ARSIP BULANAN : June 2015

Masalah Gender Dalam Perilaku Sosial Budaya Masayarakat

17 June 2015 13:25:41 Dibaca : 625

       Selain ahli penambal ban terlihat juga si embak ayu ini berjualan bensin eceran demi mencari rizki yang halal, setiap hari si embak ini bekerja demi kebutuhan sehari-hari, dalam berumah tangga ia harus bekerja keras demi keluarganya.
Masalah Gender Dalam Perilaku Sosial Budaya Masayarakat
       Hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan dapat dilihat dalam berbagai bidang kehidupan antara lain dalam bidang politik, sosial, ekonomi, budaya dan hukum ( baik hukum tertulis maupun tidak tertulis yakni hukum hukum adat ). Hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai bidang kehidupan tersebut pada umumnya menunujukan hubungan yang sub-ordinasi yang artinya bahwa kedudukan perempuan lebih rendah bila dibandingkan dengan kedudukan laki-laki.
        Hubungan yang sub-ordinasi tersebut dialami oleh kaum perempuan di seluruh dunia karena hubungan yang sub-ordinasi tidak saja dialami oleh masyarakat yang sedang berkembang seperti masyarakat Indonesia, namun juga dialami oleh masyarakat negara-negara yang sudah maju seperti Amerika Serikat dan lain-lainnya. Keadaan yang demikian tersebut dikarenakan adanya pengaruh dari idiologi patriarki yakni idiologi yang menempatkan kekuasaan pada tangan laki-laki dan ini terdapat di seluruh dunia. Keadaan seperti ini sudah mulai mendapat perlawanan dari kaum feminis, karena kaum feminis selama ini selalu berada pada situasi dan keadaan yang tertindas. Oleh karenanya kaum femins berjuang untuk menuntut kedudukan yang sama dengan kaum laki-laki dalam berbagai bidang kehidupan agar terhindar dari keadaan yang sub-ordinasi tersebut.

          Ketidakadilan gender merupakan berbagai tindak ketidakadilan atau diskriminasi yang bersumber pada keyakinan gender. Ketidak adilan gender sering terjadi di mana-mana ini terkaitan dengan berbagai faktor. Mulai dari kebutuhan ekonomi budaya dan lain lain. Sebenarnya masalah gender sudah ada sejak jaman nenek moyang kita, ini merupakan masalah lama yang sulit untuk di selesaikan tanpa ada kesadaran dari berbagai pihak yang bersangkutan. Budaya yang mengakar di indonesia kalau perempuan hanya melakukan sesuatu yang berkutik didalam rumah membuat ini menjadi kebiasaan yang turun temurun yang sulit di hilangkan. Banyak yang menganggap perbedaan atao dikriminasi gender yang ada pada film itu adalah hal yang biasa dan umum, shingga mereka tidak merasa di diskriminasi, namun akhir-akhir ini muncul berbagai gerakan untuk melawan bbias gender tersebut. Saat ini banyak para wanita bangga merasa hak nya telah sama dengan pria berkat atasa kerja keras RA KARTINI padahal mereka dalam media masih di jajah dan di campakan seperti dahulu.

 

cleaning service

17 June 2015 13:21:16 Dibaca : 139

       Ibu ini bernama Anisa ia bekerja sebagai claning servis disalah satu UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO (UNG) ia bekerja setiap hari karena ia harus memenuhi kebutuhan sehari-hari, karena hasil suaminya belum mencukupi kebutuhan dalam rumah tangganya suaminya itu bekerja sebagai kuli bangunan dan ibu ini mempunyai tiga orang anak, anaknya dua masih berusia dini dan ada kakaknya yang kuliah, ibu ini tinggal di kecamatan kabila kelurahan moodu ia harus bekerja dari jam 06.00 s/d 05.00 sore didalam kehidupan ibu ini harus bekerja setiap hari mungkin kalau mengurus rumah tangga itu jarang karena harus bekerja setiap hari.
Keterkaitan antara gender
        Standpoint Theory (dari Sandra Harding dan Julia Wood)
Sandra harding dan Julia Wood sepakat bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai perspektif terpisah, dan mereka tidak memandangnya sebagai sesuatu yang setara. Lokasi-lokasi yang berbeda dalam hirarkhi sosial mempengaruhi apa yang dilihat. Mereka beranggapan bahwa perempuan dan minoritas yang lainnya mempersepsi dunia secara berbeda daripada kelompok yang berkuasa.
Cheris Kramarae (dalam Sendjaja:1994) mengemukakan asumsi-asumsi dasar dari teori ini sebagai berikut:
     Perempuan menanggapi dunia secara berbeda dari laki-laki karena pengalaman dan aktivitasnya berbeda yang berakar pada pembagian kerja. Karena dominasi politiknya, sistem persepsi laki-laki menjadi lebih dominan, menghambat ekspresi bebas bagi pemikiran alternatif perempuan.
      Untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat, perempuan harus mengubah perspektif mereka ke dalam sistem ekspresi yang dapat diterima laki-laki. Kramarae mengemukakan sejumlah hipotesis mengenai komunikasi perempuan berdasarkan beberapa temuan penelitian.
Perempuan lebih mudah memahami makna laki-laki daripada laki-laki memahami makna perempuan.

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong