ARSIP BULANAN : January 2025

Tokoh Ggehijab kembali menjadi sorotan dengan promo 12.12 yang menghebohkan. Menariknya, tak hanya menjual hijab, toko ini menawarkan berbagai produk lainnya seperti skincare, alat kecantikan, kemeja, tas, jam tangan, dan masih banyak lagi. Promo besar-besaran dengan diskon hingga 80% sukses menarik perhatian remaja, terutama kaum wanita untuk berburu barang impian mereka.

Banyak pembeli dengan mayoritas remaja wanita yang ingin tampil fashionable dan glowing. Tak hanya pelanggan setia Ggehijab, tidak sedikit juga pembeli baru yang ikut meramaikan promo ini setelah melihat ulasan positif dan promosi menarik di media sosial melalui akun instagram @ggehijabstore. Promo berlangsung di seluruh cabang fisik Toko Ggehijab, dengan tiga cabang yang terdapat di Gorontalo, pelanggan harus  mendatangi toko untuk mendapatkan produk incaran mereka.

Tawaran spesial ini hanya berlaku mulai tanggal 12-15 desember, dan buka setiap hari mulai pukul 09.00-22.00. Salah seorang pelanggan, Kyla, mengungkapkan, "Saya sengaja datang pukul 13.00 karena biasanya di jam seperti ini tidak terlalu padat pembeli, meskipun suasana tetap ramai. Jadi lebih nyaman untuk memilih produk yang saya inginkan". Dengan waktu yang cukup terbatas, banyak pelanggan memanfaatkan momen ini untuk belanja produk berkualitas dengan harga yang lebih murah.

"Karena promo ini hanya berlaku di gerai fisik, pelanggan cukup datang Langsung ke cabang Ggehijab terdekat, mereka bisa memilih produk yang diinginkan dengan harga spesial tanpa syarat pembelian yang rumit" ujar Nurafni, salah satu pelanggan setia GgeHijab.

Promo 12.12 dari Ggehijab sukses menjadi momen spesial bagi para remaja wanita yang ingin tampil stylish dan merawat diri dengan harga terjangkau. Dengan produk yang lengkap, kualitas terjamin, dan diskon besar-besaran, Ggehijab semakin memperkuat posisinya sebagai destinasi belanja favorit. Bagi Anda yang belum sempat berkunjung, pastikan untuk tidak melewatkan kesempatan menarik di promo berikutnya!

Kesetaraan Gender: Mimpi yang Harus Diperjuangkan

02 January 2025 09:58:57 Dibaca : 13

Kesetaraan gender mungkin terdengar seperti topik yang besar, berat, dan sulit dicapai. Namun, jika kita melihat lebih dekat, kesetaraan gender adalah hak dasar yang seharusnya dimiliki setiap individu, tanpa memandang jenis kelamin. Di dunia yang semakin maju ini, seharusnya tidak ada ruang untuk diskriminasi berdasarkan gender. Namun, kenyataannya, banyak orang masih menghadapi hambatan besar hanya karena mereka terlahir sebagai perempuan, laki-laki, atau bahkan di luar dua kategori tersebut. Sebagai mahasiswa yang baru mengenal berbagai konsep sosial, saya merasa kesetaraan gender bukan hanya tentang perempuan mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki. Tapi lebih dari itu, ini adalah perjuangan untuk memastikan semua orang memiliki kesempatan yang adil untuk hidup dengan bermartabat, mendapatkan pendidikan, bekerja, dan berkontribusi di masyarakat.

Apa Itu Kesetaraan Gender? Kesetaraan gender, secara sederhana, berarti laki-laki dan perempuan memiliki hak, tanggung jawab, dan peluang yang sama di segala bidang kehidupan. Ini mencakup pendidikan, pekerjaan, politik, dan bahkan dalam urusan rumah tangga. Kesetaraan gender bukan berarti menyamakan segalanya secara harfiah, tetapi memastikan bahwa perbedaan gender tidak menjadi alasan untuk ketidakadilan. Namun, di masyarakat kita, konsep ini sering kali di salah pahami. Ada yang menganggap bahwa kesetaraan gender berarti perempuan ingin mengambil alih posisi laki-laki, atau sebaliknya. Padahal, yang dimaksud adalah memberikan akses yang sama tanpa bias gender, sehingga setiap orang dapat mencapai potensinya.

Ketidaksetaraan Gender di Sekitar Kita. Meskipun sudah banyak kemajuan dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, kita tidak bisa memungkiri bahwa ketidaksetaraan gender masih terjadi di sekitar kita. Contoh sederhananya ada dalam keluarga. Banyak anak perempuan yang masih dipaksa untuk menikah muda hanya karena dianggap sebagai “beban keluarga.” Padahal, mereka mungkin memiliki mimpi besar untuk melanjutkan pendidikan atau mengejar karier. Di tempat kerja, ketidaksetaraan gender juga terlihat jelas. Banyak perempuan yang dibayar lebih rendah dibandingkan laki-laki, meskipun mereka melakukan pekerjaan yang sama. Selain itu, masih banyak yang menganggap bahwa posisi kepemimpinan hanya cocok untuk laki-laki, sementara perempuan sering dianggap kurang kompeten dalam mengambil keputusan besar.

Ketidaksetaraan gender tidak hanya dialami perempuan. Laki-laki juga sering kali dibebani oleh ekspektasi sosial yang tinggi. Mereka diharapkan untuk menjadi tulang punggung keluarga, kuat secara fisik dan emosional, serta tidak boleh menunjukkan kelemahan. Hal ini membuat banyak laki-laki merasa tertekan dan sulit mengekspresikan diri mereka secara bebas. Pentingnya pemahaman dan edukasi dalam mencapai kesetaraan gender sangat diperlukan. Salah satu cara paling efektif untuk mencapai kesetaraan gender adalah melalui pendidikan. Pendidikan bukan hanya tentang belajar di sekolah, tetapi juga melibatkan pembelajaran nilai-nilai sosial, termasuk tentang pentingnya menghargai perbedaan dan kesetaraan. Ketika anak-anak diajarkan sejak dini bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama berharga, mereka akan tumbuh menjadi individu yang menghormati satu sama lain. Mereka akan belajar untuk bekerja sama, bukan bersaing berdasarkan gender. Selain itu, pendidikan juga memberikan peluang yang lebih besar bagi perempuan untuk keluar dari lingkaran kemiskinan dan ketergantungan. Dengan pendidikan, perempuan bisa mendapatkan pekerjaan yang layak, mandiri secara finansial, dan berkontribusi bagi masyarakat.

Kesetaraan Gender dan Media. Media memiliki peran besar dalam membentuk pandangan masyarakat tentang gender. Sayangnya, media sering kali memperkuat asumsi gender yang merugikan. Contohnya, iklan-iklan yang menunjukkan perempuan hanya cocok mengurus rumah tangga, sementara laki-laki digambarkan sebagai pekerja keras yang mencari nafkah. Namun, media juga bisa menjadi alat yang kuat untuk mempromosikan kesetaraan gender. Misalnya, dengan menampilkan tokoh perempuan yang sukses di berbagai bidang, atau laki-laki yang aktif dalam peran domestik. Hal ini dapat menginspirasi masyarakat untuk melihat bahwa gender bukanlah penghalang untuk mencapai sesuatu.

Apa yang Bisa Kita Lakukan? Sebagai mahasiswa, mungkin kita merasa sulit untuk membuat perubahan besar dalam hal kesetaraan gender. Namun, perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil. Kita bisa mulai dari lingkungan sekitar, seperti mendukung teman-teman kita yang ingin mengejar mimpinya, tanpa peduli apakah mereka laki-laki atau perempuan. Selain itu, kita juga bisa memperjuangkan kesetaraan gender dengan melawan stigma yang ada. Misalnya, jika ada teman perempuan yang ingin mengambil jurusan teknik atau teman laki-laki yang ingin menjadi perawat, kita harus mendukung mereka, bukan mengejek atau meremehkan. Hal lain yang bisa kita lakukan adalah dengan aktif mengedukasi diri sendiri dan orang lain tentang pentingnya kesetaraan gender. Media sosial adalah platform yang bagus untuk menyebarkan informasi ini. Dengan menyuarakan pendapat kita, kita bisa membantu membuka mata masyarakat tentang pentingnya hak yang setara bagi semua orang.

Kesetaraan gender bukanlah sesuatu yang bisa dicapai dalam semalam. Ini adalah proses panjang yang membutuhkan kerja keras, kesabaran, dan kerjasama dari semua pihak. Namun, sebagai generasi muda, kita memiliki peran besar untuk mendorong perubahan. Kesetaraan gender bukan hanya tentang memberi perempuan hak yang sama, tetapi juga tentang membebaskan laki-laki dari ekspektasi sosial yang tidak adil. Ini adalah tentang menciptakan dunia di mana semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk meraih mimpi mereka, tanpa harus dibatasi oleh gender. Sebagai mahasiswa semester 1, saya sadar bahwa pemahaman saya tentang topik ini masih sangat terbatas. Namun, saya percaya bahwa langkah kecil saya baik melalui tulisan, diskusi, atau tindakan sehari-hari bisa menjadi bagian dari perubahan besar menuju kesetaraan gender. Mari kita bersama-sama memperjuangkannya, karena dunia yang adil adalah dunia yang kita semua inginkan.

Pintar Itu Luas : Lebih dari Sekedar Nilai Akademik

02 January 2025 09:49:41 Dibaca : 13

Kata "Pintar" sering dikaitkan dengan nilai akademik, gelar pendidikan, atau penghargaan dalam lomba. Pandangan ini sudah lama tertanam dalam pola pikir masyarakat, sehingga banyak orang terutama anak-anak dan remaja merasa rendah diri karena tidak memiliki kemampuan dalam hal tersebut. Bahkan sejak kita duduk di bangku sekolah dasar, kata "Pintar" seakan-akan hanya pantas disandingkan dengan mereka yang berhasil meraih juara kelas, ahli dalam matematika dan memenangkan olimpiade sains antar sekolah. Namun benarkah pintar hanya sebatas kemampuan akademik? Dalam kehidupan yang kompleks ini, definisi pintar seharusnya jauh lebih luas serta dapat mencakup berbagai aspek kehidupan manusia.

Tentu saja, pintar dalam bidang akademik adalah hal yang cukup penting. Kita semua pastinya ingin sukses di dunia pendidikan dengan memperoleh nilai yang memuaskan. Tapi tidak semua orang bisa unggul di akademik dan itu bukanlah sebuah masalah yang besar. Sang ahli matematika Jerome Pollin belum tentu sehebat Marselino Ferdinan dalam bermain sepak bola. Begitupun kemampuan Stephen Hawking dalam fisika tidak berarti membuatnya lebih pintar dari Bill Gates dalam pemrograman. Kejadian kecil yang mirip dengan hal semacam itu sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Bukti nyatanya adalah ada beberapa siswa di sekolah yang tidak terlalu menonjol di kelas, tetapi mereka memiliki bakat dalam seni dan olahraga. Ada juga terlihat seperti tidak memiliki kelebihan tapi mampu berinteraksi dengan baik meskipun di tempat yang ramai. Bahkan ada yang terlihat pendiam tapi tangannya mampu menciptakan tulisan dan lukisan indah. Tentu saja, semua ini adalah bentuk kepintaran yang patut untuk di apresiasi.

Di dunia yang begitu luas ini, kita sepatutnya juga membuka pandangan selebar mungkin. Setiap orang mempunyai kelebihan masing-masing dan hal itulah yang membuat kita menjadi istimewa. Sejatinya kepintaran tidak selalu tentang akademik. Pintar adalah tentang bagaimana kita memahami dunia, menghadapi tantangan, dan memberikan yang terbaik dari diri kita. Mungkin kita seringkali minder ketika mendapatkan nilai yang jauh dari kata sempurna, sehingga tanpa kita sadari, kita mempunyai keunggulan dalam hal lain yang tidak semua orang memilikinya.

Setiap orang memiliki cara unik untuk menunjukkan kecerdasannya, baik melalui logika, emosi, kreativitas, atau keahlian hidup. Dengan memahami bahwa pintar iru beragam, kita bisa lebih menghargai perbedaan dan mendorong setiap orang untuk mengembangkan potensinya. Pada akhirnya, pintar bukan hanya tentang menjadi yang terbaik, tetapi juga tentang memberi manfaat kepada diri sendiri dan orang lain. Mari kita tanamkan prinsip yang luar biasa dengan cara memperluas definisi pintar, menghargai semua bentuk kecerdasan yang ada di sekitar kita, dan menyadari bahwa dunia butuh banyak kepintaran, bukan hanya satu.

"Marriage Is Scary"

02 January 2025 09:41:42 Dibaca : 31

Akhir-akhir ini ramai di perbincangkan di media sosial tentang tren "Pernikahan itu Menakutkan" atau "Marriage Is Scary". Bahkan banyak wanita berusia siap menikah juga ikut mengikuti tren tersebut. Biasanya mereka menulis tentang hal yang mereka takuti setelah pernikahan. Contohnya "Marriage Is Scary, bagaimana kalau dia (pasangan) tidak mengizinkan saya untuk bekerja setelah menikah". Mereka menulis berbagai macam alasan mulai dari takut akan prinsip hidup yang berbeda, terjadinya perselingkuhan dan yang paling parahnya adalah takut menjadi salah satu korban KDRT.

Beberapa influencer ternama di Indonesia juga mengalami masalah dalam pernikahan. Contohnya seperti Cut Intan Nabila yang sempat viral di sosial media setelah membagikan video cctv, Cut Intan menjadikan video itu sebagai bukti terjadinya KDRT dalam rumah tangganya, kemudian di bagikan di akun Instagram pribadinya sehingga membuat warganet heboh dan geram. Hal ini tentu saja memicu banyak orang terutama perempuan semakin takut untuk menikah.

Takut akan pernikahan itu wajar, karena hal ini dipicu oleh kekhawatiran yang terkait dengan kondisi kehidupan kedepannya. Ketika kecil, pernikahan sering terlihat seperti akhir bahagia di dongeng-dongeng. Pangeran tampan membawa kuda putih, melamar sang Putri dengan penuh cinta, dan mereka hidup bahagia selamanya. Namun, saat dewasa, definisi itu berubah drastis. Pernikahan tak lagi sesederhana gaun putih, pesta mewah, atau cincin berkilau di jari manis.

Banyak hal yang dapat menimbulkan perasaan takut akan pernikahan, seperti trauma masa lalu atau pengalaman orang terdekat. Contohnya, ketika seseorang melihat orang tuanya bercerai. Hal itu akan memperkuat ketakutannya untuk menikah. Di sisi lain, pengaruh lingkingan dan media sosial juga bisa berdampak negatif terhadap pernikahan. Terkadang juga kepastian terhadap masa depan, terkadang seseorang menganggap dirinya tidak memiliki masa depan yang cerah sehingga ia takut untuk menikah.

Banyak pengaruh dari media sosial yang menggambarkan betapa rumitnya sebuah pernikahan. Hal ini semakin menjadi problematika seseorang ketika akan menikah dan memunculkan pikiran buruk. Pada akhirnya sebagian besar orang memutuskan untuk lebih berfokus dalam mengejar karir dan impian di bandingkan mempersiapkan pernikahan. Seharusnya media sosial dan lingkungan dapat menyeimbangkan fenomena tersebut. Jadi tidak hanya menggambarkan sisi buruk pernikahan, tetapi juga menampilkan hal yang positif mengenai pernikahan.

Bagi seseorang yang menginginkan kebebasan, mereka seringkali menganggap pernikahan sebagai ancaman yang serius. Bisa jadi banyak yang memilih untuk tidak menikah juga dikarenakan tekanan untuk memenuhi harapan sosial, yang tentu saja berkenaan dengan harapan-harapan keluarganya. Ketika menikah Ia harus memenuhi kebutuhan tertentu, terutama di pihak laki-laki. Kadang juga mereka takut tidak bisa lagi berhubungan dengan orang lain, rasa cemas komitmen jangka panjang, dan terjadi selisih pendapat yang memicu pertengkaran. Hal ini di anggap ribet, terutama bagi mereka yang terlalu lama berstatus single dan terlalu sibuk dengan pekerjaan.

Tren pernikahan yang menakutkan tentu mempengaruhi pola pikir masyarakat, terutama anak muda. Hal itu disebabkan ketika seseorang di lingkungan yang sepakat tentang tren ini, maka dia akan mendapatkan informasi terkait kecenderungan menghindari atau menunda pernikahan. Dari situ banyak memunculkan pertanyaan nilai-nilai terkait pernikahan itu sendiri. Dari nilai-nilai tersebutlah seseorang bisa dijadikan sebagai pertimbangan kira-kira alternatif apa yang bisa menggantikan pernikahan. Mungkin mereka akan berpikir tentang hidup bersama tanpa menikah atau menunda pernikahan sampai benar-benar siap. Selain lingkungan, sekali lagi media sosial juga memiliki dampak yang sangat kuat terhadap orang-orang yang memandang pernikahan itu menakutkan. Apalagi di sana terdapat narasi-narasi negatif tentang pernikahan.

Dampak dari berbagai narasi negatif tentang ketakutan akan pernikahan dapat memperbesar ketegangan generasi muda, mereka ragu untuk menikah dan memutuskan untuk tidak mau terlalu terburu-buru dalam menikah, meskipun sudah memasuki usia ideal. Tidak sedikit juga dari mereka lebih memilih melajang seumur hidup dan tetap fokus meniti karir. Hal tersebut sangat berbahaya untuk generasi selanjutnya. Misalnya negara seperti Jepang juga mengalami hal serupa. Mereka menghindari pernikahan karena takut menjadi komitmen. Jika dibiarkan hal itu bisa berdampak pada krisis penduduk. Masalah lain yang muncul akibat dampak negatif tren ini adalah meningkatnya kasus seks bebas. Orang yang ingin bebas cenderung menginginkan hal yang tidak terikat tapi di sisi lain, bisa jadi juga seseorang menunda pernikahan karena ingin fokus pada impian dan cita-citanya yang begitu besar, mereka berusaha mencapai keinginan tersebut sebelum mempertimbangkan tentang pernikahan.

Apabila tren "Marriage is Scary" kita cermati lebih dalam, yang menjadi masalah di sini bukanlah pernikahannya. Melainkan, orang yang menjalankan pernikahan tersebut. Untuk itu, kita perlu berhati-hati dalam memilih pasangan yang akan membersamai kita dalam mengarungi pernikahan. Pemahaman agama dan keimanan bisa menjadi landasan kita dalam memilih pasangan. Sebab, agama telah mengatur dengan sebaik-baiknya tentang bagaimana kita harus menjalani pernikahan. Di agama Islam, Ibadah terpanjang dalam hidup kita adalah Menikah dan dalam Islam Menikah adalah anjuran agama. Aturan menikah tidak memaksa. Pada beberapa kondisi, konsekuensi hukum menikah bisa berubah. Bisa menjadi wajib, sunnah, makruh, hingga haram.

Seorang muslim wajib menikah saat hasrat untuk menikah sudah muncul dan sulit baginya untuk menghindari zina. Hukum menikah juga menjadi wajib bagi muslim yang secara finansial sudah mampu. Hukum menikah menjadi sunah bagi seorang muslim yang sudah mampu secara finansial, namun merasa mampu menghindari zina. Hukum menikah menjadi makruh bagi seorang muslim yang belum memiliki penghasilan sama sekali. Sekali pun ia sudah cukup umur untuk berhubungan seksual, namun jika ia menikah maka hukumnya makruh. Yang terakhir, Hukum haram dalam pernikahan bisa muncul dari banyak faktor. Antara lain, apabila seseorang tidak mampu secara finansial sehingga sangat besar kemungkinan ia tidak mampu menafkahi keluarganya, tidak adanya kemampuan untuk membina keluarga, tidak adanya kemampuan berhubungan seksual dengan baik, hal-hal ini menjadi faktor diharamkannya dalam sebuah pernikahan.

Pernikahan adalah perjalanan panjang yang tak hanya membutuhkan cinta, tetapi juga keberanian, kesabaran, dan pengorbanan. Itulah mengapa banyak orang menganggap pernikahan itu menakutkan, bahkan lebih menakutkan dari pada hantu di film horor yang tayang di layar lebar. Komitmen dalam pernikahan adalah tentang menerima seseorang dalam keadaan terbaik dan terburuknya. Tapi, bayangan tentang menghadapi bagian terburuknya sering kali menjadi alasan banyak orang ragu untuk melangkah. Setiap pernikahan dimulai dengan harapan besar, tetapi tidak semua berakhir bahagia. Tingkat perceraian yang semakin meningkat menjadi pengingat bahwa tidak semua orang mampu bertahan menghadapi badai rumah tangga. Ketika konflik muncul, banyak yang memilih menyerah dibanding memperbaiki.

Pernikahan sering kali mengubah identitas seseorang, perempuan mungkin kehilangan nama belakang mereka, sementara laki-laki diharapkan menjadi kepala rumah tangga yang sempurna. Ini bisa membuat siapapun merasa terjebak. Bagaimana jika seseorang kehilangan jati dirinya setelah menikah? Bagaimana jika mereka tidak lagi mengenali diri mereka dibalik semua tuntutan dan peran baru? Cinta dalam pernikahan tidak selalu sama seperti pacaran. Ketakutan bahwa cinta bisa hilang seiring waktu menjadi bayangan gelap bagi banyak pasangan. Namun, justru inilah yang membuat pernikahan menarik. Ia bukan hanya tentang cinta yang instan, tetapi bagaimana pasangan membangun cinta yang mendalam, dewasa dan bertahan lama.

Meski menakutkan, pernikahan adalah salah satu keputusan paling berani yang bisa diambil seseorang. Ketakutan adalah bagian dari perjalanan, tetapi ia tidak harus menjadi penghalang. Dengan komunikasi yang baik, pengertian, dan komitmen untuk tumbuh bersama, ketakutan itu bisa diatasi. Pernikahan tidak akan pernah sempurna, tetapi bukan itu yang membuatnya berarti. Justru ketidaksempurnaanlah yang mengajarkan pasangan untuk saling memahami, mendukung, dan mencintai tanpa syarat.Pernikahan adalah keputusan besar yang tidak mudah diambil, apalagi tanpa persiapan mental dan emosional. Ketakutan itu wajar, karena pernikahan melibatkan dua individu dengan latar belakang, kebiasaan, dan cara berpikir yang berbeda. Namun, justru di situlah letak tantangannya. Tidak perlu menunggu segalanya sempurna, karena kesempurnaan tidak akan pernah ada. Dalam pernikahan, yang penting adalah komitmen untuk terus belajar, saling memahami, dan tumbuh bersama, meskipun banyak rintangan yang harus dilalui.

Masalah dalam pernikahan pastinya akan selalu ada, tetapi bagaimana pasangan menyikapi dan mencari solusi bersama itulah yang membuat pernikahan menjadi bermakna. Setiap tantangan adalah pelajaran, dan setiap pelajaran mempererat hubungan. Pernikahan bukan tentang siapa yang benar atau salah, tetapi bagaimana dua orang bisa saling menerima dan mendukung. Dalam proses itulah cinta tumbuh menjadi lebih dewasa dan mendalam. Meskipun tidak mudah, pernikahan mengajarkan kita bahwa kebahagiaan tidak datang dari hal-hal besar, tetapi dari usaha kecil yang dilakukan setiap hari untuk menjaga cinta tetap hidu

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong