Feature Penghasilan lebih dari sekedar penghasilan ( Bentor)
Nama : Hestin Abdul
Nim : 291416081
Kelas : Komunikasi C Semester I
Alat transportasi yang satu ini banyak ditemui di Kota Gorontalo, wujudnya mirip becak berpadu dengan sepeda motor, alat transportasi ini sangat unik dengan keunikannya bisa membuat bentor menjadi incaran wisatawan yang berkunjung ke Gorontalo. Keunikan bentuknya tak lepas dari keahlian para pengrajin bentor, berbica tentang keahlian para pengrajin, saya menghampiri sebuah bengkel di desa Lawonu Kecamatan Tilango Kab, Gorontalo salah satunya adalah pak Budianto, sejak tujuh puluan ia membuat tempat duduk bentor bahan bakunya adalah besi dan berbagai jenis kayu, tak lupa interiornya seperti sandaran kursi dan penutupnya, tak lupa pula bentor harus di cat berwarna-warni agar bisa menambah keindahannya , dalam sehari para pengrajin budi mampu menyelesaikan sepuluh pesanan bentor, satu unit dijual dengan harga berpariasi tergantung tingkat pesanaan dan bahan bakunya.
Tak lepas dari itu, saya melanjutkan perjalan setelah bertanya-tanya di bengkel tersebut, Saya berjalan dan memikirkan apakah pendapat masyarakat sekitar tentang adanya alat trasportasi berupa bentor ini, tiba-tiba ada salah seorang siswa yang berdiri di dekat jalan yang menengok kekanan dan kekiri, sepertinya ia sedang menunggu sesuatu, saya menghampirinya dan bertanya apa yang sedang ia lakukan, ia menjawab bahwa ia ingin pulang dan sedang mencari bentor, sebut namanya Tika saya bertanya lagi apa si pendapatnya tentang alat transportasi yang satu ini, ia berkata bentor sangat susah di cari kalau rumah sangat jauh, apalagi kalau cuman berdiri sendiri tak ada teman” maka semakin susah untuk mencari, selain itu ketika kita terburu” dan sedang menaiki bentor tapi bentor itu sangat lambat aku ingin turun dan ingin menaiki angkutan, dan berbicara tentang harga sering kali aku berdebat dengan abang bentor karena aku hanya pergi sekitar 200 M sudah di mintai uang sebesar Rp 10.000 hal itu menyebabkan jajanku berkurang dan karena itu aku tidak lagi mendengarkan abang bentor, aku langsung membayar dengan keinginanku sendiri. “Oh, begitu. Ya, makasih ya, de,” sahutku sambil tersenyum dan sedikit tertawa. “Iya, sama-sama.,” jawabnya.
Ternyata dari awal seorang siswa yang bernama tika ini, ia banyak mengeluh karena menurutnya menaiki bentor adalah hal yang menyebalkan. Tetapi tidak ada pilihan lain ia pergi dan pulang sekolah harus menaiki bentor berhubung rumahnya ada di dalam pedesaan tidak dekat dengan jalan raya yang banyak angkutan umum lewat. Setelah saya mendengar pendapatnya saya ingin mewawancara pembawa bentor tentang hal-hal yang dikatakan tika pada saat ia sedang menunggu bentor, saya menghampiri bentor yang berada di depan Universitas Negeri Gorontalo sebut namanya yanto atau nama lengkapnya Yanto Hunawa ia berumur 20 tahun ia membawa bentor sudah lebih dari 2 tahun saya bertanya kepada pak yanto, kenapa ia mengantar penumpang hanya dengan jarak 200 M meminta harga yang sangat mahal yaitu dengan harga Rp 10.000 bapak itu berkata bahwa itu benar karena kami pembawa bentor harus mengisi bensin dan memberabaiki mesin yang tiba-tiba rusak belum lagi harus memberi makan anak istri yang ada di rumah dan yang sedang bersekolah. Berbicara tentang penghasilan pak yanto berkata bahwa dalam sehari ia bisa mendapatkan penghasilan Rp 70.000 kalau lagi sepi tapi kalau lagi rame ia bisa mendapatkan penghasilan Rp 100.000 . belum lagi ada yang menyewa bentornya untuk pergi belanja atau jalan-jalan dalam sehari bisa mendapatkan penghasilan Rp 150.000.