ARSIP BULANAN : April 2014

Teknik Pemotretan Berdasarkan Jenis-Jenis Foto

07 April 2014 21:17:54 Dibaca : 1548

“Teknik Pemotretan Berdasarkan Jenis-Jenis Foto”

Nama : Mohammad Alvi panigoro

Nim : 291413031

Jurusan Ilmu Komunikasi

Universitas Negeri Gorotalo

Fakultas Ilmu sosial

Pendahuluan

Pada abad ke-5 Sebelum Masehi, seorang pria bernama Mo Ti mengamati suatu gejala. Jika pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti adalah orang pertama yang menyadari fenomena kamera obscura.

Berabad-abad kemudian, salah satunya Aristoteles pada abad ke-3 SM dan seorang ilmuwan Arab Ibnu Al Haitam (Al Hazen) pada abad ke-10 SM. Mereka berusaha menciptakan dan mengembangkan alat yang sekarang dikenal sebagai kamera. Pada tahun 1611 Johannes Kepler membuat desain kamera portable yang dibuat seperti sebuah tenda dan memberi nama alat tersebut kamera obscura.

Berbagai penelitian dilakukan mulai pada awal abad ke-17. Seorang ilmuwan berkebangsaan Italia – Angelo Sala menggunakan cahaya matahari untuk merekam serangkaian kata pada pelat chloride perak. Tapi ia gagal mempertahankan gambar secara permanen. Sekitar tahun 1800, Thomas Wedgwood, seorang berkebangsaan Inggris bereksperimen untuk merekam gambar positif dari citra pada kamera obscura berlensa, hasilnya sangat mengecewakan.

Pada tahun 1824, seorang seniman lithography Perancis, Joseph-Nicephore Niepce (1765-1833), setelah delapan jam meng-exposed pemandangan dari jendela kamarnya, melalui proses yang disebutnya Heliogravure (proses kerjanya mirip lithograph) di atas pelat logam yang dilapisi aspal, berhasil melahirkan sebuah gambar yang agak kabur, berhasil pula mempertahankan gambar secara permanen. Ia melanjutkan percobaannya hingga tahun 1826, inilah yang akhirnya menjadi sejarah awal fotografi yang sebenarnya. Foto yang dihasilkan itu kini disimpan di University of Texas di Austin, AS.

Pembahasan

Fotografi berasal dari bahasa Yunani yang artinya proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Secara umum, fotografi berarti proses untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu objek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai objek tersebut pada media yang peka cahaya.

Seorang fotografer dapat mengatur intensitas cahaya untuk dapat menghasilkan gambar yang bagus dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (exposure).

Bidang fotografi cukup populer saat ini. Fotografi juga tidak dapat dipisahkan dari dunia Desain Komunikasi Virtual. Karena fotografi adalah suatu seni yang dapat mengkomunikasikan pesan/makna dari sebuah gambar. Fotografi memiliki berbagai cabang yang dapat dipelajari dan fungsinya dibagi sesuai dengan kebutuhan atau objek yang akan di bidik.

Jenis-jenis Foto

1. Foto Manusia

Foto manusia adalah foto yang menggunakan manusia sebagai objeknya. Dimana dalam foto, manusia merupakan unsur utama yang memberikan daya tarik untuk divisualisasikan.

a. Potrait

Selalu ada yang menarik dan menantang ketika memotret wajah orang. Ada karakter yang terpancar dari setiap wajah yang dipotret. Ada pesan di balik raut mukanya. Yang diutamakan adalah mendokumentasikan sebuah objek terkait ekspresi atau perilakunya secara natural tanpa rekayasa.

b. Human Interest

Merupakan foto yg bercerita, biasanya kekuatan foto ini ada pada judulnya. jadi pintar-pintarnya si fotografer dalam memberi judul agar foto terlihat bercerita. Untuk pengaturan shutter speed, bukaan, ISO, dan lain-lain sesuaikan dengan pencahayaan. Dan yang paling penting dalam foto ini adalah, pekanya naluri fotografer dalam mencari moment-moment yang bagus dan menarik. Setelah semua sudah diatur, tinggal “bidik” dan “tembak”.

c. Foto Panggung

Fotografi panggung adalah fotografi yang bertujuan untuk merekam acara pertunjukan, apa pun pertunjukannya.

Sebagian besar pertunjukan panggung berlangsung malam hari, dan sebagain besar dalam gedung. Fokus utama fotografi panggung adalah low light photography dengan pendekatan “pemaknaan” sesuai tujuan pertunjukan. Secara umum, pertunjukan panggung dirancang untuk ditonton, bukan difoto. Maka, fotografer harus bisa menyiasati beberapa penyesuaian diri, khususnya dalam hal pencahayaannya.

Permainan pencahayaan dirancang untuk ditonton, sehingga kadang saat difoto pencahayaan yang ada di foto tidak bisa rata. Lampu warna-warni yang mencahayai sebuah pertunjukan memang dirancang untuk membuat pertunjukan itu meriah atau wah.

Memilih Setting Teknis Kamera WB (white balance) dalam memotret sebuah pertunjukan sebaiknya daylight (gambar matahari) agar mendekati mata manusia melihat. Merah terekam merah, biru terekam biru. Namun hasil terbaik akan dicapai kalau Anda memakai format RAW, dan mengatur warna di komputer sesuai kebutuhan artistik yang ada. Hampir separuh foto panggung butuh post processing agar tampil sempurna.

Secara umum, fotografi panggung membutuhkan ISO minimal 400, dan lensa yang cepat fokus. Sebaiknya bukaan terbesar (f, diafragma) minimal f2,8. Diafragma 2,8 bukan berarti harus memakai 2,8. Namun bukaan yang besar memudahkan kita membidik dalam suasana remang.

d. Foto Sport

Foto olahraga adalah jenis foto yang menangkap aksi menarik dan spektakuler dalam pertandingan olah raga. Jenis foto ini membutuhkan kecermatan dan kecepatan seorang fotografer dalam menangkap momen terbaik. Berikut cara memotret momen olahraga.

Mengatur Exposure Mode

Ada beberapa mode yang bisa dipilih dalam memotret momen olahraga. Tapi jangan sekali-kali memilih mode “sport”. Banyak orang menyangka bahwa mode terbaik untuk momen olahraga adalah mode “sport”. Padahal mode “sport” ini akan mengunci hal-hal penting pada pemotretan momen olahraga, yaitu ISO dan white balance.

Mengatur Shutter Speed

Mengatur shutter speed diperlukan ketika menggunakan mode manual. Untuk memotret momen olahraga paling tidak 1/1000 per detik atau bahkan lebih tinggi lagi.

Mengatur ISO

ISO adalah sensor terhadap sensitivitas cahaya. Makin tinggi ISO maka makin tinggi shutter speed yang bisa dipilih.

2. Foto Nature

Foto nature objek utamanya adalah benda dan makhluk hidup alami (natural) seperti hewan, tumbuhan, gunung, hutan dan lain-lain.

a. Foto Flora dan Fauna

Jenis foto dengan obyek utama tanaman dan tumbuhan dikenal dengan jenis foto flora. Sedangkan untuk jenis foto dengan berbagai jenis binatang sebagai obyek utama dikenal dengan jenis foto fauna. Untuk teknik memotretnya disebut dengan teknik macro.

Dalam memotret foto macro, sesuaikan bukaan dengan objek yang di “bidik”. Alangkah baiknya jika menggunakan bukaan yang sedang (misal angka F pada f/8, f/7.1, f/6.3, f/9). Dan usahakan bila cahayanya mendukung pakailah speed tinggi, sebab kebanyakan jika kita memotret foto macro, halangan terbesar adalah ANGIN. Untuk itu gunakanlah speed tinggi dalam pemotretan macro, agar gambar tidak shake (goyang) dan fokusnya tepat. Kemudian gunakan ISO sesuai kebutuhan agar hasil nya bersih dari noda (noise). Gunakan ISO rendah jika cahaya pada sekitar objek kuat, dan gunakan ISO tinggi jika cahaya sekitar objek kurang, tapi INGAT!! ISO tinggi menimbulkan banyak NOISE, hati-hatilah. Gunakanlah tripod agar hasil foto tidak shake (bila speed dibawah 100). Setelah semua sudah diatur, tinggal “bidik” dan “tembak”.

b. Foto Lanskap

Foto lanskap merupakan foto yang objek utamanya adalah pemandangan. Dalam memotret foto landscape gunakanlah bukaan (aperture) yang sempit (angka F besar, missal f/10, f/14, f/16, dst). Karena dengan sempitnya bukaan, maka ruang fokus semakin lebar sehingga menambah ketajaman gambar, dan gunakan speed yang cepat (misal speed 1/125s ke atas). Kemudian gunakan ISO yang rendah saja (misal ISO 100, 200, 320). Tapi semua itu tergantung pencahayaan pada spot angle yang dicari. Dan alangkah baiknya gunakanlah tripod agar gambar tidak shake/blur. Setelah semua sudah diatur, tinggal “bidik” dan “tembak”.

1. Foto Arsitektur

Foto arsitektur adalah foto yang menampilkan keindahan suatu bangunan baik dari segi sejarah, budaya, desain, dan konstruksinya. Berikut adalah teknik memotret untuk foto arsitektur.

Sudut pengambilan gambar

Sudut pengambilan gambar arsitektur bangunan sangat menentukan "keberhasilan" sebuah foto.

Permainan Cahaya dan Bayangan

Perhatikanlah pantulan cahaya yang jatuh dan bayangan yang "menghiasi" si bangunan. Sebab permainan cahaya dan bayangan dapat pula menambah daya tarik foto arsitektur.

Refleksi bangunan

Jika bangunan terletak pada pinggir danau atau sungai, maka gunakanlah efek ini. Hasil refleksi bangunan yang terpantul pada air dapat memberikan nilai estetika pada foto.

Pengambilan Abstrak

Arsitektur bangunan, jika diperhatikan dari beberapa sudut akan terlihat abstrak. Memang jelas ini adalah permainan rancangan dari sang arsitek. Namun dapat pula menambah nilai "wah" pada foto. Biasanya keabstrakkan ini dipadu oleh garis-garis yang saling tumpang tindih.

Permainan dimensi perspektif

Permainan dimensi perspektif dapat pula menonjolkan sebuah bangunan arsitektur.

Framing

Jika memotret sebuah bangunan pada cuaca yang mendukung, biasanya langit pada saat itu menjadi monoton. Oleh karena itu carilah obyek tambahan yang bisa menjadi framing untuk bangunan tersebut, misalnya: ranting, pohon, lampu, dsbnya.

Night photography

Pengambilan pada malam hari biasanya akan menonjolkan sebuah bangunan arsitektur, karena biasanya bangunan tersebut akan bermandi cahaya sementara disekelilingnya hitam. Keanggunan bangunan tersebut pun lebih menonjol.

2. Foto Still life

Foto still life merupakan foto yang objeknya adalah benda-benda di sekitar kita. Dalam pemotretan Still Life, diperlukannya kreatifitas seorang fotografer untuk membuat foto lebih bermakna dan bercerita, walaupun hanya foto yang berobjek sederhana sekalipun. Untuk pengaturan bukaan, speed, ISO disesuaikan dengan pencahayaan dan kebutuhan. Setelah semua sudah diatur, tinggal “bidik” dan “tembak”.

3. Foto Jurnalistika. Momen

Hal pertama yang harus diperhatikan dalam fotografi jurnalistik yaitu momen. Dalam dunia jurnalistik, suatu momen itu tidak bisa diulang kembali. Bagaimana caranya supaya momen berhasil kita rekam? Pertama, kita harus fokus, tidak boleh lengah, dan peka terhadap keadaan sekitar. Jika memakai kamera SLR/ DSLR, format kamera dengan shutter speed tinggi dan menggunakan high-continues shoot. Jika menggunakan kamera saku atau kamera ponsel, kembali lagi, kita harus fokus, tidak boleh lengah dan peka terhadap informasi dari keadaan sekitar.

b. Angle

Angle atau sudut pengambilan gambar. Satu objek yang sama, namun jika dipotret dari beberapa angle berbeda maka akan terlihat beda pula. Angle dibagi tiga; High, memotret dari sebelah atas objek, Medium, memotret sejajar dengan objek, dan Low, memotret lebih rendah dari objek.

c. Komposisi

Setelah itu ada "komposisi" yang berperan untuk "merapikan" gambar. Jika sebuah objek dipotret tapi komposisinya berantakan, maka akan sulit mengerti apa tujuan si fotografer memotret objek tersebut.

Biasanya, fotografer profesional menggunakan "aturan ketiga" atau bahasa populernya adalah rule of third. Rule of third adalah saat di mana kita ingin memotret, bayangkan foto itu dibagi oleh garis menjadi 9 kotak berbeda namun dalam satu kotak besar. Biasanya, objek ditempatkan di titik titik-titik temu antar garis. Memang sedikit rumit, namun foto akan terlihat lebih menarik dan tidak flat.

d. Pencahayaan

Yang terakhir adalah lighting atau pencahayaan. Fotografi memang seni menangkap cahaya. Jika kita sudah menemukan momen, menentukan angle terbaik, dan sudah mengukur komposisi.

Segitiga pencahayaan (exposure) juga harus diperhatikan, yaitu Kecepatan Rana (Shutter speed), Bukaan Diafragma (Aperture) dan ISO. Pemakai SLR/DSLR mungkin bisa dengan mudah mengatur exposure di kameranya. Ditambah dengan adanya lampu flash internal yang ada di kamera, maupun membeli flash eksternal.

Penutup

Dunia fotografi telah berkembang pesat dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan teknologi digital membuat orang semakin tertarik untuk menggeluti bidang tersebut. Memotret adalah proses kreatifitas yang tidak hanya sekedar membidik objek yang akan direkam dan kemudian menekan tombol shutter. Untuk menciptakan sebuah karya foto kita harus memahami tentang komposisi, ketajaman dan pencahayaan.

Dalam fotografi dikenal jenis-jenis foto. Jenis-jenis foto terbagi atas dua yaitu, foto manusia dan foto alam. Foto manusia adalah foto yang menjadikan manusia sebagai objek utamanya. Foto manusia terbagi atas foto potrait, human interest, olahraga dan foto panggung. Foto alam ialah foto yang menjadikan benda dan mahluk hidup alami seperti tumbuhan, hewan, gunung, hutan dan lain-lain sebagai objek utamanya.

Sumber

https://id-id.facebook.com/notes/jakfotonet/teknik-memotret-foto-panggung/431579873547860

http://www.teruskan.com/22851/beginilah-cara-memotret-momen-olahraga.html#_

http://fotografiyuda.wordpress.com/seputar-fotografi/pengenalan-jenis-jenis-foto-dan-teknis-dasar-pemotretan/

http://ichsan.heck.in/jenis-jenis-foto-dan-tekniknya.xhtml

http://muda.kompasiana.com/2010/11/21/jenis-jenis-foto-dan-tekniknya-320385.html

http://id-id.facebook.com/notes/aziscs1blogspotcom/tips-photography-teknik-fotografi-arsitektur-eksterior/163277183712419?comment_id=5962117&offset=0&total_comments=2

http://www.republika.co.id/berita/komunitas/komunitas-fotografi-pelajar-jaktim/13/05/14/mms4xh-tips-memotret-jurnalistik-ala-redaktur-foto-rol