Konsep Ketuhanan Dalam Islam

07 October 2022 09:25:45 Dibaca : 159

Perspektif Tuhan Dalam Al-Qur’an Oleh : Triliana Biloa (411422096) Prodi/Kelas: Pendidikan Matematika / A Dosen : Pengampuh: Prof. Dr. Novianty Djafri, S.pd.I, M.pd.I

PendahuluanManusia yang memandang alam sebagai hasil penciptaan Tuhan Maha Bijaksana adalah manusia yang optimis dan bertujuan. Sedangkan manusia yang memandang alam sebagai akibat dari serangkaian peristiwa acak atau chaos adalah manusia yang pesimis, nihilis, absurd dan risau akan kemungkinan-kemungkinan yang tak dapat diprediksi. Umat manusia sejak awal kehadirannya di atas pentas sejarah telah memberikan nama yang berbeda-beda, sesuai dengan bahasa yang digunakan masing-masing, kepada kausa prima alam keberadaan. Tuhan sejak babak pertama peradaban sampai sekarang telah menjadi objek pengimanan dan penolakan.Manusia, sebelum dibagi dalam kelompok agama bahkan sebelum dibagi dalam kelompok monteis dan politeis, telah terbagi dalam dua aliran besar, ateisme dan teisme.Konsep di atas merupakan pengantar sebuah pemahaman mengenai Tuhan atau hakekat Tuhan dalam persepsi berbagai agama yang ada di dunia.Tulisan ini tidak akan membicarakan secara luas dan mendetil mengenai fahamfaham tersebut melainkan hanya akan mengambil satu faham saja yang relevan dengan persepsi agama Islam yang konsepkonsepnya terdapat dalam al-Quran, hadis dan sejarah para Nabi utusan Allah

PembahasanSebelum islam datang, nama Allah telah digunakan oleh orang-orang Arab sebagai nama Tuhan yang tertinggi di antara tuhan-tuhan lain yang mereka sembah. Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi yang nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam.Secara etimologis kata Allah diderivasi dari kata ilah yang berarti menyembah. Kata Allahjug a dapat diderivasi dari kata alih yang berarti ketenangan kekhawatiran dan rasa cinta yang mendalam Ketiga makna kata alih mengarah kepada makna keharusan untuk tunduk dan mengagungkan.Kata pertama yang dicatat sejarah dalam pengekspresian ketuhanan adalah kata ilahah Kata ini merupakan nama bagi dewa matahari yang disembah oleh masyarakat Arab. Kata ilahah selanjutnya digunakan untuk mengekspresikan sifat-sifat matahari.Salah satunya adalah kata ulahah yang berarti terik matahari yang panas.Kata ilahah juga tidak lepas dari makna keagungan, ketundukan dan bahkan penyembahan.Sebagaimana dicatat oleh Ibnu Manzhur bahwa masyarakat menamakan matahari dengan ilahah karena mereka menyembah dan mengagungkan matahari.14Dapat disimpulkan bahwa kata ilah dan kata Allah pada awalnya berasal dari kata wilah yang berarti ketundukan, pengagungan, dan ungkapan penghambaan

Terjadi perbedaan pendapat itu, namun agaknya dapat disepakati bahwa kata Allah mempunyai kekhususan yang tidak dimiliki oleh kata lain selain-Nya; ia adalah kata yang sempurna huruf-hurufnya, sempurna maknanya, serta memiliki kekhususan berkaitan dengan rahasianya, sehingga sementara ulama menyatakan bahwa kata itulah yang dinamai Ismullah al-A‘zam (nama Allah yang paling mulia), yang bila diucapkan dalam do’a, Allah akan mengabulkannya. Bahkan secara tegas Tuhan Yang Maha Esa itu sendiri yang menamai dirinya Allah. Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia. Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan selain Allah. Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai berikut:Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “la ilaaha illa Allah”. Susunan kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah.Konsep ketuhanan telah dikenal sejak manusia ada di dunia. Dasar dari konsep ketuhanan ini ialah adanya sesuatu yang maha gaib. Konsep ketuhanan yang paling awal ialah animisme dan dinamisme. Kedua konsep ini mulai ada sejak zaman manusia purba dan sifatnya sangat sederhanaAllah adalah Sesembahan yang Tertinggi dari segala sesuatu, baik yang ada didalam dan bagi yang hidup, kehidupan dan penghidupan.Allah adalah yang patut dijadikanpengabdian dari segala makhluk atau sesuatu yang lain.Hal ini juga menjadi refleksi dari tauhid Uluhiyah dimana kita mengesakan Allah dengan ibadah, dimana tidak menjadi hamba bagi selain-Nya, tidak menyembah malaikat, nabi, wali,bapak-ibu, kita tidak menyembah kecuali Allah semata. Ibadah kepada Allah berpijak kepada dua hal, yaitu cinta dan pengagungan. Dengan kecintaan akan memunculkan keinginan untuk melaksanakan dan pengagungan akan timbul rasa takut dan khawatir akan dicampakkan, dihinakan dan disiksa-Nya.Inilah yang membedakan antara istilah “Tuhan (rabb)” dengan “Allah” dimana ada suatu pengakuan bahwa Allah-lah yang menjadi sesembahan kita satu-satunya dalam peribadatan, tidak ada yang lain, yang menjadi pembaharuan yang menggilas kejahiliaan kaum yang sombong dan merasa benar sendiri.

KesimpulanDalam al-Quran kata “Tuhan” dipakai untuk sebutan tuhan selain Allah, seperti menyebut berhala, hawa nafsu, dan dewa. Namun kata “Allah” adalah sebutan khusus dan tidak dimiliki oleh kata lain selain-Nya, kerena hanya Tuhan Yang Maha Esa yang wajib wujud-Nya itu yang berhak menyandang nama tersebut, selain-Nya tidak ada, bahkan tidak Boleh. Hanya Dia juga yang berhak memperoleh keagungan dan kesempurnaan mutlak, sebagaimana tidak ada nama yang lebih agung dari nama-Nya itu.Karena kesempurnaan Allah itulah maka makhluk-Nya termasuk menusia tidak mampu melihat wujud Allah. Namun bukan berarti wujud Allah tidak ada, justru al-Qur’an mengisyaratkan kehadiran Tuhan ada dalam diri setiap insan, dan hal tersebut merupakan fitrah (bawaan) manusia sejak asal kejadiannya, wujud Tuhan dapat juga dibuktikan lewat ciptaanNya, dan bukti wujud Tuhan juga dapat dibuktikan bahwa Allah Swt. sebagai sebab dasar dari segala sebab. Allah Swt dalam pandangan Islam adalah Allah Ahad, bermakna bahwa Tuhan esa dalam segala aspek, dan tak pernah sekalipun mengandung pluralitas. Baik itu pluralitas maknawi, sebagai mana yang ada dalam genus dan karakter, ataupun pluralitas yang real, sebagai mana yang nampak dalam dunia materi.Keesaan ini juga menegasikan dan mensucikan Tuhan dari hal-hal yang mengindikasikan bahwa Tuhan memiliki bentuk, kualitas, kuantitas, warna dan segala jenis gambaran akal yang mampu merusak kebersahajaan yang satu.Demikian juga, Ahad mengindikasikan bahwa tak ada sesuatupun yang menyamai-Nya.