etika dan filsafat komunikas part 1

15 April 2015 10:43:09 Dibaca : 139

Nama : Arifinur Dimas Van Gobel

NIM : 291414018

Kelas : Ilmu Komunikasi A

Mata Kuliah : Etika dan Filsafat Komunikasi

I. PENGANTAR FILSAFAT

Dalam pengantar filsafat disitu mempelajari tentang pengertian filsafat, metode filsafat, Objek filsafat, dan sistematika filsafat.

a. Pengertian Filsafat

Secara etimologis, filsafat diambil dari bahasa Arab, falsafah-berasal dari bahasa Yunani, Philosophia, kata majemukyang berasal dari kata Philos yang artinya cinta atau suka, dan kata Sophia yang artinya bijaksana. Dengan demikian secara etimologis, filsafat memberikan pengertian cinta kebijaksanaan.

Di dalam Encyclopedia of philosophy (1967:216) ada penjelasan sebagai berikut: “The creek word Sophia is ordinary translated as ‘wisdom’, and the compound philosophia, from wich philosophy derives, is translated as the ‘love of wisdom’.” Abu Bakar Atjeh (1970:6) juga mengutip seperti itu. Berdasarkan kutipan tersebut dapat di ketahui bahwa filsafat ialah keinginan yang mendalam untuk mendapatkan kebijakan atau untuk menjadi bijak.

Secara terminologis, filsafat mempunyai arti yang bermacam-macam, sebanyak orang yang memberikan pengertian. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi retsebut :

Plato (477 SM-347 SM). Ia seorang filsuf Yunani terkenal, gurunya Aristoteles, ia sendiri berguru kepada Socrates. Ia mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada, ilmu yang berminat untuk mencapai kebenaran yang asli.Aristoteles (381SM-322SM), mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu; metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.Marcus Tulius Cicero (106SM-43SM), seorang politikus dan ahli pidato Romawi merumuskan filsafat sebagai pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.Al-Farabi (wafat 950M), seorang filsuf muslim mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.Immanuel Kant (1724M-1804M) yang sering dijuluki raksasa pemikir barat, mengatakan bahwa filsafat merupakan ilmu pokok dari segala ilmu pengetahuan yang meliputi empat persoalan, yaitu:APAKAH YANG DAPAT KITA KETAHUI ? pertanyaan ini dijawab oleh Metafisika.APAKAH YANG BOLEH KITA KERJAKAN ? pertanyaan ini dijawab oleh Etika.SAMPAI DI MANAKAH PENGHARAPAN KITA ? pertanyaan ini dijawab oleh Agama.APAKAH MANUSIA ITU ? pertanyaan ini dijawab oleh Antropologi.

b. Metode Filsafat

Ada tiga metode berfikir yang digunakan untuk memecahkan problema-problema filsafat, yaitu: metode deduksi, induksi dan dialektika.

Metode Deduktif

Adalah, suatu metode berpikir dimana kesimpulan ditarik dari prinsip-prinsip umum dan kemudian diterapkan kepada semua yang bersifat khusus. Contohnya sebagai berikut:

Semua manusia adalah fana (prinsip umum)Semua raja adalah manusia (peristiwa khusus)Karena itu semua raja adalah fana (kesimpulan)

Metode Induksi

Adalah suatu metode berpikir dimana suatu kesimpulan ditarik dari prinsip khusus kemudian diterapkan kepada sesuatu yang bersifat umum. Contoh:

Bagus adalah manusia (prinsip khusus)Dia akan mati (prinsip umum)Seluruh manusia akan mati (kesimpulan)

Metode Dialektik

Yaitu suatu cara berpikir dimana suatu kesimpulan diperoleh melalui tiga jenjang penalaran: tesis, antitesis dan sintesis. Metode ini berusaha untuk mengembangkan suatu contoh argument yang didalamnya terjalin implikasi bermacam-macam proses (sikap) yang saling mempengaruhi argument tersebut akan menunjukkan bahwa tiap proses tidak enyajikan pemahaman tang sempurna tentang kebenaran. Dengan demikian, timbullah pandangan dan alternatif yang baru. Pada setiap tahap dari dialektik ini kita memasuki lebih dalam pada problema asli. Dan dengan demikian ada demikian ada kemungkinan untuk mendekati kebenaran.

Hegel menganggap bahwa metode dialektik merupakan metode berpikir yang benar ia maksudkan ialah hal-hal yang sebenarnya sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari kerap kali kita mengalami perlunya mendamaikan hal-hal yang bertentangan. Tidak jarang terjadi bahwa kita mesti mengusahakan kompromi antara beberapa pandapat atau keadaan yang berlawanan satu sama lain. Nah, maksud Hegel mirip dengan pengalaman kata itu. Hegel sangat mengagumi filsuf yunani Herakleitos yang mengatakan bahwa “pertentangan adalah bapak segala sesuatu”.

Proses dialektik selalu tradisi dari tiga fase. Fase pertama disebut tesis yang menampilkan “lawan” dari fase kedua yaitu antitesis. Akhirnya, disebut fase ketiga disebut sintesis, yang mendamaikan antara tesis dan antitesis yang saling berlawanan. Sintesis yang telah dihasilkan dapat menjadi tesis pula yang menampilkan antitesis lagi dan akhirnya kedua-duanya dinamakan menjadi sintesis baru. Demikian selanjutnya setiap sintesis dapat menjadi tesis.Contoh tesis, antitesis dan sintesis.

Dalam keluarga, suami istri adalah dua makhluk yang berlainan yang dapat berupa tesis dan antitesis. Bagi Suami, anak dapat mrupakan bagian dari dirinya sendiri. Demikian juga dari sang Istri, dengan demikian si anak merupakan sintesis bagi Suami Istri tadi.

Metode yang digunakan memecahkan problem-problem filsafat, berbeda dengan metode yang digunakan untuk mempelajari filsafat. Ada tiga macam metode untuk mempelajari filsafat, diantaranya:

Metode Sistematis

Metode ini bertujuan agar perhatian pelajar/ mahasiswa terpusat pada isi filsafat, bukan pada tokoh atau pada metode.

Misalnya, mula-mula pelajar atau mahasiswa menghadapi teori pengetahuan yang berdiri atas beberapa cabang filsafat. Setelah itu mempelajari teori hakikat, teori nilai atau filsafat nilai. Pembagian besar ini dibagi lebih khusus dalam sistematika filsafat untuk membahas setiap cabang atau subcabang itu, aliran-aliran akan terbahas.

Metode Histories

Metode ini digunakan untuk mempelajari filsafat dengan cara mengikuti sejarahnya dapat dibicarakan dengan demi tokoh menurut kedudukannya dalam sejarah. Misal dimulai dari pembicarakan filsafat thales, membicarakan riwayat hidupnya, pokok ajarannya, baik dalam teori pengetahuan, teori hakikat, maupun dalam teori nilai. Lantas dilanjutkan dalam membicarakan Anaxr mandios Socrates, lalu Rousseau Kant dan seterusnya sampai tokoh-tokoh kontemporer.

Metode Kritis

Metod ini digunakan oleh orang-orang yang mempelajari filsafat tingkat intensif. Sebaiknya metode ini digunakan pada tingkat sarjana.

Disini pengajaran filsafat dapat mengambil pendekatan sistematis ataupun histories. Langkah pertama ialah memahami isi ajaran, kemudian pelajar mencoba mengajukan kritikannya, kritik itu mungkin dalam bentuk menentang. Dapat juga berupa dukungan. Ia mungkin mengkritik mendapatkan pendapatnya sendiri ataupun menggunakan pendapat filusuf lain. Jadi, jadi jelas tatkala memulai pelajaran amat diperlukan dalam belajar filsafat dengan metode ini.

c. Objek Filsafat

Isi filsafat ditentukan oleh objek yang dipikirkan. Ada dua objek apa yang dipikirkan. Ada dua objek dalam filsafat diantaranya:

Objek Material

Objek material filsafat yaitu segala yang ada dan mungkin ada, jadi luas sekali dan tidak terbatas.

Objek materia antara filsafat dengan sains (ilmu pengetahuan) sama, yaitu sama-sama menyelidiki segala yang ada dan mungkin ada. Tapi ada dua hal yang membedakan diantaranya:

a) Sains menyelidiki objek material yang empiris. Sedangkan filsafat menyelidiki bagian yang abstraknya.

b) Ada objek material filsafat yang memang tidak dapat diteliti oleh sains seperti tuhan, hari akhir (hal-hal yang tidak empiris). Jadi objek material filsafat lebih luas daripada sains.

Objek Formal (sikap penyelidikan)

Objek forma filsafat adalah penyelidikan yang mendalam atau ingin mengetahui bagian dalamnya. Kata mendalam artinya ingin tahu tentang objek yang tidak empiris.

Objek ini hanya dimiliki oleh filsafat saja. Sains tidak mempunyai objek forma. Karena objek sains hanya terbatas pada sesuatu yang bisa diselidiki secara ilmiah saja, dan jika tidak dapat diselidiki maka akan terhenti sampai disitu.

Tetapi filsafat tidaklah demikian, filsafat akan terus bekerja hingga permasalahannya dapat ditemukan sampai akar-akarnya.

Sistematika Filsafat

Hasil berpikir tentang segala sesuatu yang ada dan mungkin ada telah banyak terkumpul dan disusun secara teratur dan sistematis dikenal dengan istilah sistematika filsafat atau struktur filsafat.

Struktur filsafat berkisar pada tiga cabang filsafat yaitu teori pengetahuan, teori hakikat dan teori nilai. Berikut ini akan diuraikan lebih rinci lagi.

1. Teori Pengetahuan

Teori pengetahuan membicarakan cara memperoleh pengetahuan (norma-norma atau teori-teorinya) dan membicarakan pula tentang bagaimana cara mengatur pengetahuan yang benar dan berarti. Posisi terpenting dari pengetahuan telah membicarakan tentang apasebenarnya hakikat pengetahuan itu, cara berpikir dan hukum berpikir agar mendapatkan hasil yang sebenar-benarnya.

Cabang teori pengetahuan yaitu Epistimologi dan logika.

a) Epistimologi

Epistimologi berasal dari bahasa Yunani, Episteme yang berarti Knowledge atau pengetahuan dan logy berarti pengetahuan atau filsafat ilmu.

Terdapat empat persoalan pokok dalam bidang ini:

Apa pengetahuan itu?Apa sumber-sumber pengetahuan itu?Darimanakah sumber yang benar itu datang dan bagaimana mengaturnya?Apakah pengetahuan tersebut benar?

Persoalan pertama (tentang definisi pengetahuan) sudah dibahas pada uraian sebelumnya. Sekarang pada persoalan berikutnya yaitu sumber pengetahuan manusia.Lours Q.kattsof mengatakan bahwa sumber pengetahuan ada lima macam yaitu: Empiris, rasionalisme, fenomena, intuisi dan metode ilmiah.

Empirisme

Kata ini berasal dari bahasa yunani empeirikos dari kata emperra, artinya pengalaman menurut aliran ini, manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya, pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman inderawi, manusia tahu es dingin karena menyentuhnya, gula manis karena mencicipinya.

Jhonh locke (1632-1704) bapak aliran ini pada zaman modern mengemukakan teori tabula rasa. Maksudnya bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu, dan akhirnya ia memiliki pengetahuan.

Tidak terasa, uraian tadi sudah menjawab pertanyaan yang ke-3.

Dari manakah pengetahuan yang benar itu dating dan bagaimnakah mengetahuinya?

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman dan dengan perantara panca indera.

Kelemahan aliran ini cukup banyak , diantaranya:

Keterbatasan indraIndera MenibuObjek yang menipu danKelemahan yang berasal dari indra dan objek sekaligus.

Kesimpulannya adalah empirisme lemah karena keterbatasan indera manusia.

Rasionalisme

Aliran ini menyatakan bahwa sumber ilmu pengetahuan terletak pada akal. Rasionalisme memandang pengalaman sebagai jenis perangsang bagi pikiran. Jika kebenaran mengandung makna dan mempunyai ide yang sesuai dengan kenyataan. Maka kebenaran hanya ada di dalam pikiran dan hanya diperoleh dengan akal budi saja.

Descartes adalah bapak dari rasionalisme. Ia berusaha menemukan kebenaran yang tidak dapat diragukan, sehingga dengan memakai metode deduktif dapat disimpulkan semua pengetahuan kita.

Bagi rasionalisme, kekeliruan pada aliran emperisme yang disebabkan kelmahan alat indra tadi, dapat dikoreksi seandainya akal digunakan.

Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan, pengalaman indera dilakukan untuk merangsang akal dan memberikan objek sehingga kebenaran adalah seman-mata dengan akal. Laporan indera menurut rasionalisme merupakan bahan yang belum jelas, kacau. Bajan ini kemudian dipertimbangkan dengan teratur oleh akal dalam pengalaman berpikir sehingga terbentuk pengetahuan yang benar. Jadi, akal bekerja karena ada bahan dari indera. Akan tetapi, akal dapat juga mengahasilkan pengetahuan yang tidak berdasarkan inderawi sama sekali. Jadi akal dapat juga menghasilkan penetahuan tentang objek yang betul-betul abstrak.

Gabungan antara emperis dan rasionalisme melahirkan suatu metode baru yaitu metode sains dan dari metode ilmiah ini melahirkan pengetahuan sains yang disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu pengetahuan.

Pengetahuan sains/ilmu pengetahuan ialah jenis pengetahuan yang logis dan memiliki bukti empiris (pengetahuan yang logis-empiris).

Jika hanya digunakan rasio (akal) maka pengetahuan yang diperoleh ialah pengetahuan filsafat.

Positivisme

Tokoh aliran ini adalah August Compete (1798-1857). Ia penganut empiris. Ia berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen seperti panas di ukur dengan derajat panas,jauh diukur dengan meteran, berat dengan timbangan neraca, dan sebagainya. Kita tidak cukup mengatakan.

Fenomenalis

Tokoh aliran ini adalah Immanuel kant, seorang filsuf jerman abad ke-18. Dia berpendapat bahwa sebab-akibat tentu mruapakan hubungan yang bersifat niscaya.

Kant membuat uraian lebih lanjut tentang pengalaman. Barang sesuatu bagiman terdapat dalam dirinya sendiri merangsang alat inderawi kita dengan diterima oleh akal kita dalam bentuk-bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan penalaran.

Bagi Kant para penganut emperisme benar bila berpendapat bahwa semua pengetahuan didasarkan pada pengalaman. Tetapi para penganut rasionalisme juga benar, karena akal memaksa bentuknya sendiri terhadap barang sesuatu serta pengalaman.

Intersionisme

Herin Bergson (1859-1941) adalah tokok aliran ini. Ia menganggap tidak hanya indera yang terbatas, akal juag terbatas aliran ini mengkritik aliran empirisme dan rasionalisme.

Objek-objek yang kita tangkap adalah objek yang selalu berubah. Jadi pengetahuan kita tentunya tudak tetap. Intelek atau akal juga terbatas. Akal hanya dapat memahami suatu objek bila ia mengkonsentrasikan dirinya pada objek itu, jadi dalam hal seperti itu manusiatidak mengetahui keseluruhan (unique) tidak juga memahami sifat tetap pada objek.

Dengan menyadari keterbatasn indera dan akal, Bergson mengembangkan suatu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia, yaitu intuisi. Ini adalah hasil evolusi pemahaman tertinggi. Pengembangan kemampuan ini 9intiusi) memerlukan suatu usaha, kemampuan ini dapat memahami kebenaran yang utuh, tetap dan unique.

Metode Ilmiah

Gabungan antara empirisme dan rasionalisme melahirkan suatu metode baru yaitu metode sains (metode imiah) dari metode ini melahirkan ilmu pengetahuan.

Ilmu pengetahuan ialah jenis pengetahuan yang logis dan memiliki bukti empiris (pengetauan yang logis-empiris).

Jika hanya menggunakan rasio (akal) maka pengetahuan yang diperoleh ialah pengetahuan filsafat.

2. TEORI HAKIKAT

Teori hakikat membicarakan pengetahuan itu sendiri disebut ontologis.

Apa itu hakikat? Hakikat ialah realist. Realitas ialah ke-real-an; real artinya kenyataan yang sebenarnya; jadi hakikat adalah keadaan yang sebenarnya, bukan keadaan sementara atas kesadaran sementara atau kesadaran yang menipu bukan keadaan yang berubah.

Kalau teori pengetahuan mempunyai cabang epistimologi dan logika, maka teori hakikat mempunyai cabang sebagai berikut : ontology, konsmologi, antropologi, theodologi, filsafat agama, filsafat umum, filsafat pendidikan dan lain-lain.

Ontologi merupakan cabang teori yang membicarakan hakikat sesuatu yang ada. Apa sebenarnya hakikat dan sesuatu yang ada? Ada empat aliran filsafat yang mecoba memberikan jawaban atas persoalan tersebut, yaitu :

MaterialismeIdelismeDualismeAgnostralisme

Materialisme

Materialism adalah suatu airan dalam filsafat yang pandanganya bertitik pada meteri (benda)

Materialism modern mengatakan bahwa materi itu ada sebelum jiwa ada (mains) jadi materi itu primer dan ide/pemikiran terletak pada sekundernya. materialisme beranggapan bahwa hakikat benda adalah benda itu sendiri.

Idealisme

Arti filsafat dari kata idealism ditentukan oleh artu biasa dari kata ide. Ringkasnya, idelaimse mengatakan bahwa realitas terdiri dari atas ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiawa (selp) dan bukan benda (materi). Idealism juaga mengatakan bahwa mind sebagai hal yang lebih dahulu dari pada materi. Idealism dam ,ateri adalah produk sampingan. Dengan demikian, idealism beranggapan bahwa hakikat benda-benda yang ada itu adalah ide atau akal jiwa bukan materi.

Dualisme

Dualisme adalah aliran yang mencoba memadukan antara dua faham yang saling bertentangan, yaitu materialisme dengan idealisme. Materialism mengatakan bahwa materi itulah yang hakikat,sedangkan idelaisme sebaliknya justru ide-lah yang hakikat. Menurut materialism ruh muncul jika tanpa ada meteri, sedangkan menurut idealisme justru munculnya materi karena adanya ruh. Materi tidak aka nada jika tidak ada ruh.

Dualism mengatakan bahwabaik materi maupun ruh sama-sama hakikat. Materi muncul bukan karena adanya ruh, begtu pla ruh muncul bukan Karena materi. Tetapi dualism juga masih mempunyai masalah yaitu tentang hubungan antara materi dan ruh, bagaimana bisa terjadi keselarasan antara materi dengan ruh atau ide.

Kita lihat contoh jika jiwa sehat maka badan pun sehat kelihatannya. Sebaliknya jika jiwa seseorang sedang berduka biasanya badanpun ikut sedih, maka murunglah wajahnya orang tersebut. Contoh di atas menggambarkan adanya hubungan atau kerjasama atara jiwa dan badan. Masalahnya, kenapa terjadi bentuk kerjasama dan hubungan sedemikian rupa dan siapa yang memadukannya? Ini adalah masalah dualisme.

Agnotraisme

Agnotraisme adalah aliran yang mengatakan bahwa manusia tidak mungkin mengetahui hakikat sesuatu di balik kenyataan ini. Manusia tidak mungkin mengetahui apa hakikat batu, air, api dan lain sebagainya. Sebab menurt faham ini kemampuan manusia sangat terbatas dan tidak mungkin tahu apa hakikat sesuatu yang ada, baik oleh indera maupun pikirannya.

Aliran ini mempunyai masalah yaitu tentang siapa sebenarnya yang bisa mengetahui hakikat sesuatu yang ada? Aliran ini tidak memberikan jawaban.

TEORI NILAI

Teori nilai mencakup dua cabang, yaitu cabang filsafar yang cukup terkeal; etika dan estetika.nilainya artinya harga, sesuatu mempunyai nilai bagi seseorang karena ia berharga bagi dirinya.pada umumnya orang menyatakan bahwa nilai sesuatu melekat pada benda dan bukan di luar benda, tetapi ada juga yang berpendapat bahwa bilai itu ada di luar benda.

Etika

Etika merupakan penyelidikan filsafat mengenai kewajiban manusia serta tingkah laku manusia dilihat dari sisi baik dan buruknya tingkah laku tersebut.

Atas dasar hak apa orang menuntut kita unutk tunduk terhadap norma-norama yang berupa ketentuan, kewajiban, larangan dan lain sebagainya.

Bagimana kita bisa menilai norma tersebut? Pertanyaan-pertanyaan tersebuat timbul karena hidup kita seakan-akan terentang dalam suatu jaringan norma-norma. Jaringan itu seolah-olah membelenggu kita, mencegah kita bertindak sesuai keinginan kita dan memaksa kita berbuat apa yang sebenarnya kita benci.

Estetika

Setetika membahas/membicarakan soal nilai rendah dan tidak rendah. Nilai baik dan buruk sering diterpkan orang kepada perbuatan atau tindakan menusia, sedangkan nilai rendah da tidak rendah lebih cenderung unutk diterapkan kepada soal seni. Estetika berusaha untuk menemukan nilai yang indah secara umum sehingga tidak mustahil kalau akhirnya timbul beberapa teori yang membicarakan hal itu.

Pendapat saya

Menurut pendapat saya filsafat ialah suatu ilmu dimana ilmu tersebut ilmu dari segala ilmu. Kenapa saya mengatakan dengan demikian, karena filsafat adalah ilmu dimana dalam ilmu ini mencari atau menelusuri sampai pada akarnya sehingga ilmu filsafat ini bisa dinamakan dengan mengkaji semua permasalahan. Dan dalam filsafat ini mengakait banyak permasalah yang dimana permasalahan tersebut akan di asah atau akan di kaji sedalam – dalamnya sehingga menepu titik akar dari permasalahan tersebut. Namun dalam ilmu filsafat ini kita tidak selamanya akan selalu menggunakannya karna ada suatu saatkita tidak bisa atau kita tidak mampu atau belum bisa atau tidak seharusnya mengkajinya sedalam – dalamnya karena bisa membuat kita menjadi gila atau menjadi tidak waras karena suatu permasalahan yang kita akan kaji tersebut.

Contohnya seperti halnya dengan permasalahan dalam agama. Dalam agama kita dibatasi sampai di mana batas kita untuk mengkajinya karena jika agama kita mengkajinya sampai pada titik akarnya kita akan mudah merasa marah dan kondisi fisik dan mental kita juga akan rusak atau kekurangan enegri di karenakan kita memakainya untuk mengkaji suatu permasalahan yang ada pada agama. Sehingga karena hal tersebut dapat merusak kondisi fisik dan mental kita kita tidak diperbolehkan untuk mengkajinya sampai dalam – dalamnya atau sampai pada titik akarnya cukup kita mengkajinya saja hanya pada hal – hal yang harus kita ketahui dan yang bisa berguna atau bermanfaat untuk diri kita sendiri atau orang lain.

Namun hal tersebut pernah di lakukan oleh seorang ilmuan yang merasa dirinyamampu untuk mengkaji suatu agama sampai dalam – dalamnya atau pada titik akarnya dan hasilnya seorang ilmuan saja yang sudah sangat berpengalan saja masih saja kondisi fisik dan mentalnya terganggu karena hal tetrsebut. Jadi pada intiny menurut pendapat saya kita dalam mepelajari ilmu ilmu filsafat boleh – boleh saja dan tidak tipermasalahkan adatu di laarang namun kita dalam mempelajarinya kita harus tahu sampai dimana batas kemampuan kita dalam mempelajarinya. Karena itu bisa membuat kita kehilangan kewarasan dan kehilangan akal sehat kita.

2. FILSAFAT DAN ILMU KOMUIKASI

a. Filsafat

Secara etimologis filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia. Kata ini terdiri dari kata philo dan sophia. Philo artinya cinta dalam arti yang luas, yaitu ingin, dan karena itu timbul usaha untuk mencapai yang dicintai atau diinginkan itu. Sophia artinya kebijaksanaan, kepandaian, atau pengertian yang mendalam. Secara sederhana, menurut arti harfiahnya, filsafat boleh diartikan: cinta kepada kebijaksanaan.

Berikut definisi filsafat menurut beberapa ahli :

Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).Marcus Tullius Cicero (106 SM - 43SM) politikus dan ahli pidato Romawi, merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir Barat, mengatakan : Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu:

Apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika)Apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika)Sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab oleh agama)Apa itu manusia ( dijawab oleh Antropologi )

b. Komunikasi

Onong Uchjana Effendy mengatakan: Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media)Raymond Ross mengatakan: Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan respons/ makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.Gerald R. Miller mengatakan: Komunikasi terjadi saat satu sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan niat sadar untuk memengaruhi perilaku mereka.Everett M. Rogers mengatakan: Komunikasi adalah proses suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada satu atau banyak penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.Lasswell (1960) mengatakan : Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa? mengatakan apa? dengan saluran apa? kepada siapa? dengan akibat atau hasil apa? (who? says what? in which channel? to whom? with what effect?).

Analisis 5 unsur menurut Lasswell (1960):

Who? (siapa/sumber). Sumber/komunikator adalah pelaku utama/pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi,bisa seorang individu,kelompok,organisasi,maupun suatu negara sebagai komunikator.Says What? (pesan). Apa yang akan disampaikan/dikomunikasikan kepada penerima(komunikan),dari sumber(komunikator)atau isi informasi.Merupakan seperangkat symbol verbal/non verbal yang mewakili perasaan,nilai,gagasan/maksud sumber tadi. Ada 3 komponen pesan yaitu makna,symbol untuk menyampaikan makna,dan bentuk/organisasi pesan.In Which Channel? (saluran/media). Wahana/alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator(sumber) kepada komunikan(penerima) baik secara langsung(tatap muka),maupun tidak langsung(melalui media cetak/elektronik dll).To Whom? (untuk siapa/penerima). Orang/kelompok/organisasi/suatu negara yang menerima pesan dari sumber. Disebut tujuan (destination)/ pendengar (listener) / khalayak (audience) / komunikan / penafsir/ penyandi balik (decoder). With What Effect?(dampak/efek). Dampak/efek yang terjadi pada komunikan (penerima) setelah menerima pesan dari sumber, seperti perubahan sikap, bertambahnya pengetahuan, dll.

PENDAPAT SENDIRI

Sering kita menganggap bahwa setiap ilmu harus ada salah faktor ilmu pendukung lainnya,misalnya ilmu sejarah dengan antropologi,geografi dan fisika begitu pula dengan filsafat tanpa di dukung dengan ilmu komunikasi ilmu filsafat tersebut tidak akan tersampaikan dengan jelas kepada sipenerima pesan yang disampaiakn filsuf tersebut.komunikan harus benar-benar membuat suatu konsep yang jelas dalam hal ini yang akan disampaikan kepada komunikator. Sering kita melupakan bahwa pesan ataupun ilmu yang coba kita sampaikan kepada orang lain kadang-kadang tidak sesuai dengan konteksnya. maka dari itu hubungan filsafat dengan ilmu komunikasi sangat erat karena ketika seseorang berusaha menyampaikan ilmunya dalam hal ini filsafat tidak akan kocar-kacir ataupun bingung dalam menerima ataupun memberi sebuah materi tentang filsafat,karena dengan adanya bantuan ilmu komuniaksi tersebut.

Contoh: Komunikasi antara dosen dengan mahasiswanya. Dosen sebagai komunikator harus memiliki pesan yang jelas yang akan disampaikan kepada mahasiswanya atau komunikan. Setelah itu dosen juga harus menentukan saluran untuk berkomunikasi baik secara langsung(tatap muka) atau tidak langsung(media). Setelah itu dosen harus menyesuaikan topic/diri/tema yang sesuai dengan si komunikan, juga harus menentukan tujuan komunikasi/maksud dari pesan agar terjadi dampak/effect pada diri komunikan sesuai dengan yang diinginkan.

Masih banyak lagi yang kita belum tau bagaiman itu filsafat dan ketika kita tau bagaiman cara menyapaikannya kepada orang lain, maka dari itu kita harus lebih melihat kepada sebab –sebab untuk dapat menyampaikan sesuatu untuk hal-hal yang demikian.filsafat sering dikaitkan dengan kebenaran nah bagaiman kita menyampaikan kebenaran sedangkan tata cara kita berkomunikasi saja kita sering mendapatkan hambatan maka dari itu ilmu komunikasi sangat diperlukan dalam hal ini untuk menyampaikan dan memperbaiki sesuatu yang ada agar kita dapat menyampaikan pesan yang efektif kepada penerima pesan/komunikan.

Filsafat sangat erat dalam kehidupan kita sehari-hari contohnya sekolah, dalam hal ini sekolah merupakan tempat untuk menuntut ilmu dan seiring dengan perkembangannya orang sekolah bukan lagi harus ke sekolah melainkan dengan mengikuti kegiatan tambahan ataupun les merupakan sebuah tuntutan dalam menuntut ilmu hal ini demikian filsafat mampu merubah sesutau terhadap suatu yang biasa dengan adanya tiga asoek yang telah saya sebutkan di pengantar filsafat yakni ontologi,epistemologi,aksiologi. Segala sesuatu yang ada di dunia ini merupakan sebuah kebenaran yang tersembunyi dalam hal ini filsafat merupakan kunci dari segala ilmu yang sangat berkaitan dengan kebenaran yang ada di dunia tersebut. Filsafat dalam mengungkapkan kebenaran harus di tunjang dengan ilmu komunikasi agar dapat mampu untuk meyakinkan dan memperjelas segala sesuatu yang keliru dalam dunia ini.

Sebelum kikta lebih dalam untuk mempelajari tentang kebenaran yang terutama itu kita harus lebih memahami bagaimana itu filsafat dan bagiamana cara kita berkomunikasi dengan sesuatu apa yang ada dalam sudut pandang apapun.

lll.Kebenaran

Kebenaran adalah Sesuatu yang satu atau uniq, tidak berawal dan berakhir tidak memiliki ruang dan waktu.

Dan kebenaran terbagi menjadi tiga bagian yaitu:

Kebenaran subyektif, melibatkan emosi dan keyakinan pengamatnya.Kebenaran objektif mengamati apa adanya tanpa melibatkan emosi pengamatnya.Kebenaran realitas adalah realitas yang berada dibalik pengamatan.

A. Pengertian Kebenaran dan Tingkatannya

Dalam kehidupan manusia, kebenaran adalah fungsi rohaniah. Manusia di dalam kepribadian dan kesadarannya tak mungkin tnapa kebanran.

Berdasarkan scope potensi subjek, maka susunan tingkatan kebenaran itu menjadi :

1. Tingkatan kebenaran indera adalah tingakatan yang paling sederhanan dan pertama yang dialami manusia

2. Tingkatan ilmiah, pengalaman-pengalaman yang didasarkan disamping melalui indara, diolah pula dengan rasio

3. Tingkat filosofis,rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam mengolah kebenaran itu semakin tinggi nilainya

4. Tingkatan religius, kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan yang Maha Esa dan dihayati oleh kepribadian dengan integritas dengan iman dan kepercayaan

Keempat tingkat kebenarna ini berbeda-beda wujud, sifat dan kualitasnya bahkan juga proses dan cara terjadinya, disamping potensi subyek yang menyadarinya. Potensi subyek yang dimaksud disini ialah aspek kepribadian yang menangkap kebenarna itu. Misalnya pada tingkat kebenaran indera, potensi subyek yang menangkapnya ialah panca indra.

Kebenaran itu ialah fungsi kejiwaan, fungsi rohaniah. Manusia selalu mencari kebanran itu, membina dan menyempurnakannya sejalan dengan kematangan kepribadiannya.

Ukuran Kebenarannya :– Berfikir merupakan suatu aktifitas manusia untuk menemukan kebenaran– Apa yang disebut benar oleh seseorang belum tentu benar bagi orang lain

– Oleh karena itu diperlukan suatu ukuran atau kriteria kebenaran

Jenis-jenis Kebenaran :

1. Kebenaran Epistemologi (berkaitan dengan pengetahuan)

2. Kebenaran ontologis (berkaitan dengan sesuatu yang ada/ diadakan)

3. Kebenaran semantis (berkaitan dengan bahasa dan tutur kata)

Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk melaksankan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenran, tanpa melaksankan konflik kebenaran, manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan manusia sesuatu yang dilakukan harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya dan manusia juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana selalu ditunjukkan oleh kebanaran.

Kebenaran agama yang ditangkap dengan seluruh kepribadian, terutama oleh budi nurani merupakan puncak kesadaran manusia. Hal ini bukan saja karena sumber kebnarna itu bersal dari Tuhan Yang Maha Esa supernatural melainkan juga karena yang menerima kebenaran ini adalah satu subyek dengna integritas kepribadian. Nilai kebenaran agama menduduki status tertinggi karena wujud kebenaran ini ditangkap oleh integritas kepribadian. Seluruh tingkat pengalaman, yakni pengalaman ilmiah, dan pengalaman filosofis terhimpun pada puncak kesadaran religius yang dimana di dalam kebenaran ini mengandung tujuan hidup manusia dan sangat berarti untuk dijalankan oleh manusia.

B. Teori-Teori Kebenaran Menurut Filsafat

1. Teori Corespondence

Masalah kebenaran menurut teori ini hanyalah perbandingan antara realita oyek (informasi, fakta, peristiwa, pendapat) dengan apa yang ditangkap oleh subjek (ide, kesan). Jika ide atau kesan yang dihayati subjek (pribadi) sesuai dengan kenyataan, realita, objek, maka sesuatu itu benar.

2.Teori korispodensi (corespondence theory of truth) ï‚® menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu kedaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut.

3.Kebenaran adalah kesesuaian pernyataan dengan fakta, yang berselaran dengan realitas yang serasi dengan sitasi aktual. Dengan demikian ada lima unsur yang perlu yaitu :

1. Statemaent (pernyataan)

2. Persesuaian (agreemant)

3. Situasi (situation)

4. Kenyataan (realitas)

5. Putusan (judgements)

Kebenaran adalah fidelity to objektive reality (kesesuaian pikiran dengan kenyataan). Teori ini dianut oleh aliran realis. Pelopornya plato, aristotels dan moore dikembangkan lebih lanjut oleh Ibnu Sina, Thomas Aquinas di abad skolatik, serta oleh Berrand Russel pada abad moderen.

Agama sebagai teori kebenaran

Ketiga teori kebenaran sebelumnya menggunakan alat, budi,fakta, realitas dan kegunaan sebagai landasannya. Dalam teori kebanran agama digunakan wahyu yang bersumber dari Tuhan. Sebagai makluk pencari kebeanran, manusia dan mencari dan menemukan kebenaran melalui agama. Dengan demikian, sesuatu dianggap benar bila sesuai dan koheren dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak.agama dengan kitab suci dan haditsnya dapat memberikan jawaban atas segala persoalan manusia, termasuk kebenaran.

Menurut saya Bahwa kebanran itu sangat ditentukan oleh potensi subyek kemudian pula tingkatan validitas. Kebanran ditentukan oleh potensi subyek yang berperanan di dalam penghayatan atas sesuatu itu.Bahwa kebenaran itu adalah perwujudan dari pemahaman (comprehension) subjek tentang sesuatu terutama yang bersumber dari sesuatu yang diluar subyek itu realita, perisitwa, nilai-nilai (norma dan hukum) yang bersifat umum.Bahwa kebenaran itu ada yang relatif terbatas, ada pula yang umum. Bahkan ada pula yang mutlak, abadi dan universal. Wujud kebenaran itu ada yang berupa penghayatan lahiriah, jasmaniah, indera, ada yang berupa ide-ide yang merupkan pemahaman potensi subjek (mental,r asio, intelektual).Bahwa substansi kebenaran adalah di dalam antaraksi kepribadian manusia dengan alam semesta. Tingkat wujud kebenaran ditentukan oleh potensi subjek yang menjangkaunya.Semua teori kebanrna itu ada dan dipraktekkan manusia di dalam kehidupan nyata. Yang mana masing-masing mempunyai nilai di dalam kehidupan manusia.Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Banyak cara telah ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atauempiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang terkadang melampaui penalaran rasional, kejadian-kejadianyang berlaku di alam itu dapat dimengerti.Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan-tingkatan dalam hal menangkap kebenaran. Setiap tingkat pengetahuan dalam struktur tersebut menunjukkan tingkat kebenaran yang berbeda.Pengetahuan inderawi merupakan struktur yang terendah. Tingkat pengetahuan yanglebih tinggi adalah pengetahuan rasional dan intuitif. Tingkat yang lebih rendah menangkap kebenaran secara tidak lengkap, tidak terstruktur, dan pada umumnya kabur, khususnya pada pengetahuan inderawi dan naluri. Oleh sebabitulah pengetahuan ini harus dilengkapi dengan pengetahuan yang lebih tinggi.Pada tingkat pengetahuan rasional-ilmiah, manusia melakukan penataan pengetahuannya agar terstruktur dengan jelas.

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong