Main Cantik
Main Cantik
Dengarin gitar sambil nongkrong di Warkop dengan di temani secangkir kopi susu yang hangat adalah suasana yang paling asik untuk menulis sebuah artikel. dan suasana di depan warkop adalah sebuah pemandangan yang menuntut saya untuk menulis artikel ini. Why? karena saya perna mengalami kejadian yang terjadi di hadapan saya, yang saya ingin tidak akan pernah terjadi ke dua kalinya di dalam hidup saya. dan pasti kalianpun tidak ingin kejadian ini terjadi di dalam hidup kalian. yaitu kejadian di saat kena tilang dari polisi lalulintas yang melekukan rajia kendaraan bermotor.
Dengan artikel ini saya akan menuangkan semua isi hati pada saat saya terkena tilang. kaya orang mau menulis artikel untuk pacar saja, menuangkan isi hati, padahal jomblo, Hehe. Memang begitu, pembaca harus di buat seperti pacar agar tidak ada kebohongan hehe. Sebelum itu saya memohon maaf kepada semua pihak yang terkait dengan cerita pada artikel ini. Tapi memang seharunya saya harus menceritakan , agar supaya tidak terjadi lagi peristiwa seperti ini.
Saya adalah seorang mahasiswa yang kuliah di Universitas Negeri Gorontalo yang mengambil jurusan Ilmu Komuniksai. ketika itu saya nongkrong dengan teman-teman kuliah, merencenakan sesuatu apa yang akan kita lakukan pada hari sabtu, karena libur. Dan ada Teman saya mengajak kelas kami untuk bermain futsal melawan teman-teman alumninya pada malam minggu. Dan kami pun menerimanya. Singkat cerita tiba waktu malam minggu.
Ketika mau pergi ke futsal, saya mengajak sepupu saya untuk bermain futsal, dan kami pergi menaiki motornya. Pada saat mau berangkat kami tidak menggunakan helem, tidak pakai kaca sepion dan lebih para lagi tidak memiliki SIM. Saya mengingatkan untuk melengkapi motornya agar tidak terkena tilang, karena malam minggu pasti ada polantas yang sedang bertugas, tapi dia hanya berkata ‘‘jangan takut,kita pelen-pelan dan hati-hati untuk menghindari tilang’’. Saya pun ikut maunya, motor,motornya dia. Kami pun berangkat dengan hati-hati.
Jarak rumah saya ketempat futsal sekitar 5 km, di jalan kami sangat hati-hati, pertama di tempat yang sering menjadi tempat oprasi oleh satlantas ternyata tidak ada rajia, begitupun tempat yang ke dua juga tidak ada oprasi oleh satlantas. dan disitu kami berpikir bahwa perjalan akan lancar-lancar saja, dan kamipun ngebut menuju ke lapangan futsall. Tapi dan tapi, di tempat yang kami tidak duga akan ada rajia ternyata ada satlantas yang sedang melakukan rajia. Sepupu saya langsung menghentikan motornya di samping warung martabak, untuk menghindari oprasi itu kami berpura-pura mau membeli martabak , tapi gagal karena polisi itu melihat kami tidak menggunakan helem dan polisi itu langsung mendekati kami.
Kemudian langsung mengambil kunci motor, dan memanggil kami untuk duduk bersama, dan polisi itu lalu melontarkan beberapa pertanyaan, kenapa tidak menggunakan helem dan kaca sepion, kami menjawap lupa menggunakanya, dan dia bertanya lagi kalau sepupu saya suda punya SIM dan sepupu saya juga tidak punya SIM, dan akhirnya kami di beri denda atas pelanggaran kami, pertama tidak ada kaca sepion,tidak pakai helem karena kami berdua dua tidak pakai helem maka sangsinya doble. dan di tambah lagi tidak memiliki SIM. Memang terasa lengkap penderitaan. satu pelanggaran di denda dengan uang 250.000 karna pelanggaran kami ada empat maka totalnya 1.000.000.
Ketika polisi itu mengeluarkan surat tilang dan kami di suru ikut Sidang, sepupu saya tidak mau dan meminta polisi itu untuk mengurus pelanggaran kami di tempat itu (menyogok). tapi polisi tidak mau dan memaksa kami untuk ikut kekantor dan menahan STNK sepupu saya. kami pun tidak mau, dan terus membujuk polisi itu untuk melakukan pengurusan pelanggaran kami di tempat itu saja. Polisi itu bertanya kalau kami seorang pelajar siswa, sepupu saya menjawab iya, tapi saya hanya diam karena saya seorang mahasiswa, saya berpikir kalau kami masi pelajar maka kami tidak akan di tilang dan hanya akan dierikan hukuman pus up kepada kami. Ternyata tidak, dan polisi itu menjelaskan bahwa kami harus di tilang.
Karena sepupu saya masi siswa maka kami meminta keringanan untuk denda pelanggaran kami. Tapi dia tetap tidak mau, dan menjelaskan kepada kami soal tilang menilang. kami paham tapi karna kami ingin mengambil jalan aman dan ingin segera pergi ke lapangan futsall. maka kami terus memohon dan meminta keringanan kepada polisi itu, dan akhirnya polisi itu setuju dan mengatakan ‘‘pelanggaran kalian ada empat dan jumlahnya 1.000.000, maka saya ringankan dengan hanya memberikan satu pelanggaran yaitu tidak punya SIM dan membayar 250.000’’. tapi kami tidak membawa uang 250.000 dan hanya membawa uang 100.000, lalu meminta lagi keringanan, setelah beberapa menit berdiskusi akhirnya kesepakatannya menjadi 150.000. saya meminjam uang 50.000 kepada teman saya yang ada di lapangan futsall.
Kenapa menjadi 150.000, begini ceritanya, ketika kami mengatakan uang kami hanya 150.000 polisi itu mengatakan bahwa permintaan keringanan kalian terlalu sedikit, dan beralasan kalau nantinya kami hanya membayar 100.000 maka dia yang akan menambah uang kami untuk menjadi 250.000 untuk di setorkan ke kantor. Tapi apa memang betul dia akan menambahkan dan menyetorkan uang itu atau malah uang itu masuk ke dalam kantongnya pribadi, Sebenarnya saya ingin sekali berdabat dengan polisi itu di tambah lagi ketika ada pengemudi lainya lewat tidak mengunakan helem polisi itu malah tidak menahan pengendara itu malah hanya membiarkan lewat begitu saja. tapi karena kami ingin bermain futsall. Maka kami cari jalan aman saja dan hanya membiarkan dan tidak memprotes polisi itu.
Ketika saya mau menyerahkan uangnya polisi itu tidak menerimanya, katanya jangan di serahkan di sini nanti di lihat oleh orang sekitar dan polisi itu menyuruh untuk menyerahkan uang itu di tempat lain, kami di suruh bertemu denganya di muka bank, yang kira-kira 250m dari tempat itu. dan lucunya lagi polisi itu menyuruh kami menaruh uang itu di dalam pembungkus roko agar tidak ketahuan oleh orang sekitar. Setelah beberapa menit kemudian kami menuju ke tempat itu. Sesampainya di sana anehnya ternyata ada polisi lain juga di tempat itu yang sedang bertugas dan sementara berbica dengan polisi yang menilang kami, apakah polisi lain itu sudah tau atau ada perbincangan sedikit, tapi katanya jangan sampai di lihat oleh orang lain, hehe. Ketika bertemu dengan polisi itu, sebelum kami menyerahkan uang itu dia sedikit menjelaskan kepada kami agar lain kali jika berkenderaan harus melengkapi kendaraan dan membawa SIM dan jangan lagi melanggar peraturan. Memang lucu, sebenarnya siapa sih yang melanggar peraturan, polisi itu atau kami? Haha. Dan setelah itu kami memberikan pembungkus roko yang terisi uang itu kepadanya. dan akhirnya STNK teman saya di berikan kepada kami. dan ketika kami pergi polisi itu juga pergi dan senyum kepada kami.
Menurut kalian jika kalian di posisi saya apa yang kalian akan lakukan? senang dengan polisi itu atau malahan tidak setuju dengan polisi itu. Tapi menurut saya polisi tidak seharunya melakukan hal seperti itu karena itu tidak sesuai dengan aturan tapi di saat terdesak hehehe mungkin bisa membantu. intinya semua orang memiliki hak tapi, hak kita di batasi oleh hak orang lain. Terima kasih.
Kategori
- Masih Kosong
Blogroll
- Masih Kosong