ARSIP BULANAN : March 2014

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

30 March 2014 16:19:17 Dibaca : 260

Makalah

TOKOH-TOKOH FILSAFAT ISLAM

KARYA DAN PEMIKIRANNYA

Nama : Noval Isa

Nim : 291413040

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNUVERSITAS NEGERI GORONTALO

 

ABSTRAK

Dalam pembuatan makalah membahas tokoh-tokoh filsafat islam serta memperlajari pemikiran dan karya-karya filosofis muslim dari zaman ke zaman tak lepas dengan ilmu pengetahuan sekarang akan tetapi sangat berpengaruh terhadap ilmu-ilmu berkembang saat ini. itulah mengapa Filsafat merupakan ilmu yang tertua menjadi induk ilmu pengetahuan yang lain serta tujuan dalam pembuatan makalah ini agar kita dapat mengetahui filosofis muslim yang tidak kalah hebatnya dengan filosofis yunani.

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Filsafat

Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh tentang hakikat kebenaran sesuatu. Hakikat filsafat selalu menggunakan ratio (pikitran. Tetapi tidak semua proses berpikir disebut filsafat. Filsafat merupakan ilmu yang tertua yang menjadi induk ilmu pengetahuan yang lain. Sebagaimana diungkapkan oleh John S. Brubacher

Philosophy was, as its etymology from tha Greek words pilos and sopia. Suggest love of wisdim or learning. More over, it was love of learning in general. : it subsumed under one heading what to day we call science as weel as what we now call philosophy. It is for the reason that philosophy is often referred to us the mother as well as the queen of the scrience.

Artinya : filsafat berasal dari perkataan yunani yaitu Philos dan Sophia yang berarti cinta kebijaksanaan atau belajar. Lebih dari itu dapat diartikan cinta belajar pada umumnya termasuk dalam suatu ilmu yang kita sebut sekarang dengan filsafat. Untuk alas an inilah maka sering dikatakan bahwa filsafat adalah induk atau ratu ilmu pengetahuan.

Jadi tentang pengertian filsafat yang ditinjau dari segi arti bahasanya dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah :

Pengetahuan tentang kebijaksanaanMencari kebenaranpengetahuan tentang dasar-dasar atau prinsip-prinsip

1.2 Definisi filsafat

Mengngat filsafat setara dengan filsafat pertama dan metawfisika dengan subjek “maujud mutlak” (bukan wujud secara mutlak), kita dapat mendifinisikan sebagai berikut : ilmu yang membahas keadaan-keadaan maujud mutlah; atau ilmu yang memamparkan hukum-hukum umum kemaujudan; atau sehimpunan proposisi dan masalah menyangkut maujud. Beberapa ciri filsafat telah banyak diutarakan terpenting :

Berbeda dengan ilmu-ilmu empiris dan naratif, pemecahan masalah filsafat menggunakan metode rasional.Filsafat menangani penegasan (assertion) prinsip-prinsip sebagai ilmu lain. Itulah sebabnya ilmu-ilmu laij membutuhkan filsafat sehingga ia disebut induk semua ilmu.Filsafat merupakan patokan manusia untuk memisahkan hal-ihwal yang benar-benar nyata dan hakiki dari hal ihwal waham dan rekaan. Maka dari itu, tujuan utama filsafat terkadang dianggap untuk mengetahui hal-ihwal yang benar-benar nyata dan hakiki serta mengetahui pemilahannya.Konsep-konsep filsafat sama sekali tidak diperoleh lewat pancaindra atau pengalaman (indrawi), seperti konsep sebab dan akibat, niscaya dan mungkin material dan mujarad.

Setelah mengamati ciri-ciri khas tersebut, mudah dimengerti mengapa soal-soal kefilsafatan hanya bisa dibuktikan dengan metode rasional dan mengapa pula hukum-hukum filsafat tidak diperoleh dengan merampatkan (generakizing) hukum-hukum sebagai empiris.

1.3 Tujuan Filsafat

Tujuan pendek dan langsung segenap ilmu adalah menyadarkan manusia akan pelbagai masalah yang terungkap dalam ilmu tersebut, dan memuaskan kodratinyauntuk memahami kebenaran pasalnya salah satu naluri paling dasar manusia ialah naluri mencari kebenaran atau keigintahuan yang tdak terhingga dan tak terpuaskan. Pemuasan nipsi atas naluri ini akan memenuhi salah satu kebutuhan jiwa. Walaupun tidak semua individu mempunyai naluri ini dalam tingkat yang sangat aktif dan penuh gelora, ia tidak pernah sepenuhnya lenyap dan hilang.

Setiap ilmu mempunyai galibnya manfaat dan dampak tidak langsung dan berperantara atas kehidupan metarial dan spiritual manusia. Umpamanya, ilmu-ilmu alam memudahkan pemanfaatan alam lebih besar dan meningkatkan kesejahteraan jasmni manusia dan ia tersambung pada kehidupan alami dan hewani manusia dengan satu perantara.

Dalam memperoleh semua pengetahuan tak terkira itu sejumlah masalah dalam epistemology dan ontology mestillah dipecahkan terlebih dahlu. Oleh karena itu filsafat pertama adalah kunci untuk membuka perbendaharaan tak terkira dan tak tertandingi yang menjajakan kebahagian dan keuntungan abadi tersebut. Itulah akar yang diberkahi dari “pohon yang baik” setiap saat ia membuahkan beraneka kebijakan spiritual dan intelektual serta kesempuranaan spiritual dan ilahi yang tdak ada habis-habisnya. Dengan demikian, ia berperan sengabesar dalam menyiapakan landasan bagi kesempurnaan dan kekemuncakan manusia.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Filsafat di Zaman Islam

Seiring dengan meluasnya wilayah pemnerintahan islam dan membesarnya kecenderungan berbagai kalangan kepada agama yang menghidupkan ini, sekian banyak pusat pembelajaan dunia termasuk dalam wilayah islam. Terdapat pertukaran gagasan di antara para sarjana dan buku di antara berbagai perpustakaan dalam skala besar dan penerjeamahan beragam (India, Persia, Yunani, Latin, Suryanti, Ibrani, dan sebagainya) ke dalam bahasa arab yang secara de facto telah menjadi bahasa internasional muslim. Inilah yang lantas mempercepat laju perkembangan filsafat, beragam sains, dan kesenian. Sekian banyak buku para filosof Yunani dan Aleksandria serta para filosof dari pusat-pusat pembelajaran yang punya reputasi ke bahasa arab.

Pada mulanya, tiadanya bahasa bersama dan peristilahan teknis yang bisa disepakati para penerjemah dan ketidakcocokan asas-asas filsafat timur dan barat, menyuarakan pengajaran filsafa. Penelitan dan pemilihan asas-asas filsafat ini pun menjadi lebih sulit lagi. Tetapi, tidak terlalu lama keadaan itu berlangsung hingga muncullah jenius-jenius, seperti Abu Nashr Al-Farabi dan Ibnu Sina yang mampu menyerap keseluruhan pemikiran filsafat zaman itu dengan ketekunan tinggi.

Dengan bakat alami mereka yang matang oleh pancaran sinar wahyu dan penjelasan para imam, jenius-jenius lalu berhasil me-riveiw dan memilih jumlah kaidah filsafat yang pas dan membeberkan sebuah system filsafat yang sempurna. Selain memuat gagasan-gagasan plato, aristolteles, pemikiran Neo-Platonik dari aleksandria gagasa-gagasan mistikus timur (Urafa) system ini juga memuat pemikiran-pemikiran baru dan karenanya berhasil mengatasi semua system filsafat timur maupun barat lain. Meskipun demikian bagian terbesar dari system ini berasal dari Aristotteles, sehingga warna Aristotelian.

Selanjutnya, system filsafat ini karena sorotan kritis dari para pemikir, semisal Al-Ghazali, Abu Al-Bakarat Al-Baghdadi dan Fakhr Al-Din Al-Razi. Pada sisi lain dengan memanfaatkan karya-karya para arif iran kuno dan membanding-bandingkannya dengan karya-karya plato, kalangan Stoik dan Neo-Platonik, Syihab Al-din Al-Suhrawardi mendirikan aliran filsafat baru yang dinamai sebagai filsafat iluminasionis, yang warna Platoniknya lebih pekat lagi. Dengan cara ini, pangkalan bagi pengumpulan ide-ide filosofis perkembangan serta pematangannya telah disiapkan.

2.2 Ibnu Sina (Abu Ali al- Husien ibn Abdullah ibn Hasan ibn Ali ibn Sina)

Pemikirannya

Sejalan dengan teori kenabian dan kemukjizatan, ibnu Sina membagi manusia kedalam empat kelompok: mereka yang kecakapan teoretisnya telah mencapai tingkat penyempurnaan yang sedemikian rupa sehingga mereka tidak lagi membutuhkan guru sebangsa manusia, sedangkan kecakapan praktisnya telah mencapai suatu puncak yang demikian rupa sehingga berkat kecakapan imajinatif mereka yang tajam mereka mengambil bagian secara langsung pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa masa kini dan akan datang. Kemudian mereka memiliki kesempurnaan daya intuitif, tetapi tidak mempunyai daya imajinatif. Lalu orang yang daya teoretisnya sempurna tetapi tidak praktis. Terakhir adalah orang yang mengungguli sesamanya hanya dalam ketajaman daya praktis mereka.

Nabi Muhammad memiliki syarat-syarat yang dibutuhkan seorang Nabi, yaitu memiliki imajinasi yang sangat kuat dan hidup, bahkan fisiknya sedemikian kuat sehingga ia mampu mempengaruhi bukan hanya pikiran orang lain, melainkan juga seluruh materi pada umumnya. Dengan imajinatif yang luar biasa kuatnya, pikiran Nabi, melalui keniscayaan psikologis yang mendorong, mengubah kebenaran-kebenaran akal murni dan konsep-konsep menjadi imaji-imaji dan simbol-simbol kehidupan yang demikian kuat sehingga orang yang mendengar atau membacanya tidak hanya menjadi percaya tetapi juga terdorong untuk berbuat sesuatu. Apabila kita lapar atau haus, imajinasi kita menyuguhkan imaji-imaji yang hidup tentang makanan dan minuman. Pelambangan dan pemberi sugesti ini, apabila ini berlaku pada akal dan jiwa Nabi, menimbulkan imaji-imaji yang kuat dan hidup sehingga apapun yang dipikirkan dan dirasakan oleh jiwa Nabi, ia benar-benar mendengar dan melihatnya.

Karya

Kitab Qanun fi al-Thib, yang merupakan karya ibnu sina dalam bidang ilmu kedokteran. Buku ini pernah menjadi satu-satunya rujukan dalam bidang kedokteran di Eropa selama lebih kurang lima abad. Buku ini merupakan iktisar pengobatan Islam dan diajarkan hingga kini di Timur.Kitab As-Syifa, yang merupakan karya ibnu sina juga dalam bidang filsafat. Kitab ini antara lain berisikan tentang uraian filsafat dengan segala aspeknyaKitab An-Najah, yang merupakan kitab yang berisikan ringkasan dari kitab As-Syifa, kitab ini ditulis oleh ibnu sina untuk para pelajar yang ingin mempelajari dasar-dasar ilmu hikmah, selain itu buku ini juga secara lengkap membahas tentang pemikiran Ibnu Sina tentang ilmu Jiwa.Kitab Fi Aqsam al-Ulum al-Aqliyah, yang merupakan karyanya dalam bidang ilmu fisika. Buku ini ditulis dalam bahasa Arab dan masih tersimpan dalam berbagai perpustakaan di Istanbul, penerbitannya pertama kali dilakukan di Kairo pada tahun 1910 M, sedangkan terjemahannya dalam bahasa Yahudi dan Latin masih terdapat hingga sekarang.Kitab al- Isyarat wa al-Tanbihat, isinya mengandung uraian tentang logika dan hikmah

2.3 Al-Razi (Al-razi adalah Abu Bakar Muhammad ibnu Zakaria ibnu Yahya Al-Razi. Dalam wacana keilmuan barat, beliau dikenal dengan sebutan Razhes)

Pemikiran

Filsafat al-Razi yang paling terkenal dengan ajarannya yang dinamakan Lima yang Kekal, yakni: Tuhan, Jiwa Universal, Materi Pertama Ruang Absolut dan Zaman Absolut, dalam bahasa Arab :
البا رى تعا لى والنفسول الكلية والهيلولا للاولى والمكن المطلق والزمن المطلق

Mengenai yang terakhir ia membuat perbedaan antara zaman mutlak dan zaman terbatas yaitu antara al-dahr (duration) dan al-waqt (time). Yang pertama kekal dalam arti tidak bermula dan tak berakhir, dan kedua disifati oleh angka.
Bagi benda (being) kelima hal itu adalah:
a. Materi, yakni; apa yang ditangkap dengan panca indra tentang benda itu.
b. Ruang, yakni; karena materi mengambil tempat.
c. Zaman, yakni; karena materi berobah-obah keadaanya.
d. Di antara benda-benda ada yang hidup dan oleh karena itu perlu ada roh. Di antara yang hidup ada pula yang berakal yang dapat mewujudkan ciptaan-ciptaan yang teratur.
e. Semua ini perlu pada Pencipta Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu.

Dua dari yang Lima Kekal itu hidup dan aktif, Tuhan dan roh. Satu daripadanya tidak hidup dan pasif, yaitu materi. Dua lainnya tidak hidup, tidak aktif dan tidak pula pasif, ruang dan masa.

Sedangkan sistematika filsafat Lima Kekal al-Razi dapat dijelaskan sebagai berikut: pertama, Al-Bari Ta’ala (Allah); hidup dan aktif dengan sifat Independen. Menurut al-Razi, Allah Maha Pencipta dan Pengatur seluruh alam ini. Alam diciptakan Allah bukan dari tidak ada (creatio ex nihilo), tetapi dari bahan yang telah ada. Oleh karena itu, menurutnya alam semesta tidak qadim, baharu, meskipun materi asalnya qadim, sebab penciptaan di sini dalam arti di susun dari bahan yang telah ada. Kedua, an-Nafs al-Kuliyyah (jiwa universal); hidup dan aktif serta menjadi al-Mabda’ al-qadim ats-tsani (sumber kekal kedua). Hidup dan aktifitasnya bersifat independen. An-nafs al-Kulliyah tidak berbentuk.

Karya

Mengenai karyanya, tentu berkaitan dengan siapa dia belajar, dan siapa yang mengajarkan ilmu pengetahuan kepadanya. Menurut Al-Nadim, beliau belajar filsafat kepada Al-Bakhli yang menguasai filsafat dan ilmu-ilmu kuno. Ia sangat rajin dalam menulis dan membaca, mungkin inilah yang menyebabkan penglihatannya secara berangsur-angsur melemah dan akhirnya buta total. Ia menolak akan untuk di obati dengan mengatakan bahwa pengobatan untuknya itu sia-sia karena tak sebentar lagi dia akan meninggal.

Tak heran jika karya-karyanya sangat banyak sekali bahkan dia menuliskan pada salah satu kitabnya, bahwasanya dia menulis tidak kurang sari 200 karya tulis dalam berbagai ilmu pengetahuan. Karya-karyanya yang meliputi:

Ilmu Falak,Matematika,Bidang kimia, yang terkenal dengan Kitab As-rarBidang kedoteran, yang terkenal dengan al-mansuri Liber al-AlmansorisBidang Medis, yang terkenal dengan kitab Al-Hawi,Mengenai penyakit cacar dan pencegahannya, yakni Kitab al-Judar wa al-Hasbah

Sebagian dari karyanya telah dikumpulkan menjadi satu kitab yang bernama al-Rasa’il Falsafiyyat dan buku-buku yang lainnya seperti Thib al-Ruhani, al-Sirah al-Falsafah dan lain sebagainya. Dia terkenal sebagai ahli kimia dan ahli kedokteran dibanding dengan sebagai filosof.

2.4 Ibnu Muskawaih (Ibnu Miskawaih adalah Abu Ali Ahmad ibnu Muhammad ibnu Ya’kub ibnu Miskawaih)

Pemikiran

Tuhan, menurut miskawaih adalah zat yang tidak berjism, Azali, dan pencipta.Tuhan Esa dalam berbagai aspek, ia tidak terbagi dan tidak mengandung kejamakan dan ia ada tanpa diadakan dan adaNya tidak bergantung pada yang lain, sementara yang lain membutuhkanNya.Tampaknya pemikiran Ibnu MIskawaih sama denagan pemikiran al-Farabi dan Al-Kindi.Tuhan dapat dikenal dengan propogasi negative dan tidak dapat dikenal dengan sebaliknya, prograsi positif. Alasannya prograsi posotif akan menyamakan Tuhan dengan alam.Segala sesuatu di alam ini ada gerakan.

Gerakan tersebut merupakan sifat bagi alam yang menimbulkan perubahan pada sesuatu dari bentuknya semula .ia bukti tentang adanya Tuhan pencipta alam.pendapat ini berdasarkan pada pemikiran aristoteles bahwa segala sesuatu selalu dalam perubahan yang mengubahnya dari bentuk semula.Sabagai filosofis releguis sejati.Ibnu Miskawaih mengatakan,alam semesta ini diciptakan Allah dari tiada menjadi ada,karena penciptaan yang suadah ada bahan sebelumnya tidak ada artinya.disinilah letak persamaan pemikirannya dengan Al-Kindi dan berbeda dengan Al-Farabi bahwa Allah menciptakan alam dari sesuatu yuang sudah ada.

Karyanya

Dalam karyanya dalam disiplin ilmu meliputi kedokteran, sejarah dan filsafat. Akan tetapi, dia lebih terkenal sebagai seorang filosof akhlak, ( al-falsafat al-‘amaliyat ) ketimbang dengan seorang filosof ketuhanan ( al-falsafat al-nazhariyyat al-Illahiyat ).

Dalam buku The History of the Muslim Philoshopy disebutkan bahwa karya tulisannya itu; Al-Fauz al-Akbar, al-Fauz al-Asghar, Tajaarib al-Umaan ( sebuah sejarah tentang banjir besar yana ditulis pada tahun 369 H/ 979 M), Uns al-Fariid ( yakni koleksi anekdot, syair, peribahasa, dan kata-kata hikmah ), Tartiib al-Sa’adat ( isinya ahlak dan politik ), al-Mustaufa ( isinya syair-syair pilihan ), al-Jaami’, al-Siyaab, On the Simple Drugs ( tentang kedokteran ), On the composition of the Bajats ( tentang kedokteran ), Kitaab al-Ashribah ( tentang minuman ), Tahziib al-Akhlak ( tentang akhlak ), Risaalat fi al-Lazza wa al-Aalam fil jauhar al-Nafs, ajwibaat wa As’ilat fi al-Nafs wa al-‘Aql, Al-Jawaab fi Al-Masaa’il al-Salas, Risaalat fi Jawaab fi Su’al Ali ibnu Muhammad Abuu Hayyan al-Shufii fi HAqiiqat al-‘Aql, dan Tharathat al-Nafs.

2.5 Ibnu Rusyd (Ibnu Rusyd adalah Abu Al-Walid Muhammad ibnu Ahmad ibnu)

Pemikiran

Sebagai komentator Aristoteles tidak mengherankan jika pemikiran Ibnu Rusyd sangat dipengaruhi oleh filosof Yunani kuno. Ibnu Rusyd menghabiskan waktunya untuk membuat syarah atau komentar atas karya-karya Aristoteles, dan berusaha mengembalikan pemikiran Aristoteles dalam bentuk aslinya. Di Eropa latin, Ibnu Rusyd terkenal dengan nama Explainer (asy-Syarih) atau juru tafsir Aristoteles. Sebagai juru tafsir martabatnya tak lebih rendah dari Alexandre d’Aphrodise (filosof yang menafsirkan filsafat Aristoteles abad ke-2 Masehi) dan Thamestius.

Dalam beberapa hal Ibnu Rusyd tidak sependapat dengan tokoh-tokoh filosof muslim sebelumnya, seperti al-Farabi dan Ibnu Sina dalam memahami filsafat Aristoteles, walaupun dalam beberapa persoalan filsafat ia tidak bisa lepas dari pendapat dari kedua filosof muslim tersebut. Menurutnya pemikiran Aristoteles telah bercampur baur dengan unsur-unsur Platonisme yang dibawa komentator-komentator Alexandria. Oleh karena itu, Ibnu Rusyd dianggap berjasa besar dalam memurnikan kembali filsafat Aristoteles. Atas saran gurunya Ibnu Thufail yang memintanya untuk menerjemahkan fikiran-fikiran Aristoteles pada masa dinasti Muwahhidun tahun 557-559 H.

Namun demikian, walaupun Ibnu Rusyd sangat mengagumi Aristoteles bukan berarti dalam berfilsafat ia selalu mengekor dan menjiplak filsafat Aristoteles. Ibnu Rusyd juga memiliki pandangan tersendiri dalam tema-tema filsafat yang menjadikannya sebagai filosof Muslim besar dan terkenal pada masa klasik hingga sekarang.

Karya

Sebagai seorang filsafat Islam di dunia Islam bagian Barat, Ibnu Rusyd juga telah membuat sebuah karya dalam tulisannya. Karya-karya Ibnu Rusyd benar-benar memuat sudut pandang ke arah filsafat. Di antara karya-karyanya adalah sebagai berikut :

Tahafut at-Tahafut. Kitab ini berupaya menjabarkan dengan menyanggah butir demi butir keberatan terhadap al-Ghazali. Tahafut at-Tahafut lebih luwes daripada fashl dalam menegaskan keunggulan agama yang didasarkan pada wahyu atas akal yang dikaitkan dengan agama yang murni rasional. Akan tetapi, Tahafut at-Tahafut juga setia kepada Fashl, melalui pandangan terhadap diri Nabi yang mempunyai akl aktif untuk melihat gambaran-gambaran secara rasional. Seperti halnya juga para filsuf, dan yang mengubah gambaran-gambaran tersebut dengan mengubah imajinasi menjadi simbol-simbol yang sesuai kebutuhan orang awam. Dengan demikian, rasioanlisme religius Ibnu Rusyd bukan sekedar reduksionisme, seperti halnya paham Al-Muwahhidun, ini merupakan keyakinan pada kemungkinan untuk membangun kemabli rantai penalaran secara aposteriori.Fash al-Maqal fi ma bain al-Hikmat wa al-Syari’ah min al-Ittishal (Kitab ini berisikan tentang hubungan antara filsafat dengan agama)Al-Kasyf’an Manahij al-Adillat fi ’Aqa’id al-Millat, (berisikan kritik terhadap metode para ahli ilmu kalam dan sufi)Bidayat al-Mujtahid wa Nihayat al-Muqtashid, (berisikan uraian-uraian di bidang fiqih).

2.6 Muhammad Iqbal

Pemikiran

Gagasan Kemajuan: Prinsip Pergerakan dalam Struktul Islam Muhammad Iqbal dikenal luas sebagai Bapak Spiritual Pakistan. Pidato kepresidenannya di Liga Muslim pada tahun 1930, telah membatu meluncurkan gerakan yang bertujuan untuk membagi Asia Selatan jajahan Inggris ke dalam dua Negara, Pakistan-Muslim dan India-Hindu yang sama-sama berdaulat. Di dunia politik, Iqbal dikenal juga sebagai “Kekuatan penggerak modernism Islam di Asia Selatan. Iqbal mekancarkan kritik tajam terhadap kekakuan penafsiran keagamaan tradisional dan menyerukan suatu penekanan baru terhadap konsep pergerakan dalam penafsiran Islam.

Sebagai sebuah pergerakan cultural, Islam pada dasarnya menolak pandangan lama yang statis tentang alam semesta. Sebagai agama yang penuh dengan sikap toleransi yang tinggi yang bersifat menyatukan, Islam menghargai individu sebagaimana mestinya, dan menolak hubungan-darah sebagai aspek dasar dari persatuan manusia.

Iqbal mencontohkan salah satu contoh yang kontras dari pandangan Islam tadi. Agama Kristen yang sejak awalnya muncul sebagai tatanan yang monastic (gerejawi) telah dicoba oleh Konstantin (Kaisar Romawi, memerintah pada tahun 306-337) sebagai suatu sistem penyatuan. Kegagalan agama Kristen untuk berfungsi sebagai sistem tesebut mendorong Kaisar Julian (memerintah tahun 361-363) untuk kembali pada dewa-dewa lama Romawi yang ia coba berikan penafsiran-penafsiran filosofis. Seorang sejarawan modern tentang peradaban telah menggambarkan keadaan dunia yang beradab ketika Islam muncul dalam panggung sejarah.

Karya

Sumbangan terbesar Iqbal di bidang pendidikan dan pengajaran ialah filsafat kepribadiannya. Ini ia terapkan pada pendidikan, pengajaran, dan seni dalam kebanyakan sajak-sajaknya. Mengenai filsafat pendidikan menurut Iqbal Dalam kapasitasnya sebagai seorang pemikir, Iqbal banyak menulis puisi-puisi yang menyentuh dan menggerakkan emosional umat Islam untuk bangkit dari keterbelakangan dan kebodohan mereka. Selain itu Iqbal dikenal sangat kreatif dan sangat produktif dalam melahirkan gagasan-gagasannya tentang berbagai bidang, seperti sosial, politik, budaya, hukum dan pemikiran Islam. Dalam menuangkan gagasannya, Iqbal banyak menggunakan bahasa Urdu, Persia dan Bahasa Inggris. Dalam hal puisi, di antara 12.000 puisi yang telah ditulisnya, ada sekitar 7.000 puisi yang oleh Iqbal tulis dalam bahasa Parsi.

2.7 Muhammad Arkoun

Pemikiran

Arkoun melihat adanya kebekuan penafsiran disebabkan penagruh sistem dan konveksi yang membangunnya. Arkoun berupaya mengembangkan perluasan interpretasi atau penafsiran sambil tetap berpegang pada determinasi transendental untuk hal-hal yang khusus. Demikian pula pada hubungan Islam Barat atau sebaliknya Barat Islam Arkoun menganjurkan dialog secara lebih terbuka dan interpretatif. Meskipun Arkoun dalam banyak tulisannya mengadopsi dekontruksi Derrida, Arkoun lebih afirmatif lewat pandangan pencerahan dekontruksi yang masih membuka ruang bagi proses iluminasi, dengan begitu Arkoun tergolong pemikir postmodern afirmatif.

Karya

Karya-karya Arkoun meliputi berbagai bidang Di sini hanya disebutkan karya-karya yang berkaitan dengankajian islam pada umumnya dan metodologi “ cara Membaca Al- Qur’annya pada Khususnya

Traduction francaise avec introductin et du tahdib allakhlaq (tulisan tentang etika/terjemahan prancis dari kitab al-akhlaq Ibnu Miskawaih)La pensee Arabe ( Pemikiran Arab)Essais sur la pensee islamique ( Essei-essei tentan pemikiran islamDiscours coranique et pensee scientique (wacan Al-Qur’an dan pemikiran ilmiah)Lecture de coran (pembacaan-pembacaan Al-Qur’an)Pour une critique de la raison islamique ( Demi kritik nalar islam) Kebanyakan karya-karya Arkoun ditulis dalam bahasa prancis

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan, dari lahirnya para tokoh di atas tadi yang menjadi sebab adanya karya-karya mereka yang banyak, merupakan hal yang membanggakan bagi khazanah keilmuan islam. Sayangnya saja, karya-karya mereka yang banyak itu tidak kita temui secara keseluruhan pada saat ini. Tapi, bukan berarti kita tidak dapat mempelajari karya-karya mereka yang tersisa saat ini, kita juga dapat mempelajari karya-karya filosof yang lahir setelah mereka dan dengan sebab ini pula banyak karya-karya baru yang mereka tuliskan sehingga kita sebagai orang muslim tidak kehilangan akan khazanah keilmuan berkat jerih payah mereka.

3.2 Saran

Menurut saya, masih banyak hal-hal di yang harus diperbaiki dalam makalah ini dan Masih banyak kesalahan dari penulisan makalah dan saya juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. Hambani Ihsan, Drs. H. A. Faud Ihsan,filsafat Pnedidikan Islam, Bandung: Cv Pustaka Setia, 2007

Zar Sirajudin,filsafat islam, filosof dan filsafatnya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2012

Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, buku daras filsafat islam, Bandung: Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI)

http://serunaihati.blogspot.com/2012/09/biografi-ibnu-rusyd-perintis-ilmu.html

http://syafieh.blogspot.com/2013/05/pemikiran-filsafat-islam-ibnu-rusyd.html

http://mandalapratama.blogspot.com/2012/03/ibnu-miskawaih-dan-filsafatnya.html