Mengapa Anak Takut dengan Matematika?
Matematika merupakan mata pelajaran yang penting dan wajib dipelajari di setiap jenjang pendidikan, namun banyak siswa yang memandang matematika sebagai pelajaran yang sulit dan menakutkan. Persepsi siswa terhadap matematika dapat bersifat positif atau negatif. Persepsi negatif dapat menimbulkan kecemasan matematis, yaitu perasaan cemas dan gelisah saat menghadapi masalah matematika.
Kecemasan matematis dapat muncul dalam tiga aspek: kognitif (kesulitan berkonsentrasi), afektif (perasaan tidak menyenangkan), dan motorik (gerakan tidak terkendali). Gejala kecemasan matematis antara lain menghindari angka, merasa panik dan gugup saat menghadapi tugas matematika, serta kurang percaya diri.
Cara mengatasi kecemasan matematis antara lain:
a. Mengubah gaya belajar yang sesuai dengan anak
b. Memberikan motivasi dan dukungan kepada anak
c. Memberikan waktu berpikir saat anak menjawab pertanyaan matematika
d. Membantu anak memahami bahwa matematika selalu ada di sekitar kita dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan menerapkan strategi-strategi tersebut, diharapkan dapat membantu mengurangi kecemasan matematis yang dialami oleh siswa.
Pentingnya Kecerdasan Emosional bagi Remaja
Masa remaja merupakan tahapan perkembangan yang sangat penting, di mana seseorang menghadapi krisis mencari identitas diri. Pada akhir masa remaja, diharapkan seseorang dapat menemukan identitas dirinya. Pada masa remaja, seseorang cenderung memiliki egosentrisme yang tinggi. Egosentrisme adalah ketidakmampuan membedakan sudut pandang diri sendiri dan sudut pandang orang lain.
Karakteristik egosentrisme pada remaja membuat mereka merasa tertantang untuk melakukan perilaku yang secara tidak sadar dapat membahayakan diri mereka sendiri, seperti tawuran, bullying, minum-minuman beralkohol, penggunaan obat-obatan terlarang, atau seks bebas.
Menurut David Elkin, ada dua kunci utama dalam egosentrisme remaja, yaitu:
a. Audiens Imaginary - remaja merasa dirinya selalu diperhatikan dan dinilai oleh orang lain.
b. Personal Fable - remaja merasa dirinya unik, kebal, dan tidak dapat terjadi apa-apa pada dirinya.
Berikut, tips-tips yang bisa dilakukan remaja untuk meningkatkan kecerdasan emosional:
1. Menyadari dan mengenali emosi yang dirasakan tanpa memberikan penghakiman terhadap perasaan itu. Tidak apa-apa jika merasa sedih, marah, kecewa, takut, cemas, atau emosi yang lainnya.
2. Mengelola emosi yang dirasakan dan mengekspresikan dengan cara yang sesuai (tidak menyakiti diri dan orang lain). Mengapa emosi perlu dikelola atau diekspresikan? Ketika emosi dipendam terus menerus, hal ini cenderung membuat kita merasa tidak nyaman, sesak, atau bisa meledak pada waktu tertentu. Oleh karena itu, perlu untuk mengekspresikannya dengan cara yang sesuai
Pentingnya kecerdasan emosional, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, terutama peran keluarga dan orangtua. Anak memiliki kecenderungan meniru perilaku orang dewasa, termasuk saat mengekspresikan emosi. Baik kita sadari maupun tidak, lingkungan turut berperan dalam kecerdasan emosional kita dan hal ini dapat dimanfaatkan untuk memaksimalkan perkembangan sosioemosional anak sehingga dapat memiliki kecerdasan emosional vana tinggi.