Gorontalo – baru - baru ini telah terjadi longsor di desa olele kemarin tanggal 4 mei 2017. Akibat longsor ini telah terjadi kemacetan yang berkepanjangan karena jalanan yang tertimbun oleh longsor tersebut.

Syukurlah tidak ada korban yang terluka dalam kejadian ini karena longsor terjadi berjauhan dengan pemukiman warga.

Sekitar satu jam kemudian eskapator datang untuk mengeluarkan tanah yang berada di jalanan. Sekitar 30 menit akhirnya eskapator bisa mengeluarkan tanah – tanah dari jalanan dan aktivitas pun mulai berjalan dengan lancar.

Baru-baru ini media dikejutkan oleh Ransomware WannaCry . Ransomware adalah jenis perangkat perusak yang dirancang untuk menghalangi akses kepada sistem komputer atau data hingga tebusan dibayar.

Jenis yang sederhana bekerja dengan mengunci sistem dengan cara yang tidak sulit untuk ditangani oleh orang yang ahli, sedangkan jenis yang lebih canggih akan mengenkripsi berkas sehingga tidak dapat diakses. WannaCry ransomware ini dikenal juga dengan sebutan 'Wana Decrypt0r,' 'WannaCryptor' atau 'WCRY'. Seperti halnya ransomware lain, WannaCry juga memblokir akses terhadap komputer maupun file dan korban harus membayar $300 untuk dapat kembali mendapat akses terhadap komputer.

Dan Ransomware ini sudah menyebar luas hingga ke Gorontalo, virus ini sangat merugikan karena dapat menyebabkan gangguan akses ke data-data yang penting dan lebih merugikan lagi jika virus ini sampai di peralatan-peralatan milik suatu institusi yang memiliki catatan penting di dalamnya. Contohnya seperti yang dialami oleh salah satu Rumah sakit swasta di Gorontalo yang terjadi pada hari minggu (14/5) malam.

Akibatnya, data rumah sakit itu dilaporkan corrupt atau rusak. Untungnya insiden ini tak membuat pelayanan rumah sakit terganggu. Salah satu staf di rumah sakit yang enggan disebutkan namanya itu mengatakan bahwa walaupun ada komputer mereka yang terkena virus tersebut namun hal itu tidak memengaruhi kinerja pelayanan mereka hanya saja proses administrasi dapat terganggu karena serangan virus tersebut.

KABILA – Padi milik petani yang “mengerdil” perlu perhatian serius dari pemerintah.
Seperti yang terjadi di Desa Huluotamo, Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango (Bonbol). Tidak kurang dari 2 hektar tanaman padi sawah di kawasan itu rusak diserang oleh hama.
Sayangnya lokasi persawahan yang rusak parah tersebut tak jauh dari lokasi destinasi yaitu Danau perintis. Kerugian itupun membuat para petani disana berpikir dua kali untuk kembali menggarap sawah.

Menurut petani lokal disana serangan Hama akar padi atau lebih sering dikenal sebagai Hama To’o sudah seringkali menyerang padi di areal persawahan tersebut yang berarti hal ini bukanlah yang pertama kali terjadi.

Kendati demikian para petani juga telah berupaya semaksimal mereka untuk memberikan pestisida, namun sayangnya hal itu masih belum cukup untuk mengusir hama. Hal ini dipertegas oleh Pak Haryono petani lokal yang menjadi korban keganasan Hama Akar Padi.
Pak Haryono pun hanya dapat berharap agar hal ini dapat menjadi perhatian dari pemerintah Kabupaten Bone Bolango sehingga bisa turun membantu warga dalam mengatasi serangan hama. “Kalau begini terus, kita bisa gagal panen,” pungkasnya.