ARSIP BULANAN : August 2016

PENGARUH HUJAN ASAM

13 August 2016 11:28:54 Dibaca : 1520

Makalah :
PENGARUH DEPOSISI
TERHADAP UNSUR BIOTIK DAN ABIOTIK
Di Susun
O
L
E
H
ROBIH MANNAL ARZAQ
NIM : 421-415-063

PRODI S1 PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2016

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas limpahan rahmat serta karunia-NYA saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah sebagai kelengkapan tugas mata kuliah fisika lingkungan dengan dosen pembimbing Dr. Fitriyane Lihawa, M.si.
Atas izin dan kuasa Allah S.w.t selesailah makalah dengan judul “pengaruh deposisi terhadap unsur biotik dan abiotik” dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para pembaca untuk dapat mengetahui sebab terjadinya hujan asam dampak dan penanggulangan hujan asam ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari susunan kata maupun dari segi isi atau materi. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang pengaruh deposisi terhadap unsur biotik dan abiotik ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Gorontalo, 25 mei 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
BAB II PEMBAHASAN 2
2.1 Definisi hujan asam 2
2.2 Sebab terjadinya hujan asam 2
a. Hujan asam karena faktor alami 2
b. Hujan asam karena faktor manusia 3
2.3 Pengaruh Hujan Asam Bagi Unsur Biotik Dan Abiotik 3
1. Unsur biotik 3
2. Unsur abiotik 3
2.4 Pencegahan Terjadinya Hujan Asam 4
BAB III PENUTUP 5
3.1 Kesimpulan 5
3.2 Saran 5
Daftar Pustaka 6

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era modern ini dengan berbagai teknologi yang ada membuat semakin banyaknya polusi udara akibat asap dari kendaraan ataupun pabrik-pabrik industri yang betebaran hampir di seluruh kota-kota di dunia. Dan tentunya kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari berbagai alat teknologi. Semuanya dari sandang, pangan, transportasi semua bergantung pada teknonologi yang tentunya menggunakan bahan bakar. Polusi dari pabrik industri yang menggunakan bahan bakar dengan kadar nitrogen yang tinggi menimbulkan efek negatif. Kemajuan teknologi menimbulkan berbagai isu efek negatif seperti efek rumah kaca, pemanasan global, pencemaran tanah, polusi, dan hujan asam.
Hujan asam adalah salah satu dari dampak negatif dari kemajuan teknologi akibat dari polusi udara yang dapat mengakibatkan hujan asam. Hujan asam ini membuat bebagai penyakit pada manusia dan korosi pada berbagai bangunan. Tentunya kita haruh melakukan pencehan agar hal ini tidak terjadi secara bekelanjutan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hujan asam.
2. Apa yang menyebabkan terjadinya hujan asam.
3. Pengaruh hujan asam pada unsur biotik dan abiotik.
4. Penanggulangan terjadinya hujan asam sejak dini dan yang sudah teerjadi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi hujan asam
Hujan asam merupakan fenomena alam yang sangat serius dan dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar. Hujan asam sebenarnya tidak selamanya basah melainkan juga kering. Hujam asam basah yaitu turunnya asam dari atmosfir dengan kelembaban tinggi contohnya hujan asam, salju, dan kabut. Turunnya asam ini biasa disebut juga dengan deposisi. Deposisi kering biasanya mengacu pada gas dan partikel yang mengandung asam. Sekitar 50% keasaman di atmosfir jatuh kembali ke bumi melalui deposisi kering. Kemudian angin membawa gas dan partikel asam tersebut mengenai bangunan, mobil, rumah dan pohon.
Hujan asam juga dapat dikatakan dengan turunnya hujan atau kabut dan salju dengan kadar asam yang tinggi atau phnya lebih kecil dari 5,0 pH untuk air murni yaitu netral atau sama dengan 7. Jadi air yang mengndung pH lebih kecil dari 5,0 sudah dapat dikatakan air hujan asam. Dan pada pH ini air tersebut sangat berbahaya bagi kebanyakan makhluk hidup

2.2 Sebab terjadinya hujan asam
Turunnya asam dengan pH di bawah 5,0 ini tentunya tidak hanya terjadi karena faktor alami saja. Melainkan ada faktor lain yang mendorong turunya asam ini dari lapisan atmosfir.

a. Hujan asam karena faktor alami
Adanya kandungan sufur dan belerang pada gunung api ini yang apabila gunung berapi ini meletus maka hal inilah yang akan mengakibatkan hujan asam secara alami. Selain gunung berapi proses biologis dari kawah atau danau yang terdapat kandungan belerang juga dapt menyebakan terjadinya hujan asam. Namun faktor alami inijarang sekali terjadi.

b. Hujan asam karena faktor manusia
Dari 20-90 juta oksida nitrogen yang dilepaskan tiap tahunnya 26 juta tonnya adalah efek dari emisi nitrogen dari manusia. Sumber-sumber emisi ini dari asap pabrik yang menimbulkan polusi, serta asap dari kendaran bermotor. Emisi pembakaran pada pupuk. Serta tentunya adalah efek dari rumah kaca. Sulfur dan nitrogen dari industri, kendaran bermotor, serta pembangkit listrik dan amonia dari sektor pertanian.

2.3 Pengaruh Deposisi Terhadap Unsur Biotik Dan Abiotik
1. Unsur biotik
Dengan kadar pH yang tinggi dan sulfur/belerang dan nitrogen tentunya sudah jelas bahwa ini sangat berbahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Hujan asam ini dapat menyebabkan gangguan pernapasan karena mengandung oksida nitrogen yang tinggi. Dengan kadar keasaman yang tinggi ini dapat mengakibatkan pohon-pohon atau tanaman yang tidak tahan terhadap asam akan layu bahkan tidak jarang banyak tanaman yang mati akibat dari hujan asam ini. Karena hujan asam ini tumbuhan mati dan dengan matinya tanaman ini tentunya sudah dapat kita prediksi bahwa ekosistem akan terganggu dan rantain makanan terputus. Hal ini tentu sangat merugikan jika banyak tanaman mati kita yang notabene mengonsumsi makanan yang berasal dari tanaman akan kesulitan lagi mencari makanan.
2. Unsur abiotik
Untuk benda-benda mati khususnya benda sejenis besi apabila terkena hujan asam ini akan memepercepat terjadinya korosi. Hampir semua bangunan, kendaraaan yang ada di bumi ini terdiri dari unsur besi. Apabila hujan asan terjadi dan benda-benda mati ini terkena maka bukan tidak mungkin akan menimbulkan bencana. Misal pada bangunan yang terkena korosi dan mendadak roboh atau hancur. Pada kendaraan bermotor misal motor yang cakram remnya terjadi korosi makan hal ini sangat membahayakan manusia.

2.4 Pencegahan Terjadinya Hujan Asam
Dari awal kita telah membahas tentang berbagai teknologi yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam. Teknologi merupakan penyebab utama, oleh karena itu kita harus mulai menghemat teknologi. Dengan mengurangi penggunaan teknologi maka polusi akan berkurang. Dan hujan asam dapat dicegah secara dini. Mengurangi pembanguna rumah-rumah kaca serta mematikan lampu atau menghemat listrik pada daerah bertemperatur tinggi karena hal ini dapat menimbulkan terjadinya huajan asam. Dengan mengurangi polusi dari industri juga diharapkan dapt mencegah terjadinya hujan assam. Selain itu kita juga dapat melakukan reboisasi sebagai pencegahan karena semakin bnyak pohon lapisan ozon akan terjaga dan oksigen akan bnyak di bumi ini sehingga akn meminimalisir terjadinya oksidasi nitrogen.
Apabila hujan asam sudah terjadi yang dapat kita lakukan adalah menetralkan pH. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian zat dengan tigkat basa. Misal pemberian kapur pada benda yang terkena asam.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Hujan asam didefinisikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6.
2. Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan
3. Adapun beberapa dampak yang ditimbulkan oleh hujan asam antara lain menyebabkan penyakit atau gangguan pernapasan pada manusia, terganggunya ekosistem dan terjadi korosi pada bangunan.
4. Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah menggunakan bahan bakar yang mengandung sedikit zat pencemar, menghindari terbentuknya zat pencemar saar terjadinya pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan dan penghematan energi serta penambahan zat kapur.
3.2 Saran
Dengan semakin berkembang teknologi diharapkan kita dapat menggunakannya dengan bijak. Dan untuk perusahan serta pemerintah agar dapat bekerja sama untuk menurunkan angka polusi yang terjadi.
Bagi pembaca sangat diharapkan kritik dan saran agar makalah ini dapat mendekati sempurna dengan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

Daftar Pustaka
Likens, Gene. 2010. Acid Rain. Diperoleh dari:http://www.eoearth.org /article/Aid_rain?topic
Rahardiman, Arya.2009. Hujan asam. Diperoleh dari http://keslingbanget.blogspot.com /2009/03/hujan_asam.html

 

PROSES PEMBENTUKAN ALAM SEMESTA DAN BUMI

13 August 2016 11:26:46 Dibaca : 3806

PROSES PEMBENTUKAN ALAM SEMESTA DAN BUMI

Alam semesta merupakan kumpulan materi berukuran tak hingga yang telah ada sejak dulu kala dan akan terus ada selamanya, sedanngkan bumi merupakan Bumi adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta isinya. Bumi adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta isinya. Sebagai tempat tinggal makhluk hidup, bumi tersusun atas beberapa lapisan bumi, bahan-bahan material pembentuk bumi, dan seluruh kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Dalam proses pembentukan alam semesta dan bumi secara singkat menurut beberapa teori para yakni sebagai berikut:
1. Pembentukan Alam semesta.
a. Alam semesta Aristarchus.
Aristarchus (sekitar 280 SM),berpendapat bahwa bumi di klasifikasikan sebagai heliosentris dimana, Bumi berputar setiap hari di sumbunya dan berputar setiap tahun pada matahari dalam orbit melingkar. Bola bintang diam berpusat di matahari.
b. Alam semesta Ptolemeus.
Ptolemeus (abad 2 M) berdasarkan model Aristoteles, ia berpendapat bahma alam semesta di klasifikasikan ke dalam bentuk geosentris dimana, Alam semesta mengorbit Bumi yang diam. Planet bergera dalam episikel melingkar, masing-masing memiliki pusat yang bergerak dalam orbit bulat yang lebih besar (disebut eksentrik atau deferen) mengelilingi sebuah titik dekat Bumi. Penggunaan ekuant menambah tingkat lain kerumitan dan memungkinkan astronom memprediksikan posisi planet-planet. Model alam semesta paling sukses sepanjang jaman, jika dilihat berdasarkan kriteria usia. Almagest (Sistem Raksasa).
c. Alam semesta abad pertengahan.
Abad pertengahan (500–1200),bahwa bumi di klasifikasika kedalam bentuk waktu terbatas. Dimana Sebuah alam semesta yang terbatas dalam waktu dan memiliki awal diajukan oleh filsuf Kristen John Philoponus, yang berpendapat menentang alam semesta Yunani yang tak terbatas masa lalunya.
d. Alam semesta Tycho Brahe.
Tycho Brahe (1546-1601) ia mengklasifikasikan alam semesta kedalam bentuk geosentris dan heliosentris. Dimana, Sebuah alam semesta dimana planet-planet mengorbit Matahari dan Matahari mengorbit Bumi.
e. Alam semesta Johann Keppler.
Johann Keppler (1571-1630) dalam teorinya ia menyatakan alam semesta di klasifikasikan dalam Heliosentris dengan orbit planet lonjong. Dimana, Penemuan Kepler, disatukan dengan matematika dan fisika, member landasan konsepsi modern kita mengenai Tata Surya, namun bintang jauh masih dipandang sebagai benda dalam bola langit yang diam.
f. Alam semesta Newton Statis.
Sir Issac Newton (1642–1727) ia menyatakan bahwa alam semesta diklasifikasikan kedalam Statis (berevolusi), keadaan tetap, tak terbatas. Dimana, Setiap partikel di alama semesta menarik setiap partikel lainnya. Materi dalam skala besar tersebar seragam. Seimbang secara gravitasi tapi tidak stabil.
g. Alam semesta Einstein & DeSitter.
Einstein & DeSitter 1932, ia berpebdapat bahwa tetapan kelengkungan k = 0. Dikatakan tak terhingga (namun ambigu). Alam semesta tanpa batas namun luasnya terbatas. Mengembang selamanya. Bentuk paling sederhana dari semua alam semesta. Dinamakan Friedmann namun tidak dipertimbangkan olehnya. Memiliki perlambatan q = ½ yang berarti tingkat pengembangannya melambat.
h. Alam semesta Demokritos(460-370)
Pemikir ini lahir di Abdera sekitar Babilonia. Ia lebih terkenal dengan teori-teori atomnya. Atom dianggap sebagai substansi material yang memungkinkan terbentuk struktur & keberaturan alam semesta.Hubungan antara atom dengan terbentuknya alam semesta adalah erat, dimana atom-atom yang berbeda bentuk saling memisahkan diri dari masa yang tidak berbentuk & berkumpul disatu ruang kosong yang sangat luas.
i. Phytagoras .
Dia menganggap bahwa alam semesta diciptakan oleh bilangan. Dia menggambarkan sebagai penciptaan sebagaimana penciptaan musik dari sebuah alat musik. Sebuah musik atau sebuah lagu diciptakan dari kumpulan nada-nada. Diciptakan dari susunan-susunan itu sehingga alam semesta ini harmonis.
j. Thales
seorang pilosof yunani bernama thales telah mengemukakan beberapa teorinya tentang bumi.Thales adalah seorang murid di salh satu Cos (Perguruan) di Babilonia.Menurut thales alam semesta terdiri atas beberapa kompenen inti yang menjadi dasar kehidupan makhluk di permukaan bumi.Kompenen tersebut berupa: air, api, bumi udara.
2. Pembentukan bumi
a. Teori Big- bang

Berdasarkan Theory Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari puluhan milyar tahun yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran yang dilakukannya tersebut memungkinkan bagian-bagian kecil dan ringan terlempar ke luar dan bagian besar berkumpul di pusat, membentuk cakram raksasa.
b. Teori Kabut Kant-Laplace

Dalam teori ini dikemukakan bahwa di jagat raya terdapat gas yang kemudian berkumpul menjadi kabut (nebula). Gaya tarik-menarik antar gas ini membentuk kumpulan kabut yang sangat besar dan berputar semakin cepat.Dalam proses perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut bagian khatulistiwa terlempar memisah dan memadat (karena pendinginan).
c. Teori Pasang Surut Gas

Teori ini dikemukakan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun 1918, yakni bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak pendek, sehingga menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh matahari, saat matahari itu masih berada dalam keadaan gas. Terjadinya pasang surut air laut yang kita kenal di Bumi,

Ada dua kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan mengenai proses terbentuknya bumi, yaitu:
1. Bumi berasal dari suatu gumpalan kabut raksasa yang meledak dahsyat, kemudian membentuk galaksi dan nebula. Setelah itu, nebula membeku membentuk galaksi Bima Sakti, lalu sistem tata surya.Bumi terbentuk dari bagian kecil ringan yang terlempar ke luar saat gumpalan kabut raksasa meledak yang mendingin dan memadat sehingga terbentuklah bumi.
2. Tiga tahap proses pembentukan bumi, yaitu mulai dari awal bumi terbentuk, diferensiasi sampai bumi mulai terbagi ke dalam beberapa zona atau lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam, mantel luar, dan kerak bumi.
Referensi:
- Anonim.2014. Di akses dihttps://djunijanto.wordpress.com/materi/teori-pembentukan-bumi/ (pada hari senin 2 Maret 2015).
- Anonim. 2014. Di akses http://softilmu.blogspot.com/2014/01/sejarah-terbentuknya-bumi.html(di akses pada hari senin 2 Maret 2015).
- Iynahandayani.2011. di akses di https://lynahandayani.wordpress.com/2011/03/06/proses-terbentuknya-bumi/(di akses pada hari senin 2 Maret 2015).
- Ahmadi,Abu & Supatmo.2008.Ilmu alamiah dasar.jakarta:Rineka cipta

LITHOSFER/KERAK BUMI

13 August 2016 11:25:07 Dibaca : 1892


LITHOSFER
(KERAK BUMI)

Lapisan kulit bumi atau biasa di sebut dengan Litosfer. Litosfer berasal dari bahasa Yunani yakni kata Lithos yang berarti batu dan shpere (sphaira) berarti bulatan. Dengan demikian Litosfer dapat diartikan lapisan batuan pembentuk kulit bumi. Dalam pengertian lain litosfer adalah lapisan bumi yang paling atas dengan ketebalan lebih kurang 66 km tersusun atas batuan. Litosfer merupakan lapisan kulit bumi yang mengikuti bentuk muka bumi yang bulat dan tersusun atas batuan dan mineral dengan ketebalan rata-rata 1200 km.
Perlu kita pahami bahwa yang dimaksud batuan bukanlah benda yang keras saja berupa batu dalam kehidupan sehari hari, namun juga dalam bentuk tanah liat, abu gunung api, pasir, kerikil dan sebagainya. Tebal kulit bumi tidak merata, kulit bumi di bagian benua atau daratan lebih tebal dari di bawah samudra.
Litosfer disebut juga kulit bumi terdiri dua bagian yaitu:
1. Lapisan sial yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun atas logam silisium dan alumunium, senyawanya dalam bentuk SiO2 dan AL 2 O3. Pada lapisan sial (silisium dan alumunium) ini antara lain terdapat batuan sedimen, granit andesit jenis-jenis batuan metamor, dan batuan lain yang terdapat di daratan benua.
Lapisan sial dinamakan juga lapisan kerak bersifat padat dan batu bertebaran rata-rata 35km.
Kerak bumi ini terbagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Kerak Benua, merupakan benda padat yang terdiri dari batuan granit di bagian atasnya dan batuan beku basalt di bagian bawahnya. Kerak ini yang merupakan benua.
b. Kerak Samudera, merupakan benda padat yang terdiri dari endapan di laut pada bagian atas, kemudian di bawahnya batuan batuan vulkanik dan yang paling bawah tersusun dari batuan beku gabro dan peridolit. Kerak ini menempati dasar samudra
2. Lapisan sima (silisium magnesium) yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun oleh logam logam silisium dan magnesium dalam bentuk senyawa Si O2 dan Mg O lapisan ini mempunyai berat jenis yang lebih besar dari pada lapisan sial karena mengandung besi dan magnesium yaitu mineral ferro magnesium dan batuan basalt. Lapisan merupakan bahan yang bersipat elastis dan mepunyai ketebalan rata rata 65 km .
Dapat di lihat pada gambar berikut ini:

Gambar 1.1 lapisan sial dam lapisan sima.

Batuan pembentuk lithosfer
Pada lithosfer terdapat tiga jenis batuan yaitu:
a. Batuan beku.
b. Batuan sedimen.
c. Batuan metamorf.
Penyusun utama lapisan lithosfer adalah batuan yang terdiri ari campuran antar mineral sejenis atau tidak sejenis yang saling terikat secara gembur atau padat. Induk batuan pembentuk litosfer adalah magma, yaitu batuan cair pijar yang bersuhu sangat tinngi dan terdapat di bawah kerak bumi. Magma akan mengalami beberapa proses perubahan sampi menjadi batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.
a. Batuan beku.
Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan vulkanik. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral penyusun batuannya. Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif besar. Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro, diorite, dan granit (yang sering dijadikan hiasan rumah). Contoh batuan beku.

Gambar 1.2. Batuan beku.
b. Batuan sedimen.
Batuan sedimen atau sering disebut sedimentary rocks adalah batuan yang terbentuk akibat proses pembatuan atau lithifikasi dari hasil proses pelapukan dan erosi yang kemudian tertransportasi dan seterusnya terendapkan. Batuan sediment ini bias digolongkan lagi menjadi beberapa bagian diantaranya batuan sedimen klastik, batuan sedimen kimia, dan batuan sedimen organik. Batuan sedimen klastik terbentuk melalui proses pengendapan dari material-material yang mengalami proses transportasi. Besar butir dari batuan sediment klastik bervariasi dari mulai ukuran lempung sampai ukuran bongkah. Biasanya batuan tersebut menjadi batuan penyimpan hidrokarbon (reservoir rocks) atau bisa juga menjadi batuan induk sebagai penghasil hidrokarbon (source rocks). Contohnya batu konglomerat, batu pasir dan batu lempung. Batuan sedimen kimia terbentuk melalui proses presipitasi dari larutan. Contoh batuan sedimen.

Gambar 1.3 Batuan sedimen.
c. Batuan metamorf (malihan)
Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk akibat proses perubahan temperature dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya. Akibat bertambahnya temperature dan/atau tekanan, batuan sebelumnya akan berubah tektur dan strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula. Contoh batuan tersebut adalah batu sabak atau slate yang merupakan perubahan batu lempung. Batu marmer yang merupakan perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang merupakan perubahan dari batu pasir.Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan meleleh maka akan membentuk magma yang kemudian mengalami proses pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan baru lagi. Contoh batuan metamorf.
.
Gambar 1.4 Batuan malihan(metamorf)
Pengaruh Proses Yang Terjadi Pada Lapisan Litosfer

Gambar 1.5 Bumi
Pengaruh terbesar bagi manusia dan kehidupan dengan adanya proses yang terjadi di lapisan litosfer antara lain adanya Vukanisme, tenaga endogen dan eksogen.

a. Pengaruh adanya Vulkanisme bagi kehidupan.

Keuntungan Vulkanisme pada kehidupan manusia antara lain:

• Sumber mineral, misalnya timah, tembaga, marmer, belerang, batu apung, dan sebagai tenaga panas bumi.
• Daerah pertanian, bermacam-macam perkebunan dibuka di lereng gunung yang subur dengan iklim yang sejuk. Kesuburan tanah di daerah lereng tersebut diperoleh dari produk gunung api yang telah mengalami pelapukan
• Obyek wisata: keindahan panorama gunung api dengan kepunden yang aktif dengan lembah-lembah yang curam, fumarol serta danau kepunden yang sangat menarik.
Kerugian Vulknisme bagi kehidupan manusia antara lain:
• Letusan gunung berapi menimpa perkampungan, ladang pertanian, dan bangunan sehingga mengakibatkan korban materi dan banyak juga jiwa manusia yang menjadi korban.
• Lahar panas yang dapat mengakibatkan hangusnya tumbuhan, hewan bahkan manusia dan berbagai jenis yang di kenainya.
• Awan panas yakni udara yang bercampur dengan debu dan abu yang apabila di sentuh oleh benda dapat menhanguskan atau mengeringkan.
• Gelombang laut tersebut dapat mengakibatkan kerugian yang besarpada daerah pantai.

b. Pengaruh tenaga endogen dan eksogen bagi kehidupan.

Dampak positif tenaga endogen antara lain sebagia berikut:

• Pembentukan patahan dan lipatan menyebabkan adanya keanekaragaman bentuk permukaan bumi, Contoh manfaat tersebut misalnya, pegunungan yang memengaruhi cuaca di sekitarnya, atau aliran sungai yang airnya dapat dimanfaatkan oleh manusia.
• Proses vulkanisme dapat menyuburkan tanah, misalnya letusan gunung berapi yang menghamburkan debu vulkanik.
• Pembentukan batuan memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia, misalnya granit dan fosfat yang menjadi bahan-bahan dasar industri.
• Pembentukan logam-logam di perut bumi yang bermanfaat, semacam besi, baja, timah.

Dampak positif tenaga eksogen antara lain yaitu:

• Di daerah pesisir, tenaga eksogen menghasilkan delta-delta di muara sungai yang subur sangat bermanfaat bagi manusia.
• Hasil erosi dan sedimentasi di pesisir sangat baik untuk pertanian dan perikanan.

Sedangkan dampak negatif tenaga eksogen dan endogen antara lain sebagai berikut :

• Gunung yang meletus akan mengeluarkan lava, awan panas, dan material vulkanis yang dapat merusak lingkungan yang terkena seperti hutan, lahan pertanian, dan permukiman penduduk.
• Gempa tektonik mengakibatkan rusaknya bangunan, retaknya tanah memutus jalan, listrik dan sarana-sarana lainnya, serta korban jiwa yang banyak.
• Gas beracun yang keluar dari letusan gunung berapi dapat mengancam penduduk di sekitarnya.
• Keadaan relief Indonesia yang kasar dan banyak memiliki gunung mengakibatkan banyak kejadian erosi dan tanah longsor.
• Sedimentasi di muara sungai menyebabkan pendangkalan. Akibatnya lalu lintas air terhambat dan mengakibatkan banjir.
• Abrasi yang terus-menerus terjadi mengakibatkan garis pantai makin maju ke arah daratan, sehingga banyak rumah di pantai yang hancur dan terendam laut.
• Longsor tanah atau lahan di daerah berlereng yang mengakibatkan kerusakan lahan dan bangunan.
• Angin kencang dan angin puting beliung mengakibatkan kerusakan tanaman dan bangunan.

Referensi :
- Anonim. 2014. Di akses di http://fisikazone.com/pengaruh-litosfer-bagi-kehidupan-manusia/(diakses pada tanggal 15 Maret 2014)
- Ahmadi,Abu & Supatmo.2008.Ilmu alamiah dasar.jakarta:Rineka cipta
- Anonim. 2014 diakses di http://geoenviron.blogspot.com/2014/01/dinamika-perubahan-litosfer-dan.html(diakses pada tanggal 14 Maret 2014)

 

SENYAWA KARBON DAN GUGUS FUNGSI

12 August 2016 10:38:28 Dibaca : 9157

LAPORAN PRAKTIKUM
MODUL V

A. Judul
“Senyawa Karbon dan Gugus Fungsi”

B. Tujuan
1. Menentukan unsur-unsur yang terdapat pada senyawa karbon melalui analisis kualitatif.
2. Mengidentifikasi gugus fungsi yang terdapat pada senyawa karbon.

C. Dasar Teori
Gugus fungsional pada senyawa hidrokarbon berperan penting dalam kereaktifannya terhadap senyawa atau atom lain. Oleh karena itu, para Kimiawan banyak mensintesis senyawa hidrokarbon yang mengandung gugus fungsi berbeda-beda untuk dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi. Kosmetik untuk wanita, cuka yang digunakan pada makanan, dan pengawet bahan biologis merupakan contoh aplikasi zat yang mengandung senyawa hidrokarbon dengan gugus fungsi yang berbeda.
Berbagai reaksi kimia senyawa karbon ditentukan oleh gugus fungsi. Sebagian besar reaksi senyawa karbon merupakan perubahan gugus fungsi menjadi gugus fungsi lain. Dengan demikian, gugus fungsi memiliki peran penting dalam mempelajari senyawa karbon dan reaksi senyawa karbon. Alkohol adalah senyawa karbon yang memiliki gugus hidroksil (–OH). Haloalkana adalah senyawa karbon yang mengikat atom halogen. Atom halogen ini menggantikan posisi atom hidrogen.
 Referensi : rahmadonna.tripod.com/link2.html.
Atom karbon, di samping memiliki kemampuan berikatan dengan atom karbon lain, juga dapat berikatan dengan atom unsur-unsur lain. Dalam hidrokarbon, atom karbon dapat berikatan dengan atom hidrogen membentuk senyawa hidrokarbon. Selain itu, atom karbon dapat juga berikatan dengan atom-atom lain, seperti oksigen, nitrogen, fosfor, belerang, dan halogen. Atom atau gugus atom yang terikat pada senyawa hidrokarbon dapat menentukan sifat-sifat senyawa karbon. Atom atau gugus karbon tersebut lebih reaktif dari yang lainnya, dinamakan gugus fungsi. Dengan kata lain, gugus fungsi adalah bagian reaktif dari senya a karbon yang menentukan sifat fisika dan kimia senyawa karbon. Jika atom halogen (F, Cl, Br, I) terikat pada senyawa hidrokarbon maka senyawa yang terbentuk akan memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang ditentukan oleh gugus tersebut.
 Referensi : id.scribd.com/doc/52236745/6/Gugus-Fungsi-Senyawa-Karbon.
Senyawa karbon terbentuk dari beberapa unsur saja seperti C, H, O, N, S, P dan halogen. Tetapi macam senyawa karbon dapat begitu banyak. Untuk mempelajari senyawa karbon yang begitu banyak, maka senyawa karbon dikelompokan dan di klasifikasikan berdasarkan macam rantai karbonnya dan berdasarkan gugus fungsi yang di kandungnya. Seperti halnya pada senyawa lain, analisa senyawa karbon juga terdiri dari analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. Analisa kualitatif pada senyawa karbon bertujuan untuk menentukan macam senyawa karbon, unsur-unsur dan gugus fungsi yang di kandung senyawa karbon. Analisa kuantitatif senyawa karbon meliputi penentuan sifat fisis, tes kualitatif unsur, tes kelarutan, tes identifikasi gugus fungsi dan openentuan derivate.
 Referensi : penuntun praktikum kimia dasar II.2012.halaman :10.
Titik didih dan titik leleh dari senyawa karbon, boron dan silicon sangat tinggi. Hal ini membedakan ketiga unsur ini dari unsur nonlogam lainnya. Tiga unsur tersebut merupakan padatan yang dapat di anggap sebagai molekul-molekul raksasa yang terdiri dari banyak atom. Bentuk kristalin dari unsur karbon terkenal karena perbedaan fisiknya. Yang satu grafit yang merupakan zat yang sangat berminyak, dan sebagai bubuk kering. Karbon terdapat dalam kerak bumi baik dalam keadaan bebas maupun dalam keadaan tergabung. Karbon dari unsur golongan II A dikenal dengan mineral. Senyawa karbon yang utama adalah zat-zat organic yang berasal dari makhluk hidup.
 Referensi : Kimia untuk Universitas,jilid II.1984.halaman : 318 dan 327
Peranan nitrogen dan belerang dalam senyawa karbon. Semua protein mengandung karbon, hydrogen,oksigen dan nitrogen. Dan ada sejumlah protein yang mengandung belerang. Semua protein mempunyai struktur yg rumit dan masa molekulx besar. Dalam asam protein mengalami hidrolisis dan pecah menjadi satuan struktur dasar yaiut asam amino. Asam amino adalah molekul yg mengandung gugus amino NH2 dan gugus karboksilat COOH. Asam amino yg paling sederana adalah glisin,NH2CH2COOH. Dalam protein asam amino di sambung dengan gugus amida. Ikatan amida dlm protein di sebut ikatan peptidaa.struktur protein yg sangat sulit.
 Kimia unsur dan radiokimia. Hiskia Achmad.2001. halaman : 46

D. Alat dan Bahan
1. Alat
Nama Alat Gambar Fungsi

Tabung
Reaksi

Sebagai wadah larutan

Rak tabung reaksi

Untuk menyimapan tabung reaksi

Penjepit tabung

Untuk menjepit tabung reaksi

Pipa pengalir

Untuk megalirkan larutan dari tabung reaksi satu ke tabung reaksi yang lain.

Sumbat tabung reaksi

Untuk menyumbat tabung reaksi

Kaki tiga

Sebagai penyangga kasa

Pembakar

Untuk memanaskan/membakar senyawa/larutan

Gelas kimia

Sebagai wadah larutan

Pipet tetes

Untuk memindahakan larutan ke tempat yang memiliki leher tabung kecil

Kasa

Sebagai penyangga dalam pemabakaran

2. Bahan
 Urea
- Sifat fisik : Densitas padat pada suhu 20°C, berupa Kristal, berwarna putih.
- Sifat kimia : Titik lebur 132,6°C, berat molekul 60,05 gram, berbau spesifik.
 Serbuk CuO
- Sifat kimia : Titik leleh 1,083°C, titik didih 2,301°C, berat jenis 8,92 gram.
- Sifat fisik : Berwarna cokelat tua, oksida kuat.
 KMnO4 0,01 M
- Sifat kimia : Oksidator kuat, kaustik, titik cair 240°C.
- Sifat fisik : Tidak berbau, berwarna violet
 Etanol
- Sifat fisik : Larut dalam air, ikatan hydrogen, berantai pendek.
- Sifat kimia : Esterfikasi, bereaksi dengan natrium, oksidasi primer.
 H2SO4 pekat
- Sifat fisik : Larut dala air, higroskopis, cairan kental, berbau.
- Sifat kimia : Korosif, ksotermis, tidak mudah terbakar.
 CH3COOH glacial
- Sifat fisik : Zat cair, cairan higroskopis, tidak berwarna, titik beku 16,7°C.
- Sifat kimia : Asam lemah, terdisosiasi.
 Minyak kelapa
- Sifat fisik : Cairan kental, berwarna emas.
- Sifat kimia : Memiliki ikatan tak jenuh.
 Ba(OH)2 0,1 M
- Sifat fisik : Berbentuk kristal, berwarna putih, titik Lebur 78°C, tidak berbau, densitas pada suhu 20°C 2,13 kg/L.
- Sifat kimia : Merupakan larutan basa, merupakan larutan anorganik, sebagai pereaksi analitik, sebagai pereaksi dalam pemurnian gula, tidak beracun.
 Tertier Butanol
- Sifat Kimia: Kerapatan 0,7887, titik leleh 25,5 ℃, titik didih dari 82,5 ℃,
- Sifat fisik : Berwarna bening, mudah terbakar.
E. Prosedur Kerja
1. Analisi kualitatif unsur C dan H

Mencampurkan keduanya, dan memasukkan dalam tabung reaksi pyrex yang dilengkapi sumbat dan pipa pengalir
Memasang tabung reaksi lain yang berisi larutan Ba(OH)2 0,1 M sehingga ujung pipa pengalir sedikit tercelup ke dalam larutan Ba(OH)2
Memanaskan campuran senyawa CuO, mengamati apa yang terjadi pada tabung reaksi yang berisi larutan Ba(OH)2

Mengamati juga bagian atap tabung reaksi tempat campuran yang dipanaskan.

]

2. Reaksi Identifikasi Gugus Fungsi
 Ikatan Tak Jenuh

Melarutkan ke dalam 10 tetes tertier butanol
Menambahkan larutan KMnO4 0,01 M tetes demi tetes
Mengocok setiap kali penambahan
Mengamati perubahan yang terjadi

 Esterifikasi

Memasukkan kedalam tabung reaksi
Menambahkan 1 mL CH3COOH glacial dan 2 tetes H2SO¬4 pekat
Mengamati perubahannya

F. Hasil Pengamatan
No Perlakuan Hasil Pengamatan
1 Analisa kualitatif unsur C dan H
- Menimbang urea dam serbuk CuO
- Memasukkan kedalam tabung reaksi
- Memasangkan tabung reaksi larutan Ba(OH)2 sehingga ujung pipa pengalir tercelup di dalam larutan Ba(OH)2
- Memanaskan campuran CuO dan urea dan mengamati tabung reaksi Ba(OH)2

- Mengamati bagian atas tabung reaksi campuran yang dipanaskan
- Masing-masing 0,1 gram
- Campuran urea dan CuO

- Tabung reaksi larutan Ba(OH)2 terhubung dengan tabung reaksi campuran senyawa urea 0,1 gr + CuO
- Saat campuran dipanaskan, campurannya mendidih dan berubah warna dari warna hitam menjadi hijau kehitaman dan pada tabung reaksi Ba(OH)2 terjadi penguapan.
- Pada bagian atas tabung terdapat uap dan campuran CuO dan urea menghasilkan CO2 dan (BaOH)2 menghasilkan H2O
2 Reaksi identifikasi gugus fungsi
a. Ikatan tak jenuh
- Melarutkan 20 tetes minyak kelapa dalam 10 tetes tertier butanol
- Ditambahkan tetes demi tetes larutan KMnO4 pada campuran minyak kelapa dan tertier butanol
- Dikocok setiap kali penambahan
- Diamati perubahan yang terjadi

b. Esterfikasi
- Memasukan 2 ml etanol kedalam tabung reaksi
- Menambahkan 1 ml CH3COOH dan 2 tetes H2SO4
- Campuan di panaskan

- Larutan minyak kelapa tidak tercampur dengan butanol dan warnanya kuning pekat.
- Warna berubah menjadi cokelat

- Setelah ditambahkan larutan KMnO4 warna tetap warna coklat dan terjadi endapan pada larutan

- Terdapat dalam tabung reaksi

- Warna larutan tetap bening

- Warna larutan tetap bening, campuran mendidih, menghasilkan gelembung, baunya dominan etanol

G. Pembahasan
1. Analisa kualitatif unsur C dan H
Senyawa karbon adalah suatu senyawa yang struktur molekulnya hanya terdiri dari karbon (C) dan hidrogen (H). Pada percobaan ini, akan dibuktikkan apakah suatu senyawa termasuk dalam senyawa karbon. Hal yang dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam percobaan ini.
Kemudian, menimbang serbuk CuO dan urea sebanyak 0,1 gr. Lalu memasukkannya dalam sebuah tabung reaksi. Setelah itu, memasukkan Ba(OH)2 dalam tabung reaksi yang lain. Pada kedua tabung reaksi tersebut dipasangkan pipa pengalir dan salah satu ujung pipa sedikit tercelup dalam larutan Ba(OH)2 dan rangkaian tersebut dipasangkan pada statif dan klem. Setelah itu, tabung yang berisi serbuk CuO dan urea dipanaskan dengan menggunakan spritus sampai campuran tersebut mendidih dan terjadi penguapan.
Ketika tabung reaksi yang berisi serbuk CuO dan urea ini dipanaskan hingga mendidih, terjadi penguapan dan pada pipa pengalir terdapat molekul-molekul cairan dan akhirnya masuk ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan Ba(OH)2. Pemanasan yang dilakukan pada tabung pyrex yang berisi pencampuran urea dan serbuk CuO kering menyebabkan tekanan udara pada tabung ini semakin tinggi.
Tekanan udara yang semakin tinggi ini bergerak ke tabung berisi larutan Ba(OH)2 0,1 M sehingga menyebabkan larutan ini bergelembung dan terjadi endapan. Pada percobaan ini campuran antara urea dan CuO menghasilkan karbon dan uap air. Dan pada perlakuan ini, perubahan yang dari serbuk menjadi cair pada campuran urea dan CuO di sebabkan oleh Karen terdapatnya senyawa karbon didalamnya, pembakaran tersebut menghasilkan CO2. Dan pada larutan Ba(OH)2 terjadi penguapan dan mendidih karena larutan tersebut mengandung hydrogen (H2O).
Pada percobaan ini, CuO berfungsi untuk mengetahui suatu bahan yang mengandung senyawa karbon, dengan membakar senyawa tersebut. Reaksi yang terjadi pada proses ini yaitu:
Cu(NH2)2 + CuO + Ba(OH)2 CuO + Ba(OH2)2 + C(OH)2

2. Reaksi identifikasi gugus fungsi
a. Ikatan tak jenuh
Pada senyawa tak jenuh terjadi reaksi adisi. Reaksi adisi yaitu pemutusan ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal. Molekul tak jenuh dapat menerima tambahan atom atau gugus pereaksi tanpa melebihi angka koordinasi maksimum dari atomnya sendiri. Ikatan rangkap dua dan ragkap tiga karbon-karbon dan rangkap dua karbon-oksigen merupakan jenis struktur yang paling umum mengalami reaksi adisi.
Pada percobaan ini bahan yang digunakan adalah tertier butanol, minyak kelapa, dan KMnO4. Ketika 10 tetes tertier butanol dicampurkan dengan 20 tetes minyak kelapa, kedua campuran tersebut larut, tapi tidak terlarut secara sempurna. Hal ini disebabkan karena minyak kelapa yang bersifat non polar direksikan dengan tertier butanol yang bersifat semi polar. Dan juga terjadi perubahan warna yaitu berwarna cokelat tua. Hal ini menandakan adanya ikatan tak jenuh yang terkandung dalam minyak kelapa. Dikatakan ikatan tak jenuh jika terdapat unsur karbon yang mengandung ikatan rangkap dua (-C = C - ) maupun rangkap tiga (- C = C - ) pada ikatannya. Karena ikatan rangkap dua dan rangkap tiga masih dapat mengalami pemutusan ikatan, sehingga disebut dengan ikatan tak jenuh.
Ketika campuran tersebut dicampurkan dengan KMnO4, senyawa tersebut berubah warna tetapi tidak bercampur. Dalam hal ini, KMnO4 berfungsi untuk memutuskan ikatan tak jenuh pada minyak kelapa.
b. Esterfikasi
Reaksi Esterifikasi adalah reaksi pembentukan ester. Esterifikasi adalah salah satu reaksi untuk mengidentifikasi gugus karboksilat. Esterifikasi termasuk dalam jenis reaksi kondensasi yaitu penggabungan 2 molekul dengan melepas molekul kecil lain.
Reaksi esterifikasi :

Pada percobaan ini, 2 mL etanol dicampurkan dengan 1 mL CH3COOH glacial dan 2 tetes H2SO4 dalam sebuah tabung reaksi. Ketika dicampurkan, senyawa tersebut dapat larut. Hal ini disebabkan karena sifat kimia dari ketiga senyawa tersebut dapat larut dalam air. Namun campuran itu menghasilkan bau yang menyengat, karena sifat fisika yang dimiliki oleh CH3COOH yaitu memiliki bau yang khas dan asam..
Setelah campuran tersebut dipanaskan dengan menggunakan spritus, campuran itu tidak lagi berbau menyengat (bau harum). Bau harum yang dihasilkan setelah proses pembakaran tersebut menandakan bahwa senyawa tersebut adalah senyawa ester. Ester merupakan sebuah hidrokarbon yang diturunkan dari asam karboksilat. Sebuah asam karboksilat mengandung gugus -COOH, dan pada sebuah ester hidrogen di gugus ini digantikan oleh sebuah gugus hidrokarbon dari beberapa jenis. Reaksi esterfikasi berjalan lambat dan dapat balik (refersibel). Senyawa ester memiliki ciri yang khas, yaitu berbau harum. Reaksi yang terjadi yaitu:
O
ll
CH3COOH + C2H5OH CH3 CO C2H5 + H2O

H. Tugas Pasca Praktikum
Soal
1. Mengapa CuO yang digunakan pada analisis kualitatif unsur C dan H harus kering betul ?
2. Jelaskan analisa kualitatif unsur N dan S?
3. Bagaimana menjelaskan bahwa minyak kelapa yang di analisis dengan KMnO4 memiliki ikatan rangkap, berdasarkan perubahannya ?
4. Apakah adanya air dapat mengganggu reaksi identifikasi alkohol dengan logam natrium? Jelaskan!

Jawaban
1. Karena serbuk CuO yang digunakan jika tidak kering, maka serbuk CuO tersebut tidak dapat mengoksida C menjadi CO2 dan H menjadi H2O.
2. Analisa kualitatif senyawa karbon hamper selalu berdasarkan pada reaksi oksidasi dan reduksi. N selalu mengalami reduksi menjadi sianida dan begitu juga S menjadi H2S atau di oksidasikan menjadi H2SO4.
3. Minyak kelapa ditambahkan KMnO4 karena KMnO4 dapat memutuskan ikatan rangkap yang ad pada minyak kelapa.
4. Ya,karena logam natrium sangat reaktif terhadap air, karena adanya air dapat mengganggu reaksi identifikasi alcohol dengan logam natrium, reaksi air dan logam natrium menghasilkan panas dan uap air.

I. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengujian kualitatif unsur C dan H terbukti karena pada saat eksperimen halis pemanasan campuran urea dan CuO menghasilkan CO2 yang berarti terdapat senyawa karbon didalamnya dan (BaOH)2 menghasilkan H2O yang berarti mengandung unsur hydrogen.
2. Pada minyak kelapa mengandung ikatan tak jenuh, Karena minyak kelapa larut dalam tertier butanol, dan ketika campuran terrier butanol, minyak kelapa dan KMnO4 dipanaskan warnanya berubah yang membuktikan semakin kuat bahwa minyak kelapa mengandung ikatan tak jenuh.
3. Pada pengujian esterfikasi, campuran etanol, CH3COOH dan H2SO4 setelah di panaskan memiliki bau yang dominan etanol yang berarti bahwa senyawa etanol merupakan senyawa yang memiliki tingakat kuat.

J. Kemungkinan Kesalahan
1. Adanya factor lingkungan yang dapat mempengaruhi proses berjalannya praktikum.
2. Kurangnya pemahaman praktikan terhadap prosedur kerja. 
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia. 2001. Kumia unsur dan radio kimia. Bandung : Citra Aditya Bakti.
Indianty. 2012. Gugus fungsi senyawa karbon (On-Line) dapat diakses di Indianty.id.scribd.com/doc/52236745/6/Gugus-Fungsi-SenyawaKarbon. (diakses tanggal 6 Juni 2012)
Keenan, Charles.W.1984. ilmu kimia untuk universitas jilid II. Jakarta : Erlangga.
Rahmadonna. 2012. Senyawa karbon. (On-Line) dapat diakses di Rahmadonna.tripod.com/link2.Senyawa-karbon.html. (diakses tanggal 6 Juni 2012. Pukul : 09 15 WITA)
Team teaching.2012.penuntun praktikum kimia dasar II. Gorontalo : LAB Kimia.

 

LAPORAN PRAKTIKUM
MODUL IV

A. Judul :
“Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi”

B. Tujuan
• Membuktikan pengaruh suhu, luas permukaan dan katalis sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

C. Dasar Teori
Ada dua hal dalam mempelajari suatu reaksi. Pertama, apakah reaksi tersebut dapat berlangsung atau tidak. Jawaban ini dapat diperoleh secara termodinamika kimia. Namun demikian, termodinamika tidak membahas bagaimana laju reaksi itu berlangsung, faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi laju reaksi dan bagaimana reaksinya. Masalah-masalah tersebut dipelajari melalui kajian lain yang disebut kinetika kimia.
Reaksi-reaksi kimia berlangsung dengan kecepatan yang beragam. Ada reaksi yang berlangsung sangat cepat seperti reaksi-reaksi ion, ledakan dinamit dll. Ada pula reaksi yang berlangsung lambat bahkan sangat lambat seperti perkaratan besi. Pada percobaan berikut, yang akan dilakukan adalah reaksi yang dapat diukur pada waktu percobaan, seperti reaksi sistem H2C2O4 dan MnO4.
Pada umumnya laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti luas permukaan sentuhan dari zat-zat pereaksi, konsentrasi pereaksi, suhu sistem reaksi, dan katalis. Selain itu, keadaan fisis dan radiasi cahaya dapat juga mempengaruhi laju suatu reaksi.
Meningkatnya luas permukaan sentuhan suatu zat-zat yang bereaksi cenderung akan mempercepat laju reaksi. Ditinjau dari teori tumbukan, semakin luas permukaan zat-zat yang bereaksi semakin besar kecenderungan tumbukan sehingga laju reaksinyapun cenderung meningkat. Demikian pula halnya dengan suhu sistem reaksi, makin tinggi derajat suhu cenderung mempercepat laju reaksinya. Kenaikan suhu akan meningkatkan jumlah fraksi molekul-molekul yang mempunyai energi lebih besar daripada energi aktivasi, akibatnya laju reaksi cenderung meningkat.
Disamping itu, laju reaksi dapat juga dipercepat atau diperlambat dengan cara menambahkan zat lain sebagai media reaksi, yang dapat membantu mempercepat atau memperlambat suatu reaksi, zat tersebut dinamakan katalis. Dalam pelaksanaannya, katalis turut serta bereaksi dengan zat-zat pereaksi, tetapi pada akhirnya katalis tersebut dapat diperoleh kembali.
(Penuntun Praktikum Kimia Dasar II, UNG 2012 : 07)
Faktor-faktor yang mempenguruhi laju reaksi yang dikenal adalah sebagai berikut :
1. Sifat pereaksi
Salah satu faktor penentu laju reaksi adalah sifat pereaksi, ada yang reaktif dan ada juga yang kurang reaktif, misalnya bensin lebih cepat terbakar daripada minyak tanah. Demikian juga logam natrium bereaksi cepat dengan air, sedangkan logam magnesium lambat.
2. Konsentrasi pereaksi
Dua molekul yang akan bereaksi harus bertabrakan langsung. Jika konsentrasi pereaksi diperbesar, berarti kerapatannya bertambah dan memperbanyak kemungkinan tabrakan sehingga akan mempercepat reksi. Akan tetapi harus diingat bahwa tidak selalu pertambahan konsentrasi pereaksi meningkatkan laju reaksi, karena laju reaksi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
3. Suhu
Hampir semua reaksi menjadi lebih cepat bila suhu dinaikkan, karena kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi. Akibatnya, jumlah dan energi tabrakan bertambah besar.
4. Katalis
Laju suatu reaksi dapat diubah (umunya dipercepat) dengan menambahkan zat yang disebut katalis. Katalis sangat diperlukan dalam reaksi zat organik termasuk dalam organisme. Katalis dalam organisme disebut enzim dan dapat mempercepat reaksi ratusan sampai puluhan ribu kali.
(Ahmad, Hiskia . 2001. ELEKTROKIMIA dan KINETIKA KIMIA )
Berdasarkan wujudnya, katalis dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu katalis homogen dan katalis heterogen.
a. Katalis homogen
Katalis homogen adalah katalis yang berada dalam fasa yang sama dengan molekul pereaksi. Banyak contoh dari katalis jenis ini baik dalam fasa gas maupun dalam fasa cair atau larutan.
b. Katalis heterogen
Katalis heterogen berada dalam fasa yang berbeda dengan pereaksi; biasanya ada dalam bentuk padatan. Katalis heterogen biasanya melibatkan pereaksi fasa gas yang terserap pada permukaan katalis padat. Terdapat dua jenis proses penyerapan gas pada permukaan padat, yaitu adsorpsi (penyerapan zat pada permukaan benda) dan absorpsi (penyerapan zat ke seluruh bagian benda).
c. Autokatalis
Autokatalis adalah zat hasil reaksi yang dapat berperan sebagai katalis.
Disamping itu, ada beberapa zat yang dapat memperlambat suatu reaksi. Zat tersebut dinamakan antikatalis, karena sifatnya berlawanan dengan katalis.
(http://datachem.blogspot.com/2011/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-laju.html)

D. Alat dan Bahan
1. Alat
 Tabung Reaksi

 Rak tabung reaksi

 Penjepit Tabung

 Gelas Kimia 400 mL

 Pipet Tetes

2. Bahan
 CaCO3 serbuk dan butiran
• Sifat fisik : berbentuk kristal, berwarna putih atau abu-abu, tidak berbau, tidak memiliki rasa, titik lebur 1517- 2441°F.
• Sifat kimia : penguapan 0,0 %, hampir tidak larut dalam air, larut dalam asetat, asam hidrokolik, asam nitrat, asam lainnya, larutan ammonium klorida, tidak larut dalam alkohol.
 HCl 0,5 M
• Sifat fisik : cairan kental, bening kekuningan, titik leleh 10°C dan titik didih 330°C, tekanan uap 1 mmHg (146°C), berat jenis 1,84 (100%), larut dalam air.
• Sifat kimia : mempunyai massa jenis, pH tergantung pada konsentrasi, molaritas HCl dalam larutan sama.
 H2C2O4 0,05 M
• Sifat fisik : berat molekul 126,7 gr/mol dalam bentuk kristal, massa jenis 1,653 g/cm3, titik lebur 101,5°C, bersifat beracun, larut dalam air, tidak berwarna.
• Sifat kimia : dapat digunakan sebagai pembersih logam, memiliki afinitas yang besar terhadap air, dapat menggantikan hydrogen dalam reaksinya dan logam aktif dan membentuk garam sulfat.
 KMnO4 0,01 M
• Sifat fisik
- Berat molekul 126,07 g/mol
- Titik didih 32,35°C
- Titik beku 2,83°C
- Bentuk kristal berwarna ungu kehitaman
- Denitas 2,7 kg/L pada 20°C
• Sifat kimia
- Larut dalam methanol
- Mudah terurai oleh sinar
- Dalam suasana netral dan basah akan teroduksi menjadi MnO2
- Merupakan zat pengoksidasi yang kuat
 H2O2 3%
• Sifat fisik
- Tidak berwarna
- Berbau khas agak keasaman dan menyengat
• Sifat kimia
- Larut dengan baik dalam air
- Dalam kondisi normal (kondisi ambient), hidrogen peroksida sangat stabil dengan laju dekomposisi kira-kira kurang dari 1% per tahun.
 H2S04 2M
• Sifat fisik
- Berat molekul 98 gr/mol
- Titik didih 315-338°C
- Titik lebur 10°C
- Berbentuk cairan kental tak berwarna
- Denitas 1,8 kg/L pada 4°C
• Sifat kimia
- Merupakan asam kuat
- Bersifat korosif
- Memiliki afinitas yang sangat besar terhadap air
- Bersifat sangat reaktif
- Meruapakan asam berolensi dua
- Diperoleh dari reaksi SO3 dengan air
 Cairan sabun
• Sifat fisik
- Berupa cairan dan bergelembung
• Sifat Kimia
- Merupakan garam alkali yang bersifat basa
 MnO2
• Sifat fisik
- Padat kehitaman dan kecoklatan
• Sifat Kimia
- Tidak berbau dan tidak larut dalam air

E. Prosedur Kerja
1. Luas Permukaan

- Menimbang sebanyak 1 gr - Menimbang sebanyak 1 gr

- Menyediakan tabung - Menyediakan tabung

- Memasukkan 3 mL HCl 0,5 M - Memasukkan 3 mL HCl 0,5 M

- Memasukkan CaCO3 serbuk ke - Memasukkan CaCO3 butiran ke
dalam tabung dalam tabung

- Mengocok dan mengamati yang - Mengocok dan mengamati yang
terjadi terjadi

2. Suhu Sistem

- Memasukkan ke dalam tabung - Memasukkan ke dalam tabung reaksi pertama reaksi kedua

- Menambah 5 tetes KMnO4 0,01 M - Merendam dalam air panas

- Mencatat waktu sejak penambahan - Menambahkan 5 tetes KMnO4
KMnO4 sampai warnanya tidak
nampak lagi - Mencatat waktu

- Membandingkan reaksi dari kedua tabung

3. Katalis

- Memasukkan kedalam tabung - Memasukkan ke dalam tabung
reaksi pertama reaksi kedua

- Mengocok dan mengamati - Mengocok dan mengamati
gelembung gas yang terjadi gelembung gas yang terjadi

- Menyimpan tabung pertama - Menambahkan seujung sendok
sebagai pembanding kecil ke dalam larutan MnO2

- Mengamati perubahan gelembung
gas yang terjadi

F. Hasil Pengamatan
1. Luas Permukaan
Perlakuan Hasil Pengamatan
Menimbang CaCO3 serbuk dan butiran Memiliki berat yang sama yakni berat 1 gram.
Menyiapkan 2 tabung dan memasukkan cairan 3 ml HCl 0,5 M ke dalam masing-masing tabung secara bersamaan
Memasukkan CaCO3 serbuk pada tabung 1 dan CaCO3 butiran pada tabung 2
Mengocok dan mengamati yang terjadi Tabung 1 yang dimasukkan CaCO3 serbuk lebih cepat larut/ bereaksi dibandingkan tabung 2 yang dimasukkan CaCO3 butiran. Hal ini disebabkan karena luas permukaan CaCO3 serbuk lebih besar dibandingkan CaCO3 butiran. Jadi CaCO3 sebuk laju reaksinya lebih cepat reaksinya daripada CaCO3 butiran.

2. Suhu Sistem
Perlakuan Hasil Pengamatan
Mengisi tabung pertama dan kedua dengan 2 mL H2C2O4 0,05 M dan 1 mL H2SO4 2 M
Tabung terisi.
Meneteskan KMnO4 0,01 M pada tabung pertama.
Larutan berubah warna.
Meneteskan KmnO4 0,01 M pada tabung kedua yang sebelumnya telah dipanaskan.
Larutan berubah warna.
Mengamati perbandingan kecepatan kedua tabung untuk menghasilkan larutan bening dan waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi Tabung pertama lebih lambat bereaksi dan membutuhkan waktu 09 : 37 menit dibandingkan dengan tabung kedua yang hanya membutuhkan waktu 01 : 00 menit. Jadi semakin tinggi suhu maka semakin cepat laju reaksinya.

3. Katalis
Perlakuan Hasil Pengamatan
Mengisi tabung pertama dan kedua dengan 2 mL H2O2 3 % dan 1 mL cairan sabun
Tabung berisi campuran larutan.
Mengocok tabung pertama dan kedua Pada kedua tabung terdapat sedikit gelembung.
Menambahkan seujung sendok kecil serbuk MnO4 pada tabung kedua Larutan menghasilkan banyak gelembung dan terjadi perubahan warna dari warna kekuning-kuningan menjadi warna putih.
Mengamati perubahan gelembung yang terjadi pada kedua tabung Tabung kedua lebih cepat bereaksi dibandingkan dengan tabung pertama karena tabung ini mengandung MnO2 yang bersifat katalis.

G. Pembahasan
Reaksi reaksi kimia berlangsung dengan kecepatan yang beragam. Ada reaksi yang berlangsung sangat cepat seperti reasi ion, ledakan dinamit dan lain lain.
Laju reaksi daapat ditentukan dengan cara mengikuti peruubahan sifat selama terjadi reaksi. Dengan menganalisis campuran reaksi dalam selang waktu tertentu, maka konsentrasi pereaksi dan produk reaksi dapat diukur. Dari data yang dihasilkan dapat ditentukan laju reaksi.
Pada percobaan ini pembuktian faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dilakukan dengan cara membandingkan antara percobaan yang dikondisikan (terhadap luas permukaan, suhu sistem dan katalis) dengan yang tidak.
a) Luas permukaan
Pada percobaan pertama, akan dibuktikan bahwa luas permukaan merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi. Dimana untuk membuktikannya di perlukan 2 tabung reaksi, serbuk dan butiran CaCO3 dan HCl 0,5 M.
Pertama yang dilakukan adalah menimbang serbuk dan butiran CaCO3 sampai 1 gram kemudian menyiapkan 2 tabung yang masing-masing diberikan label. Tabung pertama untuk CaCO3 serbuk sedangkan tabung kedua untuk CaCO3 butiran. Kemudian memasukkan 3 mL HCl 0,5 M ke dalam masing-masing tabung reaksi tersebut secara bersamaan. Setelah itu masukkan CaCO3 serbuk dan butiran ke dalam masing-masing tabung reaksi dan dikocok.
Setelah diamati dan diperhatikan reaksi HCl di dalam masing-masing tabung, ternyata CaCO3 serbuk lebih cepat bereaksi dibandingkan dengan CaCO3 butiran. Ini dikarenakan luas gerak dari serbuk CaCO3 besar, sehingga kemungkinan untuk terbentuk hasil atau produk akan semakin besar pula. Sehingga laju reaksinya pun meningkat atau semakin besar laju reaksinya dibandingkan dengan CaCO3 butiran. Ditinjau dari teori tumbukan juga memperjelas bahwa, semakin luas permukaan zat-zat yang bereaksi semakin besar kecenderungan tumbukan sehingga laju reaksinya cenderung meningkat.
Sehingga didapat reaksinya :
CaCO3 + 2 HCl CaCl2 + H2O + CO2
b) Suhu
Pada percobaan kedua yaitu pembuktian suhu sistem terhadap laju reaksi, dimana untuk pembuktiannya disediakan 2 buah tabung reaksi, H2C2O4 0,05 M, H2SO4 2,0 M, serta KMnO4 0,01 M.
Pertama-tama yang dilakukan adalah memasukkan 2 ml H2C2O4 0,05 M serta H2SO4 2,0 M ke dalam dua tabung reaksi. Nampak larutannya masih dalam keadaan bening. Kemudian pada tabung 1 menambahkan 5 tetes KMnO4 0,01 M. Sejak penambahan KMnO4 tersebut, menghitung waktunya hingga larutan menjadi jernih. Dan berdasarkan percobaan yang dilakukan, waktu yang di butuhkan yaitu sebanyak 9 menit 37 detik.
Kemudian untuk tabung 2, tabung direndam ke dalam air yang telah dipanaskan ± 50°C selama 1 menit. Setelah itu di tambahkan 5 tetes KMnO4, dan menghitung waktu yang dibutuhkan untuk menjadi jernih. Dan berdasarkan percobaan yang dilakukan, waktu yang dibutuhkan oleh tabung 2 untuk menjadi jernih kembali yaitu sebanyak 1 menit.
Dari hasil percobaan ini, reaksi berjalan cepat apabila suhut tinggi, artinya waktu yang diperlukan untuk membentuk produk sedikit, sebaliknya percobaan yang berlangsung pada suhu rendah, memerlukan waktu lebih lama untuk membentuk energi kinetik yang cukup untuk membentuk produk yang lebih banyak.
Reaksinya adalah sebagai berikut:
H2C2O4 + H2SO4 + 4 KMnO4 K2C2O4 + K2SO4 + 4 KMnO4
c) Katalis
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri.
Pada percobaan ini, digunakan katalis heterogen. Disediakan 2 tabung reaksi yang masing-masing dimasukkan 3 ml H2O2 dan cairan sabung sebanyak 1 mL. pada salah satu tabung reaksi dimasukkan sedikit MnO2 dan tabung yang satunya sebagai pembanding. Setelah dikocok, ternyata pada tabung yang ditambahkan MnO2 lebih banyak menghasilkan gelembung daripada tabung pembanding yang tidak ditambahkan MnO2, Hal ini disebabkan karena adanya katalis yang terdapat pada tabung kedua.

H. Tugas Pasca Praktikum
1. Pada percobaan A.Banyaknya gas terbentuk tiap satuan waktu menjadi petunjuk untuk menentukan laju reaksinya. Hasil pengamatan menunjukan bahwa dengan bertambahnya waktu kelajuan reaksinya menurun. Jelaskan mengapa muncul gejala seperti ini?
2. Jelaskan mengapa pada percobaan B, warna larutan KMnO4 tidak nampak lagisejalan dengan bertambahnya waktu?

Jawaban
1. Hal tersebut dikarenakan oleh adanya katalis yang ikut bereaksi dimana akan semakin katalis itu sendiri berfungsi untuk mempercepat laju reaksi, sehingga semakin lama laju kelajuan reaksinya akan semakin lambat. Maka otomatis laju reaksi pada larutan tersebut juga lambat.
2. Warna larutan KMnO4 tidak tampak lagisejalan dengan bertambahnya waktu. Hal ini dikarenakan larutan KMnO4 habis bereaksi dengan larutan H2C2O4 dan H2SO4 yang telah ada dalam tabung reaksi, sehingga warna larutan KMnO4 yang tadinya ungu tidak nampak lagi pada waktu tertentu. Dan tidak nampaknya warna larutan KMnO4 menandakan cepat lambatnya laju reaksi yang terjadi pada larutan tersebut.

I. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah kami lakukan, kami dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Serbuk CaCO3 lebih cepat bereaksi dari pada CaCO3 butiran. Semakin kecil partikel pereaksi, makin besar permukaan pereaksi yang bersentuhan dalam reaksi, sehingga reaksinya makin cepat.
2. Larutan yang dipanaskan akan lebih cepat bereaksi daripada yang tidak dipanaskan. Makin tinggi derajat suhu cenderung mempercepat laju reaksinya. Kenaikan suhu akan menaikkan jumlah fraksi molekul-molekul yang mempunyai energi lebih besar daripada energi aktivasi, akibatnya laju reaksi cenderung meningkat.
3. Katalis mempercepat dan memperlambat reaksi tetapi tidak mengalami perubahan kimia secara kekal atau permanen.

J. Kemungkinan Kesalahan
1. Kesalahan praktikan dalam mencampurkan 2 larutan
2. Kesalahan praktikan dalam membuat diagram alir/ prosedur kerja pada jurnal praktikum.

Daftar Pustaka
Ahmad, Hiskia . 2001. Elektrokimia dan Kinetika Kimia. Bandung : Citra Aditya bakti
Datachem. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Dapat diakses di http://datachem.blogspot.com/2011/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-laju-reaksi.html (diakses pada tanggal 31 Mei 2012)
Team Teaching Kimia Dasar 2. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Dasar 2. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo