Ilham Tulang Punggung Keluarga

11 December 2016 16:00:54 Dibaca : 97

   Terliat dari seorang anak yang wajahnya amat polos, badanya munggil dan tenaganya yang masih terbatas namun semangat hidupya luar biasa. Itulah dia seoarng anak yang bernama ilham usianya 9 tahun dan masih duduk di bangku sekolah dasar harus menjadi tulang punggung keluarga karena ayahnya telah pergi meninggalkan mereka.
  

   Ilham memiliki seorang adik yang usinya 6 tahun yang sedang menempuh pendidikan di sekolah dasar. Sedangkan ibunya hanya menjadi buruh cuci dari rumah satu ke rumah lainya. Dengan keluarga yang amatlah sederhanya ia harus membantu kebutuhan ekonomi keluarganya terutama kelanjutan kebutuhan sekolah adiknya dan dirinya sendiri.
  

   Dimulai dari keseharianya ilham dan adiknya harus berangkat ke sekolah pukul 07.00 pagi untuk menuntut ilmu dengan semangat yang luar biasa. Setelah pukul 12.00 siang sekolahnya pun selesai dan ia bergegas segerah pulang ke rumah untuk membantu ibunya. Ilham bekerja berjualan batata, tetapi batata tersebut bukan miliknya melaikan milik seoarang tetangganya.
  

   ilham berjualan batata tidak hanya sendirian tetapi bersama anak-anak lainya. Mereka berjualan batata tersebut jauh dari sekitaran tempat tinggal mereka yang berada di kecamatan isimu, Melaikan mereka berjualan di kota. Ilham dan teman temanya hanya diantar oleh tetangga pemilik batata tersebut dan di turunkan di telaga, Lalu mereka berpencar untuk menjual batata tersebut.

   Sore itu matahari sudah mulai terbenam menadakan langit akan bergantikan malam. Saat itu saya, keponakan dan ibu saya sedang duduk di teras rumah terlihat seorang anak kecil dengan keranjang di atas kepalanya datang menghampiri kami “Assalamualaikum, tante batata.” Itulah yang diucapkan ilham saat menawarkan daganganya di rumah saya.  

   Saat itu terlihat batata daganganya masih tersisa 3 kantong plastik kecil. Ia menjualnya seharga Rp.5000 1 kantog plastik kecil. Lalu ia menawarkannya seharga Rp.10.000 3 kantong plastiK kecil, ia mengatakan jika daganganya tidak habis terjual ia tidak akan di antar pulang oleh pemilik batata tersebut, sebaliknya jika batata dagangnya telah habis terjual ilham hanya mendapatkan upah Rp15.000 dari 10 kantong kecil batata, ia mengatakan uang yang telah ia dapatkannya akan ditabung di sebuah celengan kecil miliknya
  

   Akhirnya ibu saya membeli daganganya seharga Rp15.000 dan menambahkan uang jajan untuknya Rp. 20.000. setelah mendengan suara adzan magrib ilham permisi untuk segera pulang, tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih pada saya dan ibu saya saat itu.
  

   Dari cerita di atas kita bisa simpulkan bahwa perjuangan seorang anak yang usianya masih cukup belia harus menjadi tulang punggung keluarga saat ayahnya memilih untuk pergi meninggalkan mereka. ilham yang seharusnya bermain bersama teman-temanya merelakan semua itu hanya untuk membantu kehidupan keluarga kecilnya.