalu kata Rabia, wahai Syeh bukannya saya tidak redha untuk menerima suami, hanya khutbah nikah. Kata Syeh ya Rabia mana katamu tidak ada persamaanmu dimasa ini, maka nikalah ia, setelah dia nikah maka bersujudlah si Rabia karena hormat kepada Syeh. Sehingga sampai tujuh tahun lamanya mereka hidup bersama-sama, kemudian Syeh sudah pulanh ke Rahmatullah, kemudian Rabia jadi janda, lalu sudah didengar oleh yang didalam negeri arab si Rabia sudah menjadi janda kemudian manusia

6

dinegeri itu, jatuh cinta kepada Rabia si kaya dan si miskin. Si raja lalu si Rabia Syeh mendengar ada empat orang yang datang ke rumahnya Rabia siapa tahu ada seorang diantara kita ,menjadi jodohnya, setelah itu ada empat orang Syeh yang berkunjung ke ruma Rabia, yang pertama Syeh Sjareai, dan kedua Syeh Taretat, yang ketiga Syeh Hakekat, dan yang ke empat Syeh Na’refat. Setelah tiba empat orang itu ke rumahnya Rabia, segera dia mengambil air untuk cuci kaki dan untuk meminum, kemudian sudah dibentangkan tikar, kemudian itu Rabia itu bertanya kepada mereka apakah maksud Syeh-syeh ini ?Jawab mereka, maksud kami ini sampai ke sini disitu masuklah mereka kata mereka, Rabia kami hanya dapat mendengar engkau ini seorang janda dan katanya bersalawatlah untuk menjadi kebaikan untukmu dan melebihi dari berbagai manusia di dalam negeri ini, dan situlah kami berkata itulah menjadi pembicaraan kami, hanya dalam bentuk meminta suara sebenarnya yang menjadi pilihanmu, siapa tahu diantara kami empat orang ini yang jadi jodohmu, Rabia berkata wahai tuan-tuan syeh saya ini belum redha untuk menerima suami, saya misalkan kalian tuan-tuan seperti datang mampir hanya bernaung di bawah kolong rumah, kemudian di dengar oleh syeh-syeh itu segera meniju pergi ke Raja Saadia, dan mereka masih memasak disitu lalu raja berkata Ya Tuhanku ada sesuatu yang akan saya persembahkan padamu Ya Allah, ada seorang perempuan di dalam negeri ini yang bernama Rabia yang berkata tidak sopan terhadap kami sehingga kami berkata hanya dia kembali kerumahnya, disitu si Rabia di suruh panggil setelah tiba Rabia, raja berkata pada Rabia: hai Rabia, mengapa engkau berkata kasar kepada syh-syeh itu diumpamakan seperti kambing besar kaepada syeh-syeh itu di bawah kolong rumahmu, di situlah Rabia bersujud Ya Tuanku syeh Dilema karena saya dapat mendengar perkataan nabi adunia taipalu watalibibia kalbun, yang artinya: barang siapa yang mengetahui dunia hanya tempat persinggahan karena dunia ini busuk, disitulah Rabia berkata kep[ada raja Saadi katanya Allah Tuhanku aku mengharap kepadamu Ya Allah untuk memeriksa kepada sejak-sejak itu tiga macam: Syarial, Terikat Hakekat, Ma’ruput. Disitu ditanya kepada syeh syariat apakah engkau tidak tahu jalan akal ? dia menjawab saya tidak tahu Ya Tuanku, kalau hanya jalan syariat Ya Tuanku disitu dijelaskan kepada saya harus saya pahamidisitulah dia bermohon kepada saya katanya aku tidak tahu, kemudan syeh tarekat ditanya apakah engkau tidak tahu jalan tarekat ? lalu dia menjawab kalau hanya jalan tarekat saya tukar disitulah diberikan permohonan kepada saya , dan kemudian bermohonlah dia, katanya saya tidak tahu, kembali syeh hakekat dia bertanya apakah engkau tahu jalannya hakekat dan kalau hanya jalannya hakekat saya yakin dengan sempurna, disitulah samp[ai sudah dijelaskannya sampai sudah terpagar dan kemudian ceritanya terhadap disitulah dia melihat syeh kemudian syeh Na’repat, dia berkata apakah engkau tahu jalan ma’ripat , katanya kalau jalannya ma’ripat saya tahu dengan sempurna disitulah dijelaskan kepada saya kemudian dijelaskan kepada saya kemudian dijelaskan syariat raja berkata kepada rabiah katanya wahai rabiah,apakah engkau tahu jalan syariat,kata rabiah saya tahu kalau hanya jalan saya tahu dengan sempurnah lalu di suruh pahami pada saya,kemudian rabiah diam lalu masuk huruf alif bila mahani wala zaman artinya:bukan tempat dan masa zaman,kemudian diberikan jalan tarekat jawab rabiah,saya tahu kemudian setelah itu dijelaskanniat saya,lalu huruf lam masuk pada rabiah dengan memberi dari zamani illah yakdlunalallahu ta’alla,lalu tidak dketahui oleh rabiah pada masa itu,disitulah masuk

7

setetes darah seperti yang tertususk de3ngan jarum karena tidaka ada kehendak,katanya engkau tidak tahu selamanya hakekat? Jawab rabiah:kalau hanya jalan hakekat saya tahu dengan sempurnah dan sudah dijelaskan dan sudah terpagar,dan disuruh pilih padanya lalu katanya dia sudah dapat didasar laut disitulah rabiah lain akhir seperti yang masih dalam perut orang tuanya tujuh malam hari hanya didalam air rabiah ditanya apakah engkau tahu jalanya ma’repat kata rabiah insya allah taa’la kalau hanya jalan ma’rapat saya tahu dengan sempurna disitulah dijelas pada saya,lalu ditanya apakah sepertinya atau disuruh ceritakan kepada rabiah,lalu rabiah dinegeri yang terdalam,rabiah dimasuk oleh huruf hiya makana dan zamani dan wajah rabiah itu seperti kain putih dan rambutnya sudah terurai ke atas lalu dia lalu dia berteriak di dalam api yang begini bunyinya,laysya syaiun qai’rallahi yang artinya,tidak ada yang lain,kecuaali allah ta’allah yang dalam ingatanku,kalau lalu tidak sehelai rambutnya yang hangus terbakar oleh api,disitulah raja berkata hai rabiah benar-benar segala perbuatanmu itu tidak ada seorang pun yang bisa seperti perbuatan itu, lalu kata rabiah hai tuhan syeh untuk yah tuhan ku engkau kuasa dan sudah banyak masuk per-matta,ada ada yang terjadi,saya minta hadapan allah bukan hanya tidak mau mendengar ke sukaan tuan pada masa ini, hanya saya tidak redha menerima suami,karena ada kata nabi liyahlu yang artinya tidak terpengaruh dengar duniah ini hanya saya ingat kepada allah ta’allah dan allah pula berkata rabiah, syain radda ila macetu humudhag,artinya rabiah masih mau berhadapan dengan allah taalaa,lalu kata raja saadi,tidak engkau dengan wahai rabiah,perkataan allah taala,tunikahi haki lelaki falihu adn wallahi,artinya siapapun yang nikah akan disayangi oleh allah,dan siapa saja yang tidak mau nikah dibenci allah yubbhibullahi ta’allah,artinya kalau tidak aman nikah,hanya saya suka kepada allah ta’allah,lalu kata raja.sesuatu yang dijadi oleh allah ta’[allah itu berpasangan,ada perdampian sssdan ada laki-laki kalau demikian sempurnah hidupnyah di dunia hingga akhirat,disitulah rabiah,memungkiri didalam hatinya sepuluh malam sepuluh hari tidak makan tidak minum air,dan tidak pada waktu itu rabiah ya tuhanku syeh,pada masa itu saya sudah redha untuk menerima suami,hanya ada yang saya minta kepada tuan,disitulah tuan raja tersenyum,hai rabiah apa saja yang kau suka walaupun engkau suruh bagun maghlini aku adakan,hanya itulah permintaanku,lalu rabiah berkata wahai tuanku, saya minta pada tuan tauhnya hutbah nikahi,hanya itu saja permintaanku,disitulah raja ingin bertemu dengan rabiah disitullah sudah diturunkanya tujuh malam, tujuh hari,lalu raja sudah timbul hatinya untuk berbicara dengan rabiah,sudah tujuh orang yang bicara padamu,tidak ada orang yang macam engkau,rabiah berkata saya sudah rindu dihadapan allah ta’allah dan raja saddi itu minta pamit sama rabiah,tiba-tiba datang dapat terlihat oleh raja rumahnya terbuka dan dia berada di dalam terlihat bayanganya ia masuk dalam rumahnya.setelah itu ia masuk sudah tidak di dapatnya lagi sampai beliau cari sampai malam,hingga jelas padanya itu adalah rahmat baginya lalu akan ditulis cerita itu dari negeri saadi, keselamatan dari allah.

Wassalamu ala khairi sehalqihi muhammadin wa’alihi wasahbihi wasallam.

8

2.3 analisis menggunakan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik

TEMA

Nurgiyantoro (2007:70) berpendapat bahwa tema merupakan dasar cerita, gagasan dasar umum sebuah karya.

Tema dalam cerita tentang Rabia yaitu “Ketaatan Rabia Kepada Allah Swt”.

LATAR (SETTING)

Kenney (1966:38) menyatakan bahwa latar merupakan elemen fiksi yang menyaran kepada tempat dan waktu kejadian dalam cerita

v Latar tempat

Kutipan latar tempat pada cerita rabia

ü “ Dalam arti itu adalah Allah tempat meminta pertolongan terhadap hikayat itu, hendaklah Rabia itu tinggal di tempat, ditempatnya Syeheh Jadimda di negeri orang tuanya Allah memberi rahmat kepadanya, demikian Rabia bertempat tinggal disitu “

ü “ setelah itu ada empat orang Syeh yang berkunjung ke rumah Rabia, yang pertama Syeh Sjareai, dan kedua Syeh Taretat, yang ketiga Syeh Hakekat, dan yang ke empat Syeh Na’refat.

v Latar waktu

ü “ Ya Rabia kau tidak dapat mendengarkan perkataan nabi ( ankarihal ustazu kafirun waman an karihal ustazu pahuwra batilu) artinya: siapa saja yang tidak percaya dengan kebaikan didunia hingga akherat, demkian dengan mendengar kata nabi, dia batalkan isi hatinya sehingga tujuh hari dia tidak makan dan tidak minum air, dan tidak lagi memasang lampu “

ü “ Sehingga sampai tujuh tahun lamanya mereka hidup bersama-sama, kemudian Syeh sudah pulang ke Rahmatullah, kemudian Rabia jadi janda, lalu sudah didengar oleh yang didalam negeri arab si Rabia sudah menjadi janda kemudian manusia dinegeri itu, jatuh cinta kepada Rabia si kaya dan si miskin”.

Alur ( plot )

Alur adalah rangkaian peristiwa yang dijalin berdasarkan urutan waktu maupun hubungan sebab akibat sehingga membantu satu kestuan yang padu, bulat, dan utuh dalam suatu prosa fiksi ( darmawan, 2003:12). Secara umum, terdapat tiga susunan alur atau plot, yaitu peristiwa pertam (awal) sebagai yang memulai peristiwa, peristiwa kedua (tengah) yang menjadi puncak-puncak kejadian, dan peristiwa ketiga (akhir) yang menuju pada penyelesaian (Tuloli, 2000:20)

v Peristiwa pertama (Awal)

Rabia tinggal di tempatnya Syehe Jadimda, di negeri orang tuanya, didalam tujuh tahun lamanya sudah lain hatinya kemudian syeh itu sudah jatuh cinta

9

pada Rabia, lalu dia berkata pada Rabia, Rabia hati saya ini beruntungkan Rabia, engkau tidak dapat mendengarkan perkataan Nabi nikah itu sunnah bagiku, siapa yang mengikuti sunnah ku dia adalah umatku, kata Rabia, benar kata Nabi hanya saya ini belum redla menerima suami karena saya ini lemah, kemudia syeh berkata engkau tidak dapat mendengarkan perkataan Nabi “ lasya syain alhibbullahi walaisya syain qadlaballahi ila talaki” artinya “ sesuatu itu jika di sukai Allah dan sesungguhnya paling di benci Allah itu talaq. Kemudian Rabia itu berkata saya ini belum dapat melihat sesuatu, hanya Allah Taala yang ada di dalam hati saya. Kata Syeh jikalau engkau tidak mau menerima suami engkau tidak akan merasakan kebahagiaan dari Allah Taala, seperti kata Nabi “siapa saja yang tidak percaya kebaikan di dunia dan akhirat” , demikian dengan mendengar kata Nabi dia batalkan isi hatinya sehinnga tujuh hari dia tidak makan dan tidak minum air dan tidak lagi memasang lampu. Disitulah Rabia berkata Ya Tuhanku saat ini dia sudah redla menerima suami karena dia sudah mendengar perkataan Allah Taala dan Nabi.

v Peristiwa kedua (tengah)

Setelah dia menikah maka bersujudlah rabia karena hormat kepada Syeh. Sehingga sampai tujuh tahun lamanya mereka hidup bersama-sama kemudian Syeh sudah pulang kerahmatullah, dan Rabia sudah menjadi janda, lalu sudah di dengar oleh yang di dalam negeri arab Rabia sudah menjadi janda, kemudian manusia di negeri itu jatuh cinta kepada Rabia si kaya dan si miskin. Ada empat orang datang ke rumahnya Rabia, siapa tahu ada di antara kita yang menjadi jodohnya setelah tiba empat orang itu kerumahnya Rabia segera dia mengambil air untuk cuci kaki dan untuk meminum, kemudian sudah dibentangkan tikar, dan Rabia bertanya kepada mereka apa maksud Syeh-Syeh ini. Syeh-Syeh itu berkata hanya dalam bentuk meminta suara siapa yang menjadi pilihanmu, siap tahu di antara kami berempat ada yang menjadi jodohmu. Rabia berkata wahai Tuan-tuan syeh saya ini belum redla untuk menerima suami, saya misalkan kalian tuan-tuan seperti datang mampir hanya bernaung di bawah kolong rumah. Segera Syeh-syeh itu pergi ke Raja Saadia, dan disitulah Rabia dipanggil, setelah tiba Rabia Raja berkata hai Rabia mengapa enngkau berkata kasar kepada Syeh-syeh itu, di umpamakan seperti kambing besar pada syeh-syeh itu di bawah kolong rumahmu segera Rabia bersujud ya tuanku syeh dilema karena saya. Saya dapat mendengar perkataan Nabi “ barang siapa yang mengetahui dunia hanya tempat persinggahan karena dunia ini busuk “

v Peristiwa ketiga (akhir)

Lalu tidak diketahui Rabia pada masa itu setetes darah seperti yang tertusuk dengan jarum karena tidak ada kehendak dan disuruh pilih padanya kemudian

10

katanya dia sudah dapat di dasar laut disitulah rabia lain akhir seperti masih dalam perut orang tuanya, tujuh hari tujuh malam didalam air lalu dan wajahnya seperti kain putih dan rambutnya sudah terurai keatas, lalu dia berteriak didalam api yang begini bunyinya tiada yang lain kecuali Allah Taala yang dalam ingatanku tidak sehelai rambutnya yang hangus terbakar oleh api, disitulah Raja berkata hai rabia benar-benar segala perbuatanmu itu tidak ada seorangpun yang bisa seperti perbuatan itu, lalu kata Rabia hai tuan Syeh untuk Ya Tuhanku engkau kuasa saya minta hadapan Allah bukan hanya mendengar kesukaan tuan, hanya saya tidak ridla menerima suami. Disutulah tuan raja tersenyum hai Rabia apa saja yang engkau suka akan aku adakan hanya itulah permintaanku, lalu Rabia berkata saya minta pada tuan tauhnya hutbah nikahi hanya itu permintaanku disitulah raja ingin bertemu dengan rabia, diturunkannya tujuh hari, tujuh malam lalu raja sudah timbul hatinya untuk berbicara dengan rabia, tiba-tiba raja ke rumahnya dan menemukan dia didalam dan terlihat bayangan di dalam rumahnya, tetapi setekah dia masuk sudah tdak didapatkannya lagi beliau, hingga jelas padanya itu adalah rahmat baginya lalu akan di tulis cerita itu dari negeri Saadi, keselamatan dari Allah.

Sudut pandang

Klarer (2004) menyebut istilah sudut pandang atau puin of view dengan istilah narrative perspective. Nurgiyantoro (2007:248) mengatakan bahwa sudut pandang adalah menyaran pada cara sebuah cerita dikisahkan.

v Pada cerita tentang Rabia, sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang diaan maha tahu.

Tokoh

Dalam sebuah cerita,kita pasti menemukan pelaku-pelaku sebagi pendukung cerita tersebut.pelaku yang mendukung peristiwa sehingga mampu menjalin suatu cerita disebut tokoh (Darmawan, 2003:16)

v Tokoh dalam cerita rabiah

1) Rabia

2) Syeh jadimda

3) Syeh sjarial

4) Syeh tarekat

5) Syeh hakekat

6) Syeh na’refat

7) Syeh qa’repat

8) Raja saadi

Penokohan

Penokohan merupakan cara pengarang menampilkan tokoh serta menggambarkan watak-watak tokoh dalam karyanya.

11

v Watak dari para tokoh

1) watak Rabia pada cerita di atas yaitu, wanita yang sholehah, patuh kepada suami dan juga setia.

2) Syeh jadimda wataknya pada cerita di atas yaitu lelaki yang sholeh, baik, yang membimbing istrinya.

3) raja saadi wataknya yaitu bijaksana dan sholeh.

4) Syeh sjarial, Syeh tarekat, syeh na’refat, syeh qa’repat keempat syeh ini ingin memaksakan rabiah untuk menikahi salah satu di antara mereka, jadi watak mereka pemaksa.

Gaya

Secara sederhana,gaya dapat didefinisikan sebagai cara pemakaian bahasa yang spesifik (sayuti,2000:173).unsur gaya dalam prosa fiksi behubungan dengan gaya pemilihan kata, penataan pola-pola kalimat,serta penggunaan bahasa-bahasa figurattif atau majas.

v Gaya pada cerita ini adalah

ü “lalu tidak diketahui oleh Rabia pada masa itu, disitulah masuk setetes darah seperti yang tertusuk dengan jarum karena tidak ada kehendak”.

ü “raja berkata pada Rabia hay Rabia, mengapa engkau berkata kasar kepada Syeh-syeh itu diumpamakan seperti kambing besar kepada Syeh-syeh itu di bawah kolong rumahmu”.

AMANAT

Selamanya karya sastra mengandung tujuan atau amanat yang hendak disampaikan pengarang terhadap pembacanya. Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca.

v Amanat yang terkandung dalam cerita ini adalah “hendaklah kalian mengikuti sunnah rasullullah yang hidup saling berpasang-pasangan dan menjauhi hal yang dibenci oleh Allah SWT yaitu talaq”.

Bahasa

Bahasa adalah penataan pola-pola kalimat atau teknik penceritaan atau narasi hingga percakapan tokoh oleh setiap pengarang dapat dikategorikan pada unsur gaya dalam prosa fiksi.

v Bahasa yang dipakai dalam cerita tentang Rabia adalah bahasa arab pegon. Kemudian di transliterasi kedalam bahasa latin dan diterjemahkan kedalam bahasa indonesia untuk mempermudah pembaca.

Agama

v Agama dalam cerita tentang Rabiah yaitu agama islam.

12

Budaya

v Dalam cerita tentang Rabia yang pada umumnya masih berbentuk naskah kuno, dimana dalam naskah ini masih menggunakan Bahasa Arab Pegon, yang kemudian di transliterasikan kedalam Bahasa Gorontalo, maka dalam cerita ini menggunakan Budaya Gorontalo.

13

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Rabia adalah seorang gadis miskin yang belum mau menerima suami karena ketaatannya kepada Allah SWT. Suatu hari syeh bertemu dengan Rabia kemudian ia jatuh cinta kepada Rabia dan mengajak Rabia untuk di nikahinya. Namun Rabia menolak karena ketaatannya kepada Allah, akan tetapi syeh terus berusaha dengan cara mengatakan beberapa ajaran sunnah rasull yang membuat Rabiah mau menerima syeh menjadi suaminya. Setelah mereka menikah selama tujuh tahun, kemudian syeh meninggal dunia dan Rabia pun menjadi janda.berita tentang Rabia menjadi janda tersebar di negeri arab sehingga banyak yang ingin menikahinya. Kemudian datang empat orang syeh ke rumahnya untuk melamar Rabia, tetapi di tolaknya karena setelah kematian suaminya dia tidak mau menikah.

3.2 SARAN

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pembaca dapat mengambil nilai-nilai positif dalam makalah ini, seperti harus menjadi wanita yang sholehah yang taat kepada Allah Swt serta pula taat kepada suami, dan untuk para kaum lelaki selalu menjauhi apa yang di benci oleh Rasullullah yaitu talaq.

Apabila ada kesalahan dalam makalah ini, penulis hanya sebagai manusia biasa yang selalu hilaf, dengan ini penulis membutuhkan kritikan dan saran dari pembaca dan atas perhatianya di ucapakan terima kasih.

14

DAFTAR PUSTAKA

Didipu, Herman. 2013 “Prosa Fiksi Dan Drama (Pengantar Apresiasi Dan Pembelajarannya), Yogyakarta Deepublish

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong