Manusia Memiliki Keterkaitan Erat dengan Agama

09 October 2022 05:52:44 Dibaca : 2634

Nama                                   : Laila N. Karim

NIM                                      : 411422016

Semester / Kelas           : I (Satu) / A

Program Studi                : Pendidikan Matematika

Mata Kuliah                     : Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampuh      : Prof. Dr. Novianty, S.Pd.I, M.Pd.I

 

Tema           : Manusia Dan Agama

Judul           : Manusia Memiliki Keterkaitan Erat dengan Agama

 

Antara manusia dan agama tidak bisa di pisahkan. Kebermaknaan hidup manusia di tentukan oleh faktor agama. Atau mengandung aspek keyakinan, tata aturan peribadatan, dan tata nilai moral, yang implikasinya bukan hanya terbatas pada kehidupan profan di dunia tetapi juga pada kehidupan di akhirat (hidup sesudah mati). Agama telah menjadi kebutuhan dasar manusia jika mereka ingin menjadikan hidup dan kehidupan ini bermakna.

Keharusan Agama Bagi Manusia

Benar manusia bisa hidup tanpa agama, sebagaimna halnya dengan makhluk-makhluk lainnya di muka bumi ini seperti khayawan. Akan tetapi kita harus menginsyafi bahwa manusia mempunyai martabat yang lebih tinggi dari makhluk-makhluk lainnya itu Manusia telah dikaruniai jasmani dan rohani yang lebih baik. Manusia telah dikaruniai akal di samping hawa nafsu yang dengan akalnya itu ia dapat menciptakan kemajuan-kemajuan dalam hidupnya. Di samping manusia dikaruniai Agama, untuk mengendalikan akal dan hawa nafsunya itu, agar manusia dapat menciptakan kehidupan yang aman dan tenteram, rukun damai, serta adil dan makmur Agama adalah untuk manusia-manusia yang berakal sehat. Orang-orang yang tidak berakal sehat memang tidak memerlukan agama, dan kalaupun mereka beragama namun agama itu tidak berfaedah bagi mereka.

Hidup beragama adalah sesuai dengan martabat manusia sebagai makhluk yang tertinggi. Makhluk makhluk lainnya di bumi ini lebih rendah martabatnya, dan mereka tidak memerlukan agama, Sebab itu, orang orang yang membenci agama, atau yang ingin menghapuskan agama-agama di muka bumi ini berarti ingin menurunkan manusia itu kepada martabat yang lebih rendah lagi hina. Padahal kita sudah dikaruniai martabat yang mulia.

Dari sekian jiwa dari jumlah penduduk di dunia ini adalah umat yang beragama. Kalau sekiranya agama itu memang tidak diperlukan dan tidak bermanfaat bagi kehidupan manusia, niscaya tak akan terdapat jumlah yang begitu besar dari pemeluk-pemeluk agama dan niscaya kita tidak akan mewarisi bangunan bangunan indah indah yang berupa pyramide-pyramide, kuil-kuil, candi-candi, gereja-gereja, dan masjid-masjid, musholla-nuusholla, yang berjuta-juta jumlahnya, tersebar di seluruh pelosok dunia ini. Dan niscaya juga Negara kita tak akan mengadakan suatu Departemen khusus untuk mengurusi kehidupan agama bangsa kita.

Kehidupan beragama yang sesuai dengan fitrah manusia, merupakan tuntutan hati nuraninya. Karena itu, orang-orang yang mengingkari agama adalah membohongi hati nuraninya sendiri. Hal ini dibuktikan oleh banyak peristiwa di mana orang-orang yang mengatakan mereka anti-agama, atau tidak percaya akan keberadaannya Tuhan, pada saat-saat mereka mengalami kesulitan atau di waktu mereka hampir mati, lalu menyebut-nyebut nama tuhan.

Manusia lari ke agama karena ketidakberdayaannya dalam menghadapi bencana atau musibah. Ini artinya bahwa manusia perlu agama untuk menghindarkan diri dari rasa takut ataupun bahaya. Semakin manusia melakukan kesalahan, semakin dihantui oleh rasa takut akan ancaman dan cobaan yang datang dari keyakinan terhadap sesuatu yang dianggap suci dari agama yang dianutnya.

Secara spekulasif sebagian orang beranggapan bahwa agama adalah respons terhadap kebutuhan kebutuhan yang tidak sepenuhnya terpenuhi. Pernyataan diatas belum dapat dikatakan benar, namun setidaknya ada gambaran bahwa orang memerlukan agama untuk memperoleh rasa nyaman, aman, damai, dan terbebas dari mara bahaya. Keinginan orang terhadap rasa nyaman,aman, damai, dan terhindar dari bahaya-bahaya dalam kehidupan adalah suatu keniscayaan yang harus konkrit dalam dimensi psikologis. Apabila semua itu tidak realistis, orang merasakan ada sesuatu yang hilang, sehingga dapat menimbulkan kegalauan, stress, depresi.

Individu yang beragama, seyogyanya berperilaku layaknya seorang hamba Tuhan dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan pelanggaran untuk kemudian menunaikan kewajiban-kewajiban yang mendatangkan kemaslahatan bagi dirinya dan lingkungannya. Karena agama sesungguhnya adalah seperangkat aturan yang membantu umat menjalani kehidupan yang baik, sesuai kodrat kemanusiaannya yang menolak kenistaan dan menemukan kehidupan sejati lahir dan batin.

Agama berkaitan dengan upaya manusia untuk mengukur makna eksistensinya sendiri dan eksistensi alam semesta. Agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna, dan juga perasaan takut dan ngeri. Meskipun perhatian kita tertuju sepenuhnya kepada adanya suatu dunia yang tidak dapat dilihat (akhirat), namun agama juga melibatkan dirinya dalam masalah-masalah kehidupan sehari hari di dunia ini. Agama senantiasa dipakai untuk menanamkan keyakinan baru ke dalam hati sanubari terhadap alam ghaib dan surge-surga telah didirikan di alam tersebut. Namun demikian agama juga berfungsi melepaskan belenggu-belenggu adat atau kepercayaan manusia yang usang.

Agama memberi lambang-lambang kepada manusia, dengan lambang-lambang tersebut mereka dapat mengungkapkan hal-hal yang susah diungkapkan, meskipun hakikat pengalaman keagamaan selamanya tidak dapat diungkapakan. Ide tentang Tuhan telah membantu memberi semangat kepada manusia dalam menjalankan tugas-tugasnya sehari-hari, menerima nasibnya yang tidak baik, atau bahkan berusaha mengatasi kesukaran kesukaran yang banyak dan berusaha mengakhirinya. Bagi orang-orang yang hidup dalam masyarakat apa pun, konsepsi agama merupakan bagian integral dari pandangan hidup mereka dan sangat dipengaruhi oleh perasaan khusus mereka terhadap apa yang dianggap suci. Di antara masyarakat Barat, agama terkait erat dengan cita-cita yang kita dambakan, dengan kepercayaan kepada Tuhan Allah (Bapa), Yesus Kristus Putra, dan pada takdir umat manusia yang sangat berharga dan mulia. Namun agama dalam pengertian umum tidak dapat disamakan dengan pemahaman kita sendiri atau bahkan dengan pola pemikiran apapun. Agama yang dianut manusia, tidak seperti perekonomiannya, tidak dapt diambil dari salah satu anugrah yang dimiliki bersama dengan binatang-binatang lainnya.

Agama Dan Hubungan Manusia

Kondisi umat islam dimasa ini semakin diperparah dengan merebaknya fenomena kehidupan yang dapat menumbuh kembangkan sikap dan prilaku yang tidak bermoral atau degradasi nilai-nilai keimanannya. Fenomena yang cukup berpengaruh itu adalah:

1. Tayangan media televist tentang cerita yang bersifat tahayul atau kemusrikan, dan film-film yang berbau porno.

2. Majalah atau tabloid yang covernya menampilkan para model yang mengubar aurat.

3. Krisis ketauladanan dari para pemimpin, karena tidak sedikit dari mereka itu justru berprilaku yang menyimpang dari nilai-nilai agama.

4. Krisis silaturahmi antara umat islam, mereka masih cenderung mengedepankan kepentingan kelompoknya (partai atau organisasi) masing-masing.

Sosok pribadi orang islam seperti di atas sudah barang tentu tidak menguntungkan bagi umat itu sendiri, terutama bagi kemulaian agama islam sebagai agama yang mulia dan tidak ada yang lebih mulia di atasnya. Kondisi umat islam seperti inilah yang akan menghambat kenajuan umat islam dan bahkan dapat memporakporandakan ikatan ukuwah umat islam itu sendiri. Agar umat islam bisa bangkit menjadi umat yang mampu menwujudkan misi "Rahmatan lil'alamin" maka seyogyanya mereka memiliki pemahaman secara utuh (Khafah) tentang islam itu sendiri umat islam tidak hanya memiliki kekuatan dalam bidang imtaq (iman dan takwa) tetapi juga dalam bidang iptek (ilmu dan teknologi).

Mereka diharapkan mampu mengintegrasikan antara pengamalan ibadah ritual dengan makna esensial ibadah itu sendiri yang dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: pengendalian diri, sabar, amanah, jujur, sikap altruis, sikap toleran dan saling menghormatai tidak suka menyakiti atau menghujat orang lain. Dapat juga dikatakan bahwa umat islam harus mampu menyatu padukan antara nilai-nilai ibadah mahdlah (hablumminalaah) dengan ibadah ghair mahdlah (hamlumminanas) dalam rangka membangun "Baldatun thaibatun warabun ghafir" Negara yang subur makmur dan penuh pengampunan Allah SWT.

Agama sangat penting dalam kehidupan manusia antara lain karena agama merupakan:

a) Sumber moral,

b) Petunjuk kebenaran,

c) Sumber informasi tentang masalah metafisika,

d) Bimbingan rohani bagi manusia, baik di kala suka maupun duka.